Essai CN Week 7 Dinni 011811019
Essai CN Week 7 Dinni 011811019
PEMBANGUNAN KESEHATAN DI
INDONESIA
Jawab:
Sedangkan UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. UKP mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit individu, pengobatan rawat
jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif
serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
Di dalam SKN disebutkan bahwa layanan UKM strata pertama ujung tombaknya adalah
puskesmas yang didukung secara lintas sektor, sedangkan UKM strata kedua
penanggungjawabnya adalah Dinas Kesehatan kab/kota, yang memiliki dua fungsi yaitu
manajerial dan teknis kesehatan.
Tingkat pelayanan kesehatan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat diantaranya adalah:
1. health Promotion
Diberikan pada tingkat pelayanan kesehatan pertama yang bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat
2. Spesifik Protection
Tingkat pelayanan kesehatan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang
lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.
4. Disability Limitation
Dilakukan agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat
penyakit yang ditimbulkan.
5. Rehabilitation
Tingkat pelayanan ini dilakukan setelah pasien didiagnosa sembuh dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan yang diberikan kepada
pasien.
Jawab:
Prioritas pencegahan dan pengendalian penyakit menular tertuju pada pencegahan dan
pengendalian penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, pneumoni, hepatitis, malaria, demam
berdarah, influenza, flu burung dan penyakit neglected diseases antara lain
kusta,frambusia, filariasis, dan chsitosomiasis. Termasuk prioritas dalam
pengendalianpenyakit menular adalah pelaksanaan Sistim Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa, Kekarantinaan Kesehatan untuk mencegah terjadinya Kejadian Kesehatan
yang Meresahkan (KKM) dan pengendalian panyakit infeksi emerging.
HIV AIDS
- meningkatkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang merata, terjangkau, bermutu,
dan berkeadilan serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya preventif dan
promotif;
- meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang merata dan
bermutu dalam penanggulangan HIV dan AIDS;
- Peningkatan kasus ini bisa dicermati dari beberapa sudut pandang. Salah satunya, dari
sudut pandang kesehatan. Infeksi HIV dan AIDS melewati perjalanan infeksi tanpa gejala
berkisar 7 – 10 tahun. Mereka yang terinfeksi terlihat seperti orang sehat, padahal dalam
tubuhnya sudah ada HIV yang bisa menular kepada orang lain dan kepada mereka yang
belum memiliki gejala dari penyakit tersebut.
Maka dalam hal ini, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi
HIV sebagai penyakit menular melalui Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular:
a. promosi kesehatan;
b. surveilans kesehatan;
c. pengendalian faktor risiko;
d. penemuan kasus;
e. penanganan kasus;
f. pemberian kekebalan (imunisasi)
g. pemberian obat pencegahan secara massal; dan
h. kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
TB
Untuk mengatasi permasalahan TB, diperlukan kerja sama lintas sektor karena
prevalensi/beban TB disebabkan oleh multisektor seperti kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu besar, masalah sosial penganguran dan
belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di Daerah Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Permasalahan tersebut memacu Kementerian
Kesehatan untuk terus melakukan intensifikasi, akselerasi, eketensifikasi dan inovasi
melalui Strategi Nasional Penanggulangan TB antara lain :
1) Peningkatan Akses layanan TOSS (Temukan Obati Sampai Sembuh) -TB bermutu
melalui Peningkatan jejaring layanan TB (public-private mix), penemuan aktif berbasis
keluarga dan masyarakat, penemuan intensif melalui kolaborasi (TB-HIV, TB-DM, PAL,
TB-KIA, dll) dan investigasi kontak, serta inovasi deteksi dini dengan rapid tes TB,
2) Penguatan Kepemimpinan program dan dukungan sistem melalui advokasi dan fasilitasi
dalam perumusan Rencana Aksi Daerah Eliminasi TB dan Regulasi
COVID 19
Strategi Kemenkes dalam upaya penceghahan Covid 19 adalah dengan melakukan Tracing
dengan menggunakan berbagai metode mulai dari PCR hingga rapid test antigen. Sejak
awal 2021 pencegahan covid 19 dapat dilakukan melalui rapid tes antigen di daerah
dengan akses PCR yang terbatas. Strategi lain dalam pengendalian Covid 19 adalah
pemberian vaksinasi kepada masyarakat. Penyuntikan vaksin dilakukan sebagai upaya
aktif pemberian kekebalan, sehingga apabila terkena Covid 19 tersebut tidak menjadi sakit
atau hanya sakit ringan. Seperti diketahui pelaksanaan pemberian vaksinasi sudah dimulai
sejak awal tahun 2021, dimulai tenaga kesehatan, lansia serta pelayan publik .
Anggaran yang dimiliki oleh Kemenkes memiliki 3 prinsip penganggaran di tahun 2021
sebagai upaya:
b) Fokus melindungi sistem kesehatan dan SDM kesehatan melalui strategi terapeutik
dengan meningkatkan kapasitas rumah sakit, ketersediaan Nakes, Alkes dan Obat; dan
Anggaran yang besar menuntut pula kinerja pengawasan yang efektif, efisien dan
akuntabel, dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai APIP maka Itjen Kemenkes telah
melakukan kegiatan pengawasan sebagai upaya percepatan penanganan Covid 19,
diantaranya adalah:
a) Melakukan reviu semua usulan anggaran tambahan untuk penanganan COVID-19 dari
setiap unit utama;
Jawab:
Penanganan PTM memerlukan waktu yang lama dan teknologi yang mahal, dengan
demikian PTM memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya.
Publikasi World Economic Forum April 2015 menunjukkan bahwa potensi kerugian
akibat penyakit tidak menular di Indonesia pada periode 2012-2030 diprediksi mencapai
US$ 4,47 triliun, atau 5,1 kali GDP 2012. Masuknya PTM ke dalam SDGs 2030
mengisyaratkan PTM harus menjadi prioritas nasional yang memerlukan penanganan
secara lintas sektor.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan PTM, sejalan
dengan pendekatan WHO terhadap penyakit PTM Utama yang terkait dengan faktor risiko
bersama (Common Risk Factors). Di tingkat komunitas telah diinisiasi pembentukan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dimana dilakukan deteksi dini faktor risiko,
penyuluhan dan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah
berkembang menjadi 11.027 Posbindu di seluruh Indonesia.
Di tingkat pelayanan kesehatan juga telah dilakukan penguatan dari puskesmas selaku
kontak pertama masyarakat ke sistem kesehatan. Disadari bahwa pada saat ini sistem
rujukan belum tertata dengan baik dan akan terus disempurnakan sejalan dengan
penyempurnaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk
implementasi dari Universal Health Coverage (UHC) dan diterapkan sejak 1 Januari 2014.
Namun demikian hal diatas belum cukup karena keterlibatan multi-sektor masih terbatas.
Dikenali bahwa PTM amat terkait kepada Social Determinants for Health, khususnya
dalam faktor risiko terkait perilaku dan lingkungan. pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kesehatan masyarakat (public health). Untuk itu perhatian difokuskan kepada
PTM yang mempunyai dampak besar baik dari segi morbiditas mapun mortalitasnya
sehingga menjadi isu kesehatan masyarakat (public health issue) . Dikenali bahwa PTM
tersebut yang kemudian dinamakan PTM Utama, mempunyai faktor risiko perilaku yang
sama yaitu merokok, kurang berolah raga, diet tidak sehat dan mengkonsumsi alkohol.
Dalam pendekatan klinis, setiap penyakit ini akan mempunyai pendekatan yang berbeda-
beda.
d. Apa saja program pokok Puskesmas?berada di level manakah PUSKESMAS pada sistem
pelayanan Kesehatan di Indonesia?
Jawab:
Puskesmas berada di level paling dasar pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.
Program wajib yang telah standar dilakukan sesuai pengamatan dan pengalaman penulis,
antara lain:
Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi
Menular Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan :
ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana), Persalinan,
Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun
6. Kesehatan Lingkungan :
- Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-
jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah
e. Pelayanan apa saja yang dapat diakses oleh masyarakat di POSYANDU dan apa
manfaat posyandu bagi masyarakat? Siapa saja yang dapat berkontribusi dalam
pengelolaan posyandu?
Jawab:
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.
- keluarga berencana;
- imunisasi;
- gizi;
- pengasuh anak
Manfaat posyandu
A. Bagi Masyarakat
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
B. Bagi Kader
ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
Pengelolaan Posyandu
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada
saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri
dari ketua, sekretaris, dan bendahara.
masyarakat.
Jawab:
Dalam Sistem Kesehatan Nasional atau SKN (Perpres-72/2012) secara jelas dikemukakan
bahwa upaya kesehatan dapat dibagi dua, yaitu (i) Upaya Kesehatan Masyarakat atau
UKM dan (ii) Upaya Kesehatan Perorangan atau UKP. Bank Dunia (World Development
Report 1993) juga mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan dapat dibagi dua yaitu (i)
public health services dan (ii) individual clinical services.
1. Pelayanan Kesehatan
6. Pelayanan KB
7. UKS
Penyandang cacat
dan pembinaan)
4. Pemberdayaan masyarakat.
Khusus tentang urusan pertama (upaya kesehatan), sejumlah pelayanan yang bersifat
pelayanan kesehatan dasar (PKD) ditetapkan dalam PP-2/2018 sebagai SPM (Standar
Pelayanan Minimum). SPM terdiri dari 12 jenis pelayanan. Sebagian besar jenis-jenis
pelayanan dalam SPM tersebut adalah upaya promotive dan preventif (UKM) yaitu sbb:
Selain pelayanan dasar yang masuk dalam SPM, daerah juga harus melaksanakan program
prioritas lain seperti malaria, filaria, stunting, KB, dan lain-lain. Sekali lagi, yang menjadi
tanggung jawab daerah adalah pembiayaan pelayanan yang bersifat promotif dan
preventif (UKM), bukan pengobatan (UKP). Karena untuk pengobatan - misalnya
pengobatan hipertensi dan DM, ditanggung dalam sistem asuransi (JKN). Praktisi eksekusi
semua pelayanan dalam SPM tersebut dilaksanakan oleh puskesmas. Namun perlu dilihat
kebijakan lain tentang tugas pokok dan fungsi puskesmas, seperti ditetapkan dalam PMK-
75/2015. Dalam PMK-75 tersebut ditetapkan bahwa puskesmas adalah pembina kesehatan
wilayah dengan tugas melaksanakan 6 jenis UKM yang bersifat essensial, 8 UKM yang
bersifat pengembangan dan 9 jenis UKP (di luar pelayanan UKP untuk peserta BPJS).
Sumber:
http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-kesehatan-
provinsi-riau/bab-v-subsistem-manajemen-informasi-dan-regulasi-kesehatan/
https://www.bappenas.go.id/files/4315/9339/2341/FA_Preview_HSR_Book08.pdf
https://promkes.kemkes.go.id/download/jrc/files5270buku_saku_Posyandu.pdf
https://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/
https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/strategi_bidang_kesehatan_dalam_upaya_perce
patan_penanganan_covid_19
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt507e9117c8248/strategi-
pemerintah-menanggulangi-penyebaran-hiv-aids/