Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS ISCHIALGIA PADA NY.N DI RUANGAN MAWAR RSUD


UNDATA PALU

Disusun Oleh :
ISMAIL ARIANTO
(PO7120120020)

CI KLINIK CI INSTITUSI
NOVA NINGSIH S.kep Ns

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN
2022/2023
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Ischialgia merupakan salah satu manisfestasi dari nyeri punggung bawah yang
dikarenakan karena adanya penjebitan nerves ischiadicus. Ischialgia adalah nyeri
yang menjalar kebawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadikus. Ischialgia itu
sendiri adalah sebuah gejala yaitu bahwa pasien merasakan nyeri pada tungkai
yang menjalar dari akar saraf kearah distal perjalanan nervus ischiadicus sampai
tungkai bawah. (Cailliet,1994 dalam Kurniawati 2010)
Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus
dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis dan nervus tibialis. Keluhan
yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area otot hamstring, nyeri
ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik
sesuai distribusi nervus ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang
semakin menjadi saat membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau
saat merotasi internal paha, juga nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia.
Ischialgia dalam istilah kedokteran merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal
pada sarafischiadicus. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit
seperti trauma fisik, elektris, infeksi, masalah metabolisme, dan
autoimun. Ischialgia meningkat frekuensinya seiring dengan banyaknya aktivitas
yang dikerjakan. Orang awam pada umumnya menginterpretasikan
ischialgia dengan rasa sakit dan nyeri pada pantat. (Minaryanti, 2009)
Jadi, ischialgia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya nyeri
yang menjalar di sepanjang radius ischiadicus. Ischiadicus biasanya terkait dengan
faktor usia dan riwayat trauma. Penyakit ini perlu mendapat perhatian secara
khusus karena bisa menyebabkan kelemahan otot-otot tungkai sampai berlanjut
kesulitan dalam aktifitas sehari-hari.
B. Etiologi
Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana
nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab
ischialgia dapat dibagi dalam:
1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita hernia nukleus pulposus
(HNP).
2. Ischialgia mekanik terbagi atas :
a. Spondiloarthrosis defermans
b. Spondilolistetik
c. Tumor caud
d. Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral
e. Fraktur corpus lumbosakral
f. Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul
sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis
3. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:
a. Radikulitis tuberkulosa
b. Radikulitas luetika
c. Adhesi dalam ruang subarachnoidal
d. Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus
e. Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain:
kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang
atau adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP).
Untuk mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara
seksama oleh dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/
Rontgen pada tulang belakang.
C. Klasifikasi
Menurut Sidharta (1999) dalam Hartanto Sumarno Ervan (2011),
ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu:
1.    Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ischiadikus primer
Ischialgia ini dapat disembuhkan dengan menggunakan NSAID (non-steroid
anti inflammatory drugs). Gejala utama neuritis ischiadikus primer adalah adanya
nyeri yang dirasakan berasal dari daerah antara sacrum dan sendi panggul,
tepatnya pada foramen infrapiriforme atau incisura ishiadika dan menjalar
sepanjang perjalanan n. ischiadikus dan lanjutannya pada n. peroneus communis
dan n. tibialis.
2.    Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati
Ischialgia ini dapat terjadi karena nucleus pulposus yang jebol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP), osteofit, herpes zoster (peradangan) atau karena adanya tumor
pada kanalis vertebralis.
Pada kasus ini pasien akan meraskan nyeri hebat, dimulai dari daerah lumbosakral
menjalar menurut perjalanan n.Ischiadikus dan lanjutannya pada n. peroneus
communis dan n. tibialis.
Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia radikulopati,
antara lain :
1)  Nyeri punggung bawah (low back pain)
2)   Adanya peningkatan tekanan didalam ruang arachnoidal, seperti : batuk,
bersin dan mengejan
3)  Faktor trauma
4)  Lordosis lumbosakral mendatar
5)   Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) lumbosakral
6)  Nyeri tekan pada lamina L4, L5 dan S1
7)  Tes laseque selalu positif
3.    Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis
Unsur-unsur nervus ischiadikus yang dibawakan oleh nervus L4, L5, S1, S2 dan
S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri. Di situ
pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk nervus
ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar.

D. Patofisiologi
Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis.
Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5
denagn discus intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus
lumbalis keluar dari lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus
ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus obturatorius.
Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari lumbal4-sakral4 yang terdiri dari nervus
gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus ischiadicus, nervus kutaneus
femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis. Nervus ischiadicus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju
foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan lipatan
pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi dua
yaitu nervus perineus komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat
perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4
sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus
sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
yang lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya
proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit,
sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian
lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika
keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan akan
mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena adanya
penekanan pada nervus ischiadicus (Ischialgia).

E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Sciatica atau ischialgia biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Yang bisa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak.
Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga,
dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang dapat diringankan dengan
menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah :
a. Nyeri punggung bawah
b. Nyeri daerah bokong
c. Rasa kaku atau terik pada punggung bawah
d. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah bokong
menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf
mana yang terjepit
e. Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,
terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan
f.  Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat
g. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota
badan bawah atau tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot
tungkai bawah tersebut.
h. Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
i.  Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon
patella (KPR) dan Achilles (APR)
j.   Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi
dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen
k.  Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat
G. Penatalaksanaan
a.    Rehabilitasi Medik
Obat – obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb
Program Rehabilitasi Medik
1)  Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/ sangat mengganggu aktifitas
dimana dengan obat – obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak
membantu
2)  Terapi Fisik : diatermi, elektroterapi, traksi lumbal, terapi manipulasi,
exercise, dsb
3)  Terapi Okupasi : Mengajarkan proper body mechanic, dsb
4)  Ortotik Prostetik : Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb
b.    Perawatan
1) Hindari banyak membungkukkan badan
2) Hindari sering mengangkat barang-barang berat
3) Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan
4) Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki
5) Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang
panjang, sehingga saat menyapu atau mengepel punggung tidak membungkuk
6) Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus,
tapi tekuk kedua lutut untuk menggapai barang tersebut
7) Lakukan back exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot punggung
sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik dan maksimal
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen lumbosakral
2. Elektromielografi
3. Myelografi
4. CT scan
5. MRI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas
a) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c) Catatan medis.

Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian Fungsional Gordon


a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat dan tidur
e) Pola personal hygiene
f) Pola aktivitas dan latihan
g) Pola manajemen kesehatan
h) Pola konsep diri
i) Pola hubungan dan peran
j) Pola seksual dan reproduksi
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran umum
b) Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
c) Pemeriksaan head to toe
d) Pemeriksaan nyeri
e) Data penunjang
f) Program terapi
g) Data fokus

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d kompresi saraf, spasme otot.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi  restriktif  dan   
kerusakan neuromuskulu.
c. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai   kondisi, 
prognosis dan tindakan pengobatan.

3. Intervensi (Nurarif, 2015)


Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan a) Observasi TTV pasien a) Mengetahui TTV
tindakan keperawatan b) Lakukan pengkajian nyeri dari pasien
3x24 jam, diharapkan (P, Q, R, S, T) b) Mendapatkan
nyeri yang dirasakan c) Ajarkan teknik relaksasi hasil dari :
pasien berkurang nafas dalam - P (pemacu)
dengan kriteria hasil: d) Kolaborasi dengan dokter - Q (quality)
a) Skala nyeri rentang dalam pemberian obat - R (region)
1-3 analgesik - S (severity)
b) Pasien tidak - T (time)
meringis sakit
c) Memberikan rasa
nyaman terhadap
pasien
d) Pemberian obat
analgesik untuk
mengurangi
nyeri

2 Setelah dilakukan a) Ajarkan pasien tentang a) Agar pasien


tindakan keperawatan teknik ambulasi paham teknik
3x24 jam diharapkan b) Kaji kemampuan pasien ambulasi
kemampuan pasien dalam mobilisasi b) Mengetahui
meningkat dengan c) Beri tahu keluarga untuk kemampuan
kriteria hasil : membantu pasien saat mobilisasi pasien
a. Klien meningkat mobilisasi c) Membantu ADL
dalam aktifitas fisik d) Berikan alat bantu jika pasien
b.Memverbalisasikan klien memerlukan d) Membantu
perasaan dalam e) Ajarkan pasien aktifitas pasien
meningkatkan bagaimana merubah posisi e) Agar pasien
kekuatan dan f) Kolaborasi dengan mengetahui cara
kemampuan berpindah fisioterapi dalam pemberian merubah posisi
terapi f) Terapi agar
ADL pasien
meningkat
3 Setelah dilakukan a) Jelaskan pentingnya tidur a) Agar pasien
tindakan keperawatan yang adekuat istirahat cukup
3x24 jam diharapkan b) Ciptakan lingkungan b) Agar pasien
pola tidur pasien yang nyaman merasa nyaman
kembali normal c) Monitor/catat kebutuhan c) Mengetahui pola
dengan kriteria hasil : tidur pasien setiap hari dan tidur pasien
1. Pasien tampak segar jam d) Agar pasien tahu
2. Pola tidur 6-8 d) Diskusikan dengan pasien teknik tidur yang
jam/hari dan keluarga tentang teknik benar
tidur pasien

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah direncanakan.


5. Evaluasi

Evaluasi diharapkan sesuai dengan kriteria hasil dengan SOAP.


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati. 2010. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Ischialgia Dextra Di


Rumah Sakit Dr. Soedjono Magelang. Surkarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Minaryanti, RN. 2009. Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Ischialgia Dengan Short Wave Diathermy Dan Terapi Latihan Di RSUD
Sragen. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta :
Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai