Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

(Manajemen Bencana)

OLEH :
RAHMAWATI
Nim: K202001053

C1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Masa Esa
karena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen
Bencana dan kesiapsiagaan bencana. Makalah ini disusun sebagai upaya memenuhi
tugas dan diharapkan dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam menyelesaikan
proses balajar-mengajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari siapa saja yang bersifat membangun akan
tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan tugas ini lebih dan
kurangnya kami mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH............................................................................................3
C.Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A.Pencegahan bencana..................................................................................................4
1. Upaya Pencegahan Bencana Secara Umum dan manajemen bencana .............5
3. Upaya Pencegahan Bencana dan upaya pemerintah...........................................9
3. Upaya Pencegahan Bencana................................................................................12
B.Kesiapsiagaan Becana..............................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................................29
a. Kesimpulan...............................................................................................................29
b. Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan nyata di dunia ini tak terlepas dari bencana, baik yang berasal dari
ulah manusia maupun karena kemarahan alam. Bencana merupakan kejadian
yang tidak dapat diperkirakan kapan mau terjadi, dimana terjadinya, seberapa
besar kekuatan bencana, serta siapa yang tertimpa bencana. Salah satu
dampak bencana adalah kehancuran dan kerusakan  kehidupan manusia baik
fisik maupun mental. Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap
bencana di dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh badan perserikatan
bangsa-bangsa untuk strategi internasional pengurangan risiko bencana.
Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam
risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki
peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung
berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam
untuk banjir.
Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu yang mengakibatkan
ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar. Bencana juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat tergantung pada cakupannya, bencana ini
bisa mengubah pola kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat yang
normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak
struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga

1
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007).
Oleh karena bencana membawa kerugian bagi manusia maka perlu usaha
pencegahan dan penanggulangan bencana secara cepat dan tepat wajib dilakukan,
baik oleh warga dan pemerintah, dalam hal ini perlu manajemen bencana yang baik
dan benar. Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan
pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang kerap
tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.)
ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting
beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa
pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness), latihan
penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana
(disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan
kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pencegahan bencana
2. Apa Tujuan Manajemen bencana(upaya pencegahan bencana secara umum) ?
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan bencana Apa upaya pencegahan
bencana Apa pengertian kesiapsiagaan bencana?
4. Apa upaya kesiapsiagaan yang dilakukan prabencana, saat bencana, dan pasca
bencana serta peran pemerintah dalam hal ini?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pencegahan bencana
2. Untuk mengetahui Tujuan Manajemen bencana(upaya pencegahan bencana
secara umum)
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan bencana
4. Untuk mengetahui pengertian kesiapsiagaan
5. Untuk mengetahui kesiapsiagaan dan mengetahui peran pemerintah
D.Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu
dengan mengumpulkan informasi dari buku dan internet

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pencegahan bencana
Bencana adalah Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia maupun dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui batas
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Pencegahan merupakan sesuatu upaya yang dilakukan untuk menghalangi
segala kejadian yang ada dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam UU No. 24
Tahun 2007, bab I mengenai ketentuan umum “upaya yang dilakukan untuk
menghalangi terjadinya bencana dan mencegah bahaya yang ditimbulkannya.
Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana”.
Pencegahan bencana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah bencana yang terjadi dan sifatnya dapat diantisipasi. Misalnya
pada bencana banjir tentu saja bencana banjir. Banjir bisa diantisipasi dengan
cara membuang sampah tidak disungai, karena pada saat hujan pembuangan air
saat hujan ialah sungai. Jika sungai dipenuhi dengan tumpukan sampah tentu saja
akan meluap dengan sangat dahsyatnya. Seperti yang dialami oleh Ibu Kota kita
Jakarta. Sekian banyaknya penduduk yang rajin membuang sampah atau limbah
ke dalam sungai mengakibatkan meluapnya air yang tidak bisa ditampung oleh
sungai tersebut. Alhasil tiap kali musim hujan Jakarta seperti bak sampah yang
tersiram air. Oleh sebab itu perlu diadakannya sebuah pencegahan bencana alam
yang dapat mengurangi resiko munculnya bencana itu sendiri.

4
Oleh sebab itu perlu diadakannya sebuah pencegahan bencana alam yang
dapat mengurangi resiko munculnya bencana itu sendiri. Adapun pencegahan
yang dilakukan untuk bencana alam antara lainnya:

a. Mendirikan Pos Peringatan Bencana, Dengan adanya pos peringatan bencana


tentu saja akan lebih membuat nyaman hati para masyarakat sekitar. Dengan
adanya pos tersebut akan menjadi sebuah penentu apakah warga setempat bisa
keembali menempati tempat tinggalnya atau tidak.
b. Hidup Tertib dan Disiplin, Selain itu hidup tertip serta disiplin juga memiliki
peranan aktif dalam pencegahan bencana. Salah satunya seperti contoh di atas
yaitu banjir. Jika kita membuang sampah pada tempatnya tentu saja air akan
mengalir dengan maksimal dan air tidak akan mengendap.
c. Luasnya wawasan dan adanya pendidikan tentang Lingkungan Hidup,
Luasnya wawasan menganai lingkungan hidup juga harus diterapkan di
kegiatan sehari-hari sehingga kita menSjadi mengerti bagaimana perperilaku
yang baik dengan alam kita ini yang notabenenya sudah semakin rusak.

1. Upaya Pencegahan Bencana Secara Umum


2. Konsep Manajemen Bencana
Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat adalah upaya
meningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan masyarakat.
Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan
rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat. Rangkaian kerentanan ini antara
lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, kondisi alam yang sensitif,
ketidak-berdayaan, dan berbagai tekanan dinamis lainnya. Kerentanan satu
kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain berbeda akar
masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun berbeda-beda jenisnya.
Berbagai jenis ancaman bahaya, berdasar penyebabnya dapat diklasifikasikan
menjadi empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim, bencana lingkungan, dan
bencana sosial. Bencana geologi antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung

5
berapi, dan tanah longsor. Bencana iklim antara lain banjir, kekeringan, dan
badai. Bencana lingkungan antara lain pencemaran lingkungan (air, udara, tanah),
eksploitasi sumber daya alam berlebihan termasuk penjarahan hutan, alih fungsi
lahan di kawasan lindung, penerapan teknologi yang keliru, dan munculnya
wabah penyakit. Bencana sosial antara lain kehancuran budaya, budaya tidak
peduli, KKN, politik tidak memihak rakyat, perpindahan penduduk, kesenjangan
sosial ekonomi budaya, konflik dan kerusuhan.
Pada konsep ini Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan
mitigasi yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana
serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi
dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu mitigasi
pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
pasif antara lain adalah:

a. Penyusunan peraturan perundang-undangan


b. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
c. Pembuatan pedoman atau standar
d. Pembuatan brosur atau poster
e. Penelitian atau pengkajian karakteristik bencana
f. Pengkajian atau analisis risiko bencana
g. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
h. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
i. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
j. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara


lain:
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana

6
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB) dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana.
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang
lebih aman.
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika
terjadi bencana.
7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana,
seperti tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan
sejenisnya.

2.1 Pengertian Bencana dan Manajemen Bencana


a. Bencana
Definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia
atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena
Bencana adalah peristiwa atau masyarakat rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bencana
adalah kejadian karena ulah manusia ataupun karena faktor alam yang
berakibat kerugian bagi manusia baik kerugian materil maupun non materil.

7
b. Manajemen Bencana
Manajemen adalah sebuah proses pengaturan, merencanakan
melaksanakan dan mengendalikan.
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu
untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
(UU 24/2007).
Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan
darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang
renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut.
Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses
pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common
value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk
menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.

Mekanisme Manajemen Bencana


Mekanisme manajemen bencana terdiri atas beberapa bagian yaitu :
Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi
bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam
manajemen bencana dan kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana
alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan
kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya) serta
masyarakat lokal.

8
3. Upaya Pencegahan Bencana (Tanah Longsor, Tsunami dan Gempa Bumi)
1. Tanah Longsor
a) Tidak Membuang Sampah Sembarangan
Kita mungkin masih sering membuang sampah sembarang bahkan
masih ada yang membuang sampah di sungai. Tanpa disadari perilaku
tersebut bisa menimbulkan bencana dikemudian hari, salah satunya adalah
banjir. Selain itu, sampah yang ada dijalan menjadi pemicu banjir, karena
akan menghambat aliran air sehingga menimbulkan genangan air.
b.) Membuat Fungsi Aliran Air Menjadi Semestinya
Membuat fungsi sungai dan selokan dapat bekerja dengan baik. Sungai
dan selokan adalah tempat aliran air sehingga jangan sampai tercemari
dengan sampah. Hindari membuang sampah di aliran air.
Sudah seharusnya kita peduli terhadap lingkungan. Sudah saat nya
untuk melakukan reboisasi tanaman khususnya jenis tanaman dan
pepohonan yang dapat menyerap air dengan cepat.
c.) Menanam Pohon
Menanam pohon adalah hal yang sangat positif untuk menjaga
lingkungan. Hindari penebangan pohon-pohon di hutan secara liar dan juga
di bantaran sungai, karena pohon berperan penting untuk pencegahan
banjir.
d.) Jangan Membuat Kolam atau Sawah di Atas Lereng
Ketika kita akan membuat kolam atau sawah di atas lereng sangat
diupayakan untuk tidak membuatnya karena akan semakin meningkatkan
peluang terjadinya longsor.
e.) Tidak Mendirikan Rumah di Bawah Tebing
Untuk masalah pembuatan rumah carilah lokasi yang masih terbilang
aman ketika hendak membangun sebuah rumah. Jika lokasi sekitar
memang berbukit, pilihlah lokasi yang kiranya aman dari jangkauan
luruhan tanah jika terjadi longsor.

9
f.) Jangan Menebang Pohon di Sekitar Lereng
Jika kita akan menebang pohon disekitar lereng tentunya tidak patut
jika melakukan penebangan pohon yang berada di area lereng atau tebing.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa semakin banyaknya pohon maka
semakin kuat dan stabil suatu tanah, karena akar-akar dari pohon-pohon
tersebut menyebar dan saling bersinggungan sehingga bisa membantu
tanah tidak mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah.
g.) Jangan Memotong Tebing Secara Tegak Lurus
Ketika ingin menggali tanah dalam jumlah besar untuk keperluan
tambang atau lainnya maka sebaiknya jangan langsung memotong badan
lereng secara tegak karena akan mengurangi daya penahan tanah terhadap
tanah yang berada di atasnya. Karena walaupun di atas lereng masih
dipenuhi oleh pohon namun jika badan tebing sudah terpotong secara
dalam justru tanah di bagian bawah yang akan kehilangan penopang
sehingga akan mudah menimbukkan terjadinya longsor.
2. Tsunami
a) Struktur Pantai
Di daerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun
struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai (sea wall or
coastal dike) yang merupakan bangunan pertahanan (defense structure)
terhadap tsunami. Struktur ini akan efektif, bila ketinggian tsunami relatif
tidak terlalu tinggi. Jika ketinggian tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini
kurang begitu berfungsi. Pohon-pohon pantai seperti tanaman bakau
(mangrove) juga cukup efektif untuk mereduksi energi tsunami, terutama
untuk tsunami dengan ketinggian kurang dari 3 meter.
b) Penataan Wilayah
Korban terbanyak bencana tsunami adalah perkampungan padat di
daerah pantai disamping daerah wisata pantai. Cara paling efektif
mengurangi korban bahaya tsunami adalah dengan memindahkan wilayah

10
pemukiman pantai ke daerah bebas tsunami (tsunami-free area). Menurut
catatan, sudah banyak peristiwa tsunami yang menyapu habis pemukiman
nelayan disekitar pantai, mereka terperangkap dan tidak sempat
menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Kedatangan tsunami yang begitu
cepat sangat tidak memungkinkan penduduk di daerah pesisir pantai untuk
meloloskan diri. Perkiraan tentang daerah penggenangan tsunami (tsunami
inundation area) diperlukan untuk merancang daerah pemukiman yang
aman bagi penduduk.
c) Sistem Yang Terpadu
Sistem pencegahan tsunami (tsunami prevention system) akan
meliputi hal-hal seperti peramalan, peringatan, evakuasi, pendidikan
masyarakat, latihan, kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana dan
kesigapan pasca bencana.
3. Gempa Bumi
a) Membangun konstruksi bangunan yang tahan getaran atau gempa. Hal ini
bisa dilakukan terutama di daerah-daerah yang rawan terjadi gempa bumi
sebagai contoh adalah Jepang. Jepang adalah negara yang sangat rawan
terjadi gempa, dengan demikian bangunan-bangunan yang ada di Jepang pun
dirancang agar tahan dengan gempa.
b) Memperkuat bangunan agar sesuai dengan standar kualitas bangunan.
c) Untuk fasilitas umum, harus dibangun dengan kualitas tinggi.
d) Memperkuat bangunan-bangunan vital yang sifatnya penting dan sering
dikunjungi banyak orang.
e) Merencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah yang rawan gempa bumi.
f) Zonasi daerah-daerah yang rawan gempa bumi dan juga pengaturan lahan.
g) Membekali pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui
cara-cara penyelamatan ketika terjadi gempa bumi.

11
h) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan juga praktek penyelamatan
diri dari bencana gempa bumi.
i) Turut serta dalam pelatihan berbagai program upaya penyelamatan,
kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, dan juga dalam pelatihan
pemadam kebakaran serta pertolongan pertama ketika menghadapi bahaya.
j) Selalu mempersiapkan alat-alat yang penting, seperti pemadam kebakaran,
peralatan penggalian dan lainnya.
k) Melatih anggota keluarga untuk melakukan kegiatan yang tanggap darurat.
l) Pembentukan kelompok penyelamat bencana alam.
3. Upaya Pencegahan Bencana Dalam Bidang Kesehatan (Khususnya
Gempa Bumi)
1. Pemetaan rawan bencana
a. Kerentanan masyarakat
1) Status kesehatan, cakupan pelayanan kesehatan (imunisasi, kesehatan
ibu dan anak, dll)
2) Keadaan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada (rumah
sakit, puskesmas, ketersediaan obat, alat kesehatan)
3) Pembiayaan kesehatan (APBD)
4) Tenaga kesehatan (dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, dll)
5) Struktur penduduk (penduduk rentan), yaitu bayi, balita, usia lanjut
dan ibu hamil
2. Pengembangan peraturan-peraturan
a. Peraturan daerah penanggulangan bencana (sudah pengesaha)
b. Standar pelayanan kesehatan
3. Penyebaran informasi (buletin elektronik, sosialisasi langsung di wilayah
tersebut, media cetak)
a. Daerah rawan bencana
b. Masalah kesehatan yang dapat terjadi

12
c. Peraturan, anjuran untuk petugas dan masyarakat
4. Kegiatan mitigasi
a. Struktural
1) Pembangunan dan rehabilitasi fisik (rumah sakit, puskesmas, gudang
obat, posko, dll)
2) Pengadaan sarana kesehatan (ambulance dan alat transportasi lain,
fasilitas kesehatan lapangan)
3) Pengadaan alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai
4) Penyiapan sistem informasi bencana
b. Non struktural
1) Penetapan lokasi pembangunan sarana kesehatan di daerah aman
2) Pelestarian lingkungan
3) Pengaturan konstruksi sarana kesehatan baru
4) Pedoman cara penguatan dan desain ulang bangunan sarana
kesehatan yang sudah ada sesuai dengan kondisi wilayah
5) Pengaturan jalur evakuasi di setiap sarana kesehatan
6) Pengaturan mobilisasi dan penematan sumber daya kesehatan
7) Penyusunan standar pelayanan kesehatan dan sumber daya
8) Jaminan kesehatan

B. Kesiapsiagaan Becana
Dalam menghadapi ancaman bencana, kesiapsiagaan menjadi kunci
keselamatan Anda. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam berbagai situasi


bencana. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah:

a. Memahami bahaya di sekitar Anda.

13
b. Memahami sistem peringatan dini setempat.
c. Mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian.
d. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan
mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri.
e. Memiliki rencana antisipasi bencana untuk keluarga dan mempraktekkan
rencana tersebut dengan latihan.
f. Mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi.
g. Melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan.

1. Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya
terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan meluapnya
air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air yang melebihi daya
tampung media penopang air dari curah hujan tadi.

a. Pra bencana
1) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan
bahaya banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan
langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
2) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada
di zona rawan banjir.
3) Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir.
4) Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
5) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami
rute evakuasi dan daerah yang lebih tinggi
6) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman
banjir dan merencanakan tempat pertemuan apabila anggota

14
keluarga terpencar-pencar. Mengetahui bantuan apa yang bisa
diberikan apabila ada anggota keluarga yang terkena banjir.
7) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga
dan tetangga apabila banjir terjadi.
8) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya
tiga hari, misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan
makanan dan air minum.
9) Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas.
10) Mempertimbangkan asuransi banjir.
11) Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka Anda bisa
membuat catatan harta kita, mendokumentasikannya dalam
foto, dan simpan dokumen tersebut di tempat yang aman.
b. Saat bencana
1) Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah
informasi dari berbagai media mengenai informasi banjir untuk
meningkatkan kesiapsiagaan.
2) Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih
tinggi.
3) Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-
tempat lain yang tergenang air.
4) Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya
banjir bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa
peringatan pada saat hujan biasa atau deras.
5) Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau
di tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih berharga
diletakan pada bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
6) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak
berwenang. Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik.

15
Jangan menyentuh peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda
berdiri di atas/dalam air.
c. Pasca bencana
1) Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat
berbahaya dan ancaman kesetrum.
2) Waspada dengan instalasi listrik.
3) Hindari air yang bergerak.
4) Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa
saja keropos dan ambles.
5) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika
pihak yang berwenang membutuhkan sukarelawan.
6) Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang
berwenang.
7) Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
8) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan
yang tidak terlihat seperti pada fondasi.

2. Gempa bumi

Gempa bumi adalah peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan


oleh tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas
gunungapi, atau runtuhan batuan. Jenis bencana ini bersifat merusak, dapat
terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat.
a. Prabencana
1. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi
terjadi.
2. Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi
reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap
kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.

16
3. Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan
persediaan obat-obatan.
4. Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa
bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi
bagian bangunan yang sudah rentan.
5. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar
penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Saat bencana
Di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah ataupun bangunan bertingkat:
Saat bencana
1. Jika sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan
mematikan semua peralatan yang menggunakan listrik untuk
mencegah terjadinya kebakaran.
2. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada
sudut bangunan.
3. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas
keamanan, ikuti instruksi evakuasi.
4. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng,
atau material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke
lapangan terbuka, jangan berdiri dekat tiang, pohon, atau sumber
listrik atau gedung yang mungkin roboh.
5. Guncangan akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu,
upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah
meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan
jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau helm, atau
berdirilah di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar
rumah.
6. Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga
darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam

17
elevator, tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk
panggilan kepada pengelola bangunan.
7. Saat terjadi gempa bumi besar, Anda akan kehilangan kontrol
terhadap mobil.
8. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan
berhentilah.
9. Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memerhatikan
lingkungan sekitar atau melalui alat komunikasi lainnya seperti radio
atau gawai.
c. Pasca bencana
1. Apabila mendengar peringatan dini tsunami, segera lakukan evakuasi
menuju ke tempat tinggi, seperti bukit dan bangunan tinggi.
2. Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa
bumi berhenti. Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan pada saat evakuasi.
3. Jika berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang kuat.
4. Periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran.
5. Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan
air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari
daerah yang rawan longsor.
6. Jika di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu
lintas.
7. Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.

3. Tsunami
Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi bencana
tsunami.
1. Pra bencana

18
a. Ketahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah gempa
bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi
gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang
airnya surut, dan tanda-tanda alam lain).
b. Cepat berlari ke tempat yang tinggi dan berdiam diri di sana untuk
sementara waktu setelah satu gempa bumi besar mengguncang.
c. Segera menjauhi pantai dan tidak perlu melihat datangnya tsunami atau
menangkap ikan yang terdampar di pantai karena air surut.
d. Mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya tsunami dan
jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi.
e. Memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami
setelah gempa bumi terjadi.
2. Saat bencana
a. Setelah gempa bumi berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya
untuk merapikan kondisi rumah. Waspada gempa bumi susulan!
b. Jika Anda berada di rumah, usahakan untuk tetap tenang dan segera
membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih
tinggi dan aman.
c. Tidak semua gempa bumi memicu tsunami.Jika mendengar sirine tanda
bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya
tsunami, Anda perlu segera menyingkir dari daerah pantai.Perhatikan
peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi.
d. Jika telah sampai di daerah tinggi, bertahanlah disana karena gelombang
tsunami yang kedua dan ketiga biasanya lebih besar dari gelombang
pertama serta dengarkan informasi dari pihak yang berwenang melalui
radio atau alat komunikasi lainnya.
e. Tsunami tidak datang sekali, tetapi bisa sampai lima kali. Oleh karena itu,
sebelum ada pengumuman dari pihak berwenang bahwa kondisi telah

19
aman, janganlah meninggalkan tempat evakuasi karena seringkali
gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan berbahaya.
f. Apabila Anda berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar,
upayakan untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.
g. Hindari jalan melewati jembatan. Anda dianjurkan untuk melakukan
evakuasi dengan berjalan kaki.
h. Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang.
i. Bagi Anda yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi
kemacetan, segera kunci dan tinggalkan kendaraan serta melanjutkan
evakuasi dengan berjalan kaki.
3. Pasca bencana
a. Tetap utamakan keselamatan dan bukan barang-barang Anda.Waspada
dengan instalasi listrik dan pipa gas.
b. Anda dapat kembali ke rumah setelah keadaan dinyatakan aman dari
pihak berwenang.
c. Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari
pihak berwenang.
d. Hindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi zat-zat
berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
e. Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan Anda.
f. Hindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak
dalam kubang.
g. Jauhi reruntuhan di dalam genangan air karena sangat berpengaruh
terhadap keamanan perahu penyelamat dan orang-orang di sekitar.
h. Berpartisipasi dalam kaporisasi sumber-sumber air bersih, perbaikan
jamban dan saluran pembuangan air limbah.
i. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.

20
j. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air genangan
tsunami.
k. Apabila Anda terluka, dapatkan perawatan kesehatan di pos kesehatan
terdekat.
l. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan tenda darurat, pakaian, dan makanan.
m. Buanglah makanan yang terkontaminasi air genangan.
n. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak berwenang
membutuhkan relawan.
o. Tetap di luar gedung yang masih dikelilingi genangan air.
p. Bersihkan sarang nyamuk dan serangga lainya.

1.5 Manajemen Logistic dalam Penanggulangan Bencana


Manajemen logistik bencana merupakan bagian dari proses supply chain
yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan
informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi
(point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para
pelanggan/korban bencana.
Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi tujuh
tahapan terdiri dari:
1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
a) Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di mana,
kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.

21
b)  Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta
kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana yang
akan ditanggulangi.
c) Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
 Laporan-Laporan;
 Tim Reaksi Cepat;
 Media Massa;
 Instansi terkait;
 Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
 Penyusunan standar kebutuhan minimal.
 Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.

2. Pengadaan dan/atau Penerimaan


a) Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan diterima,
kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak jumlahnya,
bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan logistik atau peralatan
yang disampaikan, apakah ada permintaan untuk siapa bantuan ini
ditujukan.
b)   Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan
dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam lampiran.
c) Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai
sumber.

22
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan
yang ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d)    Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
e)   Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
 Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana
dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan jenis dan
jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan,
pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
3. Pergudangan dan/atau Penyimpanan
a) Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan
logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit pergudangan dan
penyimpanan disertai dengan berita acara penerimaan dan bukti
penerimaan logistik dan peralatan pada waktu itu.
b) Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan
peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya,
bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan, siapa yang menerima,
cara penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu
dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode
last-in first-out.

23
c) Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan tempat,
tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system pengamanan dan
keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pendistribusian
a) Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan
pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data pendukung:
yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan mendapatkan persetujuan
dari pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana.
b) Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan
menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat
transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
c) Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang
harus disampaikan.
 Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5. Pengangkutan
a)  Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan.
b)   Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan
peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang bertanggungjawab
dalam perjalanan termasuk tanggung jawab keamanannya, siapa yang
bertanggungjawab menyampaikan kepada penerima.
c)   Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan berita
acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang diangkut.
d)   Maksud dan Tujuan Pengangkutan:

24
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari
gudang penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan
peralatan dari gudang ke tujuan.
 Mempercepat penyampaian.
e)   Jenis Pengangkutan
 Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau
dan udara, baik secara komersial maupun non komersial yang
berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:
6. Penerimaan di tujuan
1. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat
tujuan adalah:
 Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima.
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan, sarana
transportasi, pengirim dan penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan
7. Pertanggungjawaban
a)  Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan
harus dibuat pertanggung jawabannya.
b) Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk
seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara
berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan
transparansi.

25
Ketujuh tahapan Manajemen Logistik dan Peralatan tersebut dilaksanakan secara
keseluruhan menjadi satu sistem terpadu.

Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut


pola penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau
sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari:

a. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan peran tersebut
BNPB mempunyai kemudahan akses dan koordinasi dengan organisasi yang dapat
membantu system manajemen logistik dan peralatan untuk bencana.
b. Tingkat Provinsi,
Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi
adalah :
 Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi memiliki
tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.
 Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang meliputi
dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
 Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan logistik
dan peralatan di area bencana.
 Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area bencana.
 Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang terlibat
dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara periodik kepada
kepala BNPB.
 Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan
manajemen logistik dan peralatan.
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan
bencana secara konsisten.

26
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Kabupaten/Kota
adalah :
 Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik dan
peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap darurat dan pemulihan
darurat.
 Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil, peralatan
dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-pusat operasi (pos
komando) di area bencana.
 Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BPBD.
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan
bencana secara konsisten.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi


termasuk didalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya, sistem
komando, sistem operasi, sistem perencanaan, sistem administrasi dan keuangan,
sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Macam-macam logistic bencana:
Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional dari
WHO di Amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut:
 Medicines (Obat – obatan)
 Health Supplies/ kit (Peralatan kesehatan)
 Water and Environmental Health (kesehatan air dan lingkungan)
 Food (makanan)
 Logistic administration (administrasi logistik, pencatatan)
 Shelter – electrical –construction (tempat tinggal sementara– listrik –
bangunan)
 Personal needs / edukasi (kebutuhan personal dan edukasi personal)
 Human resources (sumber daya manusia)

27
 Agriculture/ livestock (stok pangan)
 Unclassified/ others ( lainnya)
Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan
kedua yaitu obat – obatan dan peralatan kesehatan.

28
BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan
Pencegahan bencana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah bencana yang terjadi dan sifatnya dapat diantisipasi. Misalnya
pada bencana banjir tentu saja bencana banjir. Pencegahan bencana secara umum
yaitu: Penyusunan peraturan perundang-undangan, Pembuatan peta rawan
bencana dan pemetaan masalah, Pembuatan pedoman atau standar, Pembuatan
brosur atau poster, penelitian atau pengkajian karakteristik bencana, pengkajian
atau analisis risiko bencana, internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan,
pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana, perkuatan unit-unit
sosial dalam masyarakat, seperti forum, dan pengarus-utamaan PB dalam
perencanaan pembangunan.

Kesiap siagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Banyak upaya kesiapsiagaan bermanfaat dalam
berbagai situasi bencana. Beberapa upaya penting untuk kesiapsiagaan adalah:
memahami bahaya di sekitar Anda, memahami sistem peringatan dini setempat,
mengetahui rute evakuasi dan rencana pengungsian, dan lain-lain

b. Saran
Demikian makalah ini disusun. Dalam makalah ini penyusun merasa
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang dapat
membangun perbaikan makalah ini sedikit banyak kami ucapkan terima kasih.

29
DAFTAR PUSTAKA
 Khambali, I., & ST, M. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana.
Penerbit Andi.
 BNPB. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.
Jakarta.
 BNPB. 2008. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
Jakarta.
 https://idtesis.com/pengertian-pencegahan-bencana-alam-menurut-undang-
undang/
 Idtesis.com. 2007. Pengertian Pencegahan Bencana Alam Menurut Undang-
Undang. Surabaya .
 Sudibyakto, H. A. (2018). Manajemen bencana di Indonesia ke mana?. UGM
PRESS.
 Ilmugeografi.com. 2017. Upaya Pencegahan Gempa Bumi. Pusat Ilmu
Geografi Indonesia. Jakarta.
 Kusumaputra, R.A. 2010. Banjir Kanal Timur Karya Anak Bangsa. Grasindo.
Jakarta.
 Rijanta, R., Hizbaron, D. R., & Baiquni, M. (2018). Modal Sosial dalam
Manajemen Bencana. UGM PRESS.

30

Anda mungkin juga menyukai