Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMASARAN DAN


PENJUALAN”

Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Audit Operasional
Dosen Pengampu : Ibu Dr. Haninun, S.E., M.S. Ak.

DISUSUN OLEH :
1) ALEXANDRA AMADEA CHRISTIE (19021062)
2) DANIEL (19021069)
3) ERIK SUSANTO (19021056)
4) ERGA AMALUDDIN NASUTION (19021016)
5) EVA SETIANI SUGIONO P (19021025)
6) GEO VANY EDY PUTRI (19021064)
7) IGGA YOLANDA ARA (19021075)
8) I KADEK PEBY DIANA (19021054)
9) KADEK FITRIANI (19021051)
10) NI MADE MELANIA ERMANITA (19021073)
11) PUTRI BULAN BUMI AJI (21022002P)
12) RESTI ULANDARI (19021078)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya yang memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah guna
memenuhi tugas mata kuliah Audit Operasional sesuai dengan waktunya. Di dalam
pembahasan makalah ini bertajuk seperti yang tertera pada cover, dengan ini penulis berfokus
dalam materi seperti yang akan penulis bahas nanti.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan berwujud tanpa bantuan dari
berbagai sumber dari buku pembahasan yang telah penulis ambil dan pihak yang membantu
penulis dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
Terima Kasih kepada yang terhormat Ibu Dr. Haninun, S.E., M.S. Ak. selaku dosen
pengampu mata kuliah Audit Operasional, serta kepada pihak-pihak yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami sebagai penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan yang ada di dalam
makalah ini. Dan karya ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan yang
memang itu adalah dari penulis sendiri. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat menyempurnakan agar dapat membuat makalah ini lebih baik dari
sebelumnya.

Demikian kata pengantar ini penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan, khususnya bagi diri pribadi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya.

Lampung, 02 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi...................................................................................................................................iii

BAB I - PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................................................2

BAB II - ISI
2.1. Audit Operasional
2.1.1. Pengertian Audit Operasional...................................................................................3
2.1.2. Tujuan Audit Operasional.........................................................................................3
2.1.3. Jenis Jenis Audit Operasional...................................................................................4
2.1.4. Sasaran Audit Operasional........................................................................................4
2.1.5. Tahapan Audit Operasional......................................................................................5
2.1.6. Kriteria Audit Operasional........................................................................................6
2.1.7. Perbedaan Audit Operasional dengan Finansial.......................................................7
2.1.8. Keterbatasan Audit Operasional...............................................................................8
2.2. Fungsi Penjualan Audit Operasional
2.2.1. Pengertian Penjualan.................................................................................................8
2.2.2. Proses Penjualan.......................................................................................................9
2.2.3. Prosedur Penjualan.................................................................................................10
2.2.4. Fungsi Penjualan.....................................................................................................12
2.2.5. Peranan Audit Operasional dalam menunjang Efektivitas Penjualan....................13
2.3. Fungsi Pemasaran Audit Operasional
2.3.1. Pengertian Pemasaran.............................................................................................14
2.3.2. Hubungan Pemasaran dengan Kegiatan Lain.........................................................14
2.3.3. Audit Operasional dalam Fungsi Pemasaran..........................................................15
2.3.4. Proses Pemasaran....................................................................................................16
BAB III - PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................................18

Daftar Pustaka ………………………………………………………...……………………..19


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Audit operasional merupakan audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan
efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu organisasi
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efektivitas
digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut dalam
mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu
dengan lainnya. Efisiensi dan efektivitas ini merupakan hal yang sangat berperan penting
dalam peningkatan kinerja pelayanan suatu organisasi.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh setiap perusahaan dan berpengaruh pada perolehan
laba adalah penjualan. Proses tersebut merupakan faktor penting yang mempengaruhi
bertahannya suatu perusahaan. Salah satu bagian terpenting dalam perusahaan merupakan
sumber pendapatan dalam sebuah perusahaan adalah fungsi penjualan. Fungsi ini bertujuan
untuk semaksimal mungkin memberikan pendapatan bagi perusahaan, jumlah yang diperoleh
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan diperoleh,
membuat perusahaan dapat bertahan bahkan semakin maju dan berkembang.
Untuk memastikan kegiatan penjualan sudah berjalan dengan efektif dan efisien maka
dibutuhkan adanya upaya dalam mengawasi kegiatan penjualan perusahaan agar berjalan
sesuai prosedur yang ada. Dimana peranan audit operasional sangat di butuh kan untuk
melakukan evaluasi terkait masalah yang terjadi didalam fungsi penjualan.
Pemasaran merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan, karena dengan
adanya fungsi pemasaran, maka perusahaan dapat menyampaikan informasi mengenai produk
yang dihasilkan kepada konsumen sehingga konsumen tertarik untuk menggunakan produk
tersebut. Pada saat ini kegiatan pemasaran menjadi salah satu faktor penting dalam dunia
usaha, karena suatu perusahaan untuk dapat mencapai suatu hasil atau keuntungan yang
maksimal haruslah memiliki rencana pemasaran yang baik. Situasi pasar yang senantiasa
berubah dan penuh dengan ketidakpastian tersebut dapat diatasi dengan penerapan strategi
pemasaran yang tepat dengan mengembangkan kebijakan pemasaran yang senantiasa
mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Dengan adanya kebijakan pemasaran

1
yang seperti itu, maka perusahaan mampu mendefinisikan kebutuhan konsumen dari sudut
pandang konsumen dan memahami seperti apakah selera konsumen

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan Audit Operasional?
2) Apa Fungsi Penjualan atas Audit Operasional?
3) Apa Fungsi Pemasaran atas Audit Operasional?

1.3. Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Audit Operasional.
2) Untuk mengetahui apa Fungsi Penjualan atas Audit Operasional.
3) Untuk mengetahui apa Fungsi Pemasaran atas Audit Operasional.
BAB II
ISI

2.1. Audit Operasional


asd

2.1.1 Pengertian Audit Operasional


Pengertian dari audit operasional menurut Boynton, yaitu: Audit yang sistematis
dengan tujuan untuk memulai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan
secara ekonomis dan efisien, apakah tujuan kegiatan, program dan fungsi yang telah
direncanakan dapat dicapai dengan baik.
Menurut Bayangkara, Rancangan secara sistemastis untuk mengaudit aktivitas-
aktivitas, program-program, yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bias
diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara
efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai
dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa audit
operasional adalah prosedur yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan
operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manjemen serta melaporkan kepada
orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi untuk
perbaikan.

2.1.2. Tujuan Audit Operasional


Menurut Agoes, tujuan audit operasional yaitu:
1. Menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2. Menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya) yang
dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan
oleh top management.
4. Dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian internal, sistem
pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka
meningkatkan efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas dari kegiatan operasi
perusahaan.

2.1.3. Jenis Jenis Audit Operasional


Menurut Arens dalam Agoes, Audit Operasional terdiri atas tiga kategori utama yaitu:
1. Audit Fungsional adalah kategori aktivitas dalam suatu bisnis yang berhubungan
dengan satu atau lebih fungsi dalam suatu organisasi, misalnya tentang efisiensi dan
efektivitas dari suatu fungsi.
2. Audit Organisasional menekankan pada seberapa efisiensi dan efektif masing-masing
fungsi berinteraksi dalam organisasi. Rencana organisasi dan metode untuk
mengoordinasi kegiatan-kegiatan sangat penting dalam audit organisasional.
3. Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, misalnya untuk memeriksa
penyebab tidak efektifnya sistem IT, menginvestigasi kemungkinan fraud di suatu
divisi dan memberikan rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi.

2.1.4. Sasaran Audit Operasional


Menurut Bayangkara, Sasaran dalam audit operasional adalah kegiatan, aktivitas,
program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih
memerlukan perbaikan baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Ada tiga elemen
pokok dalam sasaran audit:
ASD

1) Kriteria (criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/ kelompok di dalam
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.D

2) Penyebab (cause)
Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu/ kelompok
di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program/aktivitas berjalan dengan
tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negatif,program/
aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari standar yang
telah ditetapkan.
ASD

3) Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan
dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program/aktivitas berjalan dengan
tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sementara akibat positif
menunjukkan bahwa program/aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat
pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
2.1.5. Tahapan Audit Operasional
Menurut Boynton, Johnson, Kell, terdapat lima tahap dalam audit operasional. Tahap-
tahap audit operasional adalah sebagai berikut:
ASD

1. Memilih Auditee
Pemilihan auditee dimulai dengan studi/survei pendahuluan terhadap calon auditee dalam
entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari
segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Titik awal dari studi
pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur
organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selanjutnya perhatian difokuskan pada
aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit.
2. Merencanakan Audit Operasional
Pada tahap ini auditor melakukan perencanaan audit operasional. Landasan utama dari
perencanaan audit adalah pengembangan progam audit, yang harus dibuat sesuai dengan
keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit
laporan keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk
memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih tujuan.
3. Melaksanakan Audit Operasional
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk
mendukung tujuan audit yang telah ditentukan selama studi pendahuluan. Temuan yang
cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit untuk
mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
4. Melaporkan Temuan
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Dalam beberapa kasus, rekomendasi
yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang
dihadapi. Hal ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit
dan mendorong pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai
kelemahan yang ditemukan.
5. Melakukan Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk
menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Pada tahap tindak lanjut ini juga
harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar Praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor
internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil
berdasarkan temuan yang dilaporkan.

2.1.6. Kriteria Audit Operasional


3. ASD

Menurut Arens, ada beberapa sumber kriteria yang dapat digunakan :


 Kinerja Historis.
Kinerja Historis merupakan criteria yang didasarkan pada hasil aktual dari periode
sebelumnya. Hal ini dilaksanakan untuk membandingkan apakah prestasi kerja sekarang
lebih baik atau lebih buruk. Keuntungan penggunaan criteria ini adalah tidak dapat
memberikan gambaran apakah perusahaan tersebut benar benar berjalan dengan baik atau
sebaliknya.
 Kinerja yang dapat diperbandingkan (benchmarking).
Benchmarking merupakan criteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai oleh
entitas yang sama dalam organisasi secara keseluruhan. Data prestasi dari entitas
dibandingkan merupakan sumber yang baik untuk criteria dalam benchmarking.
 Standar Rekayasa.
Standar Rekayasa merupakan criteria yang ditetapkan berdasarkan teknik seperti time and
motion study untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi. Penggunaan
criteria ini efektif untuk menyelesaikan berbagai masalah operasional yang penting tetapi
pembuatan criteria ini membutuhkan keahlian yang khusus sehingga memakan banyak
waktu dan biaya.
 Diskusi dan Kesepakatan.
Diskusi dan Kesepakatan merupakan criteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi
dan kesepakatan bersama antara pihak manajemen dan entitas yang akan diaudit, auditor
operasional, dan pihak yang akan menerima hasil audit operasional. Kriteria ini umum
digunakan karena pembuatan criteria ini seringkali sulit dan membutuhkan biaya yang
cukup tinggi.
2.1.7. Perbedaan Audit Operasional dengan Audit Finansial/Keuangan
asd

Audit operasional seringkali dianggap perluasan dari audit finansial. Hal ini disebabkaan
karena semakin dibutuhkannya hasil dari audit operasional untuk membantu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kegiatan manajemen.
Tujuan dari audit finansial adalah untuk pemeriksaan kewajaran laporan keuangan
perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan memprioritas pada terselenggaranya
pengendalian intern perusahaan. Sedangkan tujuan dari audit 16 operasional adalah untuk
meninjau setiap bagian produksi dan metode operasi suatu organisasi yang bertujuan untuk
menilai ketepatan gunaan (efisiensi) dan kedayagunaan (efektif) dari organisasi perusahaan.
Arens dan Loebbecke, mengemukakan ada tiga perbedaan yang mendasar antara audit
operasional dan audit finansial yaitu:
1. Tujuan audit dalam audit operasional menekankan pada efektifitas dan efisiensi,
2. Distribusi dalam audit operasional ditujukan untuk manajamen,
3. Keterlibatan bidang bukan keuangan maksudnya banyaknya efisiensi dan efektifitas dalam
sebuah perusahaan, maka banyak melibatkan kegiatan yang luas.

Secara umum, Perbedaan audit operasional dan audit keuangan dapat dipandang dari
beberapa karakteristik sebagai berikut :

Karakteristik Audit Keuangan Audit Operasional


Memberikan rekomendasi untuk
Menyatakan pendapat atas
Tujuan meningkatakan efisiensi dan
kewajaran laporan keuangan
efektifitas operasi perusahaan
Ruang lingkup Catatan keuangan Fungsi atau operasi
Berorientasi ke masa lalu yang
Orientasi Berorientasi ke masa lalu
akan datang
Auditor eksternal ataupun internal
Pelaksanaan audit Audit eksternal
yang independen dan kompeten
Prinsip-prinsip akuntansi Prinsip-prinsip dan praktek yang
Standard penilaian
yang diterima secara umum sehat dalam pengelolaan operasi
Standar Prinsip-prinsip akuntansi Prinsip-prinsip dan praktek yang
perusahaan yang diterima secara umum sehat dalam pengelolaan operasi
Manajemen dan pihak
Pemakai Manajemen perusahaan
ekternal (pemengang
saham)

2.1.8. Keterbatasan Audit Operasional


3. ASD

Menurut Widjajanto, ada 3 keterbatasan audit operasional dalam menjalankan tugasnya,


yaitu:
a) Waktu
Waktu menjadi faktor yang membatasi ,karena auditor harus memberikan informasi
kepada manajemen setidaknya tepat waktu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Sebaiknya audit operasional dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan
yang penting untuk perusahaan.
b) Keahlian Auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh pada auditor operasional karena tidak
mungkin bagi seorang auditor mengetahui berbagai disiplin bisnis. Auditor operasional hanya
lebih ahli dalam bidang audit dari pada bisnis.
c) Biaya
Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit harus
lebih kecil dari biaya yang di hemat. Oleh karena itu auditor harus mengabaikan masalah
kecil yang munkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.

2.2. Fungsi Penjualan atas Audit Operasional


Asd

2.2.1. Pengertian Penjualan


Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Melalui penjualan ini perusahaan berhubungan
dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang dan perolehan kas yang setara
dengan nilai barang tersebut.
Mulyadi mendefinisikan bahwa Penjualan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual
dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi
tersebut. Kegiatan ini terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit
maupun tunai.
Menurut William dan George bahwa penjualan adalah suatu kejadian-kejadian yang
berkaitan dengan pendistribusian barang dan jasa ke entitas-entitas lain dan pengumpulan
pembayaran-pembayaran yang berkaitan.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley menjelaskan bahwa siklus penjualan berkaitan
dengan keputusan dan proses penting dalam pemindahan kepemilikan barang-barang dan jasa
kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk dijual. Di mulai dari permintaan
pelanggan dan berakhir dengan konversi barang-barang atau jasa tersebut ke dalam uang
tunai.
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu
pengalihan atau perpindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa dari penjual ke pembeli
yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal
balik dari penyerahan tersebut. Dalam siklus penjualan umumnya mencakup proses- proses
yang meliputi proses pesanan pelanggan, pemberian kredit, penagihan, dan pelaporan
penjualan. Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan,
aktivitas penjualan harus direncanakan terlebih dahulu.

2.2.2. Proses Penjualan


Jenis-jenis Penjualan dengan berkembangnya perekonomian dewasa ini maka timbul
berbagai macam jenis penjualan. Menurut Swastha dalam hal ini, jenis-jenis penjualan di
kelompokkan secara umum penjualan dibagi 2 yaitu:
1. Penjualan Tunai
Penjualan tunai terjadi apabila penyerahan barang atau jasa segera diikuti dengan
pembayaran dari pembelian. Sedangkan penjualan kredit ada tenggang waktu antara saat
penyerahan barang dan atau jasa dalam penerimaan pembelian.
2. Penjualan Kredit
Dalam penjualan yang dilakukan secara kredit, pada saat penyerahan barang dan atau jasa,
penjual menerima tanda bukti penerimaan barang dari pembeli sekaligus merupakan
pernyataan untuk melakukan pembelian di kemudian hari .bukti inilah yang menimbulkan
adanya piutan dari pihak penjual.
Keuntungan dari penjualan tunai adalah hasil penjualan tersebut langsung terealisir
dalam bentuk kas yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahankan likuiditasnya, tetapi
saat ini umumnya pembelian cenderung secara kredit. Oleh karena itu dalam usaha untuk
memperbesar volume penjualan, umumnya perusahaan menjual produknya secara kredit.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan pendapatan kas, tetapi kemudian menimbulkan
piutang. Kerugian penjualan kredit adalah timbulnya biaya administrasi piutang dan kerugian
akibat tertagih.

2.2.3. Prosedur Penjualan


Prosedur penjualan meruapakan tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam proses
penjualan. Dengan adanya prosedur yang jelas maka pelaksanaan aktivitas penjualan dapat
terlaksana dengan baik dan kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pencatatan
dapat diminimalisasi. Dalam penjualan tentunya berbeda prosedur penjualan untuk penjualan
tunai dan kredit.
A. Prosedur Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi, jaringan-jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit
adalah sebagai berikut:
a) Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan
informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat surat
order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk
memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli.
b) Prosedur Persetujuan Kredit
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada
pembeli tertentu dari fungsi kredit.
c) Prosedur Pengiriman
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai
dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi
pengiriman.
d) Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya
kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat oleh fungsi penjualan sebagai
tembusan pada waktu bagian ini membuat surat order pengiriman.
e) Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan-tembusan faktur penjualan
kedalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen
tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.
f) Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok produk
yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

B. Prosedur Penjualan Tunai


Menurut Mulyadi, bahwa jaringan prosedur yang membentuksistem penjualan tunai
adalah sebagai berikut:
a) Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur
penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke
fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan
barang yang akan diserahkan kepada pembeli.
b) Prosedur Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan
memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap pelunasan pada penjualan
faktur tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan
barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.
c) Prosedur Penyerahan Barang
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
d) Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai
dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Di samping itu fungsi akuntansi juga
mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.
e) Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas berdasarkan bukti setor
bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas.
f) Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan
berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok
penjualan ini, fungsi akuntansi mencatat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum.

2.2.4. Fungsi Penjualan


A. Fungsi Penjualan Tunai
Fungsi yang terkait dalam penjualan tunai adalah sebagai berikut:
1) Bagian Order Penjualan
Fungsi ini menerima order dari pembeli , mengisi faktur pejualan tunai, dan menyerahkan
faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran kas di bagian kassa.
2) Bagian Kassa
Fungsi ini menerima pembayaran uang sebesar harga barang yang terdapat di faktur.
3) Bagian Pembungkus
Fungsi ini membungkus barang dan memberikannya kepada pembeli ditukar dengan
faktur yang telah dilunasi.
4) Bagian Akuntansi
Fungsi ini mencatat transaksi penjualan tunai pada catatan harian jurnal umum atau jurnal
khusus penjualan, jurnal penerimaan kas dan kartu persediaan barang secara periodik serta
membuat laporan penjualan sesuai dengan kebutuhan manajemen.

B. Fungsi Penjualan Kredit


Fungsi yang terkait dalam sistem penjualan kredit dengan kartu kredit perusahaan adalah:
1) Fungsi Kredit
Fungsi ini bertanggung jawab atas pemberian kartu kepada pelanggan yang terpilih.
Fungsi kredit melakukan pengumpulan informasi tentang kemampuan keuangan calon
anggota dengan meminta fotocopy rekening koran bank, keterangan gaji atau pendapatan
calon anggota dari perusahaan tempat ia bekerja.
2) Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertangung jawab melayani kebutuhan barang pelanggan. Fungsi penjualan
mengisi faktur penjualan kredit untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman
melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan.
3) Fungsi Gudang
Fungsi ini menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan sesuai dengan yang
tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
4) Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang yang kuantitas, mutu, dan
spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit
yang diterima dari fungsi penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk memperoleh
tanda tangan dari pelanggan diatas faktur penjualan kredit sebagai bukti telah diterimanya
barang yang dibeli oleh pelanggan.
5) Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transakasi bertambahnya piutang kepada
pelanggan ke dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang diterima
dari fungsi pengiriman.
6) Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertangung jawab untuk membuat surat tagihan secara periodik kepada
pemegang kartu kredit.

2.2.5. Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan


asd

Dengan berkembangnya suatu perusahaan diikuti dengan semakin kompleksnya


aktivitas yang dijalankannya, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui perbandingan sampai sejauh
mana tujuan yang ditetapkan tersebut berbanding dengan kondisi yang ada perlu dilakukan
audit.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Sukrisno, pendekatan audit yang biasa dilakukan
dalam suatu management audit adalah menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari
setiap fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya: fungsi penjualan dan pemasaran,
fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi sumber daya manusia, fungsi
akuntansi, serta fungsi keuangan. Jadi, audit operasional memang dilakukan untuk
menganalisa efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan fungsi-fungsi penting dalam
perusahaan, termasuk fungsi penjualan.
Maka peranan audit operasional ini dalam efektivitas penjualan memang cukup penting.
Oleh karena itu berdasarkan kutipan di atas, audit operasional berperan dalam efektivitas
penjualan, karena hasil dari laporan audit itu dapat menjadi evaluasi untuk manajemen.

2.3. Fungsi Pemasaran atas Audit Operasional


2.3.1. Pengertian Pemasaran
Banyak definisi mengenai pemasaran yang dikemukakan oleh banyak ahli di bidang
pemasaran,walaupun tampaknya berbeda tetapi pada dasamya mempunyai arti yang sama,
diantara lain:
A. Menurut Stanton, Etzel, dan Walker dalam buku yang berjudul “Fundamental of
Marketing”, menyebutkan bahwa:
“Marketing is total system o f business designed to plan, price, promote and distribute
want satisfying product to target markets to achive organizational objective."
Definisi ini dapat diartikan sebagai berikut: “Pemasaran adalah keseluruhan sistem dan
kegiatan usaha yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan keinginan kepuasan produk-produk kepada pasar sasaran untuk
mencapai tujuan organisasi.”
B. Menurut Philip Kotler, menyebutkan bahwa:
“Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dan pemikiran,
penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi”.
Definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut: “Manajemen pemasaran adalah suatu
proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, juga
mencakup barang, jasa serta gagasan berdasarkan pertukaran dan tujuan adalah
memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat. “
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu usaha
untuk memenuhi kebutuhan keinginan konsumen yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa dan ide-ide kepada
pasar sasaran untuk mencapai sasaran perusahaan.

2.3.2. Hubungan Pemasaran dengan kegiatan lain yang ada dalam Perusahaan
Ada hubungan saling berkaitan antara kegiatan pemasaran dan kegiatankegiatan dalam
perusahaan seperti kedua kegiatan finansial, kegiatan produksi serta kegiatan-kegiatan
lainnya. oleh sebab itu setiap kegiatan dalam bidang pemasaran suatu produk tidak dapat di
lakukan begitu saja tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap kegiatan-kegiatan lainnya.
Sebagai contoh: misalnya suatu perusahaan ingin meningkatkan kegiatan promosi atau
pemasaran penjual produknya, antara lain dengan cara meningkatkan kegiatan periklanannya,
maka kegiatan periklananya tidak di kaitkan dengan kemampuan produksinya maka
kemungkinan kegagalan akan menimpanya. Dalam meningkatkan penjualan produknya,
perusahaan harus menyesuaikan dengan kemampuan dalam produksi barang yang tidak
sesuai apa yang dipromosikan. Hal tersebut akan mengakibatkan para pelanggan kecewa dan
tidak akan membeli barang yang dijual lagi. Akibat lebih buruk yang timbul adalah image
atau citra buruk mengenai barang yang dijual dikalangan masyarakat.
Sebaiknya kegiatan dalam bidang lain tanpa mengaitkan dengan kegiatan pemasaran
perusahaan akan mengalami hambatan/ kesulitan pula. Sebagai contoh: suatu perusahaan
ingin meningkatkan jumlah produksinya sebab kapasitas mesin serta fasilitas-fasilitas lainnya
seperti bahan baku, personil, modal dan sebagainya telah cukup tersedia. Tapi bilamana
kegiatan ini tidak dikaitkan dengan bidang pemasaran, maka dapat teijadi banyak hal
produksinya yang hanya menumpuk di gudang (over Production).

2.3.3. Audit Operasional atas Fungsi Pemasaran


Sejalan dengan perkembangan bisnis diberbagai belahan dunia konsep pemikiran
mengenai pemasaran turut berupa pula. Dimana dasar yang harus melandasi konsep
pemasaran adalah:
 Adanya orientasi kepada pelanggan.
 Adanya usaha yang terintegrasi dalam perusahaan.
 Adanya sasaran kegiatan yang berupa pencapaian laba.
Konsekuensi dalam hal diatas adalah bahwa seluruh aktivitas kegiatan pemasaran perlu
diperiksa seperti biaya pemasaran dan penjualan, penurunan pendapatan atau sales baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif misalnya lingkungan pasar, organisasi dan SDM
(sumber daya manusia), maupun motivasi para CSR (Customer Service Representatives).
Hal ini sejalan dengan definisi pemeriksaan pemasaran menurut Nugroho Widjayanto
yaitu: “Untuk pemeriksaan yang komprehensif, sistematik, independen dan secara periodik
terhadap masalah dan kesempatan yang timbul dalam lingkungan pemasaran, tujuan, strategi,
dan rencana perbaikan guna meningkatkan prestasi perusahaan.”
Dengan demikian menurut Amin Wijaya, pemeriksaan pemasaran sebagai bagian dari
audit operasional atas pemasaran mempunyai enam komponen yang perlu diperiksa:
1. Pemeriksaan lingkungan pemasaran yaitu pemeriksaan terhadap lingkungan pemasaran
seperti pasar, konsumen, distributor, dan pemasok.
2. Pemeriksaan strategi pemasaran yaitu pemeriksaan tujuan dan strategi pemasaran dan
melihat apakah cocok dengan lingkungan pemasaran masa kini dan yang akan datang.
3. Pemeriksaan organisasi pemasaran yaitu mengevaluasi kemampuan organisasi dalam
melaksanakan strategi pemasaran untuk masa depan.
4. Pemeriksaan sistem pemasaran yaitu pemeriksaan terhadap kualitas sistem organisasi
dalam analisa, perencanaan, dan pengawasan.
5. Pemeriksaan produktivitas pemasaran yaitu memeriksa dan menganalisa keuntungan
berbagai kegiatan pemasaran dan efektivitas biaya beerbagai pengeluaran pemasaran.
6. Pemeriksaan fungsi pemasaran yaitu evaluasi mendalam mengenai komponen marketing
mix: produk, harga, tempat, dan promosi.

Dari keenam komponen tersebut, manajemen dapat mengevaluasi tingkat efektifitas


dan eflsiensi kegiatan pemasaran yang dilakukannya. Dimana kriteria efektif lebih menitik-
beratkan pada pencapaian tujuan dengan modal (input) tertentu dan tanpa dikaitkan dengan
biaya. Sementara itu dengan tingkat efesiensi dikaitkan dengan biaya.
Berdasarkan kriteria ini manajemen dapat memeriksa kegiatan pemasaran dari segi
efektifitas misalnya melalui effectiveness rating system atau dari segi efesiensi misalnya
profitability analysis atau cost effectiveness analysis.

2.3.4. Proses Pemasaran


Menurut Amin Wijaya, pada proses audit operasional termasuk pada fungsi pemasaran
akan melalui suatu proses sebagai berikut:
1) Pemeriksaan terhadap fungsi secara umum.
Suatu divisi pemasaran harus mempunyai tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan
perusahaan. Tujuan akan mudah dicapai apabila ada keijasama yang baik diantara seluruh
fungsi yang terkait dengan kegiatan pemasaran, selain itu dukungan dari manajemen puncak
juga menjadi salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan pemasaran.
2) Pemeriksaan terhadap perencanaan.
Perencanaan terhadap aktivitas pemasaran harus didukung oleh serangkaian rencana yang
tersusun rapi untuk mendukung tujuan strategris. Pada proses perencanaan, audit operasional
harus menganalisis proses perencanaan dan menentukan apakah proses perencanaan tersebut
efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
3) Pemeriksaan terhadap organisasinya.
Dalam suatu organisasi fungsi pemasaran harus mempunyai ciri-ciri:
a) Setiap fungsi harus ditempatkan pada tingkat fungsional yang tinggi karena peranan
yang sangat penting.
b) Setiap fungsi harus diisi dengan professional yang baik dan mampu untuk mendukung
dan mencapai tujuan strategris.
c) Harus bebas satu dengan yang lainnya, tapi saling berhubungan dan bekerjasama
dengan erat.
4) Pemeriksaan terhadap pengendalian.
Aspek pengendalian dari fungsi pemasaran meliputi hal-hal berikut:
a) Tenaga ketja mendapat pengarahan dan dukungan yang tepat untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
b) Sasaran pemasaran sejalan dengan tujuan operasional yang menunjangnya.
c) Manajemen memiliki data yang cukup untuk mengikuti hasil pemasaran yang
dibandingkan dengan rencana.
d) Adanya suatu rencana kerja yang singkat untuk memeriksa kondisi pasar dan selera
konsumen yang hasilnya dimasukkan kedalam tujuan strategris perusahaan dan
pembuatan rencana tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
ASD

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat mengambil kesimpulan


bahwa audit operasional adalah prosedur yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan
keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manjemen serta
melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta
rekomendasi untuk perbaikan. Sasaran yang di capai dalam audit operasional adalah kegiatan,
aktivitas, program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi
masih memerlukan perbaikan baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas. Tahap-
tahap mencapai audit operasional dengan Memilih Auditee, Merencanakan Audit
Operasional, Melaksanakan Audit Operasional, Melaporkan Temuan, Melakukan Tindak
Lanjut.
Di dalam Fungsi Penjualan atas Audit Operasional adalah tindak lanjut dari pemasaran
dan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Melalui
penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi
penyerahan barang dan perolehan kas yang setara dengan nilai barang tersebut. Dengan hal
itu Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan. Penjualan adalah
suatu pengalihan atau perpindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa dari penjual ke
pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa
sebagai timbal balik dari penyerahan tersebut. Dalam siklus penjualan umumnya mencakup
proses- proses yang meliputi proses pesanan pelanggan, pemberian kredit, penagihan, dan
pelaporan penjualan. Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan, aktivitas penjualan harus direncanakan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.untar.ac.id/948/
https://www.academia.edu/35226049/
ANALISIS_AUDIT_OPERASIONAL_FUNGSI_PEMASARAN_Studi_Kasus_pada_PT_Pa
rdic_Jaya_Chemicals
http://repositori.buddhidharma.ac.id/749/

Anda mungkin juga menyukai