Anda di halaman 1dari 25

LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN

AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-1
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

D
1.1 Latar Belakang
iawali pada tahun 2015, Kementerian PUPR melakukan pendekatan
pembangunan berbasis Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
yaitu suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara
pengembangan wilayah dan “market driven”. Secara umum, konsep
WPS memadukan pengembangan kawasan perkotaan sebagai
mesin pertumbuhan, kawasan pelabuhan sebagai outlet
perdagangan, kawasan industri sebagai hilirisasi sumberdaya dari hinterland, serta
kawasan pariwisata yang dapat mendorong pula pertumbuhan ekonomi kawasan.
Dalam hal ini, kawasan perdesaan memegang peranan penting di dalam
pertumbuhan ekonomi WPS baik dalam hal konsentrasi penduduk, infrastruktur,
maupun investasi.
BPIW melalui Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan menyelenggarakan
fungsi berupa koordinasi dan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program
keterpaduan pengembangan kawasan perdesaan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta koordinasi dan pengembangan
area inkubasi di kawasan perkotaan dan perdesaan.
Salah satu arah kebijakan dan strategi pembangunan desa yang termuat dalam
Nawacita adalah peningkatan ketahanan ekonomi kawasan perdesaan dengan
mendorong keterkaitan desa-kota secara sehat. Selanjutnya, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menterjemahkan amanat
Nawacita tersebut melalui penetapan sasaran-sasaran sebagai berikut:
1. Penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan peningkatan desa mandiri
sampai 2000 desa
2. peningkatan keterkaitan pembangunan kota desa, dengan memperkuat 40
(empat puluh) pusat-pusat pertumbuhan baru

Terkait sasaran nomor 2, pusat pertumbuhan baru hingga tahun 2019 akan didorong
perkembangannya untuk membantu mempercepat pemerataan pembangunan di
seluruh wilayah Indonesia juga sekaligus menjadi lokomotif pertumbuhan yang
diharapkan dapat mengangkat ekonomi di desa-desa tertinggal dan berkembang.
Pada tahun 2016, melalui serangkaian rapat koordinasi antara Kementerian PUPR
dan kementerian yang terkait dengan pengembangan kawasan perdesaan seperti:
Kementerian DPDTT, Kementerian Pertanian, Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, serta dikomandoi
Kementerian Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan, dicapai
kesepakatan bahwa pengembangan kawasan perdesaan menjadi tanggung jawab
bersama lintas kementerian dengan istilah pengembangan kawasan yang disepakati
bersama yaitu Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).
Tahapan pengembangan KPPN hingga tahun 2019 adalah sebagai berikut: 14
(empat belas) KPPN di tahun 2016, 14 (empat belas) di tahun 2017 dan 12 (dua
belas) KPPN di tahun 2018.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-2
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Tabel I.1
Tahapan Pengembangan KPPN 2015-2019
2015-2016 (14 KPPN) 2017 (14 KPPN) 2018 (12 KPPN)
No KPPN Provinsi No KPPN Provinsi No KPPN Provinsi
1 Tabanan Bali 1 Pereulak Aceh 1 Baturaja Sumsel
2 Praya NTB 2 Batik Nau Bengkulu 2 Mesuji Lampung
3 Labuan Bajo NTT 3 Tanjung Kep. Babel 3 Pamekasan Jawa Timur
Pandan
4 Daruba Maluku 4 Tapan Sumbar 4 Sangata Kaltim
Utara
5 Tanjung siapi- Sumsel 5 Cibaliung Banten 5 Sukadana Kalbar
api
6 Banyuwangi Jawa Timur 6 Sumbawa NTB 6 Tanjung Kaltim
Besar Redeb
7 Rasau Jaya Kalbar 7 Marabahan Kalsel 7 Mamuju Sulbar
8 Pinrang Sulsel 8 Pangkalan Kalteng 8 Raha Sultra
Bun
9 Poso Sulteng 9 Sambas Kalbar 9 Ende NTT
10 Bula Maluku 10 Barru Sulsel 10 Raba NTB
11 Maba Malut 11 Buol Sulteng 11 Arso Papua
12 Merauke Papua 12 Kolonedale Sulsel dan 12 Manokwari Papua Barat
Sultra
13 Sidikalang Sumut 13 Kwandang Gorontalo
14 Misool Papua Barat 14 Wangi- wangi Sultra

Adapun rincian lokasi KPPN pada tahun 2017 beserta potensi unggulannya
berdasarkan RPJMN 2015-2019 buku 3 adalah sebagai berikut:

Tabel I.2
Lokasi KPPN 2017 dan Potensi Unggulannya
Kabupaten/
No Kawasan Provinsi Kecamatan Potensi Komoditas
Kota
1 Barru Sulawesi 1 Sidenreng Maritengngae Transmigrasi Kedelai, Padi
Selatan Rappang
2 Kolonedale Sulawesi 2 Luwu Towuti KPB Padi, Kakao,
Tengah dan Timur Perikanan
Sulawesi 3 Morowali Bungku Barat KPB Tangkap,
Selatan Bungku Selatan Minapolitan Rumput Laut
3 Tanjung Kalimantan 4 Berau Pulau Derawan Pariwisata Wisata
Redeb Timur Sambaliung Agropolitan Bahari/flora
fauna, Jagung
4 Raba NTB 5 Dompu Dompu Agropolitan, Jagung, Sapi
Industri,
Transmigrasi
Hu’u Transmigrasi

KPPN merupakan kawasan perdesaan potensial dengan komoditas unggulan tertentu


yang mendukung pengembangan 40 (empat puluh) pusat pertumbuhan yang telah
ditetapkan dalam RPJMN. Dengan adanya KPPN, program-program lintas K/L yang
terkait dengan pengembangan kawasan perdesaan dapat difokuskan pada lokasi-

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-3
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

lokasi KPPN tersebut, sehingga pada akhir tahun penanganan yaitu tahun 2019
didapatkan kawasan perdesaan yang sudah dikembangkan secara komprehensif
sehingga mampu berdikari, menjadi pilar pengembangan ekonomi wilayah,
mensejahterakan masyarakat dan dapat direplikasi pada kawasan-kawasan
perdesaan lain di seluruh Indonesia.

Gambar 1.1 Kedudukan Kawasan Perdesaan


Dalam Konsepsi WPS (Wilayah Pengembangan Strategis)

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-4
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Pra Desain Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan dan Pulau Sumbawa adalah:
1. Merencanaan Pengembangan KPPN di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumbawa berbasis pengembangan wilayah yang berkelanjutan,
sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan kebutuhan pengembangan
kawasan sebagai bagian dari pusat pertumbuhan baru yang terintegrasi
dengan kota-kota outlet sekitarnya.
2. Memberikan dukungan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan infrastruktur
strategis lainnya (non-PUPR) dalam rangka meningkatkan fungsi KPPN
sehingga secara umum memperkuat sistem keterkaitan kota-desa dan
menjadi stimulan bagi desa-desa berkembang dan tertinggal di sekitarnya.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Pra Desain Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan dan Pulau
Sumbawa adalah:
Menyusun masterplan, development plan, serta program tahunan dan Pra
Desain pengembangan infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya
(non-PUPR) di KPPN Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau
Sumbawa yang terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar tingkat
pemerintahan berdasarkan kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka
menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) dalam rangka
meningkatkan fungsi kawasan perdesaan yang mandiri, maju, berdaya
saing, dan berkelanjutan.

1.2.3 Sasaran
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan Penyusunan Masterplan dan
Pra Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau
Kalimatan dan Pulau Sumbawa adalah:
1. Tersusunnya profil kawasan perdesaan yang sekurang-kurangnya memuat
gambaran umum, potensi, serta permasalahan pengembangan kawasan;
2. Terumuskannya review kebijakan, rencana dan program eksisting
pengembangan kawasan, pembangunan infrastruktur PUPR dan
pembangunan infrastruktur non-PUPR;
3. Tersusunnya profil dan analisa kinerja infrastruktur PUPR dan infrastruktur
strategis lainnya (non-PUPR) yang terkait dengan pengembangan
ekonomi kawasan dan pemenuhan standar kehidupan masyarakat perdesaan
yang layak;
4. Terumuskannya analisis dan strategi keterpaduan pengembangan kawasan
secara fungsi, lokasi, besaran kawasan, biaya, antar tingkat pemerintahan,
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-5
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

antarsektor, kelembagaan dan pembiayaan baik yang terkait infrastruktur


PUPR maupun non-PUPR;
5. Terumuskannya konsep pengembangan kawasan yang memuat sistem
agribisnis/pariwisata dari hulu hingga ke hilir, termasuk di dalamnya
penentuan zona produksi, pengolahan dan pemasaran serta strategi
pengembangannya.
6. Tersusunnya Key Performance Indicators (KPI) dan rencana pengembangan
(development plan) kawasan perdesaan;
7. Terumuskannya analisis dalam rangka perumusan program pembangunan
infrastruktur PUPR dan infrastruktur strategis lainnya (nonPUPR) dalam
rangka mendukung pengembangan kawasan
8. Terumuskannya rencana dan program pembangunan infrastruktur PUPR dan
infrastrutur strategis lainnya (non-PUPR) pendukung kawasan-kawasan
pengembangan perdesaan untuk jangka panjang (10 tahun), jangka
menengah (5 tahun), dan jangka pendek (1 tahun);
9. Tersusunnya siteplan pusat pengembangan kawasan perdesaan yang
dilengkapi dengan studi pra kelayakan, analisa program ruang kawasan,
gambar-gambar pra-desain, dan gambar 3 dimensi; dan
10. Tersusunnya Pra-Desain program-program prioritas pengembangan
kawasan yang dilengkapi dengan studi pra kelayakan, gambar-gambar teknis
perencanaan, gambar 3 dimensi dan analisa harga satuan.

1.3 Referensi Hukum


Referensi Hukum yang menjadi dasar dalam pekerjaan Penyusunan Masterplan dan
Pra Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau
Kalimatan dan Pulau Sumbawa adalah sebagai berikut:
A. Kebijakan Nasional
1. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, beserta peraturan
pelaksanaannya;
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pangairan, beserta
peraturan pelaksanaannya;
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, beserta peraturan pelaksanaannya;
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
6. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
9. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-6
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

10. Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-pulau Kecil;
11. Undang-undang Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
dan
12. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.

B. Kebijakan Rencana Tata Ruang


1. RTRWN terkait kawasan perencanaan maupun rencana pengembangan
infrastruktur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 88Tahun 2011;
2. RTR Pulau Sulawesi terkait kawasan perencanaan dan rencana
pengembangan infrastruktur dalam Perpres Nomor 13 Tahun 2012;
3. RTR Pulau Kalimantan terkait kawasan perencanaan dan rencana
pengembangan infrastruktur dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2012;
4. RTR Kepulauan Nusa Tenggara terkait kawasan perencanaan dan
rencana pengembangan infrastruktur dalam Perpres Nomor 56Tahun
2014
5. RTRW Provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara
Barat; dan
6. RTRW Kabupaten Sindereng Rappang, Luwu Timur, Morowali, Berau,
dan Dompu.
C. Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah
1. RPJPN 2005-2025 dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007;
2. RPJMN 2015-2019 dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015;
3. RPJPD 2005-2025 dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan,
Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat;
4. RPJMD 2013-2018 dalam Peraturan Daerah Sulawesi Selatan,
Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat;
5. RPJPD Kabupaten Sindereng Rappang, Luwu Timur, Morowali, Berau dan
Dompu; dan
6. RPJMD Kabupaten Sindereng Rappang, Luwu Timur, Morowali, Berau dan
Dompu.
D. Kebijakan Penetapan Lokasi dan Hierarki Infrastruktur Sektoral
1. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
a. Jalan dan Jembatan
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya
sebagai Jalan Nasional.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-7
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:


248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan
Jalan Primer Menurut Fungsinya sebagai Jalan Primer (JAP) dan Jalan
Kolektor-1 (JKP-1).
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010
tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional beserta
perubahannya sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 92/KPTS/M/2011 tentang Perubahan
Pertama Atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional.

b. Sumber Daya Air


 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 293/KPTS/M/2014
tentang Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolannya Menjadi
Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Cipta Karya
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (KSNP-SPAM).
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
d. Perumahan
 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Khusus.
 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
dengan Hunian Berimbang.
2. Perhubungan
 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-8
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 69 Tahun 2013 tentang


Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013 tentang
Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 43 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional.
 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/KEPMENKP/2014
tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional.
 Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015-
2019.

E. Kebijakan Kawasan Strategis dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


1. Kawasan Industri
 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 -2035
 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 31.1/M-IND/PER/3/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015-2019.
2. Kawasan Pariwisata
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional
 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.

1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
Ruang lingkup wilayah makro dalam pekerjaan ini meliputi: Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Sumbawa dengan
mempertimbang delineasi Wilayah Pengembangan Strategis, pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan baru dan hubungan fungsional antar kawasan perdesaan dan
perkotaan. KPPN yang ditangani pada tahun 2017 di Pulau Sulawesi, Pulau
Kalimantan, dan Pulau Sumbawa meliputi :
1. Kabupaten Sidenreng Rappang, Prov. Sulawesi Selatan;
2. Kabupaten Luwu Timur, Prov. Sulawesi Selatan;
3. Kabupaten Morowali, Prov. Sulawesi Tengah;
4. Kabupaten Berau, Prov. Kalimantan Timur;
5. Kabupaten Dompu, Prov. Nusa Tenggara Barat.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I-9
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1.4.2 Lingkup Tahapan dan Substansi Pekerjaan


Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Pra
Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan
dan Pulau Sumbawa terdiri atas:
A. Persiapan dan Organisasi Kerja
1. Mobilisasi tenaga ahli, asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung;
2. Kajian literatur, teori dan benchmark/pengalaman praksis di Indonesia atau
negara lain yang berhasil terkait pengembangan infrastruktur wilayah dan
perdesaan;

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 10
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH I - 11
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH I - 12
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.3 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH I - 13
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.4 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH I - 14
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.5 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH I - 15
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

3. Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perdesaan serta


pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana pembangunan dan rencana
tata ruang baik nasional (RPJPN dan RTRWN), pulau/kepulauan (RTR
Pulau/Kepulauan), provinsi (RPJPD, RPJMD, RTRW Provinsi),
kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota), serta kebijakan
sektoral seperti Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan (RPKP) yang
dikeluarkan oleh Kemendesa PDTT, RTR Kawasan Perdesaan oleh
Kementerian ATR, Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW), pengembangan permukiman nelayan dari Ditjen CK, program
Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, dll;
4. Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;
5. Pengumpulan data dan informasi awal wilayah perencanaan;
6. Penyusunan peta dasar;
7. Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;
8. Inventarisasi kebutuhan data, desain survei dan penyiapan perangkat survei;
9. Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan
pekerjaan;
10. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
11. Kick Off Meeting di Jakarta; dan
12. Pembahasan Laporan Pendahuluan.
B. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Pusat, khususnya terkait
dengan bidang infrastruktur dan kawasan strategis sekurang-kurangnya di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bappenas,
Kementerian DPDTT, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian
Pertanian, Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
dll;
2. Rapat Koordinasi dengan Bappeda untuk membahas delineasi kawasan
perdesaan yang akan disusun masterplannya termasuk identifikasi awal
desa-desa produksi, pengolahan, dan pemasaran;
3. Rembug Desa dengan mengundang aparat pemerintah tingkat desa dan
kecamatan untuk menggali potensi dan permasalahan pengembangan
kawasan serta kebutuhan pengembangan infrastruktur.
4. Pengumpulan Data Sekunder di Tingkat Daerah melalui Bappeda serta
Dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data eksisting ketersediaan
infrastruktur PUPR dan non-PUPR serta backlog-nya;
5. Pengumpulan Data Primer Kebutuhan Infrastruktur tahap pertama
dilakukan melalui survey primer yang dilaksanakan minimal selama 6
(enam) hari dengan melibatkan aparat desa dan dengan metode kuesioner
serta kunjungan langsung ke lapangan. Masing-masing kepala desa dari
desa yang termasuk dalam delineasi masterplan diminta untuk mengisi
kuesioner yang sekurang-kurangnya memuat potensi kawasan (jenis
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 16
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

potensi, luasan, lokasi, nilai ekonomi), permasalahan (jenis permasalahan,


lokasi) dan usulan program (jenis program, lokasi, besaran, perkiraan
anggaran). Setelah itu tim penyusun masterplan akan memverifikasi
komoditas potensial dan usulan program berdasarkan kuesioner tersebut
langsung di lokasi untuk mendapatkan data-data terinci yang dibutuhkan
dalam menyusun masterplan dan matriks program pengembangan
kawasan.
6. Survey Primer Tahap Kedua dilakukan setelah telaah dan analisis kawasan
dan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta dengan agenda
memperdalam substansi masterplan dan mendetailkan Pra-Desain program-
program prioritas.
C. Penetapan lokasi Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional
1. Analisis dan komparasi kedudukan masing-masing wilayah pengembangan;
2. Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan;
3. Rapat Koordinasi tingkat Daerah dengan melibatkan minimal Bappeda dan
Dinas PU daerah, Kementerian Koordinator PMK, Bappenas, Kementerian
ATR dan Kementerian DPDTT dalam rangka penentuan lokasi Kawasan
Perdesaan Prioritas.
D. Analisis Pengembangan Kawasan Perdesaan
1. Analisis posisi kawasan dalam konstelasi regional dan global untuk
mengetahui kedudukan deliniasi Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional
terhadap lokasi yang lebih makro secara administrasi;
2. Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan serta
kecenderungan perkembangan kawasan untuk mengetahui daya dukung
lahan terhadap potensi kawasan yang dapat dikembangkan;
3. Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan untuk mengukur potensi
ekonomi secara kuantitatif sebagai langkah penajaman potensi kawasan
yang harus dikembangkan atau didukung oleh infrastruktur;
4. Analisis isu strategis dan permasalahan pengembangan kawasan untuk
menajamkan informasi terkait daya dukung kawasan secara fisik maupun
non fisik;
5. Analisis sistem agribisnis dari hulu ke hilir, meliputi sub sistem produksi, sub
sistem pengolahan, dan sub sistem pemasaran untuk menentukan rencana
distribusi komoditas kawasan;
6. Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk dan ekonomi kawasan untuk
mengukur kebutuhan infrastruktur yang didasarkan pada jumlah penduduk
dalam rentang waktu perencanaan hingga jangka panjang;
7. Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang mendukung
Pengembangan Ekonomi Kawasan untuk mengukur kebutuhan infrastruktur
berdasarkan kondisi eksisting yang terkait dengan potensi kawasan dan
potensi ekonomi, sekurang-kurangnya memuat:
 Analisis pengembangan sentra produksi/pengolahan/pemasaran,
 Analisis pengembangan permodalan/lembaga keuangan mikro,
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 17
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Analisis pengembangan agribisnis,


 Analisis penerapan teknologi informasi komunikasi,
 Analisis penerapan teknologi dan inovasi,
 Analisis pembangunan supply energy,
 Analisis kelembagaan dan kerjasama,
 Analisis pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan.
8. Analisis kebutuhan pengembangan infrastruktur yang mendukung
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Permukiman Perdesaan
sekurang-kurangnya memuat analisis pengembangan permukiman dan
kesehatan;
9. Analisis keterpaduan program dan sinkronisasi pembangunan infrastruktur;
10. Analisis sumber pembiayaan dan kelayakan ekonomi/investasi;
11. Analisis lain yang dibutuhkan dalam penyusunan dan pelaksanaan kegiatan
ini.
E. Penyusunan Profil Kawasan Eksisting
1. Nama, luas, dan delineasi kawasan;
2. Posisi kawasan dalam konstelasi regional sekurang-kurangnya meliputi:
peran kawasan pada skala global, nasional, provinsi dan WPS; kontribusi
PDRB kawasan ke nasional dan regional; sektor unggulan dan peluang
investasi utama;
3. Karakteristik perekonomian yang meliputi pertumbuhan ekonomi, komoditas
unggulan, skala pemasaran, dan proyeksi pengembangan ke depan;
4. Karakteristik zonasi agribisnis kawasan yang mencakup kawasan produksi,
pengolahan, dan pemasaran;
5. Karakteristik kelembagaan yang mencakup sektor permodalanserta institusi-
institusi yang melindungi petani, nelayan, danpengusaha kecil;
6. Karakteristik sosial kependudukan termasuk social capital (fungsi-fungsi
pranata sosial, tradisi budaya, persepsi, dan nilainilai lokal); dan
7. Karakteristik lingkungan.
8. Kondisi, sebaran dan gap infrastruktur PUPR dan infrastrutur strategis
lainnya (non-PUPR); dan
9. Kinerja pelayanan infrastruktur, khususnya pada sub-sektor SDA, Bina
Marga, Cipta Karya, dan Perumahan.
10. FGD di Jakarta dengan melibatkan minimal Kementerian Koordinator
PMK, Bappenas, Kementerian ATR, Kementerian DPDTT, Kementerian
Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Perhubungan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian
Perindustrian, serta Kementerian/Lembaga terkait; dan
11. Pembahasan Laporan Antara.
F. Penyusunan Rencana dan Program
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 18
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1. Penyusunan Rencana Ultimate Pengembangan Kawasan dan


Infrastruktur;
2. Penyusunan Program Pembangunan Infrastruktur PUPR dan Non-PUPR
berdasarkan kebutuhan jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5
tahunan) dan jangka tahunan (1 tahun) dilengkapi dengan pembagian
kewenangan sektor pusat, provinsi, kabupaten/kota, kemajuan
pemenuhan readiness criteria (lahan, FS, DED, Dokumen Lingkungan).
Infrastruktur PUPR sekurang-kurangnya meliputi:
 Infrastruktur Bidang Sumber Daya Air, dengan sasaran strategis
meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, serta
meningkatnya ketahanan air;
 Infrastruktur Bidang Jalan dan Jembatan, dengan sasaran strategis
meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing, serta
meningkatnya kemantapan jalan nasional; dan
 Infrastruktur Bidang Permukiman dan Perumahan, dengan sasaran
strategis meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman
dan perumahan, meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan
infrastruktur permukiman, meningkatnya penyediaan dan pembiayaan
perumahan.
Adapun rencana dan program pengembangan Infrastruktur non-PUPR
sekurangkurangnya meliputi:
 Pengembangan permukiman dan kesehatan
 Pengembangan permodalan/lembaga keuangan mikro
 Pengembangan agribisnis
 Penerapan teknologi informasi komunikasi
 Pembangunan suplai energy
 Penerapan teknologi dan inovasi
 Pengembangan kelembagaan dan kerjasama
 Pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan
3. Perumusan Key Performance Indicators (KPI) untuk infrastruktur dan
rencana pengembangan (development plan) kawasan perdesaan untuk
kondisi infrastruktur, kondisi fisik, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan kondisi
lingkungan untuk kondisi saat ini dan kondisi di masa mendatang yang lebih
berorientasi kepada output dan outcome;
4. Penyusunan Strategi Keterpaduan Pengembangan Kawasan dan
Infrastruktur, sekurang-kurangnya meliputi:
 Prioritisasi dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan infrastruktur;
 Keterpaduan antar sektor;
 Keterpaduan antara pusat dan daerah dan antar daerah;
 Skema pembiayaan; dan
 Kelembagaan.
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 19
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

G. Penyusunan Siteplan Lokasi Prioritas Pusat Pengembangan Kawasan


Perdesaan
Pusat Pengembangan Kawasan Perdesaan merupakan lokasi desa yang
direncanakan sebagai pusat pengolahan komoditas unggulan KPPN. Lokasi
pusat pengembangan dipilih berdasarkan pertimbangan kondisi eksisting
kawasan baik dari segi kesiapan masyarakat maupun infrastruktur pendukung.
Selain itu, perlu diperhatikan pula aksesibilitas terhadap kawasan produksi dan
pemasaran. Sebelum dilakukan pemilihan terhadap pusat pengembangan
kawasan perdesaan, terlebih dahulu dibuat matriks analisis kelayakan lokasi
yang menghasilkan beberapa alternatif lokasi pusat pengembangan.
Pusat pengembangan kawasan yang disusun siteplannya sekurang-kurangnya
seluas 50 Ha dan memuat rencana pengembangan dalam skala 1:5.000. kondisi
eksisting dan rencana pengembangan disajikan dalam peta mosaic orthophoto,
peta topografi, video udara, foto udara, serta dilengkapi dengan visualisasi 3
dimensi.
H. Penyusunan Pra-Desain Program Prioritas Pengembangan Kawasan
Perdesaan
Program prioritas pengembangan kawasan perdesaan merupakan program yang
jika diimplementasikan dapat secara signifikan mendukung terwujudnya kawasan
perdesaan yang mandiri dan berdaya. Program prioritas yang dibuat
pradesainnya dapat berupa program yang terkait bidang jalan, sumber daya
air, maupun permukiman. Program tersebut juga dapat berupa infrastruktur
yang mendukung pengembangan industry agribisnis atau pariwisata sesuai
kebutuhan pengembangan kawasan, seperti: pembuatan tambatan kapal, talud
penahan gelombang, revitalisasi pasar, bangunan industry pengolahan, pusat
kuliner, show room produk hasil pengolahan, dll. Pra-Desain program prioritas
disajikan melalui gambar-gambar teknik dan gambar skematik dengan skala
1:1000 serta dilengkapi pula dengan visualisasi 3 dimensi.
Adapun tahapan yang harus dilalui adalah sebagai berikut:
1. Survei primer program prioritas;
2. Penyusunan Program Bangunan dan Lingkungan
 Analisis studi kelayakan (sosial kependudukan, prospek ekonomi, daya
dukung fisik dan lingkungan, aspek legal, daya dukung prasarana dan
fasilitas lingkungan, nilai historis kawasan);
 Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat; dan
 Konsep Dasar Pra Desain berdasarkan hasil analisis kawasan dan
wilayah perencanaan.
3. Penyusunan Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
 Rencana Umum (struktur peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan
lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur perhubung, sistem ruang
terbuka dan tata hijau, tata kualitas lingkungan, sistem prasarana dan
utilitas lingkungan); dan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 20
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

 Rancangan 3 Dimensi (tiap blok pengembangan, dan simulasi


rancangan tiga dimensional).
4. Penyusunan BOQ (Bill of Quantity);
 Indikasi Biaya Pembangunan Kawasan yang dapat digunakan untuk
menyiapkan DED;
 Sumber Pembiayaan; dan
 Tahapan Pembangunan.
5. Penyusunan Kebutuhan Business Plan;
Identifikasi kebutuhan business plan yang perlu dilakukan oleh sekurang-
kurangnya meliputi: manajemen perizinan, manajemen pertanahan,
manajemen perencanaan, manajemen produksi, manajemen penjualan,
manajemen pengelolaan properti, manajemen pengendalian/pengawasan,
manajemen personalia dan manajemen pembiayaan/pendanaan.
6. FGD Daerah dilaksanakan di lokasi kawasan perencanaan dengan
melibatkan pemerintah tingkat desa dan kecamatan serta SKPD daerah
terkait serta dari instansi pemerintah pusat sekurang-kurangnya Kementerian
Koordinator PMK, Bappenas, Kementerian ATR dan Kementerian DPDTT
serta Kementerian/Lembaga terkait;
7. Seminar Akhir membahas hasil dari Konsepsi Masterplan dan Pra Desain
yang dihadiri oleh instansi pemerintah pusat antara lain Kementerian
Koordinator PMK, Bappenas, Kementerian ATR dan Kementerian DPDTT
serta Kementerian/Lembaga terkait serta pakar; dan
8. Pembahasan Laporan Akhir.

1.5 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


Metode pelaksanaan Penyusunan Masterplan dan Pra Desain Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan dan Pulau Sumbawa diuraikan
dalam bentuk tahapan-tahapan yang berisikan alur kegiatan penyelesaian pekerjaan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Survey dan Pengumpulan Data;
3. Tahap Analisis Pengembangan
4. Tahap Penyusunan Rencana dan Program;
5. Tahap Penyusunan Study Kelayakan Lokasi Prioritas Pengembangan;
6. Tahap Penyusunan Pra Desain Lokasi Prioritas Pengembangan.

Secara lebih rinci tahapan-tahapan dalam kegiatan Penyusunan Masterplan dan Pra
Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan
dan Pulau Sumbawa diuraikan sebagai berikut.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
I - 21
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPORAN PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

Gambar 1.1
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Pra Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional
di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sumbawa

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN I - 22


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

1.6 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan Penyusunan Masterplan dan Pra Desain
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan dan Pulau
Sumbawa terdiri atas:
1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di
Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Sumbawa sesuai dengan lokasi
arahan RPJMN 2015-2019, yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Profil dan Kinerja Kawasan dengan telaah secara mendalam delineasi KPPN,
kondisi eksisting terkait infrastruktur PUPR serta infrastruktur strategis lainnya
di KPPN, kondisi eksisting terkait kependudukan, jaringan transportasi,
struktur ekonomi, kelembagaan, lingkungan, ketersediaan sumberdaya air,
permukiman, kondisi geografis, dan posisi kawasan dalam konstelasi regional;
b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan KPPN
c. Konsep Pengembangan KPPN
 Pemilihan kawasan prioritas yang akan ditangani (indikator yang digunakan
pemilihan harus melalui proses pengkajian dan harus memenuhi keriteria
yaitu menjadi daya ungkit produktivitas ekonomi kawasan perdesaan,
merupakan kawasan strategis dari sisi ekonomi), kawasan yang memiliki
potensi kawasan berbasis agro, mina maupun pariwisata;
 Prospek pengembangan kawasan melalui analisis potensi ekonomi,
analisis komoditas unggulan, serta analisis backward and forward linkage.
 Adanya alur distribusi komoditas dengan memperlihatkan sentra
produksi, sentra pengolahan serta sentra pemasaran hasil serta
memperlihatkan rencana penolahan komoditas;
d. Program dan kegiatan infrastruktur PUPR dan infrastrutur strategis lainnya
(non-PUPR) di KPPN Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sumbawa
untuk jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka
tahunan (1 tahun) yang sekurang-kurangnya memuat 9 aspek
pengembangan kawasan perdesaan, meliputi:
 Pengembangan sentra produksi/pengolahan/pemasaran
 Pengembangan permukiman dan kesehatan
 Pengembangan permodalan/lembaga keuangan mikro
 Pengembangan agribisnis
 Penerapan teknologi informasi komunikasi
 Pembangunan suplai energi
 Penerapan teknologi dan inovasi
 Pengembangan kelembagaan dan kerjasama
 Pengembangan pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan
 Peningkatan fungsi pemanfaatan kawasan;

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN I - 23


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

2. Album Peta masterplan dan development plan Kawasan Perdesaan Prioritas


Nasional.
3. Peta spasial dan peta indikasi program pada skala 1:5000 dan luas minimal 50
Ha untuk Pusat Pengembangan KPPN di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumbawa.
4. Pra-Desain program-program prioritas pengembangan KPPN pada skala 1:1000
5. Visualisasi 3 dimensi untuk pusat pengembangan KPPN dan program-program
prioritas
6. Desain dan layout untuk kebutuhan panel-panel pameran.
7. Laporan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Masterplan dan pra-desain Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional di Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau
Sumbawa (lap. Bulanan, lap. Pendahuluan, lap. Antara. Lap.akhir, proceeding,
dan buku deluxe).

1.7 Sistematika Penyusunan Laporan


Penyusunan Masterplan dan Pra Desain Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional di
Pulau Sulawesi, Pulau Kalimatan dan Pulau Sumbawa ini disusun dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan,
manfaat, dasar hukum, ruang lingkup, keluaran dan sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL (KPPN)
Bab ini merupakan uraian dan pemahaman mengenai teori-teori mengenai
kawasan pedesaan dan kebijakan pengembangan dan peraturan perundang-
undanganan, Rencana Tata Ruang, Kebijakan Pembangunan yang terkait
dengan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).
BAB III PROFIL KAWASAN PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL (KPPN)
Bab ini menguraikan mengenai delineasi dan gambaran umum Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) yang akan menjadi data/informasi awal
dalam memahami karakteristik potensi dan permasalahan di wilayah
perencanaan.
BAB IV ISU STRATEGIS, POTENSI & PERMASALAHAN PENGEMBANGAN
Bab ini berisi penjelasan tentang isu strategis, potensi & permasalahan
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).
BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN
Bab ini berisi mengenai analisis posisi KPPN, analisis lingkungan fisik dan
kecenderungan perkembangan kawasan, analisis potensi ekonomi,
pengembangan sistem agribisnis, proyeksi penduduk, analisis kebutuhan
infrastruktur, analisis kondisi infrastruktur transportasi dan sumberdaya air,
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN I - 24
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT
LAPOR PENYUSUNAN MASTERPLAN & PRA DESAIN KAWASAN PERDESAAN
AN PRIORITAS NASIONAL
AKHIR DI PULAU SULAWESI, PULAU KALIMATAN DAN PULAU SUMBAWA

analisis sistem transportasi, analisis sarana dan prasarana sumberdaya air,


analisis infrastruktur permukiman dan kesehatan, analisis sentra produksi,
sentra industri pengolahan hasil pertanian dan destinasi pariwisata, analisis
kebutuhan sarana bisnis/pusat bisnis di kawasan ekonomi perdesaan,
analisis kebutuhan penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing, analisis kebutuhan suplai energi untuk pemenuhan
domestik dan industri, analisis kebutuhan sarana pendidikan kejuruan untuk
meningkatkan inovasi dan kreatifitas lokal, analisis kerjasama antardesa,
daerah, KPS, BUM Antar Desa, analisis keterpaduan program dan
sinkronisasi pembangunan, dan analisis penentuan sub kawasan prioritas
Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) di Pulau Sulawesi, Pulau
Kalimatan dan Pulau Sumbawa.
BAB VI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN
Bab ini berisi mengenai tujuan / visi dan misi pengembangan kawasan,
konsep pengembangan kawasan perdesaan, konsep pengembangan
infrastruktur dan konsep investasi dan pembiayaan
BAB VII PRA DESAIN KAWASAN PRIORITAS
Bab ini berisi mengenai pra desain kawasan prioritas dimana terdapat profil
kawasan, konsepperan masyarkat dalam pengembangan kawasan, variabel
pengembangan kawasan serta rencana umum kawasan.

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN I - 25


BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT

Anda mungkin juga menyukai