I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Diane, 2016)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Suzanne, 2016).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan
dalam rongga pleura (Sylvia, 2016).
B. Anatomi Fisiologi
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pleura
yang membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya
mediastinum. Pleura dr interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian:
a. Pleura Visceralis/ Pulmonis
Pleura yg langsung melekat pd permukaan pulmo.
b. Pleura Parietalis
Bagian pleura yg berbatasan dg dinding thorax.
Kedua lapisan pleura ini selalu berhubungan pada hilus pulmonis sebagai
penghubung Pulmonale (Pleura penghubung) . Diantara kedua lapisan
pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dg cavum pleura. Dimana di
dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yg berfungsi agar tdk
terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernapasan.
Fisiologi pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks
kedalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang.
Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi
tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di
apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif
meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, rongga
pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda
asing; dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat
hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan
gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan
resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh
limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam.
Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan
terjadinya pleural effusion. Fungsi pleura yang lain mungkin masih ada
karena belum sepenuhnya dimengerti.
C. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,
sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus
ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit
neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh
sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Peningkatan tekanan negative intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
D. Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus),
subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup
timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz,
yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada
auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
E. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi
bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),
peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat
dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik,
dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi.
Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak
cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di
mediatinum.
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna,
biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris
anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin
serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus
(kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil
bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil
tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
H. Penatalaksanaan medis
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar,
untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
2. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan
disneu.
3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri,
penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam
keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
K. Pencegahan
Tidak ada pencegahan kusus untuk efusi pleura namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya gangguan pada paru
dan menjaga kesehatan paru, yaitu :
1. Tidak konsumsi alkohol
2. Menghentikan kebiasaan merokok
3. Menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai standar, bila anda bekerja
dengan bahan atau zat yang berpotensi bahaya seperti asbes.
4. Melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter, bila anda memiliki
penyakit atau kondisi tertentu, seperti penyakit jantung dan penyakit
autoimun.
5. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga
pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang
menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi,
DVJ
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
5. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,
retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi
terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak
diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat,
sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dispnoe, anoreksia, mual muntah.
4. Nyeri akut b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor
fisik (pemasangan selang dada
5. Hipertemia b/d proses infeksi
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Criteria Hasil
NO Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC 1. Oksigen tambahan membantu
Efektif Respiratory status : Ventilation 1. Berikan O2 ……l/mnt, memenuhi kebutuhan oksigen
Respiratory status : Airway metode……… tubuh
Definisi : Ketidakmampuan patency 2. Anjurkan pasien untuk istirahat 2. Istirahat yang cukup membantu
untuk membersihkan sekresi Aspiration Control dan napas dalam mengurangi kebutuhan oksigen
atau obstruksi dari saluran 3. Posisikan pasien untuk tambahan sehingga kebutuhan
pernafasan untuk Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi oksigen ke organ bisa terpenuhi
mempertahankan kebersihan 1. Mendemonstrasikan batuk 4. Lakukan fisioterapi dada jika 3. Posisi semi fowler membantu
jalan nafas. efektif dan suara nafas yang perlu ekspansi paru dengan maksimal
bersih, tidak ada sianosis dan 5. Keluarkan sekret dengan batuk 4. Fisioterapi dada mempermudah
Batasan Karakteristik : dyspneu (mampu atau suction pengeluaran secret
a. Dispneu, Penurunan suara mengeluarkan sputum, 6. Auskultasi suara nafas, catat 5. Suction membantu mengeluarkan
nafas mampu bernafas dengan adanya suara tambahan sekret sehingga jalan nafas
b. Orthopneu mudah, tidak ada pursed lips) 7. Berikan bronkodilator : menjadi bersih
c. Cyanosis 2. Menunjukkan jalan nafas 8. Jelaskan pada pasien dan 6. Berguna dalam mendefinisikan
d. Kelainan suara nafas (rales, yang paten (klien tidak keluarga tentang penggunaan derajat masalah dan intervensi
wheezing) merasa tercekik, irama nafas, peralatan : O2, Suction, 7. Bronkodilator membantu
e. Kesulitan berbicara frekuensi pernafasan dalam Inhalasi. melonggarkan pernapasan dan
f. Batuk, tidak efekotif atau rentang normal, tidak ada mengencerkan dahak
tidak ada suara nafas abnormal) 8. Pengetahuan yang adekuat dapat
g. Mata melebar 3. Mampu mengidentifikasikan membantu tindakan keperawatan
h. Produksi sputum dan mencegah factor yang pada pasien
i. Gelisah dapat menghambat jalan
j. Perubahan frekuensi dan nafas
irama nafas
Faktor-faktor yang
berhubungan:
a. Lingkungan : merokok,
menghirup asap rokok,
perokok pasif-POK, infeksi
b. Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
c. Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya
eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA