Oleh:
Wulan Purwanty
150070300011040
Kelompok 13
1. DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan Menurut Inetna,
luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular
normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada
kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan
kehilangan substansi jaringan (Mansjoer, 2001). Vulnus Appertum merupakan
luka terbuka yang terjadi karena kekerasan benda tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot.
2. ETIOLOGI
a. Mekanik
• Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi
tajam atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
• Benda tumpul
• Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik
• Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
• Trauma fisika
✓ Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion
primer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan
heat cramps.
✓ Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin
diantaranya hyperemia, edema dan vesikel,
✓ Luka akibat trauma listrik
✓ Luka akibat petir
✓ Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001)
• *adiasi
3. KIasifikasi
a. Berdasarkan derajat kontaminasi
• Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi,
yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut
berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,
traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius. Dengan demikian
kondisi luka tersebut tetap dalam keadaan bersih. +emungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
• Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam
kondisi terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama namun
luka tidak menunjukkan tanda infeksi. +emungkinan timbulnya infeksi
luka sekitar 3% - 11%.
• Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage
saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih. Luka
menunjukan tanda infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka
terbuka karena trauma atau kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka
maupun luka penetrasi. +emungkinan infeksi luka 10% - 17%.
• Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen.
Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang sangat
terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses dan
trauma lama.
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka akibat kekerasan benda tumpul
• Vulnus kontusio/ hematom
Adalah luka memar yaitu suatu pendarahan dalam jaringan bawah
kulit akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh
kekerasan tumpul
• Vulnus eksoriasi (luka lecet atau abrasi)
adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan
dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak
dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas,
terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul. 3alaupun
kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan
petunjuk kemungkinan adanya kerusakan hebat pada alat-alat
dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan
dalam jenis4
✓ Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaan kulit
✓ Luka lecet serut (grzse)/geser (friction abrasion)
Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan
permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan sejajar/
miring terhadap kulit
✓ Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul
secara tegak lurus terhadap permukaan kulit.
• Vulnus laseratum (luka robek) atau appertum
Luka dengan tepi yang tidak beraturan atau compang camping
biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka ini
dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana
bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa
menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
2) Luka akibat kekerasan setengah tajam
• Vulnus Morsum
Adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki
bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang
menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan
hewan tersebut
3) Luka akibat kekerasan tajam/ benda tajam
• Vulnus scisum (luka sayat atau iris)
Luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa garis
lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda
tajam ( seng, kaca ), dimana bentuk luka teratur
• Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya
tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan
benda-benda tajam lainnya. +esemuanya menimbulkan efek
tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
5) Vulnus scloperotum (luka tembak)
Adalah luka yang disebabkan karena tembakan senjata api
5) Luka akibat trauma fisika dan kimia
• Vulnus combutio
Adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang
tidak beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit
yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan
epitel kulit dan mukosa
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut black (1663) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut4
• Deformitas4 Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur
terjadi seperti4 rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.
• Bengkak4 edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
• 7chumosis dari Perdarahan Subculaneous
• Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
• Tenderness/keempukan
• Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
• +ehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
• Pergerakan abnormal
• +repitasi
(Black, 1663).
a. Vulnus kontusio
• Luka Memar
• Pendarahan tepi 4 pendarahan tidak diumpai pada lokasi yang
bertekanan, tetapi pendarahan akan menepi sehingga bentuk
pendarahan akan menepi sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang yang berdekatan
• Dilihat dari permukaan kulit tampak darah berwarna hitam kebiruan,
setelah sekitar dua hari terjadi perubahan pigmen darah menjadi
warna kuning.
b. Vulnus eksoriasi
• Luka lecet
• 8ilangnya epitel dan lapisan dermis atau subkutan hal ini
menyebabkan luka tampak kuning, putih, merah muda atau berdarah
tergantung pada jaringan yang terekspos / rusak
c. Vulnus laseratum
d. Vulnus morsum
• Luka mempunyai tepi rata
• Dapat berbentuk luka lecet tekan berbentuk garis terputus-putus
,hematoma atau luka robek dengan tepi rata
• Luka gigitan masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma,
setelah itu dapat berubah bentuk akibat elastisitas kulit
• Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat
berupa memar yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia
e. Vulnus scisum
f. Vulnus punctum
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan serum4 hal ini dilakukan karena ada pada pasien
dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
• Pemeriksaan darah 4 misal pada pasien dengan luka gigitan dapat
dijumpai hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogemia,
dan anemia
• Pemeriksaan elektrolit 4 pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume cairan dan gangguan Na-+ pump
• Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis
metabolisme dan kehilanga protein
• Faal hati dan ginjal
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Soejarto *eksoprodjo, dkk, 1665 < 515) proses yang terjadi secara
alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase 4
1) Fase inflamsi atau >lagphase> berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka
terjadi pendarahan, ikut keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit
mengeluarkan prosig lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam
amoini tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus
dinding pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi
Vasekontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar
dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka secara
khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamine yang
menunggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi eksudasi cairan edema.
Dengan demikian timbul tanda-tanda radang leukosit, limfosit dan monosit
menghancurkan dan menahan kotoran dan kuman.
2) Fase proferasi atau fase fibriflasi. berlangsung dari hari ke 6-3 minggu.
Tersifat oleh proses preforasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari
sel-sel masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak
perlu dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase
ini luka diisi oleh sel radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler
baru4 membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata,
disebut jaringan granulasi. 7pitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya
dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan
kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan
jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan tertutup epitel dan
mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
3) Fase >remodeling> fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan
berakhir bila tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya
berwarna pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal
Etiologi vulnus
Kerusakan integritas
jaringan
Traumatic jaringan
Kerusakan pembuluh
Web of caution
Terputusnya kontinuitas darah
jaringan
$endarahan berlebih
Kerusakan syaraf perifer
Rusaknya barrier
pertahanan prim$errgerakan terbaras
Gangguan pola tidur
Terpapar lingkungan
7. KOMPLIKASI
+erusakan arteri4
•
8. PENYEMBUHAN LUKA
a. Tipe Penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu
penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu
luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan
dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan
debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (5-7 hari).
Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir
(Mansjoer,2001).
b. Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain
merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
- Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari.
Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi
bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan
mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
- Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast
(sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
- Fase Maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung
sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari
peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2001).
c. Faktor-faktor @ang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan
dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang
terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka,
namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
- Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh
dalam proses penyembuhan meliputi 4 usia, status nutrisi dan hidrasi,
oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit
penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
- Faktor 7kstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang
dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi 4
pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma
jaringan
✓ Derivat fenol
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik
wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
8eksaklorofan (p8isoheC), berkhasiat untuk mencuci tangan.
✓ Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol),
merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning
dam konsentrasi 0,1%. +egunaannya sebagai antiseptik borok
bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2001).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian
luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu
rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan
dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman
terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan
diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering
digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga
NaCl 0,6%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis,
non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya
mempunyai komposisi natrium klorida 6,0 g dengan osmolaritas
309 mBsm/l setara dengan ion-ion NaD 155 m7E/l dan Cl- 155
m7E/l (ISB Indonesia,2000).
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka<
menghindari terjadinya infeksi< membuang jaringan nekrosis dan
debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka
yaitu 4
i. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
ii. 8ilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan
mati.
iii. Berikan antiseptik
iv. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan
pemberian anastesi lokal
v. Bila perlu lakukan penutupan luka
5. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 9 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
Anatomi Pa"pe&ra
+elopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan
kornea. Palpebra melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan
pengeringan bola mata. Palpebra mempunyai lapisan tipis pada bagian depan
sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Gangguan penutupan palpebra akan mengakibatkan keringnya
permukaan mata sehingga terjadi keratitis.
Btot-otot pada palpebra terdiri dari M.orbikularis okuli yang berjalan
melingkar melingkar didalam palpebra superior dan inferior, dan terletak di
bawah kulit palpebra. Pada dekat margo palpebra terdapat otot orbikularis oculi
yang disebut sebagai M. *ioland. M orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersyarafi oleh N.Facial. M. lefator palpebra yang berorigo pada anulus
foramen orbita dan dan berinsensi pada kasus atas dengan sebagian menembus
M. Orbikularis oculi menuju palpebra bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi
M. lefator palpebra terlihat sebagai sulcus palpebra. Btot ini dipersyarafui oleh N
III yang berfungsi untuk mengangkat atau membuka palpebra mata.
+ulit kelenjar palpebra bersifat longgar dan elastis sehingga dapat sangat
membengkak dan kemudian kembali ke bentuk dan ukuran normal. +etiga jenis
kelenjar pada palpebra adalah kelenjar meibom, kelenjar moll dan Feis. +elenjar
meibom adalah kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal. +elenjar
meibom tidak berhubungan dengan folikel rambut. +elenjar ini menghasilkan
substansi sebasea yang membentuk lapisan berminyak pada permukaan film air
mata, yang membantu mencegah cepatnya penguapan dari lapisan air mata
normal. +elenjar Feis merupakan modifikasi kelenjar sebasea yang lebih kecil
dan berhubungan dengan folikel bulu mata. +elenjar keringat moll merupakan
tubulus yang mirip sinus dan tak bercabang, yang awalnya merupakan pilinan
sederhana dan bukan berbentuk glomerulus seperti halnya kelenjar keringat
biasa. +elenjar moll mencurahkan secretnya kepada bulu mata.
1.4 Anestesi
Pemilihan anestesi untuk perbaikan luka adneksa tergantung pada
beberapa faktor. Amur pasien sangat penting karena hampir semua anak
memerlukan anestesi umum untuk mencapai hasil rekonstruksi terbaik. Luka
besar dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan keterlibatan osseous
perlu dilakukan anatesi umum. Mayoritas cedera pada orang dewasa dapat
diperbaiki dengan anestesi infiltrasi atau regional lokal lidokain 1-2%
(lignocaine) dengan 14100000 epinefrin. Anestesi infiltrasi dapat menyebabkan
distorsi jaringan yang signifikan, namun ini dapat diminimalkan dengan
penggunaan asam hyaluronic (hyaluronidase), yang memfasilitasi penyebaran
cairan anestesi.
Gambar 1.3 Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margin palpebra
1.7 KOMPLIKASI
+omplikasi yang mungkin timbul dari laserasi palpebra dapat berupa4
1. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan
margin palpebra, dapat berupa4
• 7piforakronis
• +onjungtivitiskronis,konjungtivitis bakterial
• 7Cposurekeratitis
• Abrasikorneaberulang
• Fibrosis
Doengoes, Marilynn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Murr. 2010.
3ursing 4iagnosis Manual 5 Planning, Individualizing, and 4ocumenting
Client Care. Philadelphia : F.A Davis Company
Mansjoer, Arif.,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius
NANDA. 3anda International 3ursing 4iagnosis 5 4efinitions and Classification.
West Ssussex-United Kingdom : Wiley-Blackwell
Edsel I. Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012. Available
from: URL: http://emedicine. medscape. com/article/1212531-overview.
Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and Reconstruction Techniques.
In. Yanoff M, Duker J. Ophtalmology. 3th Edition. China: Elsevie; 2009. P
1443-49.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. P 1-2.
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007. P 463-
4.