Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Adalah : dua gigi yang bertukar tempatnya dan sering terjadi adalah caninus atas menempati
tempat insisivus lteral atau menempati tempat premolar pertama.
Crossbite adalah : suatu keadaan dimana satu atau beberapa gigi memiliki malposisi yang
abnormal secara bukal, lingual, atau labial dengan mengacu pada gigi lawannya atau gigi
antagonisnya .
Bukoversi adalah :
Distoversi adalah :
- yaitu jarak vertikal tepi insisal I atas ke tepi inisal I bawah dlm hubungan vertikal
- Tempang gigit
Mesiolinguoversi adalah :
Overjet adalah :
- jarak antara tepi insisal atas ke tepi insial I bawah dlm keadaan rahang sentrik
- overjet melebihi 2-4mm maka gigi pasien terlihat lebih maju atau gigi tonggos
Overbite :
Pertanyaan sk 1
1. bagaimana cara pemeriksaan yg terkait dgn skenario untuk mencapai diagnosis kelainan
pada skenario (lily)
jawab :
- memeriksa hubungan gigi tersebut dengan rahang yang sama dan rahang yang berbeda,
posisi sumbuh aksis gigi terhadap tulang alveolarnya, adanya transversi
- dilakukan ronsen foto panoramik di gunakan terutama pada pasien dengan gigi
bercampur, foto sepalometri untuk membandingkan sesudah di rawat dan sebelum di
rawat.
- pemeriksaan subjektif kita melakukan anamnesis , objektik melihat langsung profil
wajah pasien untuk merencanakan perawatan, dan penunjang
A. Pengertian Orthodonsia
Ortodonsia (Orthodontia, Bld., Orthodontic, Ingg.) berasal dari bahasa Yunani
(Greek) yaitu orthos dan dons yang berarti orthos (baik, betul) dan dons (gigi). Jadi
ortodonsia dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan
memperbaiki atau membetulkan letak gigi yang tidak teratur atau tidak rata. Keadaan
gigi yang tidak teratur disebabkan oleh malposisi gigi, yaitu kesalahan posisi gigi
pada masing-masing rahang. Malposisi gigi akan menyebabkan malrelasi, yaitu
kesalahan hubungan antara gigi-gigi pada rahang yang berbeda. Lebih lanjut lagi,
keadaan demikian menimbulkan maloklusi, yaitu penyimpangan terhadap oklusi
normal. Maloklusi dapat terjadi karena adanya kelainan gigi (dental), tulang rahang
(skeletal), kombinasi gigi dan rahang (dentoskeletal) maupun karena kelainan otot-
otot pengunyahan (muskuler). (Anderson, G.M., 1960)
B. Definosi Orthodonsia
1. Menurut Dr. E.H. Angle (1900) Ortodonsia adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
meratakan atau membetulkan kedudukan gigi-gigi.
2. Menurut Noyes (1911)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari hubungan gigi-gigi terhadap
perkembangan muka dan memperbaiki akibat pertumbuhan yang tidak normal. Disini
telah menyangkut ilmu anatomi dan biologi. (Anderson, G.M., 1960)
3. Menurut The British Society of Orthodontics (1922)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang,
muka dan tubuh pada umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Juga
mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam terhadap
perkembangan, serta pencegahan dan perawatan terhadap perkembangan yang
mengalami gangguan atau hambatan dan pengaruh jelek (Anderson, G.M., 1960).
4. Menurut American Association of Orthodontist
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan sekitarnya dari janin sampai dewasa dengan tujuan mencegah dan memper-baiki
keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk mencapai hubungan fungsional serta
anatomis yang normal. Dengan memperhatikan definisi-definisi di atas, Dr. Angle dan
Noyes memandang tindakan kuratif lebih dipentingkan, sedangkan mulai tahun 1922
sampai sekarang lebih mengutamakan tidakan preventifnya, disamping tetap menjalankan
tindakan kuratif (Anderson, G.M., 1960).
TUJUAN ORTODONTI
Tujuan utama perawatan ortodonti adalah memperbaiki susunan dan kedudukan gigi-
geligi yang tidak normal (maloklusi) untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi
oklusi) yang stabil sehingga dapat mengembalikan fungsi pengunyahan yang baik,
keseimbangan otot dan keserasian estetika wajah yang harmonis (Sulandjari,2008).
Sehingga dapat disimpulkan ada 2 alasan yang jelas dari perawatan ortodonti yaitu
untuk estetika dan fungsi, perawatan ortodonti tidak hanya dapat memperbaiki susunan
gigi geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat mempunyai dampak yang besar
pada lingkungan seseorang dan perkembangan karier bahkan psikologisnya
(Sulandjari,2008).
Dikutip dari sumber lain bahwa ortodonti bertujuan sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya keadaan abnormal dari bentuk muka yang disebabkan oleh kelainan
rahang dan gigi. Adanya cacat muka yang disebabkan oleh kelainan rahang dan susunan gigi
yang tidak teratur dapat menyebabkan bentuk muka yang kurang harmonis dan faktor estetis
kurang. Dengan demikian dapat mengakibatkan pertumbuhan mental kurang sehat, seperti rasa
rendah diri, rasa malu dan tidak bebas mengemukakan pendapat (Sulandjari,2008)
b. Mengoptimalkan fungsi pengunyahan yang baik. Pengunyahan yang benar dan efisien dapat
dicapai dengan baik jika susunan gigi-gigi itu baik, stabil dan seimbang, begitu juga hubungan
rahangnya. Pada gigigigi yang tidak teratur atau pada lengkung gigi yang sempit dapat
mengakibatkan gerakan lidah tidak bebas sehingga terjadi penelanan yang salah, dan keadaan ini
dapat menimbulkan kelainan yang lebih lanjut (Sulandjari,2008)
c. Mempertinggi daya tahan gigi terhadap terjadinya karies. Gigi-gigi yang tidak teratur akan
menyebabkan sisa-sisa makanan mudah melekat pada permukaan gigi dan self cleansing dari
giginya menjadi tidak ada. Karena pengaruh Lactobacillus, karbohidrat dalam sisa makanan akan
diubah menjadi asam laktat yang dapat melarutkan kalsium dari email dan dentin dan terjadilah
karies gigi. Dengan membetulkan letak gigi menjadi teratur berarti akan mempertinggi daya
tahan gigi terhadap karies (Sulandjari,2008)
d. Menghindarkan perusakan gigi terhadap penyakit periodontal. Gigi yang posisinya tidak baik
dan tidak teratur akan menyulitkan dalam menjaga kebersihannya. Dengan demikian selain dapat
terjadi karies pada gigigiginya, keadaan demikian juga dapat menimbulkan penyakit periodontal.
Gigi yang tidak teratur juga dapat menyebabkan terjadinya oklusi traumatik, sehingga dapat
memperparah penyakit periodontal yang terjadi (Sulandjari,2008)
e. Mencegah perawatan ortodonti yang berat pada usia lebih lanjut. Pencegahan terhadap
timbulnya maloklusi akan lebih efektif dan bermanfaat dari pada perawatan terhadap maloklusi
yang sudah terjadi (Sulandjari,2008)
f. Mencegah dan menghilangkan cara pernafasan yang abnormal dari segi perkembangan gigi.
Jika terdapat polip di dalam hidung atau adanya tonsil yang membesar maka orang akan bernafas
lewat mulutnya, sehingga mulut selalu dalam keadaan terbuka. Dengan demikian otot-otot
disekitar pipi (m. masseter, m. buccinator) menjadi hipertonus. Keadaan ini akan menyebabkan
hambatan pertumbuhan rahang ke arah lateral, sehingga menyebabkan rahang atas menjadi
sempit dan diikuti gigi-gigi depan protrusif atau merongos. Perawatan ortodontik pada gigi-gigi
yang protrusif tadi harus disertai oleh pengambilan polip atau tonsil yang membesar tadi. Dengan
demikian perawatan yang dilakukan akan memperbaiki pernafasan yang abnormal
(Sulandjari,2008)
g. Memperbaiki cara bicara yang salah. Orang yang mempunyai kebiasaan meletakkan lidah di
antara kedua lengkung giginya akan menimbulkan 30 gigitan terbuka. Keadaan ini akan
menyebabkan gangguan dalam proses artikulasinya (proses pembentukan suara), sehingga akan
mengakibatkan pengucapan kata atau cara bicara yang salah. Dengan merawat maloklusinya,
maka akan memperbaiki cara bicaranya (Sulandjari,2008)
h. Menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menimbulkan kelainan yang lebih berat.
Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku, ibu jari, pensil atau lainnya, menghisap bibir,
mendorong lidah pada gigi-gigi depannya, menekan dagu dan sebagainya dapat menimbulkan
kalainan baru atau memperberat kelainan yang sudah ada. Dengan melakukan perawatan
ortodontik, maka kebiasaan buruk dapat dihambat dan dihilangkan (Sulandjari,2008)
j. Menimbulkan rasa percaya diri yang besar. Dengan meningkatkan penampilan akibat
perawatan ortodontik, seorang akan memiliki rasa percaya diri yang besar. (Sulandjari,2008)