RISIKO KETIDAKPASTIAN
Risiko dalam industry perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial
atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian ini dapat yang
disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain ketidakpastian ekonomis, keetidakpastian
yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian dan
sebagainya.
a. Risiko murni
Risiko murni adalah suau risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian
dan apabila tidak terjadi, tidak akan memberikan kerugian dan tidak jug memberikan
keuntungan.
b. Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian.
c. Risiko individu
Adalah risiko yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Ada 3 jenis risiko individu:
1) Risiko pribadi (personal risk)
Risiko pribadi adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh
manfaat ekonomi.
2) Risiko harta (property risk)
Risiko harta adalah risiko bahwa harta yang kita miliki hilang, rusak atau dicuri. Dengan
kerusakan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta
yang dimiliki.
3) Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugin atau lukanya
pihak lain.
Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik. Dalam menangani risiko tersebut minimal
ada 5 cara,
yaitu:
1) Menghindari risiko (risk avoidance)
Orang yang bersangkutan perlu mempertimbangkan risiko yang mugkin muncul dari aktivitas
yang dilakukan. Setelah mengientifikasi orang dapat meneruskan kegiatannya atau dapat juga
menarik diri dari kegiatan tersebut. Dengan cara menarik diri ini, sebenarnya orang sudah
menghindari risiko.
2) Mengurangi risiko (risk reduction)
Mengurangi risiko berarti mengambil tindakan yang bersifat meminimalisasi kemungkinan
terjadinya risiko kerugian.
3) Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukanaktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut biasanya
dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil.
4) Membagi risiko (risk sharing)
Membagi risiko berarti melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5) Mentransfer risiko (risk transfering)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu memikul
beban risiko.
Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atas kecelakaan, pertama-tama dicari
sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus
sehingga terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut
5. Subrogation (Subrogasi)
Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-undang Hukum dagang yang menyebutkan
“Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka
penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga
yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung”.
Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu
peristiwa kerugian.
6. Contribution (Kontribusi)
Contribution adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan
indemnity. Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada bebrapa perusahaan
asuransi. Akan tetapi, apabila terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan, secara otomatis berlaku
prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi berari bahwa apabila penanggung telah membayar penuh ganti rugi
yang menjadi hak tertanggung, penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat
suatu penanggungan untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan
jumlah pertanggungan yang ditutupnya.
Polis Asuransi
Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Bukti tertulis atau surat perjanjian asuransi disebut polis. Syarat-syarat
pembuatan polis, yaitu:
a. Dibuat dengan iktikad baik dari kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.
b. Ditulis atau disebutkan dengan tegas dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan oleh kedua
belah pihak, hak masing-masing pihak, sanksi atas pelanggaran perjanjian, dan sebagainya.
c. Redaksinya harus disusun sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat ditangkap maksud dari
perjanjian itu, juga tidak memberikan peluang untuk menyalah tafsirkannya.
Penyerahan Polis
a. Bila perjanjian dibuat seketika dan langsung antara penanggung dan tertanggung atau yang
dikuasakan tertanggung, maka polis yang telah ditandatangani oleh penanggung harus diserahkannya
kepada tertanggung dalam tempo 24 jam.
b. Jika pertanggungan dilakukan melalui makelar asuransi (broker), maka polis yang telah
ditandatangani oleh penanggung harus diserahkan kepada tertanggung paling lama dalam tempo 8
hari.
c. Sekalipun secara otentik telah ditetapkan batas waktu penyerahan polis oleh penanggung kepada
tertanggung, namun di dalam praktek asuransi, penanggung baru mau menyerahkan polis kepada
tertanggung setalah dia memperoleh pembayaran premi dari tertanggung.
3. Fungsi Polis
Menurut ketentuan Pasal 225 KUHD, perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk
akta ya ng disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang
menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam
mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah
terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.
a. Fungsi polis bagi tertanggung
1) Sebagai bukti tertulis atas jaminan penangung untuk mengganti kerugian yang mungkin akan
dideritanya yang ditanggung oleh polis.
2) Sebagai bukti (kuitansi) pembayaran premi kepada penanggung.
3) Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung apabila lalai atau tidak memenuhi jaminannya.
b. Fungsi polis bagi penanggung
1) Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung.
2) Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung untuk membayar ganti
rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.
3) Sebagai bukti menolak tuntutan ganti rugi (klaim) apabila yang menyebabkan kerugian tida
memenuhi syarat-syarat polis.
4. Isi Polis
Menurut ketentuan Pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus memenuhi
syarat-syarat khusus berikut ini:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi.
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihal ketiga.
c. Uraian yang jelas mengnai benda yang diasuransikan.
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan).