Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 2007136224
Kelas :B
Prodi : Teknik Sipil S1
MAGNET
Medan Magnet
Bumi diketahui memiliki medan magnetik yang berfungsi untuk menahan atmosfer di tempat
dan melindungi manusia dari radiasi kosmik berbahaya dan angin matahari. Akan tetapi para
ahli dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa secara berkala dalam periode jutaan
tahun, medan magnet terbalik sehingga Kutub Utara dan Kutub Selatan bertukar tempat.
Sedemikian besarnya manfaat medan magnet bumi bagi keberlangsungan kehidupan mahluk
didalamnya.
Medan magnet adalah ruang yang mengelilingi magnet di mana magnet masih memiliki
efeknya. Kekuatannya bervariasi bergantung pada jaraknya yaitu medan magnet pada suatu
titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari magnet.
Kekuataan yang dialami oleh kutub magnet baik itu kutub utara maupun selatan yang
ditempatkan dalam medan magnet disebut dengan intensitas medan magnet. Sedangkan, arus-
arus yang membentuk pola lengkungan dalam medan magnet disebut dengan garis-garis gaya
magnet atau dapat didefinisikan juga dengan garis-garis khayal magnet yang menunjukan
arah medan magnet.
Garis gaya magnet memiliki sifat dan pola, dimana sifat-sifat garis gaya magnet memiliki
kecenderungan untuk berkontraksi secara longitudinal yaitu mereka yang lebih dekat dengan
kutub maka mereka juga memiliki kecenderungan untuk melakukan tekanan lateral atau ke
samping yang membuat saling tolak menolak. Adapun dalam pola garis gaya magnet yang
dihasilkan maka akan tergantung kepada jenis magnet yang digunakannya.
Eksperimen Oersted
Pada tahun 1819 seorang ilmuwan dari Denmark, Hans Cristian melakukan percobaan
dengan menggunakan kompas dan kawat konduktor. Dimana, arus listrik yang melalui suatu
kawat konduktor menyebabkan pembelokan jarum kompas saat kawat berarus tersebut di
dekatkan pada jarum kompas.
Arus mengalir melalui sepotong kawat membentuk suatu medan magnet (M) disekeliling
kawat. Medan tersebut terorientasi menurut aturan tangan kanan, namun dengan perbedaan
bentuk dari kawat yang dialiri arus listrik maka akan berbeda arah dari medan magnetnya.
Medan Magnet oleh Kawat Lurus
Arah dari medan magnet pada kawat lurus berarus dapat ditentukan dengan
menggunakan kaidah tangan kanan. Dalam penggunaan kaidan tangan kanan ini,
maka genggam kawat berarus dengan tangan kanan, sehingga ibu jari menunjukan
arah arus listrik maka arah putaran keempat jari lain menunjukan arah medan magnet.
1. Medan Magnet oleh Kawat Melingkat
Arah dari medan magnet pada kawat melingkar dapat ditentukan dengan
menggunakan kaidah tangan kanan. Dalam penggunaan kaidah tangan kanan,
gunakan keempat jari pada tangan kanan sebagai arah arus pada kawat, maka ibu jari
akan menunjukan arah dari medan magnet.
Medan Magnet pada Solenoida
Solenoida adalah lilitan kawat yang berbentuk helix. Di bagian solenoida terdapat
sejumlah lilitan di mana medan magnet seragam dapat dibuat ketika dialiri oleh arus
listrik. Adapun, medan magnet pada solenoida ini akan bergantung kepada jumlah
arus yang mengalir pada solenoida, jumlah lilitan pada solenoida, dan sifat inti dalam
solenoida.
Dimana
I merupakan kuat arus yang mengalir pada kawat (ampere)
L merupakan Panjang kawat (m)
B merupakan kuat medan magnet (tesla)
Α merupakan sudut yang dibentuk B dan I
Jika arah arus listrik tegak lurus dengan arah medan magnet, maka gaya Lorentz yang terjadi
akan maksimal ( ). Inilah keadaan yang biasanya selalu dikondisikan secara nyata
yakni agar gaya Lorentz yang didapat selalu maksimal, medan magnet dikondisikan selalu
tegak lurus dengan arus listrik yang mengalir.
Arah gaya Lorentz dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan pada gambar
dibawah ini:
Kaidah tangan kanan pertama menggunakan tiga jari tangan kanan dimana:
Ibu jari = arah arus listrik (I)
Jari telunjuk = arah medan magnet (B)
Jari tengah = arah gaya Lorentz (F)
Kaidah tangan kanan kedua menggunakan telapak tangan kanan yang terbuka dan lebih
mudah gunakan terlebih lagi jika sudut \alpha \neq 90^o dimana:
Ibu jari = arah arus listrik (I)
Keempat jari lain = arah medan magnet (B)
Telapak tangan = arah gaya Lorentz (F)
Besarnya sudut α tidak mempengaruhi arah gaya Lorentz karena arah gaya Lorentz selalu
tegak lurus dengan arah arus listrik dan medan magnetik.
Besarnya gaya tarik-menarik ataupun tolak-menolak pada kawat sejajar berarus listrik dapat
dicari dengan menggunakan rumus:
di mana:
q merupakan muatan listrik (Coloumb)
v merupakan kecepatan gerak muatan listrik (m/s)
B merupakan kuat medan magnet (Tesla)
α merupakan sudut yang dibentuk oleh B dan v
Arah gaya Lorentz pada kasus ini adalah tegak lurus dengan arah kuat medan magnet dan
arah kecepatan benda. Arah gaya Lorentz akan berbeda tergantung muatan partikelnya.
Perhatikan gambar dibawah, sesuai dengan kaidah tangan kanan, bila muatan q positif maka
arah v searah dengan I; bila muatan q negatif maka arah v berlawanan dengan arah I.
Jika arah medan magnet tegak lurus dengan arah kecepatan partikel bermuatan listrik, maka
lintasannya akan berbentuk lingkaran sehingga partikel akan mengalami gaya sentripetal
yang besarnya sama dengan gaya Lorentz.
Selain motor listrik, aplikasi gaya Lorentz diterapkan pada railguns, linear motor, loud
speaker, generator listrik, linear alternator, dan lain sebagainya.
Sifat ferromagnetik bahan pada umumnya dimiliki oleh bahan itu jika berada dalam fase
padat. Untuk fase cair, bahan-bahan seperti besi dan tembaga tidak menunjukkan sifat
ferromagnetik. Bahkan dalam bentuk padat pun sifat ferromagnetik bahan bisa hilang jika
suhunya dinaikkan melebihi suhu cair. Diatas suhu cair, bahan ferromagnetik berubah
sifatnya menjadi bahan paramagnetik. Suhu cair untuk setiap bahan berbeda-beda, misalnya
suhu cair besi 770.C dan suhu cair nikel 368.C.
Gaya Gerak Listrik Induksi
Gejala Induksi Elektromagnetik dalam Kumparan
Jika sebuah magnet batang digerakkan mendekati dan menjauhi kumparan berulang-
ulang, yang dihubungkan dengan galvanometer secara seri maka garis-garis gaya
magnet yang keluar masuk kumparan berubah-ubah. Karena adanya perubahan garis-
garis gaya magnet pada kumparan membuat timbulnya arus listrik dalam rangkaian.
Adanya arus ini ditunjukkan oleh gerakan jarum galvanometer (G) yang naik turun.
Arus dan gaya gerak listrik yang timbul disebut arus dan gaya gerak listrik induksi,
sedangkan gejalanya disebut induksi elektromagnetik. Jadi, induksi elektromagnetik
akan timbul kumparan mengalami perubahan garis-garis gaya magnet (fluks
magnetic).
Terjadinya gaya gerak listrik induksi disekitar penghantar
kawat penghantar ab bergerak kekanan dengan kecepatan v memotong tegak lurus
medan magnetic B. Gerakan kawat ab tersebut akan menggerakkan muatan-muatan
listrik positif ke atas dan muatan-muatan negative kebawah. Akibatnya, di a akan
terkumpul muatan positif dan b akan terkumpul muatan negative. Kejadian ini mirip
dengan kutub positif dan kutub negative baterai.
Bila ujung a dan ujung b di hubungkan dengan rangkaian luar sehingga terbentuk
suatu rangkaian luar sehingga terbentuk suatu rangkaian tertutup maka akan terjadi
arus listrik (gerakan muatan positif) kea rah keluar dari a dan masuk ke b. jadi,
penghantar yang bergerak dalam medan magnetic dapat berfungsi sebagai sumber
gaya gerak listrik ( seperti baterai ataupun akumulator).
Hukum faraday
a. Hukum faraday I
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G)
berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang digunakan (Q).”
Secara matematis, hukum Faraday I dapat ditulis dalam persamaan berikut.
Sebagaimana jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus
listrik (i) dengan selang waktu (t),
Q=i×t
massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus
dengan kuat arus (i) dan selang waktu (t).
Muatan listrik (Q) yang digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan
jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen
diperoleh bahwa 1 mol elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500
coulomb. Nilai muatan listrik elektron ini ditetapkan sebagai konstanta
Faraday (F). Jadi, hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
b. Hukum faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G)
berbanding lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (Mek).”
Secara matematis, hukum Faraday II dapat ditulis dalam persamaan berikut.
Massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara
secara stoikiometri dengan 1 mol elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur
sama dengan massa atom relatif (Ar) dari unsur tersebut dibagi dengan
perubahan bilangan oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi elektrolisis.
akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum
Faraday, di mana:
Oleh karena itu, jika diberikan jumlah muatan listrik yang sama, maka
perbandingan massa zat-zat yang dihasilkan akan sama dengan perbandingan
massa ekivalennya masing-masing.
Secara sistematis, hubungan antara jumlah listrik yang dialirkan dengan massa
zat yang dihasilkan dalam elektrolisis dapat dilihat pada skema berikut.
2. Hukum Lens
Ketika arus diinduksi oleh medan magnet, medan magnet yang dihasilkan arus
induksi ini akan menciptakan medan magnetnya sendiri. Menurut Hukum Lenz,
Medan magnet ini akan selalu sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan medan
magnet yang semula menghasilkannya. Dalam contoh diatas yang ditunjukan oleh
gambar 1, pada saat kutub utara batang magnet bergerak mendekati ke arah
kumparan, arus yang diinduksi mengalir ke arah dimana sisi terdekat kumparan dan
menimbulkan medan magnet kutub Utara yang menentang perubahan fluks sehingga
terjadi saling tolak menolak yang dikarenakan oleh kesamaan kutub. Dengan aturan
tangan kanan, arus berputar berlawanan arah jam jam.
Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut
diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan
Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan
prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak
balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam
pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit
listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator
lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah
tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan
kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan
Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan
dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan
menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet
(densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya.
Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet
yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak
Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan
primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik
baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi
menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan
kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan.
Rumus Transformator
2. Kerugian Histeresis
Kerugian satu ini berlangsung ketika arus primer AC berbalik arah. Hal tersebut
disebabkan inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya dengan
seketika. Kerugian jenis ini dapat dikurangi dengan menggunakan material inti
reluktansi rendah.
3. Kerugian Tembaga
Kerugian I 2 R di dalam lilitan tembaga yang disebabkan adanya resistansi tembaga
dan arus listrik yang mengaliri nya.
4. Kerugian Kapasitas Liar
Kerugian ini disebabkan kapasitas liar yang terdapat di dalam lilitan – lilitan
transformator. Kerugian ini dapat mempengaruhi efisiensi transformator dalam
frekuensi tinggi. Kerugian dapat dikurangi dengan cara menggulung lilitan primer
dengan sekunder secara semi – acak.