Anda di halaman 1dari 9

E.

Pengertian Kode Etik Guru

Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat,
sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat.

Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral
manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu
disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan
memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang
berlaku. Kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai nilai dan norma norma profesi guru yang
tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia
berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia merupakan alat
yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. 1 Kode
Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia
berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan
layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan
rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,
sosial, etika dan kemanusiaan.

Secara istilah “kode etik” terdiri dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Kata “etik” berasal dari
bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu
menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia”. Atau
secara harfiah kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai aturan tata
susila keguruan2

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

1. Tujuan Kode Etik Profesi Guru

Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai
berikut3

A. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar
mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh terhadap suatu profesi. Oleh karena itu setiap
kode etik suatu profesi akan melarang berbagai tindakan yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi
terhadap masyarakat.

B. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

1
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka. hal. 112
2
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
hal. 49
3
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. hal.31
Kesejahteraan dalam konteks ini meliputi kesejahteraan yang bersifat lahir (material) ataupun
kesejahteraan yang bersifat batin (spiritual atau mental).

C. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

D. Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

E. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara
aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi

2. Fungsi Kode Etik Guru

Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan
nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. 4

Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:

A. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
B. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga
dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
C. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
D. Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
3. Penerapan Kode Etik Guru Dalam Kehidupan Masyarakat

Kode etik guru sebagai pedoman guru dalam berperilaku sesungguhnya dapat diterapkan di
masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan masyarakat harus berpegang teguh pada kode etiknya.
Perilaku yang ditunjukkan harus mencermikan nilai-nilai luhur kode etik itu sehingga kandungannya
menjelma dalam perilakunya.

Berdasarkan isi dari kode etik diatas, berikut ini akan diuraikan penerapan kode etik guru dalam
masyarakat.5

4
http://andiyuliantiuvri011.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kode-etik-guru.html

5
Djam’an Satori, dkk. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta. Universitas Terbuka.hal. 5
A. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.

Konsepsi tentang manusia seutuhnya dapat dianalisis dari beberapa dimensi. Pertama, keutuhan
dimensi rohani-jasmani, yaitu manusia seimbang antara perkembangan jasmani dan rohaninya.
Kedua, keutuhan antara dimensi sosial dan individual, yaitu masyarakat yang selaras antara
pemenuhan kebutuhan individual dan sosialnya. Ketiga, keutuhan perkembangan potensi yang
dimiliki serta optimalisasi perkembangannya, yaitu keselarasan antara perkembangan psikomotorik,
afektif, kognitif dan emosional. Berkembangnya warga masyarakat seutuhnya dapat dilandasi oleh
nilai-nilai luhur pancasila. Artinya, seorang guru harus mengembangkan masyarakat seutuhnya
dengan berpijak pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila itu.

B. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

Guru dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik dan pengajaran pada masyarakat harus
berpegang teguh pada kejujuran profesional, yaitu suatu pengakuan atas batas-batas kemampuan
profesionalnya. Ia tidak melakukan hal-hal yanh diluar batas kemampuannya dan tidak pula
melakukan pekerjaan yang ada dalam koridor kewenangan profesi lain.

C. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.

Banyak informasi yang berhubungan dengan peserta didik datang dari masyarakat dan guru
dipandang perlu menggalinya demi kepentingan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan termasuk pada
saat guru berada di masyarakat.

D. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses


belajar mengajar.

Untuk menciptakansuasana sekolah sebaik-baiknya, guru sebaiknya bekerja sama dengan masyarakat.
Kerja sama tersebut dapat berupa kerja sama dalam keamanan, kenyamanan, kebersihan, serta kasrian
dan kesehatan lingkungannya. Hal tersebut dilakukan dengan strategi dan pendekatan yang tepat
sehingga masyarakat dapat mendukung untuk menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya
sehingga menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

E. Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

Keberhasilan suatu pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari sekolah/madrasah karena pada
hakikatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah/madrasah (lembaga
pendidikan), masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu, guru harus memelihara hubungan baik
dengan orang tua murid dan masyarakat untuk memikul tanggung jawab bersama-sama terhadap
pendidikan.

F. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, guru diharapkan senantiasa mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Pengembangan dan peningkatan mutu mengacu pada peningkatan kualitas profesional, yaitu
peningkatan keterampilan-keterampilan profesional dalam bidang kependidikan. Sedangkan
peningkatan dan pengembangan martabat profesi menunjukkan pada upaya untuk menempatkan
profesi keguruan yang ada di hati masyarakat.

G. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

Didalam masyarakat guru memelihara hubungan seprofesi. Artinya, ia mengadakan dan memelihara
hubungan dengan guru lainnya baik dengan guru yang berlatar keahlian sama maupun berbeda.
Dengan pemeliharaan hubungan tersebut diharapkan antara sesama guru dimasyarakat terjadi
persatuan dan kesatuan yang kokoh dan berakar serta muncul rasa senasib sepenanggungan.

H. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdiannya.

Dalam memelihara dan meningkatkan mutu kinerja organisasi masyarakat paling tidak guru harus
berupaya untuk menerapkan misi dari PGRI, yaitu : misi profesi, misi kemasyarakatan, dan misi
kesejahteraan. Dalam menerapkan misi profesi dimasyarakat guru berupaya merealisasikan
layanannya kepada masyarakat. Yakni layanan yang bersifat sosial-profesional yang mana dapat
dirasakan oleh masyarakat sebagai layanan sosial dan tanpa pamrih. Penanaman misi kemasyarakatan
PGRI terhadap masyarakat mencakup penanaman semangat persatuan dan kesatuan. Penanaman misi
kesejahteraan bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil, sejahtera lahir batin.

I. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan kemaslahatan masyarakat,
misalnya kebijakan pemerintah tentang guru dan berupaya membantu pemerintah dalam
merealisasikan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

Berbicara mengenai kode etik guru indonesia berarti kita membicarakan guru di Negara kita. Berikut
akan dikemukakan kode etik guru, Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal
21-25 november 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan item,yaitu :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak
didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentaang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau sama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara,membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua sikap dan
perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga , sekolah maupun masyarakat. 6

Upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik tersebut,dalam garis besarnya dapat dilakukan
sebagai berikut :

1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya,selama mereka mampu, untuk studi lebih
lanjut. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan sikap dan pribadinya sebagai
pendidik, diharapkan kode etik pendidik itu lebih disadari keharusannya untuk ditaati dan
dilaksanakan.
2. Membangun pustakawan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum memiliki
perpustakaan seperti itu.
3. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4. Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-tokoh masyarakat perlu
ditingkatkan.
5. Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.
6. Pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan pengawasan.
7. Kalau pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati atau dihimbau oleh
pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat mengenakan sanksi kepada mereka sesuai
dengan aturan yang berlaku atau sesuai dengan peraturan lembaga bersangkutan yang sudah
disepakati bersama.7

J. Nilai – nilai Dasar dan Nilai Operasional

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :

1) Nilai-nilai agama dan Pancasila


2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,

Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar,


membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
3) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual
dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa:

1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.

6
Syaiful bahri djamarah , Op Cit, hlm.49-50
7
Made Pidarta , Landasan Kependidikan , (Jakarta : PT Rineka Cipta , 1997 ) , hlm.276
2) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.

Hubungan Guru dengan Masyarakat:

1) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
2) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

Hubungan Guru dengan Sekolah:

1) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.


2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.

Hubungan Guru dengan Profesi:

1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi


2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang
studi yang diajarkan
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya

F. Peran Pendidik
Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.8
Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan
diri sebagai :
1) Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2) Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3) Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan
lingkungannya.
8) Mengembangkan kreativitas.
9) Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh para siswanya.
salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru. Guru
yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya hanya
sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program
sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 9

8
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 48
1) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat
personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar
tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2) Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi
oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. 10 Jika factor-faktor
di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu : Membuat
ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan,
Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk
mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi
standar.
3) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. 11 Dalam hal ini, istilah perjalanan
tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual
yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang
tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi
mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru
harus melaksanakan penilaian.
4) Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi
peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga dituntut untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
6) Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap
dia sebagai guru.12 Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak
mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan
guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara
dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan
kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara
9
Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2005), 86
10
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 168
11
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), h. 237
12
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), h. 96
umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
7) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan
dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.13
8) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan
yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita.
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia
yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau
bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan
genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
9) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh
adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak
melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya. 14

Menjadi seorang guru, akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan di masyarakat. Betapa tidak,
sebagian besar guru telah memperoleh “penghargaan” berupa dana sertifikasi yang banyak membuat
iri pegawai pemerintah yang lain. Tak mengherankan pula jika profesi guru khususnya di daerah
belakangan ini kembali diminati dan banyak orang tua yang menyarankan anaknya untuk melanjutkan
pendidikan di jurusan kependidikan. 15
Guru memang seperti profesi yang menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya profesi ini juga
muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada bangsa. Kondisi bangsa kita yang
sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak permasalahan multi dimensi tentunya membutuhkan
modal dan pemecahan terhadap semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga
antarpelajar, kemerosotan moral, kemiskinan, kesenjangan sosial dan pergeseran budaya merupakan
contoh dari permasalahan tersebut. Inilah  kewajiban para guru untuk menyiapkan modal untuk
kemajuan bangsa dan  membangun kembali sumber daya manusia/generasi penerus yang lebih baik
dari kondisi sekarang.
Jika kita renungkan berbagai permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak hanya  membutuhkan
generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Lebih utama
dan terpenting adalah bangsa membutuhkan generasi penerus yang memiliki karakter baik, salah
satunya yaitu karakter yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tetapi mengutamakan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Karakter yang baik ini tidak bisa dipisahkan dari yang disebut
13
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), h. 120
14
Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000), h. 119
15
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006),h. 74
dengan kebaikan  hati. Mengapa? Karena karakter yang baik akan selalu ada pada setiap manusia
yang memiliki kebaikan hati. Ada salah satu hadist Rosululloh yang intinya bahwa Di dalam tubuh
manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka
buruklah semuanya. Dan segumpal daging itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk karakter
pastilah tidak lepas dari hati.
Menurut Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab: Himpunan pengalaman, pendidikan, dan lain-lain
menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir paling dalam hati manusia yang
mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti. 16 Jelas
sekali bagi kita bahwa karakter dan kecerdasan hati adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika
kita ingin memberikan pendidikan karakter maka harus dengan hati.
Dengan kata lain untuk menyiapkan generasi penerus, peran guru tidak hanya membekali dengan
kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak tetapi juga kecerdasan hati untuk berbuat
kebaikan. Nah, menurut penulis inilah yang menjadi paradigma baru dalam perkembangan peran guru
untuk mencerdaskan bangsa. Ketika selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna
sempit yaitu sebatas kecerdasan intelektual/kecerdasan otak maka sekarang inilah harus dibukakan
pemikiran kita bahwa masih harus ada yang dicerdaskan dari generasi penerus bangsa yaitu
kecerdasan hati.  Menurut saya pribadi bisa dikatakan bahwa roh dari pendidikan karakter yang telah
dicanangkan adalah bagaimana kita mampu memberikan kecerdasan hati kepada peserta didik.
Selanjutnya, bagaimanakah cara guru mencerdaskan otak dan hati? Sebelum membahas caranya,
mungkin kita perlu membuat kesamaan konsep tentang apakah itu kecerdasan otak dan kecerdasan
hati
Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Hati
Kecerdasan otak  mungkin lebih mudah dipahami jika dihubungkan dengan pikiran manusia. Ilmu
pengetahuan, teknologi, sains merupakan ilmu yang dicerna manusia melalui pikiran dan
berhubungan dengan kerja otak.17
Sedangkan kecerdasan hati berhubungan dengan perasaan, dan karakter seseorang. Bagaimana
kemampuan seseorang mengelola perasaannya akan mempengaruhi karakternya. Inilah yang
dimaksud dengan kecerdasan hati. Jika seseorang mampu mengelola perasaannya menuju kebaikan
artinya ia telah memiliki hati yang cerdas dan mampu membentuk karakter yang baik pula.

16
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 96
17
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007) , h. 126

Anda mungkin juga menyukai