KUHAP UU 8/1981 bagaimana mengintegrasikan sub2 sistem. Jadi, SPP/ICJS/SPPT terdiri dari
sub sitem, yaitu:
Yang dipelajari dalam KUHAP adalah semua sub sistem kecuali sub sistem pemasyarakatan.
Dulu punishmen oriented tapi sejak 1985 penghukuman bukan hanya hukuman saja. Bahwa orang
yang melakukan tp bukan orang yang jahat tapi tersesat sehingga bukan disebut dengan jail lagi tapi
correctional (pemasyarakatan). Sekarang yang dihukum adalah perbuatannya. Dulu disebut dengan
pidana orangnya terpidana setelah putusan namanya narapidana. Sekarang menjadi warga binaan.
Bagaimana interaksi antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya yang akan dipelajari.
Prancis (code napoleon) Belanda (WvS dan hukum acaranya WvSordering jg) Indonesia (HIR
dan RBg 1981) dengan cara konkordansi (hukum negara penjajah diberlakukan di negara jajahan
dengan penyesuaian) dengan dasar hukum aturan peralihan UUD 1945
Oleh Eropa, HIR dulu menganut asas Inquisitorial, yaitu seseorang ketika melakukan kejahatan sudah
pasti perbuatan jahat. Yang diperlukan adalah pembuktian berupa pengakuan dengan cara disiksa
karena yang dikejar adalah pengakuan.
Law system: tatanannya lebih luas seperti sistem konstitusi, dll sedangkan legal system: berkenaan
dengan operasionalnya
Macam sistem hukum: common law dan civil law. Di common law kejahatan adalah batas toleransi
tertinggi masyarakat yang hidup dalam norma, cth: di common law ada juri yang menilai apakah
perbuatan tersebut salah atau tidak (guilty or not guilty) kemudian hakim menentukan hukumannya.
Jika kejahatannya ringan maka dia ke pretrial (udh persidangan) disini akan dilihat misal jika dia
ngaku salah maka akan didenda 50 juta tp dia gaada uang (bargain) tawarannya maka adalah dia
mengaku salah (plea guilty) ketika dia ngaku salah maka pake pakaian masuk penjara, jika ngaku
gasalah maka pake pakaian bebas. Adversarial: hakim mengatur jalannya persidangan. Dia belum
dianggap salah
Di civil law, kejahatan yang dilarang harus ditulis dalam peraturan perundang-undangan (statute
law). Ada namanay mala inse (perbuatan dari sananya udh jahat, cth: membunuh anak) dan mala
inprohibita (setiap negara/wilayah punya kriteria kejahatan yang berbeda). Yang harus dibuktikan
adalah unsur2nya. Non adversarial: pembuktian unsur. Sudah dianggap salah
Aquisitorial – adversarial –
Crime control model: biasanya inqui. Pendekatan kekuasaan. Bagaiman pengaturan aparat penegak
hukum, misal:kejahatan harus dalam batas kendali yang diperkirakan aman. Memberikan
kewenangan full kepada penegak hukum untuk malkuakn tindakan hukum. Jadi motor ada yang
mencurigakan dia bisa memberhentikan dan memeriksa
Due process model, prosesnya procedural, ada kejahatan maka diproses. Ketika memberhentikan,
tapi gaboleh memeriksa tetap harus ada surat perintah.
Tugas
Sejarah hapid
Penyelidikan penyidikan
KUHAp tidak mengatur perihal bagaimana hukuman dilaksanakan tp lebih kepada pola relasi antara
sub system antara sppt hanya dengan menyelesaikan seseorang itu dr dugaan sampe dijatuhi
hukuman.
Pertemuan ke II
Terbagi 2:
1. Pidana
2. Non pidana keperdataan/privat, administrasi, ekonomi
Penyelidikan upaya penyelidik untuk mengidentifikasi apakah suatu peristiwa hukum merupakan
PH pidana atau bukan. Jika iya, kemudian penyidikan. Penyidikan adalah Tindakan aparat penegak
hukum untuk mengetahui siapa pelakunya dan mencari barang dan alat buktinya. Penyidik harus
membuat SPDP (surat pemberitahuan dimulainya penyidikan) ke kejaksaan kemudian jaksa
mengirim orang untuk membantu penyidik untuk emnentukan hukum apa yg dilanggar, barang
bukti, dll.. SPDP seringkali dikasih bersamaan dengan BAP. BAP adalah berkas-berkas acara
pemeriksaan (kumpulan surat menyurat penyidik dalam mengungkapkan suatu peristiwa pidana),
misal: surat laporan, berkas berita acara penangkapan, penyitaan, pemeriksaan saksi, tersangka. Di
proses penyidikan dilakukan pemeriksaan terhadap saksi, ahli, surat-surat dan tersangka/calon
tersangka. Jika sudah, itu semua yang disebut dengan BAP. Ketika BAP selesai dibuat, BAP
diserahkan kepada kejaksaan untuk diperiksa kelengkapannya (seharusnya sudah lengkap semuanya
tidak perlu diperiksa tp dalam pelaksanaannya spdp digabung dengan bap sehingga jaksa gatau
sebelumnya ada peristiwa pidana). Unutk menghindari kekurangan BAP, jaksa mengeluarkan surat
P16, yaitu untuk memeriksa perkara yang dilakukan oleh jaksa peneliti. Jika terjadi kekurangan,
maka jaksa mengembalikan berkasnya (form P19 harus dilengkapi) ke penyidik. Setelah bap, jaksa
peneliti punya 3 hari untuk review, jika kurang kembalikan kepada penyidik (cth: saksinya kurang).
Penyidik punya waktu 7 hari untuk melengkapi kemudian diserahkan kembali maka jaksa meneliti
lagi apaakah sudah lengkap apa belum (p16). Kl enggar, balikkin lagi dan harus dikembalikan dalam
7hari. Proses tersebut adalah pra penuntutan, yaitu tindakan untuk melengkapi berkas berita acara
pemeriksaan.
Versi HIR: jaksa bisa melakukan penyidikan lanjutan karena jaksa adalah magistraat (prosecutor). Ini
berubah menjadi pemeriksaan tambahan dalam KUHAP. Pemeriksaan tambahan yaitu jaksa hanya
boleh memeriksa yang sudah ada, tapi tidak boleh menambah saksi, mencari tersangka baru, dll.
Setelah BAP, jaksa membuat surat dakwaan. Kemudian jaksa mendaftarakan ke pengadilan lalu ia
melimpahkan perkara. Kenapa melimpahkan perkara? Karena beda kasta. Penyidik ke PU (eksekutif)
PU ke pengadilan (yudikatif).
Dalam penyidikan, sudah pro justitia (demi hukum) sehingga dapat/boleh melakukan upaya paksa.
Upaya paksa dalam KUHAP: harus dilengkapi dengan berita acara dan punya syarat.
1. Penangkapan
2. Penahanan
3. Penggeledahan
4. Penyitaan
5. Pemeriksaan surat
UU lain: 6. Sadap
Penyelidikan dilakukan oleh penyelidik. Menurut KUHAP, yaitu polri (dr pangkat terendah sampai
tertinggi). Menurut UU lain, ada penyelidik juga KOMNAS HAM, KPK, BNN. Penyidik menurut
KUHAP adalah polri dan ppns (diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan).
Tahap pemeriksaan:
Setelah putusan dibacakan, ada tenggang waktu 14 hari apakah jaksa maupun tersangka menerima
putusan atau tidak (diberi waktu berpikir apakah akan melakukan upaya hukum atau tidak). Jika
setelah 14 hari tidak mau banding, maka putusannya inkracht van gewijade. Kemudain dapat
dilakukan eksekusi.
Upaya hukum biasa, yaitu upaya hukum untuk putusan yang belum inkracht. Terdri dari:
1. Perlawanan
2. Banding ke PT
3. Kasasi ke MA
Upaya hukum luar biasa, yaitu upaya yang diajukan untuk putusan yang sudah inkracht. Terdiri dari:
1. Kasasi demi kepentingan hukum oleh jaksa agung, yaitu koreksi terhadap putusan yang
akan berpengaruh terhadap penegakan hukum.
2. Peninjauan kembali diajukan oleh terpidana/keluarga/ahli waris (KUHAP). Dalam
perkembangannya, jaksa juga bisa.
Penangguhan penanganan jaminan uang dan orang. Kasus tidak berhenti tapi tetap berlanjut.
Metode penyelidikan
1. Tebuka
2. Tertutup
Penangkapan