ALKALIMETRI
Disusun Oleh:
Asisten Pembimbing
TAHUN 2014
LAPORAN PRAKTIKUM
ALKALIMETRI
1.1 Tujuan percobaan :
o Alkalimetri : menentukkan kadar CH3COOH
1
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut
asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi,
yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat
yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan
zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut
titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan
titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titrant
harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan
ekivalen dalam prosesasidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan
indikator asam-basa.Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila
pH lingkungannya berubah.
1
http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan-1-asidimetri-dan-alkalimetri.html
2
Reaksi penetralan atau asidi-alkalimetri melibatkan titrasi basa bebas (basayang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengansuatu asam
standar atau yang sering disebut asidimetri) dan reaksi asam bebas (asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa
standar atau alkalimetri) yang reaksinya melibatkan bersenyawanya ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air Titrasi asam basa mengacu pada reaksi protolisis
(perpindahan proton antar senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa).
Umumnya digunakan larutan baku asam kuat (HCl, H2SO4, dan HClO4) untuk titrasi
basa.
Sedangkan asam dititrasi dengan larutan baku basa kuat (NaOH dan KOH) yang
titik akhir titrasi dapat ditetapkan dengan bantuan indikator asam basa yang sesuai
atausecara potensiometri. Reaksi asidi alkalimetri pada dasarnya melibatkan
indikator asam basa yang akan berubah warnanya atau membentuk fluoresen
ataukekeruhan pada suatu interval pH tertentu.Alkalimetri (Alkali = basa, metri =
pengukuran) diartikan sebagai titrasiuntuk penetapan asam dengan standart basa
sebagai alat ukurnya.
Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH-] dalam
larutan, baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam
mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai
bahan pelarut, sebab air suling adalah netral.Dalam titrasi alakalimetri, didalam titrat
asam sudah mempunyai harga pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan
2
http://laporan-kita.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-kimia-analisa.html
titran yang akan menyebabkan perubahan pH, yang pada suatu saat nanti dimana meq
titrat = meq titran akan mempunyai pH tertentu.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui apakah telah
mencapai reaksi yang sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan
ke dalam larutan yang dititrasi.
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
VAxNA
N B = ____________
VB
Dimana : NB= konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB= volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA= konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya
(larutan standar)
VA= volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk titrasi. Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan
yang harus diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatip
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam
(jelas perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung. (Keenan, 1994).
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan
larutan standar. Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung eagensia
dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu suatu larutan. Larutan
standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi, suatu zat
standar primer harus memenuhi persyaratan, yaitu sebagai berikut:
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi (PETERS, et al. 1974.)
Zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam basa
natrium karbonat (Na2CO3), natrium tetrabonat (Na2B4O7), kalium hydrogen iodat
KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan. Sedangkan standar sekunder adalah
zat yang dapat digunakan untuk standarisasi dan yang kandungan zat aktifnya telah
ditemukan dengan pembandingan dengan suatu standar primer (Basset, 1994).
Dalam suatu titrasi larutan yang harus dinetralkan misalnya, asam yang
dimasukkan kedalam wadah atau tabung. Larutan lain, yaitu basa, dimasukkan
kedalam buret kemudian kedalam asam mula-mula cepat kemudian tetes demi tetes
sampai titik setara dari titrasi tersebut dicapai. Salah satu usaha untuk mencapai titik
setara adalah dengan melalui perubahan warna dari indicator asam basa. Titik pada
titrasi dimana indicator berubah warna dinamakan dengan titik akhir indicator. Yang
diperlukan adalah memadankan titik akhir indicator dengan titik akhir penetralan. Ini
dapat dicapai apabila kita dapat menemukan indicator yang sesuai dengan perubahan
warnanya terjadi dalam selang pH yang sesuai dengan titik setara (Petrucci, 1987).
Menurut M. Sodiq Ibnu, et. al. (2005), jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis
reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka
metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri,
oksidimetri, kompleksometri dan titrasi pengendapan.
1) Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip netralisasi.
Larutan analit yang berupa larutan asam dititrasi dengan titran yang berupa
larutan basa atau sebaliknya. Metode ini cukup luas penggunaannya untuk
penetapan kuantitas analit asam atau basa. Jika HA mewakili asam dan BOH
mewakili basa, maka reaksi antara analit dengan titran dapat dirumuskan secara
umum sebagai berikut :
HA + OH- A- + H2O (analit asam, titran basa)
BOH + H3O+ B+ + 2H2O (analis basa, titran asam)
Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau basa kuat, misalnya
larutan asam klorida (HCl) dan larutan natrium hidroksida (NaOH).
2) Kompleksometri didasarkan pada pembentukan kompleks stabil hasil reaksi
antara analit dengan titran. Misalnya reaksi antara Ag + dan CN- yang mengikuti
persamaan reaksi :
Ag+ + 2CN-
Reaksi antara Ag+ dengan CN- dikenal sebagai metode Liebig untuk penetapan
sianida. Reagen lain adalah EDTA (etilen diamina tetraasetat) yang banyak
digunakan sebagai pengompleks berbagai ion logam melalui metode titrasi.
3) Oksidimetri didasarkan pada reaksi oksidasi – reduksi antara analit dan titran.
Analit yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa
larutan standar dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks dapat
digunakan sebagai dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II)
(Fe2+) dalam analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV) (Ce4+)
yang mengikuti persamaan reaksi :
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Oksidator lain yang banyak digunakan dalam oksidimetri adalah kalium
permanganat (KMnO4), misalnya pada penetapan kadar ion besi(II) dalam
suasana asam.
4) Titrasi pengendapan didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan standar
titran yang mampu secara spesifik mengendapkan analit. Metode ini banyak
digunakan untuk menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan
pengendap Ag+, yang reaksi umumnya dapat dinyatakan dengan persamaan :
Ag+ + X- AgX(s) (X- = Cl-, Br-, I-, SCN-)
Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kemurniannya
dengan pasti, konsentrasinya dapat diketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat
zat yang dilarutkan. Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau
kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan
teliti melalui proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara menitrasi larutan
tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang paling penting adalah
ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi
sekecil mungkin.
B. INDIKATOR
Indikator adalah suatu zat yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi
ion hydrogen. Asam atau basa indicator yang tidak terdisosiasi mempunyai warna
yang berbeda dengan hasil disosiasinya. Contohnya fenolftalein yang tergolong asam
yang sangat lemah, dalam keadaan yang tidak terionisasi tersebut tidak berwarna. Jika
dalam lingkungan basa, fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan
warna yang terang karena adanya anionnya (Keenan, 1994).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk flouresen
atau kekeruhan pada suatu range atau trayek pH tertentu. Indikator asam basa terletak
pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indicator dapat berupa asam ataupun
basa-larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya juga
adalah zat-zat organic. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer electron.
Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range atau trayek pH yang berbeda (Khopkar, 1990).
Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotik dan tidak
berwarna. Indicator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan
kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan system terkonjugat,
menghasilkan warna merah. Metal oranye, indicator lainnya yang banyak digunakan,
merupakan basa dan berwarna kuning dalam molekulnya. Penambahan proton
menghasilkan kation yang berwarna merah muda (Underwood, 1998).
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulponic dimana didalam suatu
larutan banyak terionisasi dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna
kuning sedangkan suasana asam metal jingga bersifat sebagai basa lemah dan
mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dam memberikan warna merah
dari ion-ionnya. (Underwood, 1998).
Pemilihan indicator untuk titrasi, harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang
mana anda memiliki campuran dua zat yang perbandingannya tepat sama, anda tidak
pelak lagi membutuhkan pemilihan indicator yang perubahan warnanya mendekati
titik ekivalen. Indicator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titrasi yang lainnya.
Tabel.a
Indikator pH pH pH pH pH pH pH
0-2 2-4 4–6 6-8 8 - 10 10 - 12 12 - 14
Crystal violet kuning biru
Phenolphthalein tdk
berwarna
merah
Thymolphthalein tdk
berwarna
biru
D. ASIDIMETRI-ALKALIMETRI
Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat
golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidimetri dan
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi
asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa
lemah dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan
bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
(Basset, 1994).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H +) dan basa (OH-)
yang bereaksi. Untuk reaksi antara HCl dengan NaOH titik ekivalen tercapai pada
perbandingan mol 1:1 tetapi untuk reaksi antara H2SO4 dengan NaOH diperlukan
perbandingan mol 1:2 untuk mencapai titik ekivalen.
H2C2O4.H2O 0,1 M
H2O 100ml
Pembuatan sampel
Di encerkan
CH3COOH 0,6 ml
Pembakuan
H2C2O4.H2O 10ml
ditambahkan
3 tetes indicator metil-orange
titrasi
NaOH
*lakukan percobaan ini 3 kali Amati
NaOH
Amati
1. Standarisasi NaOH
I II III Rata-rata
I II III Rata-rata
Pembahasan ALKALIMETRI
Dalam percobaan digunakan indicator fenolflatelien sebagai indiaktor visual yang
menandakan terjadinya reaksi sempurna. Yaitu ketika warna larutan yang semula
bening menjadi merah muda pertama. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Alkalimetri ini menggunakan metode titrasi, yaitu mengukur volume titran yang
perlukan untuk mencapai titik ekivalen; artinya ekivalen pereaksi-pereaksi sama.
Reaksi yang terjadi juga disebut reaksi netralisasi.
Dari dua macam perhitungan titrasi, praktikan menggunakan penghitungan
berdasarkan logika, dengan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
di mana V1 dan N1 adalah volume dan konsntrasi asam dan V2 dan N2 adalah volume
dan konsentrasi basa. Percobaaan dilakukan secara manual. Sebelum mengukur kadar
asam cuka, perlu diketahui terlebih dahulu konsentrasi NaOH dengan
mentitrasikannya pada larutan asam oksalat 0.1 N dengan indicator PP sampai terjadi
perubahan warna.
Jawab : n H2C2O4.H2O =
= 2,7 gram
108 gram/mol
= 0,025 Mol
M H2C2O4.H2O =
= 0,025 mol
0,5 L
= 0,05 Molar
Pengenceran
H2C2O4+ 2H2O + NaOH Na2C2O4 + 4H2O
N1V1 = N2V2
2 x 0,002N x 10mL = 1 x N2 x 12,57mL
N2 = 0,04 N ml
12,57 ml
N2 = 0,0032N
Pengenceran sampel
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
N1V1 = N2V2
1 x N1 x 0,6mL = 1 x 0,0032N x 15,4mL
N1 = 0,05 N ml
0,6 ml
N1 = 0,083 N
5.1 ALKALIMETRI
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa. Dalam hal ini NaOH sebagai basa kuat dan CH3COOH sebagai asam lemah.
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah menentukan kadar (CH 3COOH) dengan
menggunakan larutan NaOH yang telah dibakukan. Reaksi dapat diamati dengan baik
dengan penggunaan asam lemah (CH3COOH), basa kuat NaOH, dan indicator PP. rekasi
sempurna terjadi ketika terjadi perubahan warna larutan dari bening ke merah muda.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi netralisasi dengan menghasilkan H2O dan
CH3COONa.
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, M. Sodiq Ibnu, et al.. Kimia Analitik I . Malang: Universitas Negeri Malang,
2005