Anda di halaman 1dari 48

KARYA TULIS ILMIAH

MANIFESTASI HIVAIDS DALAM RONGGA MULUT

NURASILA AMIRUDDIN
PO.71.3.261.19.1.034

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan

berjudul “MANIFESTASI HIV/AIDS DALAM RONGGA MULUT “.

Dengan selesainya laporan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dai bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak.Oleh karena itu kami menghanturkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir.H.Agustian Ipa,M.Kes,selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar

2. Bapak Syamsuddin Abubakar,S.SiT ,M.Mkes, selaku Ketua Jurusan

Keperwatan Gigi Polteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar

3. Bapak Agus Supriatna.SKM,M.kes,selaku ketua prodi D-III Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

4. Pembimbing I ibu drg. Ernie Thioritz, M.Mkes dan Pembimbing II ibu drg.

Surya Irayani Yunus, M.Mkes yang senantiasa sabar dan meluangkan

waktunya memberikan saran ,pendapat maupun arahan yang sangat

bermanfaat

5. Ibu drg. Badai Septa, M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan waktunya

6. Orang tua tercinta Bapak Abdul Kadir dan Ibu Haerati yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang ,kesabaran,perhatian,dan dorongan moral maupun

material serta doanya


7. Sahabat-sahabat saya Siti Ainung Nurislamia, Serli Malinda, Asti Rulianti

yang selalu bersedia membantu dan menemani serta memberikan motivasi

kepada penulis dengan setulus hati

8. Teman-Teman saya 13 oran

(Ratih,Ridha,,Fitria,Fitriyyah,Fajri,Sri,Alda,Rani) yang saya anggap seperti

saudari sendiri menemani serta memberikan motivasi kepada penulis dengan

setulus hati

9. Semua teman-teman D-III Caninus yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di

sisi Allah SWT sebagai amal ibadah .Akhirnya ,dengan segala kerendahan

hati,penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai

pihak ,selama saran dan kritikan bersifat membangun .Mudah-mudahan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 07 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

BAB I. PENDAHLUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................4

C. Tujuan Penelitian...................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5

A. HIV/AIDS..............................................................................................5

B. Manifestasi Klinis HIV/AIDS Dalam Rongga Mulut............................9

C. Kerangka Teori.....................................................................................16

BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................17

A. Jenis Penelitian.....................................................................................17

B. Teknik Pengumpulan Data...................................................................17

C. Analisis Data........................................................................................18
BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………......

B. Saran …………………………………………………………………

D. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang kesehatan masyrakat, senantiasa memusatkan perhatian

pada masalah – masalah kesehatan yang mengenai orang banyak. Di masa

lampau wabah penyakit dan bencana alam silih berganti mengancam

kehidupan umat manusia, namun berkat kemajuan ilmu kedokeran, banyak

diantara wabah penyakit tersebut telah dapat dikendalikan. (Sondang Pintauli,

1993)

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu

masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan

bahwa jumlah penderta AIDS dan kematian akibat AIDS seluruh dunia akan

meningkat 10% dalam waktu 8 tahun mendatang dan berdasarkan data dari

UNAIDS pada tahun 2020 diperkirakan ada 38 juta orang diseluruh dunia

yang positif terinfeksi HIV. Dimana penyakit ini memang mempunyai angka

kematian yang tinggi dimana hamper semua penderita AIDS meninggal dalam
waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS. (Octiara et al.,

2006)

AIDS adalah penyakit yang 100 persen membawa maut, dan memang

dianggap demikian meskipun tidak terbukti, bahwa hampir semua individu –

individu yang terinfeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS dan tidak

mampu bertahan hidup terhadap penyakit yang membawa kematian ini, salah

satu penyebab kematian biasanya infeksi oportunistik atau keganasan.

Sebagaiaman diketahui bahwa penularan HIV/AIDS dapat terjadi

melaluihubungan seksual, pemakaian jarum suntik secara bergantian, transfuse

darah serta oleh ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya. Yang

perlu diperhatikan bahwa seseorang pengidap HIV dampak tampak sehat

tetapi potensial sebagai sumber penularan seumur hidup. (Sondang Pintauli,

1993)

Ketakutan terkena infeksi AIDS telah melanda semua orang termasuk

dokter gigi sebagai salah satu seorang tenaga kesehatan, oleh karena dalam

prakteknya mereka selalu berkontak dengan saliva dan darah. Cara

penularanNya dapat berupa infeksi silang antar pasien kepasien lainya serta

melalui alat – alat yang terkontaminasi. (Sondang Pintauli, 1993)

Department kesehatan telah menanggapi masalah AIDS, Infeksi HIV

sejak awal epidemic. Dimana pada tahun 1988 Depertement kesehatan

mengumumkan bahwa AIDS / Infeksi HIV adalah penyakit yang harus

dilaporkan. (library USU, 2008)


Kawasan Asia Pasifik menepati urutan ketiga penderit HIV/ AIDS

terbanyak dengan jumlah 5,2 juta jiwa. Indonesia termasukdalam negara yang

berada di dalam kawasan Asia Pasifik dan menyumbangkan angka 30.935 dan

kasus AIDS sebanyak 9.215, namun pada tahun 2016 angka kejadian

mengalami peningkatan menjadi 41.250 kasus dan AIDS sebanyak 10.146

kasus. Jumlah terus meningkat pada tahun 2017 dengan jumlah kasus HIV

sebanyak 48.300 dan kasus AIDS sebanyak 9.208 kasus

Melihat dari jumlah penderita HIV / AIDS yang semakin meningkat,

dokter gigi maupun perawat gigi memilki kemungkinan besar untuk

mendapatkan pasien yang terinfeksi HIV / AIDS yang belum terdiagnsa

selama memberikn pelayanan kesehatan gigi. Salah satu indikasi klinis

pertama dari seseorang yang terkena HIV dapat dideteksi melalui kondisi

mulut seorang pasien. Oleh karena itu, manifestasi oral pada penderita HIV /

AIDS sangat penting untuk diketahui. Dengan pengetahuanyang cukup

tentang infeksi HIV /AIDS dan manifestasinya di dalam rongga mulut, medis

dan para medis dapat mendeteksi dini penderita yang terinfeksi HIV dan

melakukan penatalaksanaan dengan tepat. (library USU, 2008)

Gejala Klinis dan Manifestasi pada jaringan periodontal pada rongga

mulut pada penderita HIV/AIDS terdiri dari serangkaian infeksi oportunistik

(kandidiasi, Leokoplakia) dan Neoplasma. Dari uraian diatas maka penulis

berkeinginan untuk mengambil judul tentang Manifestasi AIDS di Dalam

Rongga Mulut.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat di atas, maka dapat

dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana bentuk Manifestasi HIV/AIDS di dalam Rongga Mulut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini

adalah menyajikan secara teoritis gambaran tentang Manifestasi HIV/AIDS di

dalam rongga mulut.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai Manifestasi

HIV/AIDS di dalam Rongga Mulut.

2. Sebagai masukan bagi institusi mengenai kesehatan gigi khususnya untuk

mengetahui Manifestasi HIV/AIDS di dalam Rongga Mulut.

3. Merupakan sebagai aplikasi dari berbagi ilmu yang telah penulis dapatkan

selama menjadi mahasiswa


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIV / AIDS

1. Sejarah HIV / AIDS

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika

Centers For Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat

adanya Pneumonia Pneumosistis (sekarang masih diklasifisikan sebagai

PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pnuemocystis jirovecil) pada lima

laki-laki homoseksual di Los Angeles. (Win & Diani, 2015)

Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah

HIV-1 dan HIV-2 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam

tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia,

sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.


Baik HIV-1 dan HIV-2 berasaldari primate. Asal HIV-1 berasal dari

simpanse Pantrglodytes Troglodytes yang ditemukan di kamerun selatan.

(Pintauli, 1993)

Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh

manusia akibat kontak dengan pritama lainya, contohnya selama berburu

atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal

dengan naama hipnotis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS

dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari

penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian,

komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa scenario tersebut tidak

didukung oleh bukti-bukti yang ada. (Pintauli, 1993)

2. Pengertian HIV/ AIDS

Acquired immune defiency syndrome atau (disingkat AIDS)

adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang ditimbul karena

rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau

infeksi virus-virus lain yang mirip, yang menyerang spesies lainya, dimana

seseorang yang mengidap AIDS akan berkurang kemampuanya dalam

pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam

tubuhnya. (Prayuda, 2015)

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency virus (atau

disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh

manusia. Orang yang terkena virusini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang

telah ada dapat memperlamabat laju perkembagan virus, namun penyakit

ini belum benar-benar bias disembuhkan. (Prayuda, 2015)

HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV merupakan virus

sitopatik yang diklasifikasikan dalam family Retroviriade, subfamily

Lentivirine genus Lentivirus yang berdasarkan strukturnya HIV itu

termasuk dalam family retrovirus, termasuk dalam virus RNA dengan

berat molekul 9,7 kilobases. HIV berjenis retrovirus obligat intraseluler

dengan replikasi sepenuhnya terjadi di dalam sel host, oleh karenanya HIV

hanya dapat hidup pada manusia (Nasronuddin, 2007)

HIV dan virus-virus sejenisnya ini umumnya ditularkan melalui

kontak langsung antara lapisan kulit dalam membrane mukosa atau aliran

darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air

mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat

terjadi melalui hubungan intim (vagina,anal ataupun oral), transfuse darah,

jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,

bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainya dengan cairan-cairan

tubuh tersebut. (Darti & Imelda, 2019)

3. Gejala HIV/ AIDS

1) Gangguan saluran pernafasan seperti nafas pendek, sesak nafas, batuk,

nyeri dada dan demam.


2) Gangguan saluran pencernaan seperti hilangnya nafsu makan, mual

dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan

kerongkongan, serta mengalami diare.

3) Penurunan drastic berat badan. Penderita mengalami hal yang disebut

juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga

10% dibawah normal karena gangguan pada system protein dan energy

di dalam tubuh

4) Gangguan system saraf seperti kurang ingatan, sakit kepala, susah

konsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota

geraklambat karena gangguan saraf central.

5) Gangguan pada system intergument (Jaringan kulit). Penderita

mengalami serangan virus cacar air (Herpes Simplex) atau cacar air

(Herpes Zoster) dan berbagi macam penyakit kulit yang dapat

menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit lainya dimana mengalami

infeksi jaringan rambut pada kulit (Follicuties), kulit kering berbecak

(kulit lapisan luar reta-retak) sertaa Eczema atau Psoriasis

6) Gangguan pada salurankemih dan reproduksi pada wanita. Dimana

penderita seingkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini

sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Penderita AIDS wanita

banyak yang mengalami peradanaganrongga tulang pelvic dikenal

sebagai istilah `Pelvic Inflammotory Disease (PID)` dan mengalami

masa haid yang tidak teratur. (Sarjono, 2012)


4. Cara penularan (Transmisi) HIV/AIDS

1. Transmisi melalui kontak seksual

Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV

di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan

semen, cairan vagina, cairan serviks.transmisi infeksi HIV melalui

hubungan anus lebih muda karena hanya terdapat membrane mukosa

rectum yang tipis dan mudah robek, anus sering terjadi lesi.

2. Transimisi melalui darah atauprodduk darah

Transmisi dapat melalui hubungan seksual (terutama

homoseksual) dan dari yang terinfeksi atau produk darah

diperkirakan bahwa90sampai 100%orang yang mendapat transfusi

darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu penelitian di

amerika serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfuasi

darah daridonor yang terinfeksiHIV berkisar 1 per 750.000 hingga

1per 835.000 (Nasronudin, 2007)

3. Transmisi melalui jarum yang terkontaminasi

Transmisi dapat terjadi karena tusukan jarum yang terinfeksi

atau bertukar pakai jarum diantar sesama penguna obat-obat

psikotoprika.

4. Transmisi secara vertikal (perinatal)

Transmisi secara vertical dapat terjadidari ibu yang terinfeksi

HIVkepada janinya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah

melahirkan melaui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan


selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan10-20%, dan

saat pemeberian ASI 10-20%. (Nasronuddin, 2007)

5. Cara Pencegahan HIV / AIDS

a. Pencegahan HIV / AIDS melalui hubungan seksual:

1) Tidak melakukan hubungan seks pra nikah

2) Tidak berganti-ganti pasangan, dan

3) Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah

kondom dimana selain membuat ejakulasi lambat,pengunaan

kondom saat berhubungan seks cukup efektif mencegah

penularan HIV / AIDS melalui seks

b. Pencegahan HIV / AIDS melalui darah:

1) Transfusi darah denan yang tidak terinfeksi,

2) Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukaikulit,

3) Hindari pengunaan narkoba,

4) Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur

dan sikat gigi berdarah dengan orang lain, dan

5) Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan

manusia.

c. Pencegahan HIV /AIDS Ibu kepada anak:

1) Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan

kehamilanya, dan

2) Tidak menyusui bayinya


d. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup :

1) Pencegahan komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan

kepada masyrakat dan

2) Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.

6. Penatalaksanaan kasus pelayananan kesehatan Gigi dan Mulut pada

ODHA

a. Prosedur Penatalaksanaan Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi

Penerapan pencegahan dan pengendalian pngendalian infeksi

di fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan muut yang tidak hanya

melindungi pasien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap

segala jenis infeksi silang yang mungkin terjadi, namun juga petugas

pelayanan kesehatan dari risiko terpapar infeksi. (Nurindah, 2012)

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan seperangakt

prosedur dan pedoman yang dirancang untuk mencegah terjadinya

penularan infeksi. Prosedur tersebut adalah upaya yang diterapkan

secara standar. Meningkatknya kesadaran tentang pentingnya

kewasspadaan standar tidak dapat dipisahkan dengan merebaknya

epidemic AIDS di dunia sejak awal tahun delapan puluhan yang juga

telah menyerang Indonesia. (Nurindah, 2012)

Prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi mencakup enam hal,

yaitu:

1) Cuci tangan dengan baik dan benar guna mencegah infeksi silang.
2) Pemekaian alat pelindung diantarranya pemakaian sarung tangan

guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lainya

3) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.

4) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

6) Penyutikan yang aman. Pernerapan pencegahan dan pengendalian

infekssi merupakan langkah pencegahan penyebaran berbagai

infeksi yang dapat terjadi:

a) Dari pasien ke petugas dan atau pengunjung.

b) Dari petugas ke pasien dan atau pengunjung.

c) Dari satu pasien ke pasien lainya..

d) Dari satu petugas ke petugas lainya.

Menegabaikan prosedur pencegahan daan pengendalian infeksi

yang efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga

pelayanan kedokteran gigi fan pasien lain, menghadapi resiko terkena

penyakit infeksi. Pelaksanaa pencegahan dan pengendalian infeksi yang

wajib dilaksanakan oleh dokter gigi di Indonesia meliputi:

1. Pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap pasien

Tata laksana penanganan pasien:

a) Lakuka kebersihan tangan.

b) Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker).

c) Berkumr antiseptik sebelum diperiksa.


d) Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan

invasif.

e) Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.

f) Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai).

g) Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal % jumlah

ratarata ju ah kunjungan pasien per hari.

h) Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah

disterilk n dari bahan dan alat yang belum dibersihkan.

i) Buat SOP untuk pemrosesan instrumen : mulai dari penerimaan

instrumen terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan

sterilisasi dan pen impanan.

j) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan

sebelum memulai suatu perawatan.

k) Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan

kerja operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

l) Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk

mencegah terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi

kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien

(Nurindah, 2012)

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga

Pelayanan Kesehatan Gigi.

Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui untuk

mencegah infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan


kesehatan gigi, penting untuk beranggapan bahwa setiap darah dan

cairan tubuh pasien berpotensi penyakit infeksi an dapat menular,

maka penting untuk dilakukan Kewaspadaan Standar seperti berikut

ini :

a) Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan

merupakan pilar untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus melakukan kebersihan

tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalirjika tangan

terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari

sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung

dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam

ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips,lamanya

40-60 detik. (Nurindah, 2012)

Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan

dengan cara gosok tangan dengan cairan berbasis alkohol,

lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam

"hand hygiene" tergantung pada beberapa tipe dan prosedur,

tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya

antimikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin

dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan

dan antiseptik dapat dilakukan dengan menggunakan sabun

detergent antimikroba yang standar. Untuk prosedur pembedahan,


sabun antimikroba (bedah yang mengandung chlorhexidin

gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternatif pengganti bagi

yang sensitif terhadp chlorhexidin gluconate, yang dapat

menggunakan iodophor tempatkan produk cairan kebersihan

tangan dalam tempat yang disposible atau yang diisi ulang, dicuci

dan dikerin kan terlebih dahulu sebelum diisi ulang . Jangan diisi

ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan

terlebih dahulu.

Hal - hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:

1) Sebelum kebersihan tangan : cincin, jam dan seluruh pe iasan

yang ada di pergelangan tangan harus dilepas.

2) Kuku harus tetap pendek dan bersih

3) Jan an menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena da

at menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terl hatnya

kotoran di dalam kuku.

4) Selalu megunakan air mengalir

5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper to I atau

membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan

sarung tangan (Nurindah, 2012)

Indikasi kebersihan tangan termasuk :

a) .Bila tangan terlihat kotor.


b) Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi da ah,

cairan tubuh, ekskresi dan sekresi.

c) Sebelum memakai sarung tangan.

d) Segera setelah melepas sarung tangan.

e) Sebelum menyentuh pasien.

f) Sebelum melakukan prosedur aseptik.

g) Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik

termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips. (Nurindah, 2012)

b) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) dibawah ini.

1) Sarung tangan

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sar ng

tangan keti ka melakukan perawatan yang me ungkinkan berkontak

dengan darah atau cairan tubuh lair nya. Sarung tangan harus

diganti tiap pasien, lepaskan sar ng tangan dengan benar setelah

digunakan dan segera lak kan kebersihan tangan untuk

menghindari transfer mi roorganisme ke pasien lain atau

permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau

bocor dan lakukan ke rsihan tangan sebelum memakai kembali

sarung tan an. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau

mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.

Prosedur pemakaian sarung tangan :


1) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah

dalam lipatannya.

2) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung

ke lantai, sehingga bagian lubang jarijari tangannya terbuka,

lalu masukkan tangan.

3) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari

tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan

(bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan).

4) Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari

tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan

lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di

tangan.Selain sarung tangan yang digunakan untuk

pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk

mencuci alat serta membersihkan permukaan meja kerja, yaitu

sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari

lateks atau vinil yang tebal.

2) Masker

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan

masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi

infeksi akibat kontaminasi aerosol Berta percikan saliva dan darah

dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat

dengan balk dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung

dengan balk. Gantt masker diantara pasien atau jika masker lembab
atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien . Masker akan

kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker

jika tindakan telah selesai.

3) Kacamata Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan ka amata

pelindung untuk menghindari kemungkinan in' ksi akibat

kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan da ah. Kacamata ini

harus di dekontaminasi dengan air dan sa un kemudian di

disinfeksi setiap kali berganti pasien.

4) Gaun/baju Pelindung

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan ga n/baju

pelindung yang digunakan untuk mencegah ko taminasi pada

pakaian dan melindungi kulit dari ko taminasi darah dan cairan

tubuh. Gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari. Gaun pelindung

terbuat dari ba an yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain),

tet pi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang ha ya

dapat sekali pakai (disposable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika

tindakan telah selesai. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien,

gunakan baju pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya ka

mata pelindung sebelum mencuci tangan. Setelah tan an

dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan car seperti

tertera di atas.
Setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah

disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang tel h terkontaminasi

dengan memegang sisi bagian luar da menariknya hingga terlepas

dari dalam ke luar. Setelah sal h satu sarung tangan terlepas,

lepaskan sarung tangan lair nya dengan memegang sisi bagian

dalam sarung tangan da menariknya hingga terlepas. Apabila

seluruh alat pel ndung diri telah dilepaskan, hindari menyentuh

area terkontaminasi. Selalu lakukan kebersihan tangan dan

keringkan tangan sebelum memasang kembali sarung tangan.

(Nurindah, 2012)

B. Manifestasi klinis AIDS / HIV di dalam Rongga Mulut

Lesi di dalam rongga mulut yang berulang – ulang yang berperan

penting sebagai kepastian dari tanda atau gejala pertama terserang HIV,

Perkembangan penyakit HIV, atau penyebab disfungsi dan bahkan

menimbulkan rasa sakit dan menganggu penampilan. Karena itu mengenali,

mendiagnosa, dan menanggulangi penyakit mulut yang menyertai AIDS

dimana termasuk komponen penting baik pada pelayanan maupun pendidikan

dan riset epidemic HIV / AIDS (Aškinytė et al., 2015)

Dengan berkurangnnya daya tahantubuh maka timbul berbagai

penyakit dalam ronnga mulut dan inpeksi oportunistik baik karena virus,

bakteri, jamur dan keganasan, lesi auto imun dan kelainan lain.

Keanekaragaman dalam bentuk lesi,frekuensi dan kapan terjadinya tidak


benar-benar diketahui, tetapi yang jelas didukung oleh factor yang kompleks

dan bervariasi. (library USU, 2006)

Infeksi jamur didalam rongga mulut yang sering merupakan pertanda

dari infeksi hiv adalaha infeksi jamur candidiasis, karna sering ditemukan

sebagai bagian dari flor mulut pada orang pengidap HIV dan infeksi lain yang

muncul menyertai penderita HIV yaitu disebabkan oleh berbagai virus yaitu

virus dari keluarga Herpes (Simpleks, zoster). Hal lain juga sering terlihat plak

putih di mukosa lidah, mukosa bukal, orofaring dan dasar mulut. (Aškinytė et

al., 2015)

Infeksi bakteri didalam rongga mulut juga memberi pertanda HIV,

yaitu lesi pada gusi dan periodontal yang tidak lazim dengan frekuensi yang

besar, dengan gjala klinis sebagai berikut gingivitis berupa lesi ulkus

neokrosis, rasa tidak nyaman dan nyeri, nekrose tulang alveolar, resesi gusi

yang cepat dan posesif, gigi goyang derajat 3 atau lebih, dan oralhygine yang

buruk dan gigi geligi yang tidak terawatt akan memperparah infeksi ini.

(Nurindah, 2012)

Tanda lain di mulut adalah adanya Stomatis Apthosa (sariawan) Yang

kambuh dan berulang-ulang. Parahnya serangan terlihat sebagai lesi yang

banyak dan besar dan bertahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat

menimbulkan rasa sakit, selain itu penderita HIV juga sering mengeluh mulut

kering, Karen barkurang saliva, hal ini kemungkinan terjadi inflamasi kalenjer

saliva. Cara menanggulanginya itu dengan sering kumur, perangsang kalenjar

ludah, dan mengkomsumi permen karet tanpagula. (Parwica Made, 2008)


Pada saat HIV /AIDSditemukan, para dokter spesialis telah

mengamatiklinis disetiap system organ. Manifestasi di rongga mulut juga telah

dicatat dalam berbagi penelitian. Lesi pada ronggga mulut biasanya ditemukan

pada penderita HIV/ AIDS dan biasanya dapa ditunjukkan sebagai gambaran

dini penyakit. Beberapa lesi yang berhubungan dengan infeksi HIV / AIDS

yaitu Kandidiasi Oral, Nectroctizing Ulcerative Periondontitis (NUP), dan

Necrotizing Ulseratif Gingivitis (NUG), Herpes smpleks, Hairy Leukoplakia

dan Sarkoma Kaposi. (Parwica Made, 2008)

1. Kandidiasi Oral

Kandidiasis oral merupakan infeksi yang terjadi dalam rongga

mulut, disebabkan oleh jamur kandida. Infeksi kandida sendiri tidak hanya

terjadi di mukosa mulut, namun bisa juga menyerang sistem pernapasan,

sistem pencernaan maupun kulit. Pada sebagian penderita, gejala klinis

kandidiasis oral yang dikeluhkan dapat berupa berkurangnya kemampuan

indra pengecapan. Selain itu, rasa perih dan terbakar sering juga menjadi

keluhan khususnya pada penderita yang menggunakan antibiotik spektrum

luas. (Hakim et al., 2015)

Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga

mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida

terutama Kandida albikan. Kandida merupakan organisme komensal

normal yang banyak ditemukan dalam rongga mulut. Dalam rongga mulut,

Kandida albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum

lidah, dan daerah palatum. Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida
yang juga ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr,

C. glabrata, dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae,

C.stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C.albikan yang paling dominan

dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral.

(Hakim et al., 2015)

Berdasarkan gambaran klinis, kandidiasi oral dapat dibedakan menjadi 4

jenis yaitu:

a. Erymatous candidiasis atau kandidiasisatropik akut

Kandidiasis atrofi akut atau kandidiasis eritematus merupakan

salah satu jenis infeksi kandida di rongga mulut dengan gambaran

klinis berupa lesi kemerahan menyebar dan merata, atrofi, dan

mengalami depapilasi apabila ditemukan pada dorsum lidah. Efek

Antijamur Madu terhadap Pertumbuhan Candida albicans secara in

vitro Toony Hansel Liwu Kandidiasis atrofi ini dapat bermanifestasi

bersamaan dengan tipe kandidiasis pseudomembran.14 Keluhan

utama tipe ini adalah adanya rasa terbakar pada mukosa, mulut terasa

kering dan adanya rasa sakit dengan derajat sedang. Apabila tidak

diobati, maka lesi ini akan tampak sebagai lesi ulserasi. Infeksi

biasanya terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas terutama

tetrasiklin. Pemakaian antibiotik jangka panjang menyebabkan

keseimbangan ekosistem mulut terganggu sehingga C. albicans dapat

tumbuh subur dan menginfeksi pejamu. (Hakim et al., 2015)

1) Tanda dan gejala


a) Warna lesi kemerahan sampaimerah, datar dan halus,

redapatdi daerah palatum, mukosa pipi dan permukaan lidah.

b) Keluhan rasa panas di mulut, terutamasaat memakan makanan

yang asin, pedas atau minum asam.

2) Cara pengobatanNya

a) Topikal (nystan) 4 x 2 ml dikulum3-5 menit lalu ditelan,

selama 2 minggu

b) obat kumur chlorhexidine gluconate 0,12%

c) Dirujuk ke SpPM atau jika tidak ada ke SpPD atau SpKK.

(Hakim et al., 2015)

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida

leukoplakia yang terlihat seperti plak putih pada bagian komisura

mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila

dihapus. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau

keganasan.3,22 Kandida leukoplakia ini dihubungkan dengan

kebiasaan merokok. (rasdiana, 2014)

1) Tanda dan gejala

a) Adanya plak yang berwarna putih kekuninganyang melekat

pada mukosa

b) Sedikit keras dan tidak mudah dihilangkan

2) Cara penggobatanya
a) Topical (nystan) 4 x 2 mldikulum 3-5 menit lalu ditelan,

selama 2 minggu.

b) Obat kumur chlorhexidine gluconate 0,12%. (rasdiana,

2014)

c. Kandidiasi Pseudomembran

Lesi kandidiasi ini biasanya terjadi pada daerah mukosa bukal dan

lidah, tetapi dapat juga ditemukan di daerah palatum, gingiv, dan

dasar mulut. Pada kasus lesi dapat mengenai seluruh daerah mulut.

Jika tidak dirawat dengan benar, maka koloni bergabung membentuk

lesi yang lebih besar dimana bentuknya tidak teratur. (rasdiana, 2014)

1) Tanda dan gejala

a) Bercak atau putih kekuningan mukosamulut.

b) Jikaplak diangkat meninggalkan permukaan yang

kemerahan atau berdarah

2) Cara penggobatannya

a) Dengan anti jamur toipikal (nystatin) 4 x 2 ml dikumur 3-5

menit lalu ditelan, selaama 2 minggu

b) Obat kumur chlorhexidine gluconate 0,12%

c) Dirujuk ke SpPM atau jika tidak ada ke SpPD atau SpKK.

d. Anggular Cheilitis

Pada pasien HIV/ AIDS, angular cheilit biasanya terjadi secara

inileteral pada dewasa maupun muda. Angular cheilitis biasa terjadi

bersamaan dengan kandidiasis eritemtousatau kandidiasis


pseudemembran. Jika seorang pasien yang sehat dan bebas dari

penyakit lainya, tiba-tiba terjadi angular chilitis sesuai dengan

karateristk diatas, dapat dicurigai menderita HIV/ AIDS dan dapat

dibuktikan dengan pemeriksaan melaluidarah. (Nugraha et al., 2015)

1) Tanda dan gejala

a) Eritema dan luka berupa celah disudut mulut.

b) Dapat terjadi dengan atau tanpa adanaya kandidiasis

eritema atau kandidiasis pseudemembran.

2) Cara penggobatannya

a) Menggunakan mikonazol krim anti jamur secara topical

kali sehari selama 2 minggu. (Nugraha et al., 2015)

2. Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gig

dan mulut yang mempunyi prevelensi yang tinggi Indonesia. Bahkan di

amerika dan jepang, perhatian dokter ggi mulai beralih lebih kepada

penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies. (Parwica Made,

2008).

Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasau dijumpai yaitu gingivitis

dan periondontitis,

a. Nectrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)

Destrusksi pada suatu atau lebih papilla interdental disertai

dengan nekrosis, ulserasi. Destruksi ini terbatas pada margin

gingiva. Pada tahap akut (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis),


1) Tanda dan gejala

a) Terjadi uslerasi pada papilla interdental sampai marginal

gingiva.

b) Kemerahan sepanjang tepi gingival yang meluas ke

gingival cekat dan mukosa alveolar

c) Tartutupa jaringan nekrotin, mudah berdarah dan sakit.

d) Bau mulut busuk sangat jelas karena nekrotik

2) Cara penggobatannya

a) Konsultasi dokter gigi untuk pembersihan karang gigi. Dan

jaringannekrotik / kuretase radikal

b) Irigasi dan kompres larutan H202 1.5 – 3% pada lesi 3 kali

sehari sampai lesi mengalaami perbaikan

c) Pemebrian antibiotic

d) Perhatikan pengelolaan rasa sakit, dan nutrisi.Untuk kasus

NUG dan NUP yang luas dan progresif dirujuk ke spealis

perio untuk dilakukan sequestrektomi. (Parwica Made,

2008).

b. Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)

Meskipun NUG dan NUP erlihatsepertipenyakitan yang

sama,tetap perbedaan pada kecepatan kerusakan jaringan lunak dan

jaringan keras. NUP adalah penanda penurunan kekebalan tubuh

yang parah. Kondisi ini ditandai dengan adanya nyeri hebat,

kegoyangan gigi, perdarahan, bau mulut, ulserasi padapapilla


gingival dan kehilangan tulang dan jaringan lunak. (Parwica Made,

2008).

1) Tanda dan gejala

a) Merupakan tanda dari penurunan kekbalan yang serius.

b) Ulserasi dan nekrosis pada jaringan gusi dan periodontal

yang progresif

c) Hilangnya perlekatan jaringan penyangga gigi dan tulang

alveolar dengan cepat.

d) Tidak dapat sembuh senidri

e) Sangat sakit, pendarahan, bau busuk

f) Sakit rahang hebat

2) Cara penggobatannya

a) Konsultasi dokter gigi untuk pembersihan karang gigi. Dan

jaringannekrotik / kuretase radikal

b) Irigasi dan kompres larutan H202 1.5 – 3% pada lesi 3 kali

sehari sampai lesi mengalaami perbaikan Pemebrian

antibiotic

c) Perhatikan pengelolaan rasa sakit, dan nutrisi.

d) Untuk kasus NUG dan NUP yang luas dan progresif

dirujuk ke spealis perio untuk dilakukan sequestrektomi.

(Parwica Made, 2008).

3. Herpes
Infeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada

pnderita AIDS. Infeksi virus pada penderia dapat terlihat berupa herpes

simpleks dan herpes zoster. (Ramayanti, 2012)

a. Herpes simpleks

Herpes simpleks merupakan infeksi pada mukosa rongga

mulut yang disebabkan oleh virus dermatotropik yang relative

umum terjadipada penderita HIV/ AIDS/ dan bisa muncul perioral

sebagai herpes labialis atau intraoral berupa ulserasi. (Ramayanti,

2012)

1) Tanda dan gejala

a) Rasa gatal dan terbakar pada aerah yang terkena

b) Diikuti lepuh kecil-kecil bergerombol dengan tepi

kemerahan

c) Setelah pecah menjadi luka (ulcer) yang dapat mengering

selama7-10 hari

d) Didahului gejala seperti flu ringan, atau tidak enak badan.

e) Dapat menular melalui luka/lecet ditangan/jari yang

merawat

2) Cara penggobatannya

a) Acyclovir krim untuk herpes labialis 5 kali sehari dalam

10-14 hari

b) Acyclovir tablet 200-400 mg, 5 kali sehariselama 10-14

hari. (Ramayanti, 2012)


b. Herpes Zooster

Herpes zoster adalah manifestasi klinis karena reaktivitas

virus varisela zoster.kariterisktik penyakit ini ditandai dengan adanya

ruam vesicular unilateral yang berkemlompok bersamaan dengan

nyeri di sekitar dermatom. Herpes zoster mempengaruhi saraf dan

lesinya dan terjadi disepanjang bagian jalanya saraf. (Biomedik et al.,

2010)

1) Tanda dan gejala

a) Lepuhan kecil-kecil bergerombol pada satu sisi kulit wajah

atau mukosa mulut (unilateral)

b) Karena syaraf trigeminal, keluhan sangat sakit pada daerah

wajah yang disyarafi

c) Lepuhan mudah pecah dan menjadi ulcer, dikulit

menimbulkan krusta.

2) Cara penggobatannya

a) Acyclovir dosis tinggi 800 mg, 5 kali sehari selama 10-14

hari. (Biomedik et al., 2010)

4. Hairy Leukoplakia

Oral hairy leukoplakia (OHL) merupakan lesi plak putih

asimtomatis tampak vertikal seperti berombak, sering ditemukan di tepi

lateral lidah, dan disebabkan oleh infeksi lokal virus Epstein-Barr (EBV).

OHL biasanya dihubungkan dengan keadaan imunokompromais terutama


pada pasien human immunodeficiency virus (HIV). Gambaran OHL

menyerupai kandidiasis oral. (Parwica Made, 2008)

1) Tanda dan gejala

a) Plak keputihan dan permukaan kasar seperti rambut.

b) Sulit untuk diangkat

c) Lesi dapat meluas kepermukaan lidah.

2) Cara penggobatannya

a) Umum tidak membutuhkan pengobatan kecuali karena pertimbangan

kosmetik

b) Acyclovir krimuntuk herpes lima kali sehari selama 10-14 hari

c) Acyclovir tablet 200-400mg, 5 kali sehari dalam jangka 10 – 14 hari

d) Acyclovir dosis tinggi 800 mg, 5 kali sehari dalam waktu 10 – 14

hari. (Parwica Made, 2008)

5. Sarkoma Kaposi

Sarkoma kaposi merupakan keganasan yang paling umum ditemui

pada pasien HIV / AIDS. sarkoma Kaposi terkait herpes virus atau human

herpes virus – 8 adalah agen penyebab tumor sel yang diturunkan endotel

sarcoma Kaposi. Lesi ini terdapat pada daerah palatum atau gingival. (Ersha

& Ahmad, 2018)

1) Tanda dan gejala

a) Berupa macula, papula, atau nodula


b) Warna ungu kemerahan atau ungu kebiruan (warna makin gelap

seiring waktu)

c) Intraoral dapat terjadi dipalatum dan gingiva

2) Cara penggoabatannya

a) Dirujuk ke Sp.PM atau Sp.BM untuk dilakukan pembedahan dan

kemoterapi

b) Radiasi

c) Sklerosing (Ersha & Ahmad, 2018)

C. Kerangka Teori

HIV
(Human Immunodeficiency Virus)

AIDS
(Acquired Immune Desiciency Syndrome)

Manifestasi AIDS di Dalam Rongga Mulut


Hairy Herpes Kandidiasi Penyakit Sarcoma
Leukoplak Oral Periodontal Kaposi
ia

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literature. Di mana studi

literature adalah salah satu teknik untuk mencari referensi teori yang relevan

dengan kasus terhadap permasalahan yang ditemukan. Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui Manifestasi AIDS di Dalam Rongga

Mulut.

B. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data bahan-

bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud. Data

yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpul dan diolah dengan cara:

1. Editing

Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama

dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara

yang satu dengan yang lain.

2. Organizing

Organizing yaitu mengorganisir data yang diperoleh dengan

kerangka yang sudah diperlukan.

3. Penemuan Hasil Penelitian

Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan

terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-

kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh

kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

C. Analisis Data

Memulai dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi

diperhatikan dari yang paling relevan, relevan dan cukup relepan. Cara lain

dapat juga, misalnya dengan melihat tahun penelitian diawali dari yang paling

mutakhir, dan berangsur-angsur mudur ke tahun yang lebih lama.

Adapun tahapan analisis data yang ditempuh penulis adalah dengan

langkah-langkah:
1. Membaca abstrak dari setiap penelitian

2. Mencatat bagian-bagian penting dan relevan

3. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara sistematis.

BAB 4

PEMBAHASAN

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang

system kekebalan tubuh. Hal ini ditandaidengan penurunan CD4 limfosit dalam

darah. CD4 limfosit T digunakan untuk menilai kemampuan individu yang

terinfeksi untuk bertahan terhadap infeksi oportunistik, CD4 normal adalah

700sel/mm, penurunan kekebalan pada pasien HIV adalah 500sel/mm, sedangkan

pada pasien yang cukup parah penuruna mencapai 200sel/mm, limfosit CD4

kurang 200sel/mm merupakan factor resiko terjadinya kandidiasis. (Diana Fitri,

2000)
Dari hasil penelitian Ramos – Gomez, diperoleh hassilbahwa dari 60 anak

yang positif mengidap HIV, terhadap 45% oarng anak memiliki manifestasi oral

pada jaringan lunak dan nilai CD4 pada anak-anak tersebut lebih rendah

dibangdingkan dengan anak-anak tanpa lesi oral. Basco dan Birman juga

menyatakan bahwa kandidiasis oral pada penderita AIDS berhubungan dengan

imunosupresi sedang dan berat. Greenspan juga menunujukkan peeningkatan

frekuensi kandasis sesuai dengan penurunan CD4. Selain itu ada tidaknya

kandiasis pada orang yang terinfeksi HIV berhubungan langsung dengan

pengunaan antiretrovirus dan waktu saat diagnosis menderita AIDS. Dari hal

terseebut dapat disimpulkan bahwa penderita HIV/AIDS cenderung lebih mudah

terkena infeksi bakteri/jamur karena memiliki tingkat imunuitas yang rendah.

(diana fitri, 2000)

Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun. Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV

di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus.

Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional

Asia Pasifik. Untuk kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada

tahun 2013, yaitu 12.214 kasus. Dan kasus HIV dan AIDS pada laki-laki lebih

tinggi dari perempuan. Kasus HIV tahun 2019 sebanyak 64,50% adalah laki-laki,

sedangkan kasus AIDS sebesar 68,60% pengidapnya adalah laki-laki. Hal ini

sejalan dengan hasil laporan HIV berdasarkan jenis kelamin sejak tahun 2008-

2019, dimana persentase penderita laki-laki selalu lebih tinggi dari perempuan.

(Unaids, 2019)
Penelitian lain oleh Rini Aptriani,dkk (2018) menunjukkan bahwa pasien

HIV/AIDS yang tercatat diklinik VCT RSUD Arifin Achmad lebih banyak laki-

laki yaitu berjumlah 56 orang (63.64%) dan perempuan dengan jumlah 32 orang

(36,36%). Cukup tingginya perbedaan proporsi kasus HIV/AIDS pada laki-laki

dan perempuan dikarenakan bahwa mayoritas pengunaan jarum suntik ialah laki-

laki. Demikian pula dengan pelanggang seks komersial kebanyakan ialah laki-

laki. Selain itu, hal ini disebabkan karena laki-laki umumnya mempunyai mibilitas

tinggi, suka berganti pasangan dan cenderung untuk memakai NAPZA dengan

jarum suntik. Hal ini didukung dengan laporan dari Depkes RI (2015) Yang

menyatakan bahwa penularan HIV/AIDS terbanyakterjadi melalui penyalah

gunaan NAPZA suntik (IDU) dikikuti penularan melalui hubungan

heterokseksual. (Aptriani Rini,dkk. 2018)

Berdasarkan kelompok umur ditemukan paling banyak pada keompok

umur 30-39 tahun sebanyak 11 orang (36,7%) diikuti kelompok umur 20-29 tahun

sebanyak9 orang (30,0%). Hal ini sesaui dengan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa presentasee pasien hiv aids yang tercatat diklinik VCT

RSUD Arifin Achmad terbanyak adalah kelompok umur 30-39 tahun berjumlah

37orang (42,04%), diikuti umur 20-29 tahun berjumlah 26 rang (29,55%). Hasil

penelitian innes (2018) yang dilakukan diRSUD Dr. Kariadi semarang terhadap

42 pasien HIV/AIDS, yang menyetakan bahwa jumlah terbanyak pasien


HIV/AIDS yaitu kelompok umr 30-39tahun sebanyak 17orang (40,48%) dan

kelompok umur 20-29tahun sebanyak 13 orang (30.95%). (Innes, 2018)

Selain itu penelitian Berdasarakan kelompok umur menunjukkan bahwa

responden yang berumur 28-44 tahun berisiko 3.937 kali lebih besar menderita

HIV/AIDS dibandingkan dengan responden yang berusia 25-27 tahun. Umur juga

mempunyai hubungan dengan besar risiko pada penyakit tertentu seperti halnya

penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian

antara lain yang pertama dilakukan di Medan memperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian HIV/AIDS dimana usia

yang paling berisiko terhadap HIV/AIDS adalah umur 25- 34 tahun (OR=23,100),

usia15-24 tahun (OR=6,346), 35-44 tahun (OR=4,641).12 produktif (25-44

tahun), Berdasarkan data SIHA mengenai jumlah infeksi HIV tahun 2010-2019

yang dilaporkan menurut kelompok umur, kelompok umur 25-49 tahun atau usia

produktif merupakan umur dengan jumlah penderita infeksi HIV terbanyak setiap

tahunnya.

Penelitian erlies simanjuntak (2017), juga menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara umur dan hiv/aids dimana disimpulkan bahwa usia yang

paling beresiko terhadap hiv/aids adalah umur 25-34 tahun, umur 15-24 tahun dan

umur 35-44 tahun. Kelompok usia tersebut masuk dalam kategori usia remaja dan

usia produktif, yang sangat beresiko terhadap penularan HIV/AIDS. Infeksi

HIV/AIDS sebagian besa (>80%) diderita oleh kelompok usia (15-49 tahun).

Banyak factor yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS Pada kelompok

usia remaja dan usia produktif. Remaja sangat rentan dengan HIV/AIDS,oleh
karena usia remaja identic dengan semangat bergelora dan terjadi peningkata

libido. Selain itu resiko ini disebabkan karena factor lingkungan remaja.

(Simanjuntak Erlies 2017)

Kandidasi oral merupakan infeksi oportunistik yang paling umum terjadi

pada penderita HIV/AIDS yang disebakan karena pertumbuhan jamur candida,

khususnya candida albicans. Hal ini dikaitkan dengan menurunya jumlah set

CD4.pemeriksaan pada setiap pasien untuk menentukan tipe kandidiasis oral.

Diagnosis Kandidiasis oral didaptakan melalui pemeriksaan laboratorium yaitu

tes kultur. Jumlah set T CD4 pasien didapatkan dari rekam medik pasien (Sololipu

Rosdiana, 2017)

Berdasarkan tipe kandidiasis oral yang didapatkan, kandidiasis

pseudomembran merupakan tipe paling umum yaitu sebanyak 76.7%, kemudian

diikuti angular cheilits dengan presentase sebanyak 23,3% kemudian tipe

kandidiasis hiperlastik 16,7% dan kandidiasis erimatous sebanyak 6,7% hal

tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashish,dkk, dimana

tipe kandidasis yang paling banyak ditemukan pada penderita yang terinfeksi HIV

adalah tipe eritematous dengan jumla 122 penderita (30,6%), kemudian diikuti

kandidiasis pseudomembran esbnayak 49 orang (12,3%) dan angular cheilitis

sebanyak 17 orang (4,3%). (Sololipu Rosdiana. 2018)

Beberapa jumlah lain juga menyatakan bahwa tipe kandidasis yang paling

umum ditemukan adalah tipe kandiasis pseudomembran akut dan kandiasis

eritematous,dimana kandidasis pseudomembran lebih berhubungan dengan


penurunan jumlah sel T CD4 <200/mm3. Pada penelitian Arvin shetti (2015)

dijelaskan bahwa pada pasien AIDS, kandidiasis tipe pseudomembran adalah tipe

yang paling umum ditemukan. Sementara pada pasien yang terinfeksi HIV,

Kandidiasis erimatous yang paling umum ditemukan. (Shetti Arvind, 2015)

Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan tipe candida, yakni candida

albicans dengan jumlah terbanyak yakni 50,0%, candida krusei 20,0%, candida

pseudototropicalis 30%. Hal ini sesuai dengan penelitian Oknkwo (2015),

Mengenai prevelensi candida yang didapatakan pada penderita HIV di negeria,

ditemukan candida, yakni 24 (80,00%) candida albicans. Juga ditemukan candida

non albicans, yakni candida tropicalis (3.33%), candida pseudotropicalis 3

(10.00%), candida parasiolosis 1(3.33%), and candida geuliermondii 1(3.33%).

(Okonkwo. 2015)

Hasil tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan oleh anwar (2014)

yang menyatakan bahwa tipe candida yang didapatkan dengan melakukan

hapusan pada rongga mulut pada daerah kandidiasis terbanyak adalah candida

albicans yaitu sebanayak 41, kemudian diikuti oleh candida guilermondi yaitu

sebanayak 12. Penelitan ismail (2016) mengenai distribusi candida yang diisolasi

dari hapusan rongga mulut pada pasien HIV/AIDS menunjukkan hasil yang sama

yakni candida albicans ditemukan sebanyak 52%pada pasien HIV/AIDS dan

selebihnya candidanon albicans. (ismail. 2016)

Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar kasus HIV/AIDS terjadi pada usia produktif, yaitu pada kelompok
umur 20-49 tahun. Hal ini disebabkan karena pada kelompok usia produktif ini

merupakan usia dimana seseorang sedang aktif melakukan hubungan seksual dan

penyalahgunaan obat (drug abuse) yang merupakan resiko tinggi untuk tertularnya

virus HIV. Dan hasil penelitian-penelitian ini pula menunjukkan bahwa tipe

psedudomembran merupakan tipe paling umum ditemukan dan jumlah sel T CD4

yang paling banyak didapatkan yaitu jumlah sel T CD4 <200 sel/mm3.

Terjadinya kandidiasis pseudomembran berhubung dengan menurunya jumlah sel

T CD4<200 sel/mm3.adapun yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini

adalah jumlah sel T CD4 pasien HIV/AIDS tidak diperiksa secara langsung oleh

peneliti melaingkan didapatakan dari data rekam medikpasien dan tidak dilakukan

follow-up mengenai terapi pada pasien. (ismail. 2018)

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahsan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Penderita yang terinfeksi hiv akan mengalami gejala klinis dan manifestasi di

rongga mulut. Manifestasi didalam rongga mulut oleh penderita AIDS terdiri
atas Kandidiasis oral, Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP), dan

Necrotizing Ulseratif Gingivitis (NUG), Herpes Simpleks, Hairy Leukoplakia

dan Sarkoma kamposis. Dan infeksi yang paling sering muncul pada penderita

AIDS adalah kandidiasis,Hairy Leukoplakis dan Cheilitis Angularis

B. Saran

Dari hasil tersebut maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada masyrakat terutama pada penderita AIDS agar lebih

menjaga kesehatan gigi dan mulutnya untuk memanalisir adanya infeksi oral

2. Disaranakan kepada para klinisi agar lebih memperhatikan berbagai

macam infeksi oral yang tibul akibat menurunya Oral Hygine pada

penederita HIV/AIDS

DAFTAR PUSTAKA

Aškinytė, D., Matulionytė, R., & Rimkevičius, A. (2015). Oral manifestations of


HIV disease: A review. Stomatologija, 17(21), 21–28.
https://sbdmj.com/151/151-04.pdf

dik, B., Kedokteran, F., & Universitas, G. (2010). Manifestasi


oral.Stomatognatic (J.K.G Unej), 7, 81. file:///D:/2036-1-4017-1-10-
20151215.pdf
Darti, N. A., & Imelda, F. (2019). Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Hiv/Aids Melalui Peningkatan Pengetahuan Dan Screening Hiv/Aids
Pada Kelompok Wanita Beresiko Di Belawan Sumatera Utara. Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 4(1), 13–14.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v4i1.56

Ersha, R. F., & Ahmad, A. (2018). Immunodeficiency Syndrome dengan Sarkoma


Kaposi. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(Supplement 3), 131–134.
file:///D:/Human_Immunodeficiency_Virus_-_Acquired_Immunodefi.pdf

Hakim, L., Ramadhian, M. R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2015).


Kandidiasis Oral Oral Candidiasis. 4, 53–57. 1407-2004-1-PB

Library USU, 2006. Oral Manifestations of HIV Disease. In press.

Nugraha, A. P., K, M. D., P, A. E., Soebadi, B., Triyono, E. A., Prasetyo, A.,
Budi, S., Pendidikan, P., Gigi, D., Kedokteran, F., Airlangga, U., &
Timur, J. (2015). Profil Angular Cheilitis pada penderita HIV / AIDS di
UPIPI RSUD Dr . Soetomo Surabaya 2014 oleh Komite Etik Penelitian
Kesehatan RSUD Dr. 1(1), 12–20. file:///C:/Users/usr/Downloads/9032-
18652-1-PB.pdf
Nurindah, B. S. S. D. K. S. E. F. (2012). Modul pekatihan identifikasi lesi rongga
mulut dan penatalaksanaan kesehatan gigi dan mulut pada ODHA bagi
tenaga kesehatan gigi dan fasilitass pelayanan kesehatan. 34–37.
https://draguscn.com/wp-content/uploads/2018/02/pedoman-pelatihan-
gigi-odha.pdf
Octiara, E., Cahyati, M., & Aulia, V. I. (2006). Pengenalan Acquired
Immunodeficiency Syndrome pada Pasien Anak Ditinjau dari Bidang
Kedokteran Gigi Anak. 8(3), 231–237.
file:///C:/Users/usr/Downloads/Pengenalan_Acquired_Immunodeficiency
_Syndrome_pada.pdf
Parwica Made. (2008). Analisis Faktor Resiko Penularan HIV/AIDS. Jurnal
Pembangunan Manusia. Medan. FKG. USU.
Pintauli Sondang. (1993). Pencegahan dan Penularan HIV/AIDS dalam
Pelayanan Kesehatan Gigi. Jurnal Jaringan Epidemiologi nasional. In
press
Prayuda, M. R. (2015). Pencegahan dan Tatalaksana HIV / AIDS HIV / AIDS
Prevention and Treatment. Jurnal Agromed Unila, 2(3), 233–236.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1351/pdf

Ramayanti, S. (2012). Manifestasi Oral Pada Pasien Terinfeksi Virus Hiv / Aids
( Oral Manifestation Of Hiv Infection ) Orang-Orang. A n d a l a s D e n
t a l J o u r n a L, 781–782. file:///D:/16-Article Text-24-1-10-
20190213.pdf

rasdiana. (2014). Manifestasi klinis tipe kandidiasis oral pada penderita AIDS di
Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo , Makassar ( Clinical
manifestations of oral candidiasis types in AIDS patients at Dr Wahidin
Sudirohusodo Hospital , Makassar ). 13(3), 185–188.
file:///C:/Users/usr/Downloads/413-805-1-SM.pdf

Sarjono, B. (2012). KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 (1st ed.).


file:///C:/Users/usr/Downloads/pedoman-pelatihan-gigi-odha.pdf
Win, & Diani. (2015). Manifestasi aids dalam rongga mulut. Kti, 1.

Anda mungkin juga menyukai