Anda di halaman 1dari 17

ESSAI

PEMBANGUNAN KESEHATAN DI
INDONESIA

Disusun oleh: Dinni Ayu Yuliantie


Mata Ajar: Cmmunity Nursing

UNIVERSITAS BINAWAN PRODI


ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalibata Raya Dewi Sartika, No. 25-30
Jakarta Timur
DKI Jakarta
STUDENT ACTIVITY

a. Bagaimana manajemen sistem pelayanan kesehatan di Indonesia?bagaimana


mekanisme pelayanan Kesehatan berdasarkan level/jenjang pelayanan Kesehatan
yang ada?

Jawab:

Manajemen kesehatan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,


penganggaran, kelembagaan, hubungan kerja, pembinaan dan pengawasan, pengendalian
dan evaluasi. Tujuan Subsistem Manajemen Kesehatan adalah terselenggaranya fungsi-
fungsi manajemen kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang didukung oleh
sistem informasi yang terpadu dan terintegrasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
hukum kesehatan, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Indonesia menganut sistem pelayanan kesehatan berjenjang, yaitu pelayanan tingkat


pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan tingkat ketiga atau tersier. Di setiap
tingkatan terbagi atas Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP), yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan swasta. Pemerintah terus mendorong penguatan pelayanan kesehatan baik
dari segi fasilitas pelayanan kesehatan (infrastruktur) maupun segi Sumber Daya Manusia
(SDM) kesehatan. Sesuai pasal 30 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
Indonesia menganut sistem pelayanan kesehatan berjenjang yang terbagi menjadi 3
jenjang, yaitu pelayanan tingkat pertama atau primer, tingkat kedua atau sekunder, dan
tingkat ketiga atau tersier. Di setiap tingkatan layanan tersebut, terbagi menjadi 2 upaya
pelayanan kesehatan yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP). Semua fasilitas layanan tersebut dapat diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta. Menurut Permenkes No. 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas, yang dimaksud UKM adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berdasarkan
Perpres 72 Tahun 2012 tentang SKN, UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dan
penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam
makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan
berbahaya, sesrta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Sedangkan UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. UKP mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit individu, pengobatan rawat
jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif
serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.

Di dalam SKN disebutkan bahwa layanan UKM strata pertama ujung tombaknya adalah
puskesmas yang didukung secara lintas sektor, sedangkan UKM strata kedua
penanggungjawabnya adalah Dinas Kesehatan kab/kota, yang memiliki dua fungsi yaitu
manajerial dan teknis kesehatan.

Tingkat pelayanan kesehatan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat diantaranya adalah:

1. health Promotion

Diberikan pada tingkat pelayanan kesehatan pertama yang bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat

2. Spesifik Protection

Melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan menurunnya status


kesehatan atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu dengan cara
pemberian imunisasi BCG, DPT, hepatitis, campak, dan lain-lain.

3. Early Diagnosis And Treatment

Tingkat pelayanan kesehatan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang
lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran.

4. Disability Limitation
Dilakukan agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat
penyakit yang ditimbulkan.

5. Rehabilitation

Tingkat pelayanan ini dilakukan setelah pasien didiagnosa sembuh dijumpai pada fase
pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan yang diberikan kepada
pasien.

b. Apa Kebijakan dan strategi pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi


penyakit HIV AIDS, IMS, TB, dan COVID-19?

Jawab:

Prioritas pencegahan dan pengendalian penyakit menular tertuju pada pencegahan dan
pengendalian penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, pneumoni, hepatitis, malaria, demam
berdarah, influenza, flu burung dan penyakit neglected diseases antara lain
kusta,frambusia, filariasis, dan chsitosomiasis. Termasuk prioritas dalam
pengendalianpenyakit menular adalah pelaksanaan Sistim Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa, Kekarantinaan Kesehatan untuk mencegah terjadinya Kejadian Kesehatan
yang Meresahkan (KKM) dan pengendalian panyakit infeksi emerging.

HIV AIDS

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menemukan ODHA, diantaranya dengan


memberikan pengobatan dan perawatan ODHA untuk mencegah penularan kepada orang
yang belum terinfeksi, mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat terhadap HIV AIDS, pemberian Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) di beberapa kabupaten/kota di Indonesia serta penerapan SUFA
(Strategic Use of ARV) dalam upaya pencegahan dan pengobatan untuk mendukung
akselerasi upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS. Pelaksanaan berbagai
upaya tersebut juga didukung oleh tersedianya tata laksana penanganan pasien, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan (khususnya Rumah Sakit), dan laboratorium kesehatan.
Setidaknya terdapat empat laboratorium yang sudah terakreditasi dengan tingkat
keamanan biologi 3 (BSL 3), yakni Laboratorium Badan Litbang Kesehatan, Institute of
Human Virology and Cancer Biology (IHVCB) Universitas Indonesia, Institut Penyakit
Tropis Universitas Airlangga, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
IMS

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang


Penanggulangan HIV dan AIDS (“Permenkes 21/2013”) menyatakan bahwa strategi yang
dipergunakan dalam melakukan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS meliputi:

- meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS melalui


kerja sama nasional, regional, dan global dalam aspek legal, organisasi, pembiayaan,
fasilitas pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia;

- memprioritaskan komitmen nasional dan internasional;

- meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan mengembangkan kapasitas;

- meningkatkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang merata, terjangkau, bermutu,
dan berkeadilan serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya preventif dan
promotif;

- meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah


tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan;

- meningkatkan pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS;

- meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia yang merata dan
bermutu dalam penanggulangan HIV dan AIDS;

- meningkatkan ketersediaan, dan keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan penunjang


HIV dan AIDS serta menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan obat dan
bahan/alat yang diperlukan dalam penanggulangan HIV dan AIDS; dan

- meningkatkan manajemen penanggulangan HIV dan AIDS yang akuntabel, transparan,


berdaya guna dan berhasil guna.

- Peningkatan kasus ini bisa dicermati dari beberapa sudut pandang. Salah satunya, dari
sudut pandang kesehatan. Infeksi HIV dan AIDS melewati perjalanan infeksi tanpa gejala
berkisar 7 – 10 tahun. Mereka yang terinfeksi terlihat seperti orang sehat, padahal dalam
tubuhnya sudah ada HIV yang bisa menular kepada orang lain dan kepada mereka yang
belum memiliki gejala dari penyakit tersebut.
Maka dalam hal ini, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi
HIV sebagai penyakit menular melalui Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular:

Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam Penanggulangan Penyakit


Menular dilakukan melalui kegiatan:

a. promosi kesehatan;
b. surveilans kesehatan;
c. pengendalian faktor risiko;
d. penemuan kasus;
e. penanganan kasus;
f. pemberian kekebalan (imunisasi)
g. pemberian obat pencegahan secara massal; dan
h. kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.

TB

Untuk mengatasi permasalahan TB, diperlukan kerja sama lintas sektor karena
prevalensi/beban TB disebabkan oleh multisektor seperti kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu besar, masalah sosial penganguran dan
belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di Daerah Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Permasalahan tersebut memacu Kementerian
Kesehatan untuk terus melakukan intensifikasi, akselerasi, eketensifikasi dan inovasi
melalui Strategi Nasional Penanggulangan TB antara lain :

1) Peningkatan Akses layanan TOSS (Temukan Obati Sampai Sembuh) -TB bermutu
melalui Peningkatan jejaring layanan TB (public-private mix), penemuan aktif berbasis
keluarga dan masyarakat, penemuan intensif melalui kolaborasi (TB-HIV, TB-DM, PAL,
TB-KIA, dll) dan investigasi kontak, serta inovasi deteksi dini dengan rapid tes TB,

2) Penguatan Kepemimpinan program dan dukungan sistem melalui advokasi dan fasilitasi
dalam perumusan Rencana Aksi Daerah Eliminasi TB dan Regulasi

3) Pengendalian faktor risiko TB,

4). Membangun kemitraan dan kemandirian program, serta 5. Pemanfaatan Informasi


Strategis dan Penelitian. Pemerintah secara konsisten dan terukur dan sistematis
menggalakan upaya 3 T, menjaga masyarakat untuk tetap melakukan disiplin 3 M, serta
menjalankan program vaksinasi

COVID 19

Strategi Kemenkes dalam upaya penceghahan Covid 19 adalah dengan melakukan Tracing
dengan menggunakan berbagai metode mulai dari PCR hingga rapid test antigen. Sejak
awal 2021 pencegahan covid 19 dapat dilakukan melalui rapid tes antigen di daerah
dengan akses PCR yang terbatas. Strategi lain dalam pengendalian Covid 19 adalah
pemberian vaksinasi kepada masyarakat. Penyuntikan vaksin dilakukan sebagai upaya
aktif pemberian kekebalan, sehingga apabila terkena Covid 19 tersebut tidak menjadi sakit
atau hanya sakit ringan. Seperti diketahui pelaksanaan pemberian vaksinasi sudah dimulai
sejak awal tahun 2021, dimulai tenaga kesehatan, lansia serta pelayan publik .

Anggaran yang dimiliki oleh Kemenkes memiliki 3 prinsip penganggaran di tahun 2021
sebagai upaya:

a) Bergerak cepat melandaikan kurva epidemi; dengan memprioritaskan upaya preventif


melalui strategi diagnostik dan vaksinasi;

b) Fokus melindungi sistem kesehatan dan SDM kesehatan melalui strategi terapeutik
dengan meningkatkan kapasitas rumah sakit, ketersediaan Nakes, Alkes dan Obat; dan

c) Mencukupi kebutuhan vaksin nasional, sambil meningkatkan kapabilitas penelitian


domestik.

Anggaran yang besar menuntut pula kinerja pengawasan yang efektif, efisien dan
akuntabel, dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai APIP maka Itjen Kemenkes telah
melakukan kegiatan pengawasan sebagai upaya percepatan penanganan Covid 19,
diantaranya adalah:

a) Melakukan reviu semua usulan anggaran tambahan untuk penanganan COVID-19 dari
setiap unit utama;

b) Melakukan pendampingan Pengadaan Reagen Pemeriksaan PCR dan Bahan Rapid


Antigen;

c) Melakukan pendampingan dan Pengawasan Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD);


d) Melakukan Pengawasan Pelaksanaan Vaksinasi;

e) Melakukan Pengawasan atas pembayaran klaim RS yang melayani pasien Covid-19


melalui Verifikasi Klaim dan Join Audit; dan

f) Melakukan Pengawasan/Verifikasi atas pembayaran insentif tenaga Kesehatan.

c. Apa Kebijakan pemerintah dalam menaggulangi penyakit tidak menular?

Jawab:

Penanganan PTM memerlukan waktu yang lama dan teknologi yang mahal, dengan
demikian PTM memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya.
Publikasi World Economic Forum April 2015 menunjukkan bahwa potensi kerugian
akibat penyakit tidak menular di Indonesia pada periode 2012-2030 diprediksi mencapai
US$ 4,47 triliun, atau 5,1 kali GDP 2012. Masuknya PTM ke dalam SDGs 2030
mengisyaratkan PTM harus menjadi prioritas nasional yang memerlukan penanganan
secara lintas sektor.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk pencegahan dan penanggulangan PTM, sejalan
dengan pendekatan WHO terhadap penyakit PTM Utama yang terkait dengan faktor risiko
bersama (Common Risk Factors). Di tingkat komunitas telah diinisiasi pembentukan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dimana dilakukan deteksi dini faktor risiko,
penyuluhan dan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah
berkembang menjadi 11.027 Posbindu di seluruh Indonesia.

Di tingkat pelayanan kesehatan juga telah dilakukan penguatan dari puskesmas selaku
kontak pertama masyarakat ke sistem kesehatan. Disadari bahwa pada saat ini sistem
rujukan belum tertata dengan baik dan akan terus disempurnakan sejalan dengan
penyempurnaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk
implementasi dari Universal Health Coverage (UHC) dan diterapkan sejak 1 Januari 2014.
Namun demikian hal diatas belum cukup karena keterlibatan multi-sektor masih terbatas.
Dikenali bahwa PTM amat terkait kepada Social Determinants for Health, khususnya
dalam faktor risiko terkait perilaku dan lingkungan. pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kesehatan masyarakat (public health). Untuk itu perhatian difokuskan kepada
PTM yang mempunyai dampak besar baik dari segi morbiditas mapun mortalitasnya
sehingga menjadi isu kesehatan masyarakat (public health issue) . Dikenali bahwa PTM
tersebut yang kemudian dinamakan PTM Utama, mempunyai faktor risiko perilaku yang
sama yaitu merokok, kurang berolah raga, diet tidak sehat dan mengkonsumsi alkohol.
Dalam pendekatan klinis, setiap penyakit ini akan mempunyai pendekatan yang berbeda-
beda.

Berdasarkan perspektif status ekonomi, beberapa penyakit tidak menular cenderung


menjadi masalah pada kelompok eknonomi rendah maupun tinggi, seperti penyakit stroke
dan hipertensi. Sementara pada penyakit PPOK dan asma, terdapat kencenderungan terjadi
pada kelompok dengan status ekonomi yang lebih rendah. Sebaliknya, untuk penyakit
kanker dan diabetes mellitus, lebih banyak terjadi pada kelompok ekonomi yang lebih
tinggi.

Pemerintah melalui Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 menetapkan pencantuman


informasi kandungan gula, garam, dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan
dan pangan siap saji. Pesan kesehatan yang dimaksud adalah konsumsi gula lebih dari 50
gram, natrium/garam lebih dari 2000 miligram (mg), atau lemak total lebih dari 67 gram
per orang per hari berisiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung. Konsumsi
gula, garam, dan lemak.

d. Apa saja program pokok Puskesmas?berada di level manakah PUSKESMAS pada sistem
pelayanan Kesehatan di Indonesia?

Jawab:

Puskesmas berada di level paling dasar pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

A. Program Pokok Puskesmas :

Program wajib yang telah standar dilakukan sesuai pengamatan dan pengalaman penulis,
antara lain:

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

- Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

- Sosialisasi Program Kesehatan

- Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)


2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

Surveilens Epidemiologi

Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi
Menular Seksual), Rabies

3. Program Pengobatan :

 Rawat Jalan Poli Umum


 Rawat Jalan Poli Gigi
 Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
 Unit Gawat Darurat (UGD)
 Puskesmas Keliling (Puskel)

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana), Persalinan,
Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

5. Upaya Peningkatan Gizi

Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

6. Kesehatan Lingkungan :

- Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-
jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah

- Survey Jentik Nyamuk

7. Pencatatan dan Pelaporan :

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :

Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai


kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan

1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan


2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus

3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan

4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling

5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil

6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani

e. Pelayanan apa saja yang dapat diakses oleh masyarakat di POSYANDU dan apa
manfaat posyandu bagi masyarakat? Siapa saja yang dapat berkontribusi dalam
pengelolaan posyandu?

Jawab:

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.

A.Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan


pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup;

- kesehatan ibu dan anak;

- keluarga berencana;

- imunisasi;

- gizi;

- pencegahan dan penanggulangan diare.

B.Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan baru


disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu
Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;

- Bina Keluarga Balita (BKB);

- Tanaman Obat Keluarga (TOGA);


- Bina Keluarga Lansia (BKL);

Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

- berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar

yang ada di Posyandu terutama;

- bayi dan anak balita;

- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;

- pasangan usia subur;

- pengasuh anak

Manfaat posyandu

A. Bagi Masyarakat

1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang

atau gizi buruk.

3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.

4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah

darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).

7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan

anak.

8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.

9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,

dan anak balita.

B. Bagi Kader

1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan

lebih dahulu dan lebih lengkap.

2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan

tumbuh kembang anak balita dan kesehatan

ibu.

3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang
kesehatan.

4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.

Pengelolaan Posyandu

Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada
saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri
dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu.

1. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.

2.Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi,

dan mampu memotivasi masyarakat.

3.Bersedia bekerja secara sukarela bersama

masyarakat.

f. Program Kesehatan apa saja yang masuk dalam pembiayaan pemerintah?

Jawab:
Dalam Sistem Kesehatan Nasional atau SKN (Perpres-72/2012) secara jelas dikemukakan
bahwa upaya kesehatan dapat dibagi dua, yaitu (i) Upaya Kesehatan Masyarakat atau
UKM dan (ii) Upaya Kesehatan Perorangan atau UKP. Bank Dunia (World Development
Report 1993) juga mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan dapat dibagi dua yaitu (i)
public health services dan (ii) individual clinical services.

Program kesehatan yg perlu dibiayai:

A. Program Kesehatan Umum:

1. Pelayanan Kesehatan

2. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer

3. Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit

4. Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan

5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi

6. Pelayanan KB

7. UKS

8. Kesehatan Olah Raga

9. Pelayanan Kesehatan pada Bencana

10. Pelayanan Darah

11. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

12. Penganggulangan Gangguan Penglihatan dan Pendengaran

13. Upaya Kesehatan Matra

14. Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes

15. Pengamanan Makanan dan Minuman

16. Pengamanan Zat Adiktif

17. Pelayanan Forensik Klinik dan Bedah Mayat


B. Program Kesehatan Khusus:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja, Lanjut Usia dan

Penyandang cacat

2. Upaya Perbaikan Gizi

3. Upaya Kesehatan Jiwa

4. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Panyakit Menular

5. Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

6. Upaya Kesehatan Lingkungan

7. Upaya Kesehatan Kerja

Dalam perkembangan kesehatan di Indonesia, beberapa program tersebut di atas menjadi


prioritas; misalnya “stunting” berkaitan dengan masalah gizi, DM dan hipertensi berkaitan
dengan PTM, TB dan HIV berkaitan dengan PM.SPM dan Pelayanan di Puskesmas (UU-
23/2014, PP-2/2018 tentang SPM dan PMK-756 tentang Puskesmas) Dalam konteks
pembiayaan kesehatan daerah, UU-23/2014 menetapkan 4 urusan kesehatan yang menjadi
tanggung jawab daerah, yaitu sbb:

1. Upaya kesehatan dan perizinan RS type C dan D

2. Pengelolaan SDMK (termasuk perencanaan, pengadaan, pengangkatan, penempatan

dan pembinaan)

3. Pengelolaan farmasi, alkes dan makanan minuman

4. Pemberdayaan masyarakat.

Khusus tentang urusan pertama (upaya kesehatan), sejumlah pelayanan yang bersifat
pelayanan kesehatan dasar (PKD) ditetapkan dalam PP-2/2018 sebagai SPM (Standar
Pelayanan Minimum). SPM terdiri dari 12 jenis pelayanan. Sebagian besar jenis-jenis
pelayanan dalam SPM tersebut adalah upaya promotive dan preventif (UKM) yaitu sbb:

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil


2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin

3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

4. Pelayanan kesehatan balita

5. Pelayanan kesehatan pada usia Pendidikan dasar

6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut

8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

9. Pelayanan kesehatan penderita DM

10. Pelayanan kesehatan penderita gangguan jiwa berat

11. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberculosis

12. Pelayanan kesehatan orang beresiko terinfeksi HIV

Selain pelayanan dasar yang masuk dalam SPM, daerah juga harus melaksanakan program
prioritas lain seperti malaria, filaria, stunting, KB, dan lain-lain. Sekali lagi, yang menjadi
tanggung jawab daerah adalah pembiayaan pelayanan yang bersifat promotif dan
preventif (UKM), bukan pengobatan (UKP). Karena untuk pengobatan - misalnya
pengobatan hipertensi dan DM, ditanggung dalam sistem asuransi (JKN). Praktisi eksekusi
semua pelayanan dalam SPM tersebut dilaksanakan oleh puskesmas. Namun perlu dilihat
kebijakan lain tentang tugas pokok dan fungsi puskesmas, seperti ditetapkan dalam PMK-
75/2015. Dalam PMK-75 tersebut ditetapkan bahwa puskesmas adalah pembina kesehatan
wilayah dengan tugas melaksanakan 6 jenis UKM yang bersifat essensial, 8 UKM yang
bersifat pengembangan dan 9 jenis UKP (di luar pelayanan UKP untuk peserta BPJS).

Sumber:
http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-kesehatan-
provinsi-riau/bab-v-subsistem-manajemen-informasi-dan-regulasi-kesehatan/

https://www.bappenas.go.id/files/4315/9339/2341/FA_Preview_HSR_Book08.pdf

https://promkes.kemkes.go.id/download/jrc/files5270buku_saku_Posyandu.pdf

https://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/

https://itjen.kemkes.go.id/berita/detail/strategi_bidang_kesehatan_dalam_upaya_perce
patan_penanganan_covid_19

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt507e9117c8248/strategi-
pemerintah-menanggulangi-penyebaran-hiv-aids/

Anda mungkin juga menyukai