PRODUK MIGAS 2
“AVTUR”
Disusun oleh :
T = 24 0C
Density observasi = 0,795
Density teoritis = 0,8019
SG
T = 77 0C
SG observasi = 0,795
SG teoritis = 0,8019
- Keterangan: Onspec
2. Doctor Test ASTM D
- Spesifikasi : Negatif (-)
- Hasil Pengujian : Negatif (-)
- Keterangan : Onspec
3. Freezing Point
- Spesifikasi : Max -47,0
- Hasil : -55 0C
- Keterangan : Onspec
4. Electrical Conductivity
- Spesifikasi : Min 50
Max 600
- Hasil Pengujian : 117,7 Ps/m
- Keterangan : Onspec
5. Smoke Point
- Spesifikasi : Min 25
- Hasil Pengujian : 20
- Keterangan : Offspec
6. Saybolt Colour
- Spesifikasi :-
- Hasil Pengujian : Lensa 1; +22; 14,00
- Keterangan : Onspec
VI. Analisa
1. Electrical conductivity, ASTM D 2624
Pada percobaan ini kami menguji sampel Avtur dengan menggunakan
metode electrical conductivity ASTM D 2624. Tujuan dilakukan praktikum ini
adalah agar dapat mengetahui nilai konduktivitas dan muatan listrik pada produk
avtur. Pengujian ini dilakukan pada produk avtur karena saat berada diatas
permukaan (saat terbang) akan terjadi gesekan antara bahan bakar dengan udara
jika tidak dilakukan pengujian kita tidak dapat mengetahui nilai EC dari produk
avtur ini.
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mengukur nilai konduktivitas
dari sampel yang didapatkan nilai rata-rata 117,7 ps/m. Hasil praktikum kami
sesuai dengan spesifikasi nilai konduktivitas dari avtur adalah 50 ps/m - 600 ps/m
(sesuai spesifikasi). Jika hasil yang didapatkan melebihi batas maksimal avtur akan
menimbulkan listrik statis pada turbin, sedangkan jika kurang dari batas minimal
akan menyebabkan alat instrumen tidak dapat bekerja. Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi percobaan ini antara lain; bejana stainless steel terkontaminasi atau
ada impuritis dari zat uji sebelumnya. Maka digunakan setelah vessel harus
menggunakan fraksi yang lebih ringan.
2. Doctor Test ASTM D 4952
Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan pengujian density dan
specific gravity dari sampel avtur yang bertujuan untuk mengukur massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar
pula massa setiap volumenya. Massa jenis ini berfungsi untuk menentukan zat.
Penentuan specific gravity ini dapat berguna untuk kepentingan transaksi jual beli,
khususnya dibidang migas supaya pembeli dan penjual tidak akan dirugikan maka
tetapan standar sg 60/60 0F sebagai dasar perhitungan transaksi jual beli.
Rapat jenis (Density) untuk cairan hampir selalu diukur terhadap air pada
titik terpadatnya; untuk gas, referensinya adalah udara pada suhu kamar. Densitas
suatu zat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang dialami zat tersebut. contohnya
pada suhu 4°C, densitas air adalah tepat 1 g/cm³, tetapi terus menurun dan menurun
dengan semakin meningkatnya suhu. Dengan meningkatnya suhu, suatu zat akan
mengalami pemuaian dan volumenya akan meningkat, dan menghasilkan kerapatan
yang lebih kecil daripada semula. Kebanyakan cairan mengembang ketika
dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan karena molekul-molekul dalam zat
tersebut berada dalam posisi yang tetap pada keadaan padat tapi butuh banyak
ruang untuk bergerak pada keadaan cair. Hasil pengujian yang dilakukan secara
observasi pada suhu 24 0C didapat nilai density yaitu 0,795 g/cm3 dan untuk
specific gravity didapat nilai SG yaitu 0,795 pada suhu 77 0C. Dari pengujian ini
praktikan mendapatkan nilai density teoritis atau standart 15 0
C dengan
menggunakan table 53 A/B, sehingga didapatkan nilai density standart 15 0C yaitu
0,8014 g/cm3. Dari hasil ini juga didapat nilai SG 60/60 0F dengan bantuan table 51
yaitu 0,8019. Menurut SK Dirjen spesifikasi dari avtur sendiri yaitu; 0,775 – 0,840
kg/m3. Dari hasil yang didapatkan hasilnya sesuai dengan standar sehingga
hasilnya sesuai (On spec). Jika Density-nya medekati 1 atau lebih dari 1 dapat
dinyatakan bahwa avtur terkontaminasi dengan air atau fraksi yang lain yang lebih
berat dari avtur tersebut dan susah untuk dipisahkan. Dan juga jika Density kurang
dari batas minimal maka produk akan mudah terbakar sedangkan sebaliknya jika
Density lebih dari batas maksimal maka fluida tidak mudah terbakar dan ini sangat
berpengaruh pada mesin-mesin yang menggunakan piston dimana ketukanya akan
kurang bagus sehingga dapat menyebabkan knocking. Nilai Densitas dapat
digunakan untuk membedakan karakteristik suatu fluida, dan juga dapat digunakan
untuk mengetahui homogenitas dari pencampuran bahan bakar.
Pada praktikum ini, kami melakukan pengujian colour saybolt pada produk avtur
dengan menggunakan metode ASTM D 156. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan saybollt chromometer untuk mengetahui warna dari contoh uji,
terdapat 3 warna standar warna pada alat. Kami menggunakan skala 1.0 karena
warnanya hampir sama dengan coontoh uji yang kami gunakan.
Produk dalam kisaran ini mencakup undeyed bermotor dan penerbangan bensin,
bahan bakar jet, nafta, minyak tanah dan lilin. Warna dari avtur ini merupakan salah
satu aspek penting dalam melihat mutu dari bahan bakar penerbangan ini. Karena
dengan melihat warna kita dapat mendeteksi kontaminasi produk. Produk avtur
memiliki warna yang bening dan jernih jika warnanya tidak jenih bisa saja di-
identifikasikan sudah terkontaminasi. Kita dapat melihat lebih jelas lagi
menggunakan alat colori meter. Dari data yang didapat Dep Of Oil: 14,00 ml
sedangkan untuk Colour numbernya +22. Minimal dan maksimal standar dari
spesifikasi avtur sendiri menurut SK Dirjen tidak ada tapi harus selalu dilaporkan
(to be reported). Jika produk avtur sudah terkontaminasi dapat berakibat fatal pada
perlatan mesin penerbangan. Dan juga produk menemuhi spesifikasi dapat
dinyatakan kalau produk bersih dari kontaminan.
VII. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan pengamatan oleh praktikan juga dilakukanya
perbandingan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleg dirjen migas,
praktikan dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Densitas avtur yang diuji sebesar 801,4 kg/ml dan nilai SG 60/60 oF
sebesar 0,8019 jika dibandingkan dengan spesifikasi dirjen migas maka
hasil yang kami dapatkan untuk density onspec
2. Dari percobaan yang diuji memiliki nilai titik nyala asap pada
ketinggian 20 mm dari nyala api pengujian, jika dibandingkan dengan
spesifikasi yang ditetapkan oleh dirjen migas maka hasil smoke point
adalah onspec
3. Pengujian electrical conductivity pada avtur dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan dan didapat hasil rata-ratanya sebesar 117,7 pS/m, jika
dilakukan perbandinganya dengan spesifikasi dari dirjen migas maka
hasil yang diperoleh onspec
4. Kandungan merkaptan atau RSH tidak ada atau berstatus negative pada
avtur yang diuji dapat dikatakan hasil yang kita peroleh onspec hal
terebut sesuai jika dibandingkan dengan spesifikasi
5. Sampel uji memiliki tingkat kemurnian yang baik dilihat dari warna
dan kejernihan produk uji melalui pengujian Saybolt Colour, ASTM D
156. Didapat hasil pengamatan dengan lensa 1,00 pada pengurangan
14,00 untuk pengujian ini tidak terdapat sepsifikasi tetapi harus
dilaporkan setiap saat.
6. Untuk nilai freezing point pada avtur yang diuji mencapai suhu -55 oC.
Hal ini dapat dibuktikan dengan spesifikasi bahwasanya avtur yang
diuji bisa mengalir hingga suhu tersebut didalam mesin pesawat artinya
onspec
jadi dapat disimpulkan bahwa sampel avtur yang dipakai untuk bahan
percobaan layak untuk diperjual belikan karena dari keenam percobaan hanya
satu pengujian yang tidak memenuhi spesifikasi.
2. SARAN
1. Praktikan lebih memahami tiap prosedur yang ingin dilakukan dan
paham terhadap spesifikasi sampel percobaan
2. Praktikan harus lebih hati-hati, teliti dalam melakukan tiap pengujian
yang diuji serta menangani perlatan pecah.
Azis, M, 2018.”modul perencanaan distribusi bahan bakar avtur : studi kasus pulau
bali”. Teknik transportasi laut. Institute teknologi sepuluh November.
surabya
henifa, S.L, 2013.”penjualan avtur dengan mempertimbangkan special event”.
Jurusan matematika. Institute teknologi sepuluh November. Surbaya.
Linparlina, 2011. Evaluasi proses pembuatan avtur berdasarkan Analisa fisik dan
kimia minyak mentah. Teknik pertambangan universitas sriwijaya.
palembang
Lampiran