NIM : 151910383017
Monitoring pasien kedokteran nuklir sangat wajib di lakukan karena mengingat bahaya
radiasi dari radiofarmaka yang berada di tubuh pasien sangat berbahaya bagi pasien dan orang
sekitar. Pasien di perbolehkan meninggalkan rumah sakit atau ruang pemeriksaan saat waktu
paruh radiofarmaka telah habis. Batasan waktu ini memberikan kesesuaian antara kenginan
meminimalkan dosis yang diterima pasien dan memaksimalkan dosis yang diinjeksikan agar
statistik pencacahan dan kualitas citra memberikan hasil yang optimal. Radiofarmaka harus
bisa dikeluarkan dari tubuh secara kuantitatif dalam beberapa menit setelah diagnosa selesai.
Kebanyakan radiofarmaka menunjukkan pola “clearance” eksponensial sehingga waktu paruh
efektifnya cukup panjang (dalam hitungan jam atau hari bukan detik atau menit) (Rekso, n.d.).
Dari setiap pemeriksaan kedokteran nuklir melakukan monitoring pasien sampai benar-
benar tidak ada efek samping atau gejala apapun setelah pemeriksaan adalah hal yang harus
dilakukan dari pihak rumah sakit. Dengan melakukan monitoring yang benar maka mutu
pelayanan rumah sakit pun dapat di akui sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rosilawati, N. E., Nasution, I., & Murni, T. W. (2018). Penggunaan Radiofarmaka Untuk
Diagnosa Dan Terapi Di Indonesia Dan Asas Keamanan Penggunaan Obat. Soepra, 3(1),
60. https://doi.org/10.24167/shk.v3i1.697