Anda di halaman 1dari 75

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH SIKAP BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN


KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI BERBASIS HIGHER
ORDER THINGKING SKILLS (HOTS)
PESERTA DIDIK KELAS XI IPA
MAN DI KOTA MAKASSAR

INFLUENCE OF ATTITUDE OF LEARNING, MOTIVATION OF


LEARNING AND INDEPENDENCE OF LEARNING ON
BIOLOGICAL LEARNING OUTCOMES BASED
HIGHER ORDER THINGKING SKILLS (HOTS)
CLASS XI IPA MAN LEARNERS
IN MAKASSAR CITY

NURZAKILA

(201051301033)

PROGRAM MAGISTER STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022
PENGARUH SIKAP BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL
BELAJAR BIOLOGI BERBASIS HIGHER
ORDER THINGKING SKILLS (HOTS)
PESERTA DIDIK KELASXI IPA
MAN DI KOTA MAKASSAR

Proposal

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat

Magister

Program Studi

Pendidikan Biologi

Disusun dan diajukan oleh

NURZAKILA

Kepada

Dr. Andi Asmawati Aziz,M.Si


Prof. Oslan Jumadi. S.Si.,M.Phil, Ph.D

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................................8

D. Manfaat Penelitian .............................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .....................................................................................................11

1. Sikap Belajar ..............................................................................................11

2. Kemandirian Belajar ..................................................................................16

3. Motivasi Belajar .........................................................................................28

4. Hasil Belajar ...............................................................................................34

5. HOTS (Higher Order Thingking Skills) .....................................................38

B. Kerangka Pikir .................................................................................................44

C. Hipotesis ...........................................................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................................48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................................48

C. Desain Penelitian..............................................................................................48

D. Variabel Penelitian ...........................................................................................49

E. Populasi dan Sampel ........................................................................................49

iii
F. Definisi Operasional Variabel ..........................................................................51

G. Prosedur Penelitian...........................................................................................52

H. Instrumen Penelitian.........................................................................................53

I. Teknik Pengambilan Data ................................................................................54

J. Validitas dan Reliabilitas .................................................................................55

K. Teknik Analisis Data ........................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................61

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Sikap Belajar ......................................................................... 15

Tabel 2.2 Indikator Kemandirian Belajar.............................................................. 22

Tabel 2.3 Indikator Motivasi Belajar .................................................................... 32

Tabel 3.1 Populasi Seluruh Peserta Didik Kelas XI IPA MAN di Kota

Makassar ............................................................................................... 49

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian .................................................................... 50

Tabel 3.3 Skala Penilaian Angket Sikap .............................................................. 54

Tabel 3.4 Skala Penila Angket Kemandirian Belajar............................................ 54

Tabel 3.5 Skala Penilaian Angket Motivasi Belajar ............................................. 54

Tabel 3.6 Pedoman Pengkategorian Sikap, Kemandirian Belajar, Motivasi

Belajar................................................................................................... 57

Tabel 3.7 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar ............................................... 58

Tabel 3.8 Pedoman Interpretasi Nilai Koefisien Regresi ...................................... 60

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ...................................................................................46

Gambar 3.1 Desain Penelitian ................................................................................48

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan

suatu bangsa dalam membangun watak bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

menghasilkan output yang berkualitas dari berbagai macam karakteristeristik yang

masuk. Salah satu indikator keberhasilan dari proses pendidikan adalah melalui

kualitas dari hasil belajar peserta didik, serta kemampuan peserta didik untuk terus

bereksistensi dalam lingkungannya.

Sistem pendidikan tidak terlepas dengan proses pembelajaran. Terdapat

beberapa komponen yang ikut serta dalam mewujudkan proses belajar. Lembaga

pendidikan formal khususnya perguruan tinggi yakni tenaga pengajar, mahasiswa

atau peserta didik dan lingkungan sekitar. Peserta didik adalah sumber daya

terpenting dan utama dalam proses pembelajaran.

Pendidikan abad 21 kini telah berkembang seiring dengan perkembangan

teknologi. Pencapaian manusia telah didukung oleh teknologi berupa internet

sehingga manusia diberi kemudahan dalam mengakses berbagai informasi yang

dibutuhkan. Kenyataannya tidak menjamin adanya perubahan pada hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru biologi menjelaskan

bahwa banyak diantara peserta didik yang memiliki sikap belajar yang kurang baik

1
2

seperti malas, kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas dan kurang

konsentrasi dalam proses pembelajaran, diperparah semenjak adanya pandemi

proses pembelajaran dilakukan secara daring.

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Masardi (2018)

berpendapat bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik dan kecenderungan

sikap yang berbeda. Pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang

pendidik agar terjadi belajar pada diri peserta didiknya. Belajar adalah proses

perubahan sikap, perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran dan

tujuan yang ingin dicapai, keteguhan dan konsisten terhadap sesuatu. Perubahan ini

merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk

pengalaman belajar peserta didik untuk membuat sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran menjadi lebih positif.

Nuzul (2018) berpendapat bahwa untuk menjamin hasil belajar yang baik,

peserta didik harus memiliki sikap terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila

bahan pelajaran tidak menjadi perhatian peserta didik, yang terjadi akan timbul

kebosanan dan akan berdampak pada keengganan untuk belajar.

Peserta didik belum mampu belajar secara mandiri sehingga tidak dapat

mengeksplorasi kemampuan berpikirnya sebab persepsi awal yang terbangun

bahwa pembelajaran biologi sangat sulit yang menyebabkan minat peserta didik

untuk mengarahkan pusat perhatiannya terhadap pembelajaran biologi masih

minim.
3

Mujiman (2011) berpendapat bahwa dengan memiliki kemandirian dalam

belajar, peserta didik akan tertarik untuk mendalami lebih lanjut yang diajarkan

guru dan melangkah mencari sumber-sumber yang tersedia. Selain kompetensi

yang tercantum dalam kurikulum, peserta didik juga akan memiliki kompetensi

kesadaran diri dalam mencari pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan

kebutuhannya. Kemandirian peserta didik dalam belajar merupakan hal yang sangat

diperlukan oleh peserta didik dan harus dimiliki sejak dini agar tujuan pendidikan

dapat tercapai melalui kegiatan belajar.

Proses pembelajaran yang dibatasi dengan jam pelajaran, menyebabkan

peserta didik tidak hanya dituntut untuk mampu memanajemen waktunya, mencari

dan menggunakan informasi secara efektif dari berbagai literatur yang ada tapi juga

harus mampu belajar secara mandiri. Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai

kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar aktif

yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki

dan kemandirian belajar merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan observasi proses pembelajaran, banyak peserta didik tidak

memperhatikan, tidak membaca buku atau mengerjakan latihan soal jika tidak

diperintah guru. Peserta didik belum mempunyai tanggung jawab untuk belajar

sendiri bahkan ada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas meskipun sudah

diperintah oleh guru. Peran kemandirian belajar peserta didik saat masa

pembelajaran jarak jauh berperan tinggi untuk meningkatkan hasil belajar.

Hasil penelitian Arisfanti (2016) menyatakan bahwa semakin meningkat


4

kemandirian belajar maka akan semakin meningkat pula prestasi belajar peserta

didik. Seorang peserta didik dikatakan mempunyai kemandirian belajar apabila

mempunyai kemauan sendiri untuk belajar, mampu memecahkan masalah dalam

proses belajar, mempunyai tanggung jawab dalam proses belajar dan mempunyai

rasa percaya diri dalam setiap proses belajar. Kemandirian belajar yang tinggi dari

peserta didik sangat diperlukan agar terciptanya semangat diri untuk belajar

sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Motivasi belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar. Rafiola (2020) berpendapat bahwa keterlibatan motivasi belajar merupakan

faktor kunci dalam mencapai keberhasilan proses belajar. Pembelajaran yang

diikuti oleh peserta didik yang termotivasi akan benar-benar menyenangkan,

terutama bagi guru. Peserta didik yang menyelesaikan tugas belajar dengan

perasaan termotivasi terhadap materi yang telah dipelajari, mereka akan lebih

menggunakan materi yang telah dipelajari.

Peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan salah satunya yaitu

meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Rahmi (2019) menyatakan bahwa

peningkatan hasil belajar peserta didik tidak terlepas dari motivasi belajar peserta

didik dalam merespon dan mengikuti kegiatan belajar mengajar, peserta didik yang

memiliki motivasi tinggi akan memiliki semangat dan keseriusan dalam mengikuti

pelajaran dan peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar akan memiliki

sikap yang tidak peduli terhadap pelajaran.

Biologi dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan, namun kurang

sejalan dengan pemahaman peserta didik bahwa biologi merupakan salah satu mata
5

pelajaran yang sulit dimengerti karena didominasi dengan hafalan bahasa ilmiah.

Peserta didik menganggap mata pelajaran biologi sebagai pelajaran yang

membosankan menjadikan peserta didik kurang termotivasi dan kurangnya

keyakinan diri peserta didik dalam belajar biologi menjadi salah satu penyebab

rendahnya hasil belajar biologi peserta didik.

Pembelajaran biologi tidak sekedar menghafal materi, memahami konsep,

transfer ilmu dari guru kepada peserta didik. Pembelajaran biologi harus

memperhatikan kemampuan berpikir seperti menalar, karena biologi berkaitan

dengan kehidupan nyata. Kemampuan penalaran merupakan kemampuan berpikir

tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) yang harus dimiliki oleh peserta didik

karena akan berdampak baik terhadap hasil belajarnya. Higher Order Thinking

Skills memiliki ciri yang khas sebab level kemampuan seseorang telah mampu

berada pada tahap menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Peserta didik

diarahkan memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan,

sehingga mampu bernalar dalam memecahkan permasalahan, mengambil

keputusan, serta menciptakan inovasi baru.

Guru telah berupaya merancang pembelajaran sebaik mungkin agar peserta

didik mampu meraih capaian pembelajaran secara maksimal. Peserta didik

difokuskan pada pencapaian hasil belajar, sedangkan pencapaian keterampilan

belum banyak diperkenalkan sehingga keterampilan berpikir kritis, kreatif,

kolaborasi serta kemampuan komunikasi dalam pemecahan masalah masih tabuh

karena dianggap peserta didik sulit untuk berada pada tahapan Higher Order

Thingking Skill (HOTS).


6

Peningkatan kualitas peserta didik berfokus pada peningkatan kualitas

pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi

(HOTS). Higher Order Thingking Skills (HOTS) memiliki tujuan untuk membekali

peserta didik agar dapat mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan yang

dibangun selama kegiatan pembelajaran. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak

hanya sekedar mengingat fakta, mengemukakan fakta ataupun menjalankan aturan.

Higher Order Thingking Skills (HOTS) menuntun peserta didik untuk

melaksanakan suatu hal berdasarkan data dan kenyataan yang ada.

Zainal (2018) menyatakan penilaian berbasis Higher Order Thingking Skills

(HOTS) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena penilaian

berbasis HOTS menghubungkan materi pelajaran di kelas dengan konteks dunia

nyata agar pelajaran lebih bermakna. Penilaian Higher Order Thingking Skills

(HOTS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena dapat melatih peserta

didik berpikir kreatif dan kritis, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar

mengingat (recall), menyatakan kembali (restate) atau merujuk tanpa melakukan

pengolahan (recite).

Beberapa penelitian sebelumnya terkait sikap, kemandirian belajar dan

motivasi belajar yakni penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2016) dengan hasil

menunjukkan bahwa sikap belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar peserta didik dan Lestari Dwi Indah (2019) menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar dan kemandirian belajar

secara bersama-sama terhadap hasil belajar.


7

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Sikap Belajar, Motivasi Belajar dan Kemandirian

Belajar Terhadap hasil Belajar Biologi Berbasis HOTS Peserta Didik Kelas XI

IPA MAN di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diindentifikasi

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah sikap belajar berpengaruh langsung terhadap kemandirian belajar

peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar?

2. Apakah sikap belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar biologi

berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI IPA

MAN di Kota Makassar?

3. Apakah kemandirian belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar

biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI

IPA MAN di Kota Makassar?

4. Apakah motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap kemandirian belajar

peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar?

5. Apakah motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar biologi

berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI IPA

MAN di Kota Makassar?

6. Apakah sikap belajar berpengaruh tak langsung terhadap hasil belajar biologi

berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui kemandirian belajar

peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar?


8

7. Apakah motivasi belajar berpengaruh tak langsung terhadap hasil belajar

biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui kemandirian

belajar peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan penelitian yang

hendak dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh langsung sikap belajar terhadap kemandirian

belajar peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

2. Untuk mengetahui pengaruh langsung sikap belajar terhadap hasil belajar

biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI

IPA MAN di Kota Makassar

3. Untuk mengetahui pengaruh langsung kemandirian belajar terhadap hasil

belajar biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik

kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

4. Untuk mengetahui pengaruh langsung motivasi belajar terhadap kemandirian

belajar peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

5. Untuk mengetahui pengaruh langsung motivasi belajar terhadap hasil belajar

biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI

IPA MAN di Kota Makassar

6. Untuk mengetahui pengaruh tak langsung sikap belajar terhadap hasil belajar

biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui kemandirian

belajar peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar?

7. Untuk mengetahui pengaruh tak langsung motivasi belajar terhadap hasil


9

belajar biologi berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui

kemandirian belajar peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan bernilai jika dapat memberi manfaat bagi semua

pihak. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di bidang pendidikan

dan memberi informasi tentang pengaruh sikap, motivasi belajar dan

kemandirian belajar terhadap hasil belajar biologi berbasis Higher Order

Thingking Skills (HOTS) peserta didik. Penelitian ini dapat dijadikan literatur

bagi penelitian berikutnya dalam bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat praktis bagi sekolah, guru serta

peneliti.

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah berkaitan dengan sikap,

motivasi belajar dan kemandirian belajar peserta didik yang selanjutnya

berpengaruh pada hasil belajar berbasis Higher Order Thingking Skills

(HOTS) peserta didik.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi guru dalam meningkatkan pembelajaran biologi yang

berkaitan dengan sikap, motivasi belajar dan kemandirian belajar peserta

didik terhadap hasil belajar biologi berbasis Higher Order Thingking Skills
10

(HOTS).

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang sikap, motivasi belajar dan kemandirian belajar

peserta didik terhadap hasil belajar biologi berbasis Higher Order

Thingking Skills (HOTS) peserta didik serta memberikan pengalaman bagi

peneliti dalam melaksanakan penelitian di bidang Pendidikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sikap Belajar

a. Pengertian sikap belajar

Sikap belajar merupakan faktor internal psikologis yang sangat

berperan dan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang akan

mau dan tekun belajar atau tidak tergantung pada sikap peserta didik. Proses

belajar mengajar hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri diantaranya keadaan fisik,

intelegensi, sikap bakat, minat dan perhatian, motivasi, keadaan emosi serta

disiplin. Faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri peserta didik

diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain. Salah satu

faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu sikap

belajar. Sikap belajar sangat berpengaruh dalam sebuah keberhasilan

seseorang baik dalam dunia Pendidikan, karena dengan sikap belajar yang

baik maka anak tersebut akan mempunyai hasil belajar yang baik pula

(Adriyanto,2019).

Slameto (2003) dalam Nuzul (2018) menyatakan bahwa untuk

menjamin hasil belajar yang baii maka peserta didik harus memiliki sikap

terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan pelajaran tersebut tidak

11
12

menjadi perhatian peserta didik, maka akan timbul kebosanan, sehingga

berdampak pada keengganan untuk belajar.

Sikap belajar merupakan kecenderungan perilaku seseorang tatkala

mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap belajar adalah perasaan

senang atau tidak senang, perasaan suka atau tidak suka terhadap dosen,

tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya. Sikap blajar dapat diartikan

sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat

akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,

tujuan yang ingin dicapai, keteguhan dan konsistensi terehadap sesuatu.

Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap

peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan

sebagainya. Menurut Fishbein dan Ajzen sikap adalah suatu predisposisi

yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu

objek, situasi, konsep atau orang (Angga, 2018).

Sikap yang diberikan oleh peserta didik berbeda-beda pada materi

yang diajarkan dapat bersifat positif dan negatif. Hal ini didukung oleh

pendapat Arif dan Sumidjo (2018) yang menyatakan bahwa sikap adalah

suatu respon atau reaksi terhadap stimulus suatu objek, memihak atau tidak

memihak, positif maupun negatif terhadap berbagai keadaan sosial. Sikap

positif dari peserta didik dapat mempengaruhi pembentukan sikap belajar

yang baik seperti menjadi lebih giat dan senang dalam mengikuti proses

pembelajaran. Sedangkan sikap negative akan memberikan dampak seperti

menjadi tidak aktif dalam proses belajar dikelas. Pengungkapan sikap


13

peserta didik sangat penting dilakukan oleh pendidik untuk mendapatkan

umpan balik dari peserta didik tentang proses pembelajaran yang

dikelolanya, yaitu apabila peserta didik tidak mengerti dan memahami

materi yang diajarkan maka akan memberi tanggapan untuk bertanya.

Kecenderungan mereaksi atau sikap seseorang terhadap sesuatu hal,

orang atau benda dapat diklasifikasikan menjadi sikap menerima (suka),

menolak (tidak suka), dan sikap acuh tak acuh (tidak peduli). Nasution

(1982) dalam Trisnowali (2017) mengklasifikasikan wujud sikap belajar

menjadi beberapa klasifikasi, antara lain sebagai berikut; perasaan senang

atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju, dan perasaan suka atau

tidak suka.

Sikap merupakan kecenderungan pola tingkah laku individu untuk

berbuat sesuatu dengan cara tertentu terhadap orang, benda atau gagasan.

Sikap peserta didik terkait dengan proses pembelajaran merupakan hal yang

tidak bias dipisahkan (Yani, 2016). Peserta didik bersikap negatif pada mata

pelajaran biologi, maka peserta didik tersebut akan menjauhi, menghindari

bahkan membenci pelajaran biologi. Rasa malas dan jenuh akan melekat

pada diri peserta didik selama proses pembelajaran. Dapat dipahami hal ini

akan mempengaruhi hasil belajarnya. Dan sebaliknya jika peserta didik

bersikap positif maka pesera didik tersebut akan menyenangi dan berhasrat

ingin mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang materi biologi.

Menurut Syah (2013) dalam Cholimatuz (2016) menyatakan bahwa

proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses


14

belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif. Sedangkan Masardi (2018) menyatakan bahwa sikap belajar sangat

bergantung pada guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar.

Sikap belajar bukan sekedar sikap yang ditunjukkan kepada guru, tapi juga

kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran dan tugas. Sikap belajar

peserta didik berwujud senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,

suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap belajar akan

mempengaruhi proses dan hasil belajarnya.

b. Komponen sikap belajar

Sikap belajar mengandung 3 komponen yang membentuk struktur

sikap yang meliputi komponen kognitif, afektif dan konasi. Sebagai acuan

dalam penelitian ini memakai teori Azwar dalam Sidik (2019) terkait

dengan struktur sikap, yaitu:

1) Komponen kognitif yaitu berisi kepercayaan peserta didik mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap berupa pengetahuan,

kepercayaan atau pikiran dan keyakinan yang didasarkan pada informasi

yang berhubungan dengan objek.

2) Komponen afetif yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap yang berhubungan

dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa perasaan senang dan

tidak senang.
15

3) Komponen konasi yaitu komponen sikap yang menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri peserta

didik berkaitan dengan perilaku sikap yang dihadapinya.

c. Indikator sikap peserta didik

Palaniswamy (2013) menyatakan bahwa seseorang dalam

mengembangkan ilmunya haruslah bersifat kreatif. Sifat-sifat kreatif

menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapaiseseorang dalam

menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Begitu halnya dalam proses

belajar mengajar, peserta didik haruslah bersifat kreatif dalam

mengembangkan ilmunya. Seorang peserta didik yang mempunyai sikap

kreatif dapat terlihat dari bagaimana ia menerapkan strategi tersendiri dalam

memahami materi pelajaran dan bagaimana peserta didik tersebut

mendesain berbagai cara untuk menyelesaiakan suatu permasalahan.

Menurut Djaali (2009) menyatakan indikator sikap belajar dapat

diuraikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Indikator Sikap Belajar

No Indikator
1 Paham dan yakin akan pentingnya tujuan dan isi biologi
2 Kemauan untuk mempelajari dan menerapkan materi biologi
3 Keseriusan dalam mempelajari biologi
4 Senang membaca atau mempelajari buku biologi
5 Cara mengajar guru biologi
6 Interaksi guru dengan peserta didik
7 Upaya memperdalam mata pelajaran biologi
16

2. Kemandirian Belajar

a. Pengertian kemandirian belajar

Salah satu aspek kepribadian yang berperan penting bagi seseorang

dalam menjalani cobaan dan tantangan kehidupan adalah kemandirian.

Kemandirian dapat berfungsi secara optimal ketika peserta didik berada

dalam situasi yang menuntut tingkat kepercayaan diri. Menurut Nurhayati

(2016), kemandirian memiliki makna adanya kepercayaan terhadap

kemampuan diri sendiri dalam mengatasi permasalahan tanpa dikontrol dan

meminta bantuan pada orang lain. Seseorang yang memiliki kemandirian

tinggi akan mampu dalam menghadapi berbagai permasalahan karena selalu

berusaha untuk menghadapi, memecahkan masalah, dan tidak memiliki

ketergantungan dengan orang lain.

Fatimah (2010) mengemukakan bahwa kemandirian adalah sikap

dalam diri seseorang yang didapatkan selama masa perkembangan dan akan

terus dipelajari untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi

dan kondisi dilingkungan sehingga pada akhirnya mampu berpipkir dan

bertindak sendiri. Selain itu, kemandirian adalah kondisi psikologis yang

akan berkembang dengan baik apabila diberikan peluang

menembangkannya melalui latihan sejak dini dan secara berkelanjutan.

Latihan tersebut dapat berupa pemberian tugas tanpa bantuan dari orang lain

yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.

Desmita (2016), menyimpulkan bahwa kemandirian mengandung

pengertian bahwa peserta didik yang memiliki hasrat bersaing untuk maju,
17

mampu mengambil keputusan, berinisiatif dalam mengatasi permasalahan,

memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugasnya dan bertanggung

jawab terhadap apa yang dilakukannya adalah peserta didik yang memiliki

sikap mandiri dalam dirinya.

Belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh peserta didik

secara bebas menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan

proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan sumber-sumber belajar

yang dipilihnya, membuat keputusan akademik dan melakukan kegiatan

untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk melakukan kegiatan belajar

aktif dan bertanggung jawab yang didorong oleh motivasi diri sendiri demi

tercapainya hasil belajar yang optimal (Silaban, 2017).

Sikap kemandirian belajar memiliki peranan penting bagi seorang

peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Nurhayati (2016)

kemandirian belajar adalah kemampuan diri mengambil tanggung jawab

dalam kegiatan belajar yang dilakukannya. Kemandirian belajar dapat

diartikan pula sebagai kondisi peserta didik bertanggung jawab penuh

untuk memberikan keputusan dan menerapkannya dalam proses belajar.

Kemandirian adalah kemampuan diri dalam mengambil tanggung jawab

tanpa adanya bantuan dari orang lain yang diterapkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar adalah sikap yang muncul dalam diri peserta didik

untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Sikap mandiri sangat diperlukan

agar peserta didik memiliki rasa inisiatif dalam belajar. Sikap mandiri,
18

diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk berkeinginan belajar, dan

memiliki tanggung jawab tinggi dalam belajar sehingga mampu

meningkatkan hasil belajarnya secara optimal. Sikap mandiri dapat

dikembangkan melalui proses latihan yang berupa pemberian tugas-tugas

tanpa bantuan dari orang lain yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan

anak.

b. Karakteristik kemandirian belajar

Peserta didik yang mampu menunjukkan karakter dari sikap mandiri

dapat dinyatakan memiliki kemandirian dalam belajar. Abdullah (2001)

dalam Nurhayati (2016) menyimpulkan empat karakteristik dari

kemandirian belajar yaitu:

1) Mengintegritaskan manajemen diri. Peserta didik dapat dikatakan

mandiri dalam belajar apabila mampu bertanggung jawab dalam proses

belajar yang dilakukan menjadi dirinya sebagai manajer, misalnya

mengatur jadwal belajar.

2) Memiliki keinginan dan motivasi dalam belajar. Hal ini dapat dilihat

dalam memulai, memelihara dan melakukan pembelajaran. Motivasi

dapat mengarahkan seseorang dalam mengambil keputusan dan

menyelesaikan tugasnya.

3) Orientasi belajar berubah dari guru ke peserta didik. Peserta didik

memiliki wewenang dalam belajar untuk memutuskan tujuan yang akan

dicapai dan bermanfaat bagi dirinya.

4) Mentransfer pengetahuan konseptual kesituasi baru berkemungkinan


19

terjadi pada proses belajar mandiri. Maksudnya, peserta didik bebas

mengeksplorasi berbagai pengetahuan yang ada dengan menghilangkan

pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan realitas dalam

kehidupan.

Dari pendapat di atas, semakin jelas bahwa peserta didik yang

memiliki kemandirian dalam dirinya akan menunjukkan suatu karakteristik

berupa perbuatan maupun perilaku. Perilaku yang dijadikan sebagai

karakteristik utama dari kemandirian belajar adalah peserta didik mampu

mengatur diri sendiri dan bersikap tanggung jawab dalam mengambil

keputusan disetiap kegiatan belajar yang dilakukannya

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

Kemandiran yang dimiliki seseorang tidak terlepas dari faktor-

faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor

tersebut sangat menentukan dalam tercapainya kemandirian seseorang baik

faktor yang berasal dari dalam diri seseorang maupun berasal dari luar diri

seseorang. Ali dan Asrori (2017) menyebutkan bahwa perkembangan

kemandirian dalam diri anak dipengaruhi oleh sejumlah faktor baik dari

dalam maupun dari luar diri anak.

1) Faktor keturunan dari orang tua. Gen adalah salah satu faktor dari dalam

yang dapat mempengaruhi kemandirian seseorang. Sifat kemandirian

tinggi yang dimiliki orang tua berkemungkinan tinggi akan diturunkan

pada anaknya, karena dapat disebabkan oleh cara mendidik orang tua

terhadap anaknya.
20

2) Pola asuh orang tua. Cara mendidik dan mengasuh orang tua terhadap

anaknya dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian anak.

Misalnya, orang tua yang membangun situasi nyaman dalam interaksi

keluarganya dapat memberikan kelancaran perkembangan anak.

Sebaliknya, orang tua yang selalu mengekang kegiatan yang dilakukan

anaknya akan berpengaruh kurang baik pada perkembangan

kemandirian anak.

3) Sistem Pendidikan. Proses pendidikan disekolah yang tidak

mengembangkan demokrasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan

hukuman dapat menghambat perkembangan kemandirian peserta

didiknya. Sebaliknya adanya dukungan terhadap potensi peserta didik

dengan memberikan penghargaan dan menciptakan kompetisi positif

akan memperlancar perkembangan kemandirian peserta didik. Sekolah

diharapkan dapat memberikan kebebasan peserta didiknya untuk

beraspirasi dan beraktivitas sehingga dapat melatih sikap

kemandiriannya.

4) Sistem dalam bermasyarakat. Lingkungan masyarakat yang aman, tidak

terlalu hirarkis dan menghargai setiap ekspresi potensi anak dalam

berbagai bentuk kegiatan akan mendorong dan merangsang

perkembangan kemandirian anak. Jika anak merasa terlalu tertekan

terhadap pentingnya hirarki struktur social, kurang aman dan

masyarakat menghargai potensi anak dalam kegiatan produktif, dapat

menghambat kelancaran perkembangan kemandirian dalam diri anak.


21

Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan dalam mencapai hasil belajar yang baik karena dalam kegiatan

belajar membuat peserta didik belajar secara sukarela dan tanpa adanya

paksaan tentu akan membuat peserta didik lebih mudah menguasai materi

pelajaran tetapi tidak semua peserta didik bisa melakukannya. Sejalan

dengan hal tersebut Bilda dan Ahmad (2020) menyatakan bahwa setiap

peserta didik memiliki tingkat kemandirian yang berbeda satu sama lain.

Djaali (2017) menyatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi

kemandirian belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor

internal yang mempengaruhi kemandirian belajar antara lain:

1) Konsep diri, peserta didik terbiasa belajar apabila sudah memahami

materi yang diperoleh oleh guru.

2) Motivasi, peserta didik akan selalu mengembangkan minat yang sudah

ada sebelumnnya

3) Sikap, peserta didik mencerminkan perilaku yang postif apabila berada

di kalangan masyarakat.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian

belajar antara lain:

1) Lingkungan sekitar, faktor sekitar ini yang bisa mempengaruhi peserta

didik di sekolah.

2) Faktor masyarakat, faktor yang bisa memberikan bersikap positif oleh

peserta didik.

3) Faktor sekolah, Faktor yang menentukan agar peserta didik bisa


22

memberikan perubahan yang lebih baik.

4) Faktor keluarga, faktor yang paling menentukan dan paling utama

supaya peserta didik memiliki dorongan di saat ke sekolah

d. Indikator kemandirian belajar

Kemandirian belajar adalah sikap yang muncul dalam diri peserta

didik untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Nurhayati (2016)

mengartikan bahwa kemandirian bermakna sebagai suatu kondisi seseorang

dimana dalam menghadapi tugas-tugas memiliki tingkat kepercayaan diri,

berinisiatif dalam menghadapi permasalahan didapatkannya, bertanggung

jawab terhadap perbuatannya dan memiliki rasa bersaing untuk maju.

Seorang peserta didik yang memiliki karakteristik tersebut dalam dirinya

dapat diasumsikan memiliki sikap mandiri dalam belajar.

Menurut Sanjayanti (2015) menyatakan indikator kemandirian

belajar dapat diuraikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Indikator Kemandirian Belajar

Indikator Sub Indikator


Percaya Diri • Peserta didik belajar tidak bergantung kepada
orang lain.
• Peserta didik memiliki keberanian untuk
bertindak.
• Peserta didik yakin terhadap diri sendiri
Tanggung Jawab • Peserta didik memiliki kesadaran diri dalam
belajar.
• Peserta didik mengerjakan semua tugas yang di
berikan guru.
• Peserta didik ikut aktif dan bersungguh- sungguh
dalam belajar
Inisiatif • Peserta didik belajar dengan keinginan sendiri.
• Peserta didik bertanya atau menjawab tanpa
disuruh orang lain.
23

• Peserta didik berusaha mencari sumber referensi


lain dalam belajar tanpa disuruh guru.
Disiplin • Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
ketika pembelajaran.
• Peserta didik tidak menunda tugas yang
diberikan guru.
• Peserta didik tidak malas belajar

e. Manfaat kemandirian belajar

Manfaat Kemandirian Belajar Menurut Yamin (2013) antara lain

sebagai berikut :

1) Memberikan kecerdasan kepada orang lain. Peserta didik harus bisa

memiliki kepintaran untuk bisa berkopenten di dalam kelas maupun di

luar.

2) Memperdalam penyelidikan. Peserta didik bisa memperdalam

penyelidikan dengan tekun dan rajin.

3) Menanamkan cara untuk berusaha sendiri tanpa menggantungkan orang

lain. Peserta didik harus bisa belajar sendiri tanpa ada bantuan dari

orang lain.

4) Menambahkan daya ingat. Peserta didik harus bisa memperkuat daya

ingat di dalam pikirannya.

5) Menambah pengalaman. Peserta didik harus bisa menambah wawasan

dari teman maupun orang lain yang bisa bertkar pikiran.

6) Menyelesaikan persoalan. Peserta didik dapat memberikan solusi pada

setiap persoalan yang dihadapi.

7) Mempertimbangkan ketetapan. Peserta didik bisa memilih dan memilah

terhadap keputusan yang diambil


24

8) Bisa berimajinatif. Peserta didik harus bisa mengembangkan idennya.

9) Bersikap teliti. Peserta didik harus bisa cermat terhadap persoalan

apapun.

10) Meyakini diri sendiri. Peserta didik harus bisa percaya bahwa persoalan

pasti ada solusinya.

11) Sebagai pelajaran buat diri sendiri. Peserta didik bisa mengevaluasi

dirinya sendiri agar kedepannya bisa lebih baik.

Thoha dalam Sundayana (2016) mengemukakan terdapat delapan

ciri kemandirian belajar, yaitu: mampu berpikir secara kritis, kreatif dan

inovatif; tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain; tidak lari atau

menghindari masalah; memecahkan masalah dengan berpikir yang

mendalam; apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain; tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan

orang lain; berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan;

serta bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

f. Bentuk-bentuk kemandirian belajar

Kemandirian menuntut kesiapan peserta didik baik dalam kesiapan

fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melaksanakan

kegiatan atas tanggung jawabnya sendiri tanpa menggantungkan diri

dengan orang lain. Maslow (1971) dalam Ali & Asrori (2017) membagi

kemandirian menjadi dua macam yaitu kemandirian aman dan tidak aman.

Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan,

cinta kasih dan kesadaran terhadap tanggung jawab, sedangkan


25

kemandirian tidak aman adalah kekuatan kepribadian yang berbentuk

tindakan menentang kehidupan.

Kemandirian berkembang melalui proses keragaman yang bersifat

interaksional dalam kesamaan dan kebersamaan. Kemandirian menurut

Havighurts (1972) dalam Desmita (2016), dapat dibedakan dalam empat

bentuk, yaitu kemandirian intelektual, emosional, sosial dan ekonomi.

Kemandirian emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengatur

perekonomiannya dan tidak menggantungkan kebutuhan tersebut terhadap

orang lain. Kemandirian social adalah kemampuan seseorang dalam

melakukan komunikasi dan tidak menggantungkan diri terhadap aksi orang

lain. Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak akan lepas dari berbagai

masalah yang dapat ditimbulkan baik oleh diri sendiri maupun orang lain.

Jika dalam kehidupannya seseorang mampu mengatasi permasalahan yang

dihadapinya, maka orang tersebut dapat dikatakan memiliki kemandirian

intelektual.

Lain halnya dengan Steiberg (1993) dalam Nurhayati (2016) yang

mengatakan bahwa kemandirian terdiri dari tiga aspek yaitu mandiri emosi,

mandiri berpikir, dan mandiri bertindak. Mandiri emosi adalah aspek

kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan korelasi

emosional seseorang, dan akan muncul apabila peserta didik sering

melakukan interaksi dengan orang lain. Misalnya hubungan emosi peserta

didik dengan peserta didik lain, guru dan orang tua. Aspek kedua adalah

mandiri berpikir, yaitu kemampuan mengartikan seperangkat prinsip


26

tentang baik-buruk, benar-salah, dan apa yang berguna bagi dirinya. Peserta

didik yang mandiri, saat memutuskan suatu tindakan akan

mempertimbangkan segala konskuensinya terlebih dahulu. Aspek ketiga

adalah mandiri bertindak yaitu kemampuan seseorang dalam membuat

keputusan secara bebas tanpa bergantung pada orang lain dan

melakukannya dengan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa terdapat

kesamaan pendapat dalam bentuk-bentuk kemandirian dalam belajar yang

dinyatakan oleh Desmita dan Nurhayati. Kemandirian berperan penting

dalam kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dan dapat memberikan

pengaruh terhadap kesiapan peserta didik dalam mengatur, mengurus serta

melakukan kegiatan atas tanggung jawabnya sendiri tanpa meminta bantuan

orang lain dalam melakukan kegiatan belajar.

g. Tingkatan dan karakteristik kemandirian belajar

Kemandirian dalam diri seseorang akan senantiasa mengalami

perkembangan yang berlangsung secara bertahap sesuai dengan

perkembangannya. Nurhayati (2016) menganalisa bahwa dalam mencapai

kemandirian belajar terdapat enam tahapan, diantaranya; kegiatan sebelum

pelaksanaan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang positif,

mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengidentifikasi

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran dan monitoring serta melakukan evaluasi hasil

belajar.
27

Kartadinata (1988) dalam Ali & Asrori 2017 menjelaskan bahwa

tingkat kemandirian pada umumnya yaitu bervariasi dan menyebar pada

tingkatan sadar diri, seksama, individualistik, dan mandiri. Kecenderungan

bervariasi mengisyaratkan bahwa proses pengambilan keputusan peserta

didik didasari oleh kecenderungan berpikir alternatif, dibandingkan

dilakukan secara mandiri. Sedangkan kemandirian pada tingkat seksama,

proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pada prinsip sendiri

yang diikuti dengan kesadaran tanggung jawab atas keputusan yang diambil

dan kemampuan berpikir alternatif.

Lovinger (1988) dalam Desmita (2016) mengemukakan tingkatan

dan karakteristik dalam kemandirian ada enam tingkatan. Dari keenam

tingkatan tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Tingkatan tersebut yaitu melindungi diri dan impulsive, tingkat

komfirmistik, tingkat sadar diri, tingkat saksama, tingkat individualitas dan

tingkat mandiri. Tingkatan kemandirian tersebut akan berkembang secara

bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian peserta didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkatan

kemandirian seseorang akan mengalami perkembangan dari setiap

tingkatan. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa kemandirian belajar

dalam diri peserta didik juga mengalami perkembangan. Perkembangan

kemandirian belajar dimulai sejak dini dan dapat berkembang melalui

latihan yang dilakukan secara terus menerus.


28

3. Motivasi Belajar

a. Defenisi motivasi belajar

Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu “movere”, yang artinya

menggerakkan. Motivasi memiliki arti yang sama dengan motif, yaitu suatu

daya pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga

berasal dari perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan

asalnya adalah motive yang berarti tujuan atau segala upaya untuk

mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan,

dengan tujuan tersebut yang menjadikan daya penggerak utama bagi

seseorang dalam berupaya mendapatkan atau mencapai apa yang

diinginkannya baik itu secara positif ataupun negatif (Octavia, 2020).

Teori motivasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya teori motivasi Abraham Maslow (1943-1970) menjelaskan

“kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan,

yaitu: dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia

menunjukkannya dalam 5 tingkatan piramid, orang memulai dorongan dari

tingkatan terbawah” (Harisuddin, 2019).

Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri

seseorang yang muncul dengan adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi

sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak sesuatu yang

disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan (Octavia, 2020).

Motivasi menjadi suatu kekuatan suatu keadaan dalam diri seseorang untuk

bergerak ke arah tujuan tertentu baik yang disadari maupun yang tidak
29

disadari.

Motivasi merupakan dorongan yang kuat dari dalam diri seseorang

untuk masuk dalam sebuah proses dan mampu mempertahankan tingkah

lakunya hingga mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi dapat menentukan

seberapa banyak seseorang akan belajar, seberapa banyak kegiatan yang

akan mereka ikuti, seberapa cepat mereka mencapai tujuan atau sebarapa

banyak mereka mendapatkan informasi yang diperoleh dan digunakan

untuk mencapai tujuannya (Susanti, 2020). Motivasi memegang peranan

yang penting dalam proses belajar peserta didik. Adanya motivasi peserta

didik akan bersemangat dan aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan,

sehingga kegiatan belajar yang dialami peserta didik menjadi bermakna dan

hasil belajar menjadi optimal.

Sedangkan menurut (Uno, 2016) menyatakan bahwa “motivasi

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya”. Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses

belajar peserta didik. Adanya motivasi, peserta didik akan bersemangat dan

aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga kegiatan belajar

yang dialami peserta didik menjadi bermakna dan hasil belajar menjadi

optimal.

Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan

yang berbeda, ada motif yang begitu kuat hingga menguasai motif-motif

lainnya. Motif yang paling kuat adalah motif yang menjadi penyebab utama
30

tingkah laku individu. Motif yang lemah dan juga yang sangat lemah.

Handoko mengungkapkan bahwa untuk mengetahui kekuatan motif-motif

yang sedang menguasai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui: (1)

kekuatan kemauan untuk berbuat; (2) jumlah waktu yang disediakan; (3)

kerelaan meninggalkan tugas; (4) kerelaan mengeluarkan biaya demi

perbuatan itu; (5) ketekunan dalam menjalankan tugas dan lain-lain

(Muhammad, 2016).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan perubahan yang terdapat dari dalam diri yang mendorongnya

untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan. Motivasi memegang

peranan yang penting dalam proses belajar peserta didik, karena motivasi

yang mendorong peserta didik untuk berbuat, menentukan arah, dan

menyeleksi kegiatan yang menunjang belajar.

b. Fungsi motivasi belajar

Menurut (Faradita, 2021) motivasi sangat diperlukan dalam belajar.

Semakin sesuai motivasi yang disampaikan, maka akan semakin pula

keberhasilan dalam tujuan pembelajaran.maka dari itu motivasi dapat

menentukan tujuan pembelajaran. Fungsi motivasi antara lain:

1) Mengajak manusia untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi dalam hal

ini diartikan sebagai penggerak dari kegiatan yang akan dilaksanakan.

2) Menetapkan arah kegiatan, yakni menentukanarah kegiatan yang harus

dilakukan sesuai dengan tujuan.

3) Memilih kegiatan, yakni menentukan memilih kegiatan yang harus lebih


31

dulu dilakukan untuk dapat mencapai tujuan, dengan cara menduakan

kegiatan yang kurang bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4) Pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

c. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi

belajar. Rafiola, dkk (2020) yang menyatakan bahwa keterlibatan motivasi

belajar merupakan faktor kunci dalam mencapai keberhasilan proses

belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang termotivasi akan

benar-benar menyenangkan, terutama bagi guru. Peserta didik yang

menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi

yang telah dipelajari, mereka akan lebih mungkin menggunakan materi

yang telah dipelajari. Motivasi merupakan faktor pendorong suksesnya

pembelajaran dengan baik, karena tanpa adanya motivasi belajar yang

tinggi, proses pembelajaran akan terhambat sehingga peserta didik tidak

akan serius dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya motivasi dalam

belajar, peserta didik menjadi bersemangat dan terdorong untuk mengikuti

pembelajaran dengan bersungguh-sungguh.

d. Aspek-aspek motivasi belajar

Motivasi dapat dikelompokkan menjadi motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari

dalam diri seseorang karena adanya keinginan atau kemauan untuk

mencapai tujuan dan prestasi. Motivasi intrinsik tidak memerlukan

rangsangan dari luar. Sebaliknya motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang


32

berasal dari luar diri seseorang, dapat muncul karena rangsangan atau

stimulusdari luar. Misalnya ada reward yang akan diberikan, lingkungan

pembelajaran yang menyenangkan, topik yang menarik, gurunya

menginspirasi, tantangan yang berhubungan dengan harga diri, adanya

pujian dan lain-lain (Susanti, 2020).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada peserta didik siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar.

e. Indikator motivasi belajar

Uno (2017) menyatakan indikator motivasi belajar dapat diuraikan

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Indikator Motivasi Belajar

No Indikator
1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4 Adanya penghargaan dalam belajar
5 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6 Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat diketahui melalui

aktivitas-aktivitas selama proses belajar, antara lain:

1) Menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran.


33

2) Mengikuti pelajaran di kelas.

3) Menindaklanjuti pelajaran di sekolah.

Menurut (Volet & Järvelä, 2001) dalam perspektif sosial-kognitif,

konteks cenderung dikonseptualisasikan sebagai faktor yang mempengaruhi

motivasi. Faktor-faktor tersebut dapat mencakup sekolah, ruang kelas,

keluarga, kelompok sebaya, masyarakat, negara serta budaya, etnis dan

kontekshistoris.

f. Prinsip-prinsip motivasi belajar

Menurut Syaiful (2011) dalam (Baharuddin, 2018), menyatakan

prinsip-prinsip motivasi dalam belajar di antaranya sebagai berikut:

1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

Minat merupakan alat motivasi dalam belajar sebagai potensi

psikologis yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Apabila

seseorang sudah termotivasi dalam belajar, maka orang tersebut akan

melakukan aktivitas belajar dalam rentang tertentu.

2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam

belajar

Peserta didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik sangat

sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya kuat, dia belajar

bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan

pujian orang lain atau mengharapkan hadiah tetapi karena ingin

memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.


34

3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

Setiap oang senang dihargai dan tidak suka dihukum. Memuji orang

lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal

ini akan memberikan semangat.

4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.

Kebutuhan yang tak dapat dielakkan oleh seseorang adalah

mengembangkan potensi diri. Bagaimana untuk mengembangkan diri

dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki. Apabila tidak

belajar, maka tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan.

5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

Dengan adanya motivasi dalam belajar, maka aktivitas belajar

bukanlah hal yang sia-sia baginya. Hasilnya akan berguna hingga

kemudian hari. Bahkan dapat mengantisipasi seseorang untuk membuka

buku catatan. Hal ini menunjukkan optimisme seseorang tersebut.

6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi

mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu

dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang.

4. Hasil belajar

a. Hakekat hasil belajar

Istilah belajar merupakan hasil dari penguasaan ilmu pengetahuan

yang diungkapkan dalam bentuk perubahan perilaku yang menyangkut

pencapaian peserta didik selama belajar di sekolah seperti aspek kognitif,


35

afektif dan psikomotorik. Menurut (Wahyuningsih, 2020) hasil belajar

seseorang dapat diartikan sebagai nilai yang diperoleh peserta didik selama

kegiatan belajar mengajar. Secara umum pengertian hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki

oleh peserta didik setelah belajar, yang mewujudkan berupa kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik yang disebabkan oleh pengalaman dan

buku hanya salah satu aspek potensi saja.

Kognitif dalam arti penguasaan materi pelajaran yang diukur dengan

menggunakan alat tes. Aspek afektif yaitu kemampuan peserta didik

mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan yang

telah dipelajarinya untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan aspek psikomotorik memiliki arti kemampuan peserta didik

untuk mengungkapkan kembali kemampuan yang telah dimilikinya,

sehingga benar-benar mampu mempraktikkan secara nyata. Prestasi belajar

merupakan hasil belajar yang dibuktikan dengan kemampuan peserta didik

menjawab soal-soal tes baik formatif maupun sumatif yang menyangkut

tiga ranah tersebut, kemudian dituangkan guru dalam bentuk angka (Sinar,

2018).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, karena manusia dalam

mencapai hasil belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi

juga menyangkut otak, yaitu dengan berfikir. Menurut (Wahyuningsih,

2020) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal


36

(faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis

dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal (faktor dari luar manusia)

meliputi faktor non sosial dan faktor sosial.

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri peserta didik

yang berpengaruh dalam meraih hasil belajar. adapun faktor internal

tersebut adalah:

a) Faktor intelegensi (kecakapan)

Intelegensi atau kecapakan merupakan faktor bawaan meskipun

kadang juga diupayakan dengan latihan tertentu. Ranah kejiwaan

yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologis

kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan

lainnya yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotorik (karsa).

Ada dua hal yang berkaitan dengan kecakapan kognitif ini yaitu

menghafal dan mengaplikasikan. Dengan kecakapan ini peserta

didik dapat memecahkan masalah belajar dan permasalahan lain

yang terjadi dalam kehidupan.

b) Faktor minat dan motivasi

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada

suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan

motivasi sebagai sesuatu yang kompleks yang akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia,

sehingga akan bergayut pada persoalan gejala kejiwaan, perasaan


37

dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

c) Faktor cara belajar

Cara belajar adalah bagaimana seseorang melaksanakan

belajar. hal ini mencakup; (1) konsentrasi dalam belajar, (2) usaha

mempelajari kembali materi yang telah dipelajari, (3) membaca

dengan teliti dan berusaha menguasai dengan baik, (4) selalu

mencoba menyelesaikan dan berlatih mengerjakan soal.

2) Faktor eksternal

Selain dipengaruhi oleh faktor dalam diri peserta didik, hasil belajar

juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Yang termasuk faktor eksternal

ini yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

a) Lingkungan keluarga

Aktivitas dalam keluarga tidak mengenal wa ktu dan berbagai

peraturan yang mengikat, tetapi terdorong oleh rasa tanggung jawab

terhadap kelangsungan hidup dalam keluarga itu sendiri. Keluarga

mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

b) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang berstruktur sistem

organisasi yang baik. Sehingga di sekolah peserta didik akan

mendapati aturan dan tata tertib belajar sekolah. Beberapa hasil

penelitian tentang sekolah yang efektif membuktikan bahwa


38

kecenderungan atau hasil belajar peserta didik sangat ditentukan

oleh lingkungan belajar di sekolah.

c) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat anak belajar tentang norma, nilai,

aturan dan adat dalam bermasyarakat. Norma norma tersebut

berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak dalam bersikap dan

bertindak. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

5. Higher Order Thingking Skills (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thingking Skills (HOTS)

Soal HOTS merupakan instrument pengukuran yang digunakan

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan

berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali

(restate) atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal HOTS

pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke

konsep yang lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari

kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan

informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi

secara kritis (Wayan, 2017).

Higher Order Thingking Skills (HOTS) atau kemampuan berpikir

tingkat tinggi dijelaskan oleg Gunawan (2003) adalah proses berpikir yang

mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi yang ada dan

ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan pengertian dan implikasi


39

baru. Misalnya, ketika peserta didik menggabungkan fakta dan ide dalam

proses mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan

hipotesis dan analisis, hingga peserta didik sampai pada suatu kesimpulan.

Bagarukayo (2012) dalam Zainal (2018) mendefinisikan HOTS meliputi: 1)

membuat keputusan, 2) menyelesaikan masalah, 3) berpikir kritis, 4)

menganalisis, 5) mensintesis, 6) menginterpretasi. Zohar (2003) dalam

Zainal (2018) mengkategorikan HOTS menjadi: 1) berargumen konstruktif,

2) mengajukan pertanyaan ilmiah, 3) membuat perbandingan, 4)

memecahkan masalah yang rumit nonalgoritma, 5) menggolongkan

perbedaan pendapat, 6) mengidentifikasi asumsi yang tersirat.

b. Karakteristik HOTS

Wayan (2017) menyatakan bahwa soal-soal HOTS sangat

direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas.

Adapun karakteristik soal-soal HOTS sebagai berikut:

1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk

memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis

(critical thingking), berpikir kreatif (creative thingking), kemampuan

berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision

making), kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu

kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki peserta

didik.
40

2) Berbasis permasalahan kontekstual

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata

dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat

menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan

masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia

saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang

angkasa serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai

aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana

keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),

menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply), dan

mengintegrasikan (intergrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di

kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.

3) Menggunakan bentuk soal beragam

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-

soal HOTS) sebagaimana yang digunakan PISA (Programme for

International Student Asesment), bertujuan agar dapat memberikan

informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes.

Beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir

soal HOTS yang digunakan pada model pengujian PISA sebagai berikut;

a) Pilihan ganda

Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan

jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan

pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau


41

paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun

seseorang akan terkecoh dan memilihnya apabila tidak menguasai

bahan/materi pelajarannya dengan baik.

b) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)

Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji

pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif

yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lainnya.

c) Isian singkat atau melengkapi

Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut

peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata,

frase, angka atau simbol.

d) Jawaban singkat atau pendek

Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang

jawabannya berupa kata, kalimat pendek atau frase terhadap suatu

pertanyaan.

e) Uraian

Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut

peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan atau hal- hal yang telah

dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan

gagasan menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.

c. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS

Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS

menurut Wayan (2017) sebagai berikut;


42

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

2) Menyusun kisi-kisi soal

3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

d. Peran soal HOTS dalam penilaian

Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir

tingkat tinggi (Wayan, 2017). Beberapa peran soal-soal HOTS dalam

meningkatkan mutu penilaian.

1) Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21.

Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang

dibutuhkan pada abad ke-21 yaitu; a) memiliki karakter yang baik

(beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang menyerah, kepekaan

social dan berbudaya, mampu beradaptasi serta memiliki daya saing

yang tinggi); b) memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan

kreatif, problem solving, kolaborasi dan komunikasi); c) menguasai

literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber- sumber

pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital dan auditori. Penyajian

soal-soal HOTS dalam penilaian dapat melatih peserta didik untuk

mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan

kompetensi abad ke 21. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal

HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thingking and doing),

kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance),


43

akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah.

Permasalahan yang terjadi di daerah dapat diangkat sebagai

stimulus kontekstual. Stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal- soal

HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara

langsung oleh peserta didik. Penyajian soal-soal HOTS dalam ujian

sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-

potensi yang ada didaerahnya.

3) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab

tantangan di masyarakat sehari-hari. Pengetahuan yang dipelajari di

dalam kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di

masyarakat. Peserta didik akan merasakan bahwa materi pelajaran yang

diperoleh di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun

dimasy arakat. Tantangan yang terjadi di masyarakat dapt dijadikan

stimulus kontekstual dan menarik dalam penilaian. Munculnya soal

berbasis HOTS diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta

didik.

4) Meningkatkan mutu penilaian

Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu

Pendidikan. Membiasakan melatih peserta didik untuk menjawab soal-

soal HOTS, diharapkan peserta didik dapat berpikir secara kritis dan
44

kreatif.

B. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan hasil belajar. Hasil

belajar diperoleh melalui evaluasi berupa tes dan dinyatakan dalam bentuk nilai.

Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik mendapatkan kontribusi dari faktor

internal dan faktor eksternal.

Sikap merupakan faktor internal psikologis yang berperan dalam

mempengaruhi proses belajar. Sikap positif peserta didik dapat mempengaruhi

pembentukan sikap belajar yang baik seperti menjadi lebih giat dan senang dalam

mengikuti proses pembelajaran. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, peserta

didik harus memiliki sikap positif tehadap bahan yang dipelajarinya.

Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar. Peserta didik memiliki keinginan belajar sendiri tanpa adanya paksaan dari

orang lain dan bisa mengatur proses belajarnya dengan baik sehingga akan

mempengaruhi hasil belajarnya. Inisiatif dalam diri peserta didik dapat

memunculkan keinginan untuk melakukan kegiatan belajar dan rasa bertanggung

jawab terhadap tugas-tugas sekolah. Peserta didik yang memiliki kemandirian yang

tinggi akan memperoleh hasil belajar yang tinggi agar tujuan belajarnya tercapai.

Motivasi belajar dapat berkontribusi terhadap meningkatnya hasil belajar

yang diperoleh peserta didik. Motivasi belajar adalah perubahan yang terjadi pada

diri seseorang yang dapat memberikan dorongan untuk memiliki keinginan

melakukan dan dapat mencapai tujuan belajar. Peserta didik yang memiliki

motivasi dalam dirinya, akan berkeinginan untuk melakukan kegiatan belajar dan
45

tujuan belajar yang hendak dicapai dapat diperoleh dengan hasil yang maksimal.

Higher Order Thingking Skils (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat

tinggi memiliki tujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengaplikasikan

pengetahuan serta keterampilan yang dibangun selama kegiatan pembelajaran.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi, tidak hanya sekedar mengingat fakta,

mengemukakan fakta ataupun menjalankan aturan. HOTS menuntun peserta didik

untuk melaksanakan suatu hal berdasarkan data dan kenyataan yang ada.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi begitu penting, seseorang mampu bersikap

kritis, kreatif dan mampu menemukan solusi efektif dari berbagai permasalahan.

Hasil observasi Kelas XI IPA MAN di Kota Makassar dalam proses

pembelajaran berlangsung yaitu sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran

biologi kurang bersemangat dan kurangnya konsentrasi dalam proses pembelajaran.

Banyak diantara peserta didik yang masih mengerjakan pekerjaan rumahnya di

sekolah dengan cara melihat pekerjaan teman. Disebabkan kurangnya motivasi

peserta didik dalam belajar.


46

Kurang Efektifnya Proses


Pembelajaran

Faktor Yang Mempengaruhi

Sikap Belajar Motivasi Belajar Kemandirian Belajar

Hasil Belajar Berbasis HOTS

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini secara umum yaitu “Terdapat Pengaruh Sikap

Belajar, Motivasi belajar dan Kemandirian belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi

Berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) Peserta Didik Kelas XI IPA MAN

di Kota Makassar”

Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Sikap belajar berpengaruh langsung terhadap kemandirian belajar peserta didik

kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

2. Sikap belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar biologi berbasis

Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota

Makassar

3. Kemandirian belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar biologi

berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI IPA

MAN di Kota Makassar


47

4. Motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap kemandirian belajar peserta

didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

5. Motivasi belajar berpengaruh langsung terhadap hasil belajar biologi berbasis

Higher Order Thingking Skills (HOTS) peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota

Makassar

6. Sikap belajar berpengaruh tak langsung terhadap hasil belajar biologi berbasis

Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui kemandirian belajar peserta

didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

7. Motivasi belajar berpengaruh tak langsung terhadap hasil belajar biologi

berbasis Higher Order Thingking Skills (HOTS) melalui kemandirian belajar

peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota Makassar


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis ex-post facto yang bersifat

korelasional. Penelitian ini berfungsi untuk menyelidiki pengaruh antara 3 variabel

bebas atau lebih secara bersama- sama terhadap variabel terikat. Disebut penelitian

ex-post facto karena faktor yang akan dilihat telah ada dalam diri peserta didik dan

tanpa diberi perlakuan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2021/2022

di MAN di kota Makassar meliputi, MAN 1 Makassar, MAN 2 Makassar, dan MAN

3 Makassar.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

X1

Y Z

X2
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2016).

Keterangan:
X1 : Sikap Belajar
X2 : Motivasi Belajar
Y : Kemandirian Belajar
Z : Hasil Belajar Biologi Berbasis HOTS

48
49

D. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu variabel eksogen terdiri

dari sikap belajar (X1) dan motivasi belajar (X2). Variabel intervening yaitu

kemandirian belajar (Y) dan variabel endogen adalah hasil belajar biologi berbasis

HOTS (Z).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peseta didik kelas XI IPA

MAN di Kota Makassar yang terdiri dari 15 kelas dengan jumlah peserta didik

577 orang yang dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Populasi Seluruh Peserta didik Kelas XI IPA MAN di Kota
Makassar

Kelas XI IPA MAN di Kota Makassar


Jumlah
Nama Sekolah Kelas Total
Peserta didik
MIA 1 40
MIA 2 41
MAN 1 Makassar MIA 3 41 201
MIA 4 40
MIA 5 39
MIA 1 41
MIA 2 40
MAN 2 Model Makassar MIA 3 40 241
MIA 4 40
MIA 5 40
MIA 6 40
MIA 1 32
MAN 3 Makassar MIA 2 35 135
MIA 3 35
MIA 4 33
Total 577
50

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simpel Random

Sampling yaitu pengambilan kelas sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

Besarnya ukuran sampel yang digunakan berdasarkan rumus Slovin

yaitu:

𝑵
n=
𝟏+𝑵.(ⅇ)𝟐

sumber: Sugiyono (2017)


Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = toleransi kesalahan (0,05)

Oleh karena itu, besarnya ukuran sampel yang digunakan adalah;

577
s=
1+577.(0,05)2

s = 236,23 atau dibulatkan menjadi 236 sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2

sebagai berikut;

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah Perhitungan Jumlah


No Nama Sekolah Populasi dengan sampel Kelas
Kelas XI rumus
MAN 1 201 MIA 2
1 201 × 236 82
Makassar 577 MIA 3
241 MIA 2
MAN 2 Model × 236
2 241 577 98 MIA 4
Makassar
MIA 5
MAN 3 135 MIA 1
3 135 × 236 55
Makassar 577 MIA 2
Jumlah 577 236 7 kelas
51

Pengambilan sampel dilakukan pada kelas XI IPA MAN di Kota Makassar

dengan alasan peserta didik kelas XI telah melakukan adaptasi dengan situasi

sekolah selama kurang lebih satu tahun.

F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang

akan diteliti, maka akan diberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Sikap (X1)

Sikap belajar peserta didik adalah respon peserta didik terhadap kegiatan

pembelajaran yang nampak dari perasaan suka atau tidak suka, senang atau

tidak senang, tertarik atau tidak tertarik pada pembelajaran biologi yang

berlangsung didalam kelas. Sikap belajar dapat diukur melalui indikator, yaitu

(a) paham dan yakin pentingnya tujuan dan isi biologi, (b) kemauan untuk

mempelajari dan menerapkan materi biologi, (c) keseriusan dalam mempelajari

biologi, (d) senang membaca atau mempelajari buku biologi, (d) cara mengajar

guru biologi, (e) interaksi guru dengan peserta didik.

2. Kemandirian Belajar (X2)

Kemandirian belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk

belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil belajar biologi.

Kemandirian belajar dapat diukur melalui indikator, yaitu (a) percaya diri, (b)

tanggung jawab, (c) inisiatif, (d) disiplin.

3. Motivasi Belajar (Y)

Motivasi Belajar yaitu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong


52

individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan

yang diinginkan sehingga hasil belajar menjadi optimal. Motivasi belajar dapat

diukur melakui indikator, yaitu (a) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar biologi, (b) adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar biologi,

(c) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (d) adanya penghargaan dalam

belajar biologi, (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar biologi, (f)

adanya lingkungan belajar yang kondusif.

4. Hasil belajar berbasis HOTS (Z)

Hasil belajar biologi berbasis Higher Order Of Thinking Skill (HOTS) yaitu

hasil belajar peserta didik dengan melatih kemampuan berpikir yang tidak hanya

membutuhkan kemampuan mengingat. Higher Order Of Thinking Skill (HOTS)

mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Indikator soal HOTS

yaitu menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terbagi atas 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap menganalisis.

1. Tahap persiapan

Beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebagai langkah awal

dalam penelitian yang meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

a. Melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI IPA

MAN di Kota Makassar.

b. Mencari referensi terkait variabel sikap, kemandirian belajar, motivasi

belajar dan hasil belajar berbasis HOTS.


53

c. Menyusun proposal kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing

2. Tahap pelaksanaan

Adapun tahap pelaksanaan merupakan tahap pengumpulan informasi dari

sampel penelitian mengenai variabel yang akan diteliti, meliputi:

a. Menyusun instrumen penelitian terkait dengan variabel yang akan diteliti

b. Melakukan validasi instrumen kepada validator ahli.

c. Menyebarkan angket sikap, motivasi belajar dan kemandirian belajar dan

tes hasil belajar HOTS kepada peserta didik kelas XI IPA MAN di Kota

Makassar yang dijadikan sampel penelitian

d. Mengumpulkan data tentang hasil belajar MID Semester peserta didik dari

guru mata pelajaran biologi yang bersangkutan

3. Tahap menganalisis

Tahap akhir merupakan tahap menganalisis data yang telah dikumpulkan

dari sampel untuk menentukan kesimpulan dari hasil penelitian, yang terdiri:

a. Melakukan pengolahan data setelah data dikumpulkan dengan teknik

analisis data deskriptif dan inferensial.

b. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

c. Membuat laporan hasil penelitian.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai

variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu

angket/kuesioner yang digunakan untuk memperoleh skor varibel sikap,

kemandirian belajar dan motivasi belajar dan instrumen tes hasil belajar yang
54

digunakan yaitu tes hasil belajar biologi berbasis HOTS.

Tabel 3.4 Kisi-kisi angket sikap belajar

Pernyataan Skor
Selalu 4
Sering 3
Pernah 2
Tidak Pernah 1

Tabel 3.4 Kisi-kisi angket motivasi belajar

Pernyataan Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Tabel 3.5 Skala Penilaian Kemandirian Belajar

Pernyataan Skor
Selalu 4
Sering 3
Pernah 2
Tidak Pernah 1
Sumber: (Sugiyono, 2016)

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan instrumen kepada

Peserta didik yang merupakan sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket (kuesioner), wawancara,

dokumentansi dan tes hasil belajar berbasis HOTS.

1. Angket (kuesioner)

Angket (Kuesioner) adalah suatu daftar pernyataan mengenai suatu

masalah atau bidang yang akan diteliti. Dalam penelitian ini angket diberikan

kepada responden dengan tujuan untuk mengetahui sikap, kemandirian belajar

dan motivasi belajar.


55

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi

tentang sikap belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan hasil belajar

peserta didik pada pembelajaran biologi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi untuk mengetahui data hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran Biologi. Dalam penelitian ini peneliti menghimpun data berupa

dokumen hasil belajar peserta didik dari guru mata pelajaran biologi.

4. Tes Hasil Belajar

Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar berbasis Higher Order

Thingking Skill (HOTS) dan tes hasil belajar dari guru kelas XI IPA MAN di

Kota Makassar.

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Indikator baik atau tidaknya suatu instrumen ditentukan oleh koefisien

validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas menyatakan tingkat

kepercayaan data hasil penelitian yang didapatkan melalui instrumen tersebut.

1. Validitas

Uji validitas merupakan indikator yang menunjukkan ketepatan instrumen

yang digunakan artinya instrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa

yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Jika instrumen yang digunakan

untuk mengambil data itu valid maka hasil pengukuranpun pasti akan benar.

Validitas suatu istrumen diukur untuk tiap butir instrumen tersebut.


56

Tiap butir instrumen tersebut diuji dengan menggunakan program

komputer SPSS 26.0 for windows. Adapun dasar pengambilan keputusan yaitu:

a. Membandingkan angka r hitung dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka

item dikatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung < r Tabel maka item

dikatakan tidak valid.

b. Membandingkan nilai Sig. dengan alfa (0,05) jika nilai Sig < 0,05 maka

butir instrumen tersebut valid. Sebaliknya jika Sig. > 0,05 maka butir

instrumen tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indikator yang menujukkan keandalan instrumen yang

digunakan dengan kata lain reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu

tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai Cronbach alpha

dengan ketentuan nilai Cronbach alpha minimal 0,6. Jika nilai Cronbach alpha

yang didapatkan dari perhitungan SPSS > 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa

angket tersebut reliabel. Sebaliknya, jika nilai Cronbach alpha dibawah 0,6

maka angket tersebut dinyatakan tidak reliabel.

K. Teknik analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini baik data tentang deskripsi sikap,

kemandirian belajar dan motivasi maupun data hasil belajar biologi peserta didik

akan dianalisis secara kuantitatif yakni dengan menggunakan teknik statistik

deskriptif dan statistik inferensial.


57

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS

versi 26.0 for Windows. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan setiap variabel penelitian yaitu sikap, kemandirian belajar,

motivasi belajar dan hasil belajar biologi peserta didik. Hasil analisis statistik

deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, mean, median, modus, nilai

maksimum, nilai minimum, standar deviasi dan perhitungan persentase.

Untuk mengetahui tingginya tingkat sikap, kemandirian belajar dan

motivasi belajar maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Pedoman Pengkategorian Sikap, Kemandirian Belajar dan


Motivasi Belajar

Rumus Kategori
μ +1,5 σ < skor sangat tinggi
μ +1,5 σ < skor ≤ μ +1,5 σ Tinggi
μ - 1,5 σ < skor ≤ μ +1,5 σ Sedang
μ - 1,5 σ < skor ≤ μ - 1,5 σ Rendah
skor ≤ μ - 1,5 σ sangat rendah
Sumber: Azwar (2010)

Keterangan:
μ = mean teoritik
σ = standar deviasi
1
Dengan rumus: μ = 2 (skor maksimum + skor minimum)
1
σ = 6 (skor maksimum - skor minimum)

Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari nilai tes hasil belajar biologi

berbasis HOTS. Data hasil belajar peserta didik dikategorikan berdasarkan pedoman

yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
58

3.7

Tabel 3.7 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar

Hasil Belajar Predikat


89-100 A
78-88 B
67-77 C
<67 D
Sumber: Kementrian Agama Tahun 2018

2. Analisis Statistik Inferensial

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik statistik inferensial.

Sebelum pengujian hipotesis secara inferensial, maka terlebih dahulu dilakukan

uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Uji asumsi dasar terdiri dari uji

normalitas dan uji linearitas. Sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji

multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Adapun

persyaratan analisis yaitu sebagai berikut:

a. Uji asumsi dasar

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data

secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dihitung dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 25.0 for Windows dengan statistik uji

Kolmogorov Smirnov. Persyaratan data tersebut berdistribusi normal

jika probabilitas atau p> taraf signifikansi (α), dimana α adalah 0,05.

2) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan


59

yang linear antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis ini

menggunakan aplikasi SPSS 25.0 for windows. Dasar pengambilan

keputusan yaitu jika nilai Sig. Deviation from linearity > 0,05 maka

hubungan dua variabel dinyatakan linear. Sebaliknya jika nilai Sig.

Deviation from linearity < 0,05 maka kedua variabel dinyatakan tidak

berhubungan secara linear.

b. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam model

regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya multikolinieritas. Dalam penelitian ini dilakukan uji

multikolinieritas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)

dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang bebas

multikolinieritas adalah mempunyai nilai Variance Inflation Factor

(VIF) dan nilai Tolerance disekitar angka 1.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual 1 pengamat

ke pengamat yang lain jika variansi dari residual 1 pengamat ke

pengamat lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas


60

karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Dasar

pengambilan keputusan uji heterokedastisitas dapat melalui metode

glejser. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dari pola gambar

Scatterplot model tersebut dengan karakteristik grafik Scatterplot, yaitu:

a) Penyebaran titik-titik data tidak berpola

b) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0

c) Titi-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah

dalam model regresi terjadi korelasi antara suatu periode dengan periode

sebelumnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Dasar pengambilan

keputusan dari uji autokorelasi dengan Durbin Watson menggunakan

bantuan SPSS versi 25.0 for Windows sebagai berikut:

a) Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat

autokorelasi pada model regresi

b) Jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka tidak ada autokorelasi

pada model regresi

c) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL)

maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

c. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik

analisis yang dipakai untuk menyelidiki pengaruh langsung dan pengaruh


61

tidak langsung dari variabel-variabel penelitian ini menggunakan analisis

jalur (Path Analysis). Analisis jalur digunakan untuk mempelajari

keterkaitan sejumlah variabel, bukan untuk menemukan penyebab-

penyebab melainkan merupakan metode yang digunakan pada model kausal

yang telah dirumuskan peneliti atas pertimbangan-pertimbangan teoritis.

Dalam analisis koefisien jalur, peneliti menggunakan bantuan SPSS

versi 25.0 for Windows yang didukung oleh teknik transformasi pada data

yang berskala ordinal dengan menggunakan Method of Successive Interval

(MSI). Berikut hubungan struktural antar variabel:

X1 ρZX1

ρYX1 ρZY
r12 ρYX2 Y Z

X2 ρZX2

ε1 ε2
Gambar 3.2 Hubungan Struktural Antar Variabel
Keterangan:
X1 : Sikap belajar
X2 : Motivasi belajar
Y : Kemandirian belajar
Z : Hasil belajar biologi berbasis HOTS
r12 : Korelasi antara variabel sikap belajar dan
motivasi belajar
ρYX1 : Besar koefisien jalur yang mempengaruhi variabel
kemandirian belajar yang disebabkan variabel sikap
belajar
ρYX2 : Besar koefisien jalur yang mempengaruhi variabel
kemandirian belajar yang disebabkan variabel motivasi
belajar
ρZX1 : Besar koefisien jalur yang mempengaruhi variabel hasil
belajar biologi berbasis HOTS yang disebabkan variabel
sikap belajar
62

ρZX2 : Besar koefisien jalur yang mempengaruhi variabel hasil


belajar biologi yang disebabkan variabel motivasi
belajar
ρZY : Besar koefisien jalur yang mempengaruhi variabel hasil
belajar biologi yang disebabkan variabel kemandirian
belajar
ε1 : Kekeliruan regresi variabel kemandirian belajar
ε2 : Kekeliruan regresi variabel hasil belajar biologi

Berdasarkan gambar 3.2 tersebut maka dapat diperoleh

persamaan substrukturalnya sebagai berikut:

Y = ρYX1X1 + ρYX2X2 + ε1 (Persamaan substruktural 1)


Z = ρZX1X1 + ρZX1X2 + ρZYY + ε2 (Persamaan substruktural 2)
1) Analisis Substruktural 1

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua. Pertama

mengetahui pengaruh secara simultan dan kedua mengetahui pengaruh

secara parsial.

a) Mengetahui pengaruh sikap belajar dan motivasi belajar secara simultan

terhadap hasil belajar

Untuk mengetahui pengaruh sikap belajar dan motivasi belajar

terhadap hasil belajar secara simultan adalah dari hasil perhitungan

dalam model summary, khususnya angka R square yang digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh sikap belajar dan motivasi belajar

terhadap hasil belajar dengan cara menghitung koefisien determinasi

(KD) menggunakan rumus : KD = r2 x 100%. Untuk mengetahui

kelayakan model regresi sudah benar atau salah, diperlukan uji

hipotesis. Pengujian dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai

taraf signifikansi (sig.) dengan 0,05, dengan kriteria jika sig. F < 0,05
63

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika sig. F > 0,05 maka Ho diterima

dan Ha ditolak.

b) Mengetahui pengaruh sikap belajar dan motivasi belajar secara parsial

terhadap hasil belajar

Untuk mengetahui besarnya pengaruh parsial sikap belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar digunakan uji t. Untuk

mengetahui besarnya pengaruh digunakan angka beta atau standarized

coeficient. Analisis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai

taraf signifikansi (sig.) dengan 0,05, dengan kriteria jika sig. penelitian

< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika sig. penelitian > 0,05 maka

Ho diterima dan Ha ditolak.

2) Analisis Substruktural 2

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua. Pertama

mengetahui pengaruh secara simultan dan kedua mengetahui pengaruh

secara parsial.

a) Mengetahui pengaruh sikap belajar, motivasi belajar dan kemandirian

belajar secara simultan terhadap hasil belajar

Untuk mengetahui pengaruh sikap belajar, motivasi belajar dan

kemandirian belajar terhadap hasil belajar secara simultan adalah dari

hasil perhitungan dalam model summary, khususnya angka R square

yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh sikap belajar,

motivasi belajar dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar dengan

cara menghitung koefisien determinasi (KD) menggunakan rumus : KD


64

= r2 x 100% Untuk mengetahui kelayakan model regresi sudah benar

atau salah, diperlukan uji hipotesis. Pengujian dapat dilakukan dengan

membandingkan nilai taraf signifikansi (sig.) dengan 0,05, kriterianya

adalah jika sig. F < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika sig. F

> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b) Mengetahui pengaruh sikap belajar, motivasi belajar dan kemandirian

belajar secara parsial terhadap hasil belajar

Untuk mengetahui besarnya pengaruh sikap belajar, motivasi

belajar dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar digunakan uji t.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh digunakan angka beta atau

standarized coeficient. Analisis dapat dilakukan dengan cara

membandingkan nilai taraf signifikansi (sig.) dengan 0,05, kriterianya

adalah jika sig. penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika

sig. penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. (2017). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: Bumi Aksara.

Arif Lukman & Samidjo. (2018). Hubungan Antara Sikap Belajar Dan Motivasi
Belajar Kejuruan Dengan Hasil Belajar Gambar Teknik. Jurnal Taman
Vokasi. Vol.6, No.1

Arisfanti, Leliana. 2016. Kemandirian terhadap Belajar. Jurnal Penelitian dan


Pendidikan IPS (JPPI). Vol. 10 (1): 44-54.

Arifin Nugroho. (2018). HOTS Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi. Jakarta: PT.
Gramedia.

Azwar, S. (2008). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Azwar, S. (2010). Penyusunan skala psikologi. edisi 1. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Azwar, S. (2011). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi


Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin, A. (2018). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa melalui Konseling


Klasikal. CV Abe Kreatilindo.

Bilda, Westi & Ahmad Fadillah. 2020. An Analysis of Students in Independent


Learning of Analytic Geometry During the COVID-19 Pandemic. Jurnal
Teori dan Aplikasi Matematika. Vol 2, No. 2.

Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Djaali. 2017. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Faradita, M. N. (2021). Motivasi Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Course


Review Horay. CV Jakad Media Publishing.

Fatimah, E. (2010). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).


Jakarta: Pustaka Setia.

61
Firmansyah, Fahmie, Komala Ratna & Rusdi. 2018. Self-Efficacy and Motivation:
Improving Biology Learning Outcomes Oo Senior High School Students.
JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia). Vol. 4, No. 3.

Gunawan. (2003). Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan


Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Harisuddin, M. I. (2019). Secuil Esensi Berpikir Kreatif & Motivasi Belajar Siswa.
PT. Panca Terra Firma.

Hidayat Angga & Sadewa Prima. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi Eviews
Terhadap Sikap Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Statistik.
Jurnal Pendidikan. Vol.4, No.1.

Julhadi. (2021). Hasil Belajar Peserta Didik (Ditinjau dari Media Komputer dan
Motivasi). Edu Publisher.

Masardi Duat Umpang & Thoharuddin Munawar. (2018). Analisis Sikap Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 02 Tempunak. Vol. 3,
No.1.

Mudjiman, Haris. 2011. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.

Muhammad, M. (2016). Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran. Lantanida


Journal, Vol. 4 No. 2.

Nurhayati, E. (2016). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Nursalim, M., Laksmiwati, H., Budiani, M. S., Syafiq, M., Savira, S. I., Satwika,
Y. W., & Khoirunnisa, R. N. (2019). Psikologi Pendidikan. PT Remaja
Rosdakarya.

Nuzul Kurnia Nurdianti Putri, Muhammad Danial & Nurdin Arsyad. (2018).
Pengaruh Sikap, Konsep Diri dan Kesadaran Metakognitif Terhadap Hasil
Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI MIA SMAN di Kecamatan Ujung
Bulu di Kabupaten Bulukumba. Jurnal Chemistry Education Review (CER).
Vol.1, No.2.

Octavia, S. A. (2020). Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja. Deepublish.

Palaniswamy, U & Adeyemo, D.A. (2013). Social Changes and Peer Group
Influence Among The Adolescent Pursuing Under Graduation.
International Research Journal Of Social Sciences. Vol. 2 (2)

Purnomo Yani. (2016). Pengaruh Sikap Siswa Pada Pelajaran Matematika dan
Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika. JKPM.

62
Vol. 02, No. 01.

Rafiola Ryan Hidayat, Setyosari Punaji, Ligya Carolina Radjah & Ramli.M. (2020).
The Effect of Learning Motivation, Self-Efficacy, and Blended Learning on
Students’ Achievement in The Industrial Revolution 4.0. International
Journal of Emerging Technologies in Learning. Vol. 15, No. 8.

Rahmi, Dkk (2019). Analisis Hubungan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar
Peserta didik SMP di Kota Padang. Bioeducation Journal. Vol. 1, No. 2

Sanjayanti, Arum, Sulistiono, Budiretnani Dwi Ari. (2015). Tingkat Kemandirian


Belajar Siswa SMAN 1 Kediri Kelas XI MIA-5 pada Model PBL Materi
Sistem Reproduksi Manusia. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi
FKIP UNS 2015

Sidik Purnama & Sri Tirto Madawistama. (2019). Analisis Sikap Belajar Peserta
Didik Dala, Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kontruktivisme. Prosiding Seminar Nasional & Call ForPapers. ISBN:
978-602-9250-39-8.

Silaban, P.J. (2017). Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Matematis Siswa


Melalui Alat Peraga Mentosori Pada Pelajaran Matematika Kelas IV SD
ASISI MEDAN. Jurnal Elementary School. (7) 4.

Sinar. (2018). Metode Active Learning- Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil
Belajar Siswa. Deepublish.

Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung; Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susanti, Dr. L. (2020). Strategi Pembelajaran Berbasis Motivasi. Elex Media


Komputindo.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Suatu Pendekatan Baru.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trisnowal, Andi Ms. (2017). Pengaruh Motivasi Berprestasi, Minat Belajar


Matematika dan Sikap Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar
Matematika pada Siswa SMAN 2 Watampone. Vol.5. No.2.

Uno, Dr. H. B. (2016). Teori Motivasi & Pengukurannya. Analisis di Bidang


Pendidikan. PT Bumi Aksara.

Volet, S., & Järvelä, S. (Eds.). (2001). Motivation in learning contexts: Theoretical

63
advances and methodological implications. Pergamon.

Wahyuningsih, E. S. (2020). Model Pembelajaran Mastery Learning Upaya


Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Deepublish.

Wayan Widana I. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thingking Skills
(HOTS). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Gp Press


Group.

Zainal Fanani Moh. (2018). Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thingking
Skills (HOTS) Dalam Kurikulum 2013. Journal Of Islamic Religious
Education. Vol.2, No. 1

Zuhro Cholimatus. (2016). Pengaruh Sikap, Motivasi dan Metode Mengajar


Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada MKDU Bahasa Inggris di
Politeknik Negeri Jember. Vol. 16, No.1.

64

Anda mungkin juga menyukai