Anda di halaman 1dari 10

Lecture 1 Hukum Acara Pidana

By: Pak Hasril

A. Definisi: Hapid, Sistem Hukum, Model Hukum

KUHAP → UU 8/1981 → bagaimana mengintegrasikan sub2 sistem. Jadi, SPP/ICJS/SPPT terdiri dari
sub sitem, yaitu:

1. Sub sistem penyelidikan/penyidikan → (polisi)


2. Sub sistem penuntutan → uu 16/2004
3. Sub sistem peradilan → uu kekuasaan kehakiman, uu Ma, uu peradilan khusus)
4. Sub sistem pemasyarakatan/correctional. → uu 12/2005

Perbedaan antara KUHAP dan SPPT:

KUHAP tidak mengatur perihal bagaimana hukuman dilaksanakan/pemasyarakatan tp lebih kepada


pola relasi antara sub system antara sppt hanya dengan menyelesaikan seseorang itu dr dugaan
sampe dijatuhi hukuman.

Yang dipelajari dalam KUHAP adalah semua sub sistem kecuali sub sistem pemasyarakatan.

Dulu punishmen oriented tapi sejak 1985 penghukuman bukan hanya hukuman saja. Bahwa orang
yang melakukan tp bukan orang yang jahat tapi tersesat sehingga bukan disebut dengan jail lagi tapi
correctional (pemasyarakatan). Sekarang yang dihukum adalah perbuatannya. Dulu disebut dengan
pidana orangnya terpidana setelah putusan namanya narapidana. Sekarang menjadi warga binaan.
Bagaimana interaksi antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya yang akan dipelajari.

Prancis (code napoleon) → Belanda (WvS dan hukum acaranya WvSordering jg) → Indonesia (HIR
dan RBg 1981) dengan cara konkordansi (hukum negara penjajah diberlakukan di negara jajahan
dengan penyesuaian) → dengan dasar hukum aturan peralihan UUD 1945

Oleh Eropa, HIR dulu menganut asas Inquisitorial, yaitu seseorang ketika melakukan kejahatan sudah
pasti perbuatan jahat. Yang diperlukan adalah pembuktian berupa pengakuan dengan cara disiksa
karena yang dikejar adalah pengakuan.

Kemudian dengan adanya pengakuan HAM berubah menjadi akusatorial/aquisatorial, yaitu


pengakuan bukan menjadi satu2nya alat bukti membuktikan orang bersalah. Orang memiliki
kesempatan untuk membela diri.

KUHAP sudah menganut aturan aquisatorial tapi budayanya aquisitorial.

Law system: tatanannya lebih luas seperti sistem konstitusi, dll sedangkan legal system: berkenaan
dengan operasionalnya

Macam sistem hukum: common law dan civil law. Di common law kejahatan adalah batas toleransi
tertinggi masyarakat yang hidup dalam norma, cth: di common law ada juri yang menilai apakah
perbuatan tersebut salah atau tidak (guilty or not guilty) kemudian hakim menentukan hukumannya.
Jika kejahatannya ringan maka dia ke pretrial (udh persidangan) disini akan dilihat misal jika dia
ngaku salah maka akan didenda 50 juta tp dia gaada uang (bargain) tawarannya maka adalah dia
mengaku salah (plea guilty) ketika dia ngaku salah maka pake pakaian masuk penjara, jika ngaku
gasalah maka pake pakaian bebas. Adversarial: hakim mengatur jalannya persidangan. Dia belum
dianggap salah
Di civil law, kejahatan yang dilarang harus ditulis dalam peraturan perundang-undangan (statute
law). Ada namanay mala inse (perbuatan dari sananya udh jahat, cth: membunuh anak) dan mala
inprohibita (setiap negara/wilayah punya kriteria kejahatan yang berbeda). Yang harus dibuktikan
adalah unsur2nya. Non adversarial: pembuktian unsur. Sudah dianggap salah

Inquisitorial – non adversarial – civil law

Aquisitorial – adversarial –

Crime control model: biasanya inqui. Pendekatan kekuasaan. Bagaiman pengaturan aparat penegak
hukum, misal:kejahatan harus dalam batas kendali yang diperkirakan aman. Memberikan
kewenangan full kepada penegak hukum untuk malkuakn tindakan hukum. Jadi motor ada yang
mencurigakan dia bisa memberhentikan dan memeriksa

- Affirmative model: keberadaan aparat penegak hukum dan kewenangannya secara


maksumak untuk keamanan public
- Tindakan preventif

Due process model, prosesnya procedural, ada kejahatan maka diproses. Ketika memberhentikan,
tapi gaboleh memeriksa tetap harus ada surat perintah.

Tugas

Sejarah hapid

Penyelidikan penyidikan

Upaya paksa penangkapan dan penahanan

KUHAp tidak mengatur perihal bagaimana hukuman dilaksanakan tp lebih kepada pola relasi antara
sub system antara sppt hanya dengan menyelesaikan seseorang itu dr dugaan sampe dijatuhi
hukuman.

Lecture 2

By: Bang Acil

Peristiwa hukum → Penyelidikan → penyidikan → penuntutan → pemeriksaan perkara → eksekusi


→ upaya hukum

Perisrtiwa hukum → kegiatan yang berimplikasi hukum.

Terbagi 2:

1. Pidana
2. Non pidana → keperdataan/privat, administrasi, ekonomi

Penyelidikan → upaya penyelidik untuk mengidentifikasi apakah suatu peristiwa hukum merupakan
PH pidana atau bukan. Jika iya, kemudian penyidikan. Penyidikan adalah Tindakan aparat penegak
hukum untuk mengetahui siapa pelakunya dan mencari barang dan alat buktinya. Penyidik harus
membuat SPDP (surat pemberitahuan dimulainya penyidikan) ke kejaksaan kemudian jaksa
mengirim orang untuk membantu penyidik untuk emnentukan hukum apa yg dilanggar, barang
bukti, dll.. SPDP seringkali dikasih bersamaan dengan BAP. BAP adalah berkas-berkas acara
pemeriksaan (kumpulan surat menyurat penyidik dalam mengungkapkan suatu peristiwa pidana),
misal: surat laporan, berkas berita acara penangkapan, penyitaan, pemeriksaan saksi, tersangka. Di
proses penyidikan dilakukan pemeriksaan terhadap saksi, ahli, surat-surat dan tersangka/calon
tersangka. Jika sudah, itu semua yang disebut dengan BAP. Ketika BAP selesai dibuat, BAP
diserahkan kepada kejaksaan untuk diperiksa kelengkapannya (seharusnya sudah lengkap semuanya
tidak perlu diperiksa tp dalam pelaksanaannya spdp digabung dengan bap sehingga jaksa gatau
sebelumnya ada peristiwa pidana). Unutk menghindari kekurangan BAP, jaksa mengeluarkan surat
P16, yaitu untuk memeriksa perkara yang dilakukan oleh jaksa peneliti. Jika terjadi kekurangan,
maka jaksa mengembalikan berkasnya (form P19 harus dilengkapi) ke penyidik. Setelah bap, jaksa
peneliti punya 3 hari untuk review, jika kurang kembalikan kepada penyidik (cth: saksinya kurang).
Penyidik punya waktu 7 hari untuk melengkapi kemudian diserahkan kembali maka jaksa meneliti
lagi apaakah sudah lengkap apa belum (p16). Kl enggar, balikkin lagi dan harus dikembalikan dalam
7hari. Proses tersebut adalah pra penuntutan, yaitu tindakan untuk melengkapi berkas berita acara
pemeriksaan.

Bagaimana jika tidak lengkap2 juga? Maka itu dark number.

Versi HIR: jaksa bisa melakukan penyidikan lanjutan karena jaksa adalah magistraat (prosecutor). Ini
berubah menjadi pemeriksaan tambahan dalam KUHAP. Pemeriksaan tambahan yaitu jaksa hanya
boleh memeriksa yang sudah ada, tapi tidak boleh menambah saksi, mencari tersangka baru, dll.

Setelah BAP, jaksa membuat surat dakwaan. Kemudian jaksa mendaftarakan ke pengadilan lalu ia
melimpahkan perkara. Kenapa melimpahkan perkara? Karena beda kasta. Penyidik ke PU (eksekutif)
PU ke pengadilan (yudikatif).

Bukti pemulaan untuk membuktikan peristiwa pidana atau bukan (penyelidikan).

Dalam penyidikan, sudah pro justitia (demi hukum) sehingga dapat/boleh melakukan upaya paksa.

Upaya paksa dalam KUHAP: harus dilengkapi dengan berita acara dan punya syarat.

1. Penangkapan
2. Penahanan
3. Penggeledahan
4. Penyitaan
5. Pemeriksaan surat

UU lain: 6. Sadap

Penyelidikan dilakukan oleh penyelidik. Menurut KUHAP, yaitu polri (dr pangkat terendah sampai
tertinggi). Menurut UU lain, ada penyelidik juga → KOMNAS HAM, KPK, BNN. Penyidik menurut
KUHAP adalah polri dan ppns (diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan).

Tahap pemeriksaan:

Setelah dilimpahkan lalu diperiksa. Proses pemeriksaannya: dakwaan → jawaban(eksepsi) →


pembuktian (untuk memeriksa alat bukti, alat bukti bukan saksi. Itu keterangan) → requisitor
(tuntutan pidana) → replik (jawaban) – Duplik (jawaban) bisa sampe mer replik dan mer duplik →
putusan/vonis.

Setelah putusan dibacakan, ada tenggang waktu 14 hari apakah jaksa maupun tersangka menerima
putusan atau tidak (diberi waktu berpikir apakah akan melakukan upaya hukum atau tidak). Jika
setelah 14 hari tidak mau banding, maka putusannya inkracht van gewijade. Kemudain dapat
dilakukan eksekusi.

Upaya hukum biasa, yaitu upaya hukum untuk putusan yang belum inkracht. Terdri dari:
1. Perlawanan
2. Banding ke PT
3. Kasasi ke MA

Upaya hukum luar biasa, yaitu upaya yang diajukan untuk putusan yang sudah inkracht. Terdiri dari:

1. Kasasi demi kepentingan hukum → oleh jaksa agung, yaitu koreksi terhadap putusan yang
akan berpengaruh terhadap penegakan hukum.
2. Peninjauan kembali → diajukan oleh terpidana/keluarga/ahli waris (KUHAP). Dalam
perkembangannya, jaksa juga bisa.

Penangguhan penanganan → jaminan uang dan orang. Kasus tidak berhenti tapi tetap berlanjut.

Lecture 3 Penyelidikan dan Penyidikan

Metode penyelidikan

1. Tebuka
2. Tertutup

Penangkapan

Bisa dilakukan dalam tahap penyelidikan

Penangkapan in general untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pengadilan

Hukum Acara Pidana


Perbedaan hukum acara pidana dengan SPPT adalah hukum adara pidana lebih mengatur pola relasi
sub sistem dalam SPPT. Tidak mengatur mengenai pemasyarakatan.

Dalam SPPT sudah terbagi beberapa sub sistem, yaitu: (Cara bekerja dan kewenangannya)

1. Penyilidik dan penyidik (UU No. 2 Tahun 2002 tentang POLRI)


2. Penuntutan (UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan)
3. Peradilan (UU kekuasaan kehakiman, UU MA, UU peradilan khusus)
4. Pemasyarakatan

HAPID

Proses Hukum Acara Pidana:

Laporan mengenai dugaan tindak pidana → Penyelidikan → Penyidikan → Penuntutan →


Pemeriksaan Perkara → Eksekusi → Upaya Hukum

1. Laporan Dugaan Tindak Pidana

Diawali dengan sebuah peristiwa hukum. Peristiwa hukum yaitu merupakan perbuatan yang
mengakibatkan hukum. Peristiwa hukum dibagi menjadi dua yaitu Pidana dan Non Pidana
(Administrasi dan ekonomi).

2. Penyelidikan

Tugas penyelidik untuk menyelidiki apakah persitiwa hukum tersebut termasuk dalam persitiwa
hukum tindak pidana atau bukan.
3. Penyidikan

Menentukan mengenai alat bukti dari persitiwa hukum tersebut. Jika telah ditemukan alat bukti
maka penyidikan membuat SPDP dan diberikan kepada penuntut atau kejaksaan untuk
membantu menyelesaikan perkara tersebut dan menentukan hukum yang tepat untuk
digunakan thdp persitiwa hukum pidana tsb. Penyidik jg harus membuat BAP yaitu berita acara
penyidikan setelah melakukan pemeriksaan terhadap saksi, ahli, surat, dan tersangka. Selain itu
juga penyidik harus membuat surat dakwaan.

Jika didalam penyidikan sudah masuk tahap projustitia, maka ia dapat menggunakan upaya
paksa. Upaya paksa yang diatur dalam KUHAP:

- Penangkapan
- Penahanan
- Penggeledehan
- Penyitaan

4. Penuntut atau Kejaksaan

Jaksa peneliti mempunyai waktu 3 hair untuk melakukan review BAP yang telah diberikan
penyidik. Jika terdapat kekurangan, maka penuntut akan mengembalikan kembali kepada
penyidik untuk dilengkapi. Kemudian penyidik memiliki waktu 7 hari untuk melengkapi. Terus
siklusnya seperti itu jika memang BAP belum dirasa lengkap oleh kejaksaan atau penuntut.
Proses tersebut dinamakan pra-penuntutan.

#NOTE: Jika terdapat perkara yang tidak diselesaikan dikarenakan penyidikan tidak diselesiakan
dinamakan BLACK NUMBER.

➢ Pra Penuntutan
a) Pemeriksaan Tambahan: Dilakukan pemeriksaan kembali kepada saksi, ahli, dan
tersangka yang terdapat di BAP (tidak dapat menambah saksi atau ahli yg baru).
5. Pemeriksaan Perkara
- Surat Dakwaan
- Jawaban atau eksepsi
- Pembuktian
- Requisitor
- Replik – Duplik
- Putusan/vonis
6. Eksekursi

PENYIDIKAN DAN PENYELIDIKAN

Metode penyelidikan

1. Metode Penyelidikan Tertutup


Crime Scene Processing: Mencari informasi, petunjuk, identitas pelaku, korban dan saksi,
mengumpulkan bukti-bukti dengan bantuan metode laboratorium forensic, ahli2,
kedokteran forensik.

Lecture 4 PENYITAAN

Berdasarkan pasal 46 ayat (2) KUHAP maka apabila terdapat kasus pencurian, kemudian barang
tersebut disita oleh penyidik maka setelah kasus pencurian selesai barang yang disita oleh penyidik
dapat dikembalikan kepada orang yang berhak atau yg telah disebut dalam putusan hakim sebagai
penerima barang sitaan tersebut.

➢ Jika perkara selesai, maka hal yg pertama harus dilakukan adalah mengembalikannya. Kedua
putusan pengadilan dapat memutuskan untuk melakukan perampasan barang demi
kepentingan negara apabila barangnya tidak dimungkinkan untuk dikembalikan lagi kepada
pelaku. Ketiga …..
➢ Dalam pengembalian penyitaan, barang harus dikembalikan kepada orang dari mana barang
itu disita. Jadi apabila A mencuri barang kepada B, A ditangkap dan barang curian disita.
Maka setelah selesainya perkara pencurian selesai dalam proses pengadilan, maka barang yg
disita akan dikembalikan kembali kepada A bukan B.
➢ Selanjutnya dalam hal perampasan barang oleh negara dapat dimohon untuk dikembalikan
disertai alasan yang jelas, misalnya barang tersebut adalah sumber pencarian.
➢ Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas kemudian korban meminta pertanggungjawaban
kepada pelaku dan meminta secara pribadi kepada pelaku SIM/STNK sebagai jaminan
pertanggungjawaban. Maka hal tersebut adalah tidak dibenarkan, perilaku tersebut
termasuk ke dalam perampasan.
➢ Dua dasar penghentian penuntutan: Untuk kepentingan hukum dan kepentingan umum.
Untuk kepentingan hukum dapat dilaksanakan oleh seluruh penuntut umum. Dalam hal
kepentingan umum hanya dapat dilaksanakan oleh Jaksa Agung (kewenangan oportunitas).
Kewenangan Oportunitas terbagi menjadi dua yaitu:
- Deponering (Jaksa Agung), yaitu menutup perkara → sama saja dengan peti es perkara
jadi tidak dapat perkara tersebut dibuka kembali. Hal ini karena adanya pertimbangan
akan terjadinya ke chaosan negara jika perkara tertentu dibuka kembali. Dalam perkara
yang termasuk deponering dapat dilakukan Forum Privilegiatum untuk menentukan
kelanjutan proses perkara.
- Saponering (JPU), yaitu mengesampingkan perkara → Suatu waktu ada bukti baru maka
prosesnya dapat dilanjutkan kembali.
Yang berwenang untuk menentukan adanya kepentingan umum untuk dihentikannya suatu
perkara atau tidak:
a. Pertimbangan Yuridis kepada MA
b. Pertimbangan politik kepada DPR
➢ Apabila terjadi beberapa oknum yg menjual barang bukti, umumnya narkoba maka hal
tersebut termasuk dalam tindak pidana.
➢ Pinjam pakai barang bukti yang disita lazimnya diperbolehkan untuk dipinjamkan kpd pemilik
barang tersebut dilihat dari urgensinya.

NOTE:

Tuntutan Class Action: Tuntutan karena adanya kerugian kepentingan yang sama. Hasil dr tuntutan
ini dapat meminta ganti rugi materiil.
Tuntutan Citizen Law Suit: Petitum atau petita nya yaitu ganti rugi berupa perubahan kebijakan.

PENYADAPAN & PEMERIKSAAN SURAT


Penyadapan dapat dilakukan hanya dalam tindak pidana khusus, yaitu:
1. Korupsi
2. Terorisme → Penyadapan dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri (UU No 15 Tahun
2003)
3. Perdaganga manusia → Harus ada bukti permulaan yang cukup, izin tertulis dari ketua
pengadilan negeri.
4. Narkotika → Menurut pasal 75 UU No. 35 Taun 2009, wewenang penyadapan mengenai
tindak pidana ini yaitu penyidik BNN.
Penyadapan dilakukan harus didasarkan dengan adanya bukti, tidak boleh hanya berupa adanya
dugaan saja.

➢ Dalam penyadapan orang yang memiliki device tertentu tidak akan mungkin mengetahui
bahwa Ia sedang disadap. Jika sampai Ia mengetahui dia disadap dapat mengajukan ganti
rugi Imateril melalui pra penuntutan
➢ Waktu penyadapan adalah 3 bulan secara continue. Jika tidak menemukan informasi, maka
penyadapan harus diberhentikan dan dihapus seluruh penyadapan yg telah dilakukan
sebelumnya. Kemudian apabila dalam melakukan penyadapan tersebut ditemukan bukti
adanya indikasi tindak pidana, maka penyidik dapat memohon perpanjangan waktu
penyadapan kembali selama 3 bulan, setelah itu tidak diperbolehkan untuk meminta
perpanjangan kembali (hanya dapat sekali meminta perpanjangan waktu penyadapan).
➢ Penyadapan harus dilakukan berkaitan dengan tindak pidana yang diduga saja, jika tidak ada
kaitannya harus disensor, sekalipun nama seseorang yang tidak ada kaitannya dengan tindak
pidana tsb (tidak boleh dimasuki dalam proses pemeriksaan).
➢ Penyadapan dihadirkan sebagai alat bukti ada syaratnya dan yang terpenting keutuhan data
tersebut saat dijadikan bukti
➢ Penyadapan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Layar typing: Merekam chat atau telfon
b. Interception: Memblok dan mengambil sinyal dari alat yang dipancarkan radio

PEMERIKSAAN SURAT
Yang berhak untuk melakukan pemeriksaan surat yaitu penyidik atas persetujuan dari Kepala
Pengadilan Negeri. Wewenangnya berupa membuka, memeriksa, dan menyita surat lain yang
pengirimannya melalui kantor pos.

Perbedaan antara pemeriksaan surat dengan penyitaan:


Pemeriksaan surat tidak harus dalam keadaan tertangkap tangan, pemeriksaan surat harus adanya
izin khusus terhadap kepala Pengadilan Negeri, dan pemeriksaan surat ….

Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan atau Penyitaan Surat:


- Perintah ditujukan kepada PU
- PU meneruskan kepada penyidik
- Penyidik harus melaksanakan
- Hasil pemeriksaan atau penyitaan disampaikan kepada PU untuk selnjutnya diteruskan ke
Pengadilan yang bersangkutan

➢ Pemeriksaan surat: Isi suratnya yang dibaca


➢ Izin untuk melakukan pemeriksaan surat yaitu kepada ketua PN daerah dimana surat
tersebut akan diantar. Misalnya surat dari Jakarta Utara akan diantarkan ke Depok, maka
dalam melakukan pemeriksaan surat harus mendapatkan izin dari ketua PN Depok.
➢ Dalam hukum pidana, surat sebagai alat bukti bukan dilihat berdasarkan formalitas surat
tersebut dibuat melainkan materiil atau isi dari surat tersebut.
➢ Apabila surat yg ingin diperiksa berada di dalam suatu rumah, maka masuknya menjadi
penggeledahan. Kemudian apabila surat tersebut ingin diperiksa atau disita, maka masuknya
menjadi ke dalam penyitaan bukan pemeriksaan surat.
Lecture 5 Praperadilan

Pasal 1 butir 10

Pasal 77

Praperadilan → masalah administrasi peradilan, bukan membahas materi pokok.

Ganti rugi tidak dilanjutkan ke pengadilan → cth: ternyata penghentian penyidikannya sah tapi
sudah ditahan selama 60 hari, maka harus ada ganti kerugian atas hilangnya waktu seseorang

Rehabilitasi → orang2 di sekelilingnya sudah menganggap dia penjahat/koruptor atau dia sudah
dilepas dari jabatannya (kasusnya dihentikan), maka dilakukan rehabilitasi (jabatan yg udah dicopot
balik lagi → orang yang sudah menggantikan akan dicopot). Makanya di pejabta pemerintahan, dia
digantikan oleh Plt untuk menghindari hal ini.

Cth: direktur Pertamina yang dituduh korupsi setahun ditahan lalu di MA dinyatakan tidak bersalah,
maka dia menggunakan wewenang praperadilan untuk meminta ganti kerugian

Model praperadilan

1. Pre trial (konteks common law): pemeriksaan sebelum siding untuk menentukan kadar TP
yang dilakukan → sudah membahas materi pokok
Ini berbeda dengan praperadilan. Ini kesempatan bagi terdakwa dan PU untuk
mendiskusikan apakah oerbuatan tsb masih bisa ditolerir atau tidak, plekau juga mengaku
bersalah maka bisa diajukan plea gulty (pengakuan bersalah).
Plea gulty, harus memenuhi:
- Actus reus → perbuatannya salah atau engga. Standarnya apa? Norma masyarakat. Dia
bersalah jika telah melampaui norma masyarakat.
- Mens rea → ada ga motif untuk melakukan tindak pidana. Apakah memang
keinginannya atau ada motif tertentu seperti balas dendam. Jika tidak ada motif apapun,
maka bisa dinyatakan tidak bersalah

Jika sudah mengaku bersalah, maka bersedia unutk dihukum. Misal: 1 tahun penjara, dia ga
bersedia, maka dia bisa mengajukan plea bargain.

Plea guilty dan plea bargain terjadi pada saat pre trial. Jika memang sudah melampaui batas
dari norma masyarakat, maka sudah masuk ke trial. Di pretrial biasanya kasus yang disebut
dengan misdemeanour tapi kalo trial itu namanya felony.

Konsep yang sama dari praperadilan dengan untuk konteks common law → magistrate judge
(di common law). → biasanya dikenal dengan solisitor/jaksa di sini.

Mag judge untuk melihat sah atau tidaknya upaya paksa, lalu izin2 (izin penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan dll).

2. Dismissal process
Pemeriksaan formil pada PTUN
3. Habeas corpus → seseorang memiliki hak penuh terhadap dirinya sendiri sehingga jika mau
diperiksa harus ada surat perintah
Perlindungan terhadap seseorang dari tindakan kesewenang-wenangan negara (aparat
penegak hukum)
Mendasari adanya praperadilan,
4. Rechter comiisaris (hakim komisaris) → di belanda namanya jaksa
Hakim yang mendapat tugas untuk menerima, emmeriksa dan memberikan persetujuan atas
permintaan upaya paksa oleh aparat penegak hukum

Rechter komisaris (di belanda) → ini hakim komisaris.

5. Judge d instruction di prancis) dan judge dliberte (orang sudah ditahan, bisa dikeluarin lagi
ga?)
6. Hakim pemeriksa pendahuluan dalam RKUHAP
Bedanya dengan praperadilan, kalau praperadilan → yang ngajuin masy ke hakim
praperadilan
Kl hpp → aph yang ngajuin ke hpp.
Jadi jika mau pengehntian penuntutan, harus diuji dulu oleh hpp gabisa langsung ngeluarin
skp2
Hpp bisa dari orang yang mempunyai pengalaman di bidang hukum (tidak harus orang yang
dari penegak hukum tidak harus aph seperti jaksa hakim)

RUang lingkup

Memeriksa dan menguji mengenai

1. Sah tidaknya upaya paksa


2. Sah tidaknya pengentian penyidikan dan penuntutan

Sah/tidak berrti administrative, jadi dilihat surat-menyuratnya.

Bukti permulaan yang cukup

Alat bukti yang sah: k

Syarat sah penangkapan:

- Bukti permulaan yang cukup → 2 alat bukti yang sah (ada laporan polisi dan buktinya
- Surat tugas →
- Surat perintah penangkapa

Syrata sah penahanan:

- Bukti
- Surat perintah
- Surat tugas

Surat izin (untuk upaya paksa)

Penghentian penyidikan:

- PU → karena ada SPDP


- Pihak ketiga yang berkepentingan

Pihak ketiga → diperluas menjadi korban keluarga dan masyarakat (putusan MK)

Prosedur umum
1. Hakim tunggal pasal 78 ayat (2) KUHAP
2. Pasal 82 KUHAP tentang Acara

Perkara pokok mulai diperiksa → ketika sudah mulai sidang pertama dan sudah dibacakan siding
pertama, maka praperadilan gugur

Prosedur lain:

Pasal 95

Ganti kerugian dalam pengehntian penyidikan → jika sah, maka mengajukan ganti kerugian
bersamaan dengan praperadilan. → sidang praperadilan

Ganti kerugian ketika sudah selesai perkara sudah inkrah, maka mngajukan ganti kerugian → dalam
memeriksanya menggunakan hukum acara peradilan (bukan praperadilan). Kenapa menggunakan
hukum acara praperadilan? Karena konsep praperadilan adalah praadjudikasi, tidak ada lagi
pemeriksaan administrative, sudah pasca adjudikasi. → menggunakan acara praperadilan

Rehabilitasi (pasal 97 kuhap)

Citizen lawsuit → terkait kebijakan pemerintah yang diajukan kelompok masy, maka tidak bisa ganti
kerugian material, hanya perubahan kebijakan

Legal standing → badan hukum yang mengajukan (tapi harus berkaitan dengan kepentingannya jg)

Class action → gugatan perwakilan

Upaya hukum

Gaada upaya hukum terhadap putusan praperadilan. Tidak ada banding tapi ada putusan akhir dari
PT (ntuk penghentian penyidikan penuntutan). Tapi tidak ada kasasi.

Penijauan kembali

Kuhap tidak mengatur

Prakterk, diterima (sebelum tahun 2016)

Perma no 4/2016 → tidak dapat diajukan PK

Putusan pengadilan dan MK

Tentang pasal 83 (2)

Ttg pihak ketiga yang berpentingan (fadel Muhammad dan maki)

Tentang bukti permulaan

Ttg frasa “sudah mulai diperiksa”

Ttg objek praperadilan → penetapan tersangka

Tentang penegak hukum (putusan oleh budi gunawan)

Anda mungkin juga menyukai