Anda di halaman 1dari 4

Ketika menghadapi cobaan hidup, sebagian orang mengambil “jalan pintas” dengan cara bunuh diri.

Padahal bunuh diri bukanlah solusi dan bukanlah jalan pintas, bahkan bunuh diri adalah dosa yang
sangat besar dalam Islam.

Besarnya dosanya bunuh diri

Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, “Bunuh diri adalah salah satu dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman:

‫ف‬ َ َ‫ظ ْل ًما ف‬


َ ‫س ْو‬ ُ ‫ع ْد َوانًا َو‬
ُ ‫للا َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما * َو َمن يَ ْف َع ْل ذَ ِل َك‬
َ ّ ‫س ُك ْم ِإن‬َ ُ‫َولَ ت َ ْقتُلُواْ أَنف‬
‫يرا‬ ِ ّ ‫علَى‬
ً ‫للا يَ ِس‬ َ ‫َارا َو َكانَ ذَ ِل َك‬
ً ‫ص ِلي ِه ن‬ ْ ُ‫ن‬
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan
barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫من قتل نفسه بشيء عذب به يوم القيامة‬


“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat” (HR.
Bukhari no. 6105, Muslim no. 110)
.
Maka bunuh diri dalam islam itu adalah dosa besar yang paling buruk. Namun Ahlussunnah wal
Jama’ah berkeyakinan bahwa orang yang bunuh diri itu tidak kafir. Jika ia muslim, maka ia tetap
dishalatkan dengan baik karena ia seorang Muslim yang bertauhid dan beriman kepada Allah, dan
juga sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa/noor/3054).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

‫كان فيمن كان قبلكم رجل به جرح فجزع فأخذ سكينا ً فحز بها يده فما رقأ الدم حتى‬
‫ بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة‬: ‫ قال هللا تعالى‬. ‫مات‬
“Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong
tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allah Ta’ala berfirman: ”Hambaku mendahuluiku
dengan dirinya, maka aku haramkan baginya surga” (HR. Bukhari no. 3463, Muslim no. 113).

Ngerinya adzab bagi orang yang bunuh diri

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫َمن قتل نفسه بشيء في الدنيا عذب به يوم القيامة‬


“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat” (HR.
Bukhari no. 6105, Muslim no. 110).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
ِ ‫سهُ بحديدة فحديدتُهُ في يد ِه يتوجأ ُ بها في بطنِ ِه في‬
‫نار جهن َم خالدًا ُمخلدًا‬ َ ‫من قت َل نف‬
‫نار جهن َم خالدًا ُمخلدًا فيها أبدًا‬ِ ‫س ُّمهُ في يد ِه يتحساهُ في‬
َ ‫س ّم ف‬ َ ‫فيها أبدًا ومن قت َ َل نف‬
َ ‫سهُ ب‬
‫نار َجهن َم خالدًا مخلدًا فيها أبدًا‬
ِ ‫هو يتردى في‬ َ َ‫سهُ ف‬َ ‫من تردى من جبل فقت َل نف‬
“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu kelak akan berada di tangannya dan
akan dia gunakan untuk menikam perutnya sendiri di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-
lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka kelak ia akan meminumnya sedikit-demi
sedikit di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan
menjatuhkan dirinya dari atas gunung, maka dia akan dijatuhkan dari tempat yang tinggi di dalam
neraka Jahannam, kekal di sana selama-selamanya” (HR. Bukhari no. 5778, Muslim no. 109).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Barangsiapa yang membunuh dirinya
dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di neraka Jahannam. Artinya seseorang yang bunuh
diri pasti akan masuk neraka Jahannam” (Syarhu Al Kabair, 109).
Maka orang yang bunuh diri akan mengalami dua kengerian :

1. Ia akan masuk neraka Jahannam yang merupakan neraka terburuk dan terngeri. Dalam Al
Qur’an sering kali disebutkan tentang Jahannam:ُ‫س ْالمِ َهاد‬
َ ‫لَ ِب ْئ‬
“seburuk-buruk tempat”‫ير‬ ‫ص‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬
ُ ِ َ َ ِ‫س‬ْ
‫ئ‬ ‫ب‬
“seburuk-buruk tempat kembali”
2. Ia akan terus diadzab dengan cara yang sama dengan cara ia bunuh diri secara terus-
menerus di neraka

Baca Juga: Lulus Ataukah Mati Bunuh Diri?

Apakah orang yang bunuh diri kafir?

Orang yang mati dalam keadaan Muslim, bukan dalam keadaan Musyrik, maka ia tidak akan kekal
di neraka jika ia masuk neraka. Allah Ta’ala berfirman:

‫للا َل َي ْغ ِف ُر أ َ ْن يُ ْش َر َك ِب ِه َو َي ْغ ِف ُر َما دُونَ ذَ ِل َك ِل َم ْن َيشَا ُء َو َم ْن يُ ْش ِر ْك ِباّللِ فَقَ ِد ا ْفت ََرى‬َ ‫ِإن‬


َ ‫إِثْ ًما‬
‫ع ِظي ًما‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (Qs. An Nisa: 48).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ و َي ْخ ُر ُج ِمن‬، ‫وزن شعيرة ِمن خير‬ ُ ‫ وفي قل ِبه‬، ُ‫ ل إلهَ إل هللا‬:‫النار َمن قال‬ِ ‫َي ْخ ُر ُج ِمن‬
‫النار َمن‬ِ ‫ و َي ْخ ُر ُج ِمن‬، ‫وزن بُرة ِمن خير‬
ُ ‫ وفي قل ِبه‬، ‫ ل إله إل هللا‬:‫النار َمن قال‬ ِ
‫وزن ذرة ِمن خير‬ ِ ‫ وفي قل ِبه‬، ُ‫ ل إلهَ إل هللا‬:‫قال‬
“akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada
sebiji gandum kebaikan. akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di
dalam hatinya ada sebiji burr kebaikan. akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa
ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada sebiji sawi kebaikan” (HR. Bukhari no. 44).
Hadits-hadits semacam ini sangat banyak.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan: “namun orang yang bunuh diri tidaklah keluar dari Islam jika
memang ia Muslim sebelum melakukan bunuh diri. Bunuh diri tidak mengeluarkan seseorang dari
Islam. Namun nasibnya di akhirat tahta masyiatillah (tergantung pada kehendak Allah)
sebagaimana maksiat yang lainnya. Jika Allah berkehendak, Allah bisa mengampuninya dan
memasukkannya ke surga karena keislamannya dan keimanannya. Dan jika Allah berkehendak,
Allah juga bisa mengadzabnya di neraka atas kejahatan yang ia lakukan, yaitu pembunuhan. Lalu
setelah bersih dosa-dosanya dengan adzab yang ia terima, Allah pun mengeluarkannya dari neraka
untuk dimasukkan ke surga. Maka orang tua dari orang yang bunuh diri hendaknya banyak-banyak
berdoa kebaikan dan rahmat baginya, banyak-banyak bersedekah untuknya, semoga Allah
meringankan perkaranya dan memberikan rahmat kepadanya jika memang ia seorang Muslim”
(http://www.binbaz.org.sa/noor/3054).

Karena orang yang bunuh diri tidak kafir, maka jenazahnya tetap dimandikan dan
dishalatkan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “Orang bunuh diri tidaklah kafir,
bahkan ia tetap dimandikan, dikafani, dishalatkan, didoakan baginya ampunan, sebagaimana yang
dilakukan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam terhadap seorang yang misyqash (semacam pisau).
Jenazah orang tersebut didatangkan kepada Rasulullah namun beliau tidak mau menshalatkannya,
dan beliau bersabda kepada para sahabat: shalatkan ia. Lalu para sahabat pun menyalatkannya. Ini
menunjukkan bahwa lelaki yang bunuh diri tersebut tidaklah kafir, sehingga ia pun tidak berhak
mendapatkan kekekalan di neraka. Yang disebutkan dalam hadits yang terdapat lafadz bahwa ia
kekal di neraka, jika memang lafadz tersebut mahfuzh dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, maka
maksudnya adalah ancaman dan peringatan keras terhadap amalan ini (bunuh diri)” (Syarhu Al
Kabair, 110).
Dalil-dalil yang berbicara mengenai amalan dosa yang bukan syirik, yang mengandung kalimat
semacam “tidak masuk surga orang yang demikian dan demikian” atau “diharamkan masuk surga
orang yang demikian dan demikian”, maka maknanya sebagaimana dijelaskan Syaikh Musthafa Al
Adawi tidak lepas dari dua kemungkinan:

1. Orang yang melakukan dosa besar tersebut tidak masuk surga bersama golongan orang-
orang yang masuk surga pertama kali. Ia mendapatkan adzab atas dosa yang ia lakukan
(jika Allah tidak mengampuni dosanya), baru setelah itu dikeluarkan dari neraka dan masuk
surga.
2. Orang yang melakukan dosa besar tersebut tidak masuk pada jenis surga tertentu dari
surga-surga yang ada (Mafatihul Fiqhi, 1/20).

Bunuh diri bukan solusi

Ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan, akal yang sehat tentu akan setuju bahwa
bunuh diri bukanlah solusi dari permasalahan tersebut. Apapun permasalahannya, selama-lamanya
bunuh diri bukanlah solusi. Bunuh diri hanyalah bentuk lari dari permasalahan, bahkan justru ia akan
menambah permasalahan-permasalahan yang lain bagi orang yang ditinggalkannya.

Ketahuilah bahwa setiap masalah yang kita hadapi itu pasti ada solusinya. Karena Allah Ta’ala tidak
akan membebani sesuatu kepada kita kecuali masih dalam batas kemampuan kita. Allah Ta’ala
berfirman:

ُ ّ‫َل يُ َك ِل‬
ً ‫ف للاُ نَ ْف‬
‫سا ِإل ُو ْس َع َها‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah: 286).
Dan solusi dalam permasalahan hidup itu pasti akan bisa didapatkan jika kita kembali kepada Allah,
kembali kepada agama, mendekatkan diri kepada Rabb kita dengan menjalankan berbagai ketaatan
dan menjauhi segala larangan. Karena demikianlah janji Allah Ta’ala Ia adalah sebaik-sebaik
penepat janji:
‫للا يَجْ َع ْل لَهُ َم ْخ َر ًجا‬
َ ‫ق‬ ِ ‫َو َم ْن يَت‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar” (QS. Ath
Thalaq: 2).

Bunuh diri bukan mengakhiri kehidupan

Kematian bukanlah akhir. Bahkan ia adalah awal kehidupan akhirat yang lebih kekal.
Allah Ta’ala berfirman:
‫َو ْاْل ِخ َرة ُ َخيْر َوأ َ ْبقَى‬
“Akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. Al A’la: 17).
Utsman bin Affan radhiallahu’anhu berkata:

‫ « إن القبر أول منازل اْلخرة فمن‬: ‫سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬
‫ فقال عثمان‬: ‫ ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال‬، ‫نجا منه فما بعده أيسر منه‬
‫ ما رأيت منظرا قط إل والقبر أفظع منه‬: ‫رضي هللا عنه‬
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan
akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak
berhasil, maka setelahnya lebih berat’ . Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang
sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “hasan gharib”,
dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192).

Maka orang yang bunuh diri sesungguhnya berpikiran pendek dan dangkal dengan beranggapan
bahwa jika ia mati maka berakhirlah semuanya. Justru kehidupan setelah kematian itu adalah
kehidupan sesungguhnya yang lebih kekal lebih berat. Jika seseorang yang tidak memiliki bekal
yang cukup untuk akhiratnya lalu ia mengakhiri hidupnya di dunia dengan dosa besar, yaitu bunuh
diri, maka ia meninggalkan masalah yang jauh lebih kecil di dunia (jika dibandingkan dengan
masalah di akhirat), lalu menghadapi masalah yang lebih besar dan lebih berat di akhirat.

Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah agar kita tetap istiqamah di atas jalan yang
benar hingga ajal menjemput kita. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru ‘alaihi.

Sumber: https://muslim.or.id/29578-bunuh-diri-bukan-mengakhiri-kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai