Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PANKREATITIS
ANATOMI PAKREAS
• Fungsi pankreas:
1. Sebagai kelenjar ekokrin
→ mensekresikan enzim – enzim pankreas
dan larutan kaya bikarbonat
2. Sebagai kelenjar endokrin
→ mensekresikan berbagai macam hormon
ke saluran darah
Tabel Fungsi Endokrin Pankreas
Name of cells Endocrine product % of islet cells Representative function
beta cells Insulin dan amylin 50-80% lower blood sugar
alpha cells Glucagon 15-20% raise blood sugar
delta cells Somatostatin 3-10% inhibit endocrine pancreas
PP cells Pancreatic polypeptide 1% inhibit exocrine pancreas
digestive enzymes
Basophilic cells CCK
(pancreatic amylase, Pancreatic lipase,
trypsinogen, chymotrypsinogen, etc.)
PANKREASTITIS
• adalah reaksi pradangan pankreas (inflamasi pankreas) yang disertai dengan rasa sakit yang hebat pada perut bagian atas dan
peningkatan konsentrasi serum lipase dan amilase.
• Klasifikasi:
adalah reaksi pradangan pankreas (inflamasi pankreas) yang disertai dengan rasa sakit yang hebat pada perut bagian atas
dan peningkatan konsentrasi serum lipase dan amilase
adalah sindrom kerusakan dan inflamasi pankreas akibat kerusakan pankreas berkepanjangan.
EPIDEMIOLOGI
• Pankreatitis akut merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari dua fase:
1. Fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respons
inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung
sekitar 72 jam
2. Fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan
sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua
• Pankreatitis kronis
• Merupakan penurunan fungsi pankreas yang bersifat ireversibel. Kerusakan permanen ini
menyebabkan gangguan eksokrin dan endokrin
• Konsumsi alkohol kronis menjadi penyebab utama dari 70% kasus. Alkohol menyebabkan
peningkatan inflamasi hingga nekrosis jaringan dan dengan berjalannya waktu dapat
menyebabkan fibrosis
• Malabsorbsi protein dan lemak terjadi pada penurunan sekresi enzim samapi 90%.
GEJALA KLINIK
• Pankreatitis akut
• Dilakukan dengan operasi pankreas(histologi), atau dengan melihat gambaran klinik, gejala,
abnormalitsa hasil laboratorium
• Penyakit pankreas akut dan komplikasinya dapat menyebabkan terjadinya leukostosis,
hiperglikemi, hipoalbuminemia dan hiperbilinemia
• Hipokalsemua menunjukkan adanya nekrosis yang parah dan prognostik yang buruk
• C-reaktif protein meningkat dalam 48 jam setelah onset dan dapat berguna untuk
membedakan pankreatitis ringan atau parah
• Peningkatan serum amilase, lipase > 3x batas atas normal
• Pankreatitis kronis
• Kebanyakan terjadi pada pasien yang mengkonsumsi alkohol
• Peningkatan serum amilase, lipase > 3x batas atas normal
• Dilakukan biopsi pankreas menggunakan laparoskopi atau laparostomi sebagai standar utama
diagnosa PK
• Menggunakan ERCP (endoscopy retrogat cholangiopankreato grafi) sebagai alat diagnosa yang
spesifik dan sensitif.
PROGNOSA
• Tujuan Terapi
• Pada pengobatan PA terjadi pengurangan rasa sakit pada abdomen, penempatan cairan yang
tepat dapat meminimalisasi sistem komplikasi, pencegaham nekrosis, dan infeksi pada pankreas
• Hasil yang diperoleh dari pengobatan CP secara langsung dapat mengontrol penyakit kronis
dan mengoreksi glukosa dan malabsorbsi bisa ditolerir
• Manajemen awal
• Hidrasi agresif 250-500 ml untuk semua pasien ( kecuali ada komorbiditas kardiovaskuler atau
ginjal )bertujuan untuk menurunkan BUN
• Ringer Laktat lebih dipilih dibandingkan kristaloid isotonik
• Nilai ulang kebutuhan cairan dalam 6 jam pertama dan untuk 24-48 jam berikutnya
• ERCP
• Jika bersamaan dengan kolangitis akut sebaiknya menjalani ERCP dalam 24 jam pertama
• Tanpa kolangitis akut lebih baik dilakukan MRCP
• ERCP tidak dibutuhkan pada pankreatitis batu empedu yang tidak terbukti obstruksi
biliersecara klinik maupun laboratorium
• Penggunaan antibiotik
• Sebaiknya diberikan hanya untuk infeksi di luar pankreas
• Tidak direkomendasikan penggunaan antibiotik profilaksis rutin pada pankreatitis berat
maupun nekrosis steril untuk mencegah nekrosis terinfeksi
• Antibiotik gol carbapenem, quinolon, dan metronidazol bermanfaat untuk menghindari atau
menunda tindakan intervensi pada pasien dengan nekrosis terinfeksi
• Tidak direkomendasikan pemberian antifungal
• Nutrisi
• Pemberian nutrisi enteral segera setelah keluhan mual dan nyeri perut hilang
• Diet padat rendah lemak sama aman dengan diet cair
• Nutrisi parenteral sebaiknya dihindari untuk mencegah komplikasi infeksi, kecuali nutrisi
enteral tidak ditoleransi, atau tidak mencukupi kebutuhan kalori
• Pemberian nutrisi secara enteral setara dengan pemberian secara nasogastrik
• Peran tindakan bedah
• Jika ditemukan batu empedu sebaiknya dilakukan kolesistektomi untuk mencegah kekambuhan
pankreatitis akut
• Pada necrotizing biliary pankreatitis akut sebaiknya kolesistektomi ditunda hingga inflamasi
hilang
• Adanya pseudokista tanpa gejala dan nekrosis pankreas dan atau ekstra pankreas tidak
memerlukan intervensi
• Pada nekrosis terinfeksi yang stabil, tindakan bedah, radiologi, dan drainase endoskopi
sebaiknya ditunda > 4 mgg untuk memberi kesempatan liquefication isi dan
perkembangandinding fibrosis di sekeliling nekrosis
TERAPI FARMAKOLOGI
• Asam kenodeoksikolat
• Indikasi : pelarut batu empedu
• Mekanisme kerja : bekerja dengan mengurangi penjenuhan kolesterol empedu
dengan cara mengurangi sekresi kolesterol dan meningkatkan sekresi asam empedu
• Kontraindikasi : kehamilan, kandung empedu tidak berfungsi, penyakit lain dan
kondisi lain dari usus halus dan kolon yang mengganggu sirkulasi enterhepatik garam-garam empedu
• Efek samping : diare terutama pada dosis awal yang tinggi (kurangi dosis selama
beberapa hari), gatal – gatal, gangguan hati ringan
• Dosis : 10 – 15 gr/kg/hari sebagai dosis tunggal menjelang tidur malam
atau dalam dosis terbagi 3 -24 bulan (tergantung pada besarnya batu). Pengobatan diteruskan paling
tidak selama 3 bula setelah batunya melarut. Danjurkan untuk diet kolesterol rendah
• Asam Urodeoksikolat
• Indikasi : pelarut batu empedu
• Mekanisme kerja : bekerja dengan mengurangi penjenuhan kolesterol empedu
dengan cara mengurangi sekresi kolesterol dan meningkatkan sekresi asam empedu
• Efek samping : diare terutama pada dosis awal yang tinggi (kurangi dosis
selama beberapa hari), gatal – gatal, gangguan hati ringan
• Dosis : pelarut batu empedu, 8 -12 mg/kg sehari dalam 2 dosis
terbagi sampai selama 3 – 4 bulan setelah batunya melarut.
sirosis empedu primer, 10 – 15 mg/kg sehari dalam 2 – 4
dosis terbagi
KESIMPULAN
• Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas berlangsung akut ( onset tiba-tiba, durasi < 6
bulan )
• Etiologi tersering batu empedu dan konsumsi alkohol berlebih
• Patofisiologi masih belum jelas, faktor ekstraseluler ( mis respon saraf ) dan intraseluler (
mis aktivasi enzim pencernaan ) diduga berpengaruh
• Beberapa kriteria digunakan untuk menentukan prognosa
• Rekomendasi terapi menurut ACG th 2013 yaitu penilaian awal, manajemen awal,ERCP,
nutrisi hingga tindakan bedah