Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Pengukuran Uitzet, Mobilisasi dan Demobilisasi, ABD.
2. Pekerjaan Persiapan.
3. Pekerjaan Turap Beton.
B. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan terletak di Pembangunan Perkuatan Tebing Sungai Kapuas Ruas
Makam Kesultanan Pontianak Dan Sekitarnya Prov. Kalbar
C. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal
yang telah disesuaikan dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
2. Pelaksanaan pekerjaan selama 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender
terhitung dari tanggal mulai kerja sesuai Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
D. Peralatan
1. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus
disediakan Penyedia Jasa, adalah sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Peralatan Pengukuran yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap
dilapangan, antara lain :
a. Waterpass;
b. Theodolite;
c. Rambu;
d. Statip;
e. Meteran panjang 50 m
3. Peralatan Dokumentasi yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan siap di
lapangan adalah Kamera Digital dan Handy cam. Foto-foto kegiatan lapangan
diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa album dan CD.
E. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan,
antara lain Kendaraan bermotor roda dua. Alat transportasi tersebut harus dalam
keadaan baik (layak pakai).
F. Kantor Sementara dan Kelengkapannya di Lapangan
Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Yang harus disiapkan
minimal antara lain:
a. Buku Tamu
b. Buku Direksi
c. Balpoint
d. Kalkulator
e. Spidol 12 warna
f. Gambar Rencana Kerja (ditempel di dinding)
g. Time Schedulle (ditempel di dinding)
h. Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
i. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
G. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan
dengan memasang rambu-rambu peringatan.
d. Penggambaran
1. Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar
diasistensikan terlebih dahulu kepada Direksi Teknis dan Pelaksana Teknis
untuk kemudian digambar pada kertas ukuran A3.
2. Skala yang Digunakan.
3. Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
4. Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 : 100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.
5. Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap 3 (tiga).
6. Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.
2. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1. Penyediaan jasa harus mengadakan semua peralatan yang diperlukan serta
tenaga kerja untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan dan
tenaga kerja haruslah sesuai dengan yang diperlukan dan layak pakai dan cukup
terampil untuk tenaga kerja tertentu.
2. Untuk memudahkan dalam mensuplay bahan/material ke lokasi, penyedia jasa
harus membuat jalan masuk menuju lokasi. Jalan masuk diusahakan jangan
menganggu lalulintas umum dan masyarakat sekitar lokasi pekerjaan.
3. Dalam penempatan bahan/material hendaknya diatur sedemikian rupa agar
mudah dalam penggunaannya dan ditempatkan pada daerah yang cukup aman
dan tidak menganggu aktifitas warga sekitarnya.
3. PENGADAAN TIANG PANCANG DAN PENGADAAN TURAP BETON
1. Hasil pabrik yang dapat diterima
Penyedia Jasa harus menyerahkan brosur-brosur dari pabrik yang menghasilkan
tiang pancang dan papan turap beton yang disyaratkan, untuk dipilih dan
disetujui oleh Direksi Teknis.
2. Bahan-bahan tiang pancang dan papan turap beton
Bahan-bahan tiang pancang dan papan turap beton yang akan dipakai pada
pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan berikut :
a. Dimensi/Ukuran-ukuran :
i. Jenis dinding turap beton dan tiang pancang yang dipakai adalah beton
precast/prestress dengan ukuran dan panjang seperti ditunjukkan pada
gambar- gambar struktur.
ii. Kapasitas papan turap beton dan tiang pancang harus memenuhi
syarat.
b. Beton
Mutu beton precast prategang/pabrikasi untuk tiang pancang K 600
sedangkan papan turap beton K 700.
c. Penulangan dan Prestressing Strands :
i. Prestressing strands harus “uncoated, bright seven wire, stress
relieved 270 ksi” sesuai ASTM A-416.
ii. Spiral harus dibentuk dari “cold drawn bright steel wire” sesuai ASTM
A-82 atau Ø 6 mm U-24.
4. PEMBUATAN PERANCAH DAN JEMBATAN ANGKUT MATERIAL
1. Perancah dan jembatan angkut material harus dibuat untuk memudahkan dalam
pengangkutan tiang pancang dan papan turap beton ke titik pemancangan dan
sebagai kedudukan berdirinya alat pancang serta berfungsi sebagai jembatan
angkut material.
2. Perancah dan jembatan angkut material terbuat dari kayu bulat (dolken) Ø 8-10
cm panjang 4 m, dibuat sepanjang rencana turap dengan lebar 6 meter.
6. PEKERJAAN BETON
1. Persyaratan Umum
a. Semua pekerjaan beton harus memenuhi Peraturan Beton Indonesia,
kecuali telah ditetapkan pada bagian lain.
b. Beton harus terbuat dari semen, agregat, dan air. Bahan tambahan lain yang
akan dipergunakan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis.
2. Lingkup pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua
bangunan yang akan dikerjakan harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk beton SN2. Bahan–bahan (ingredients) harus dalam
proporsi yang menghasilkan beton kental yang mudah dikerjakan yang dapat
dikonsolidasikan sepenuhnya. Air dan semen harus dikontrol untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan.
3. Bahan Untuk Beton.
a. Portland Cement (PC)
Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan beton kualitasnya
memenuhi syarat standard Indonesia NI-8 atau standard lainnya atas
persetujuan ahli.
Penyedia Jasa harus memberi tahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan
dimana semen itu dihasilkan, dan Direksi Teknis senantiasa berhak
memeriksa bahan tersebut.
Penyedia Jasa harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi
Teknis dalam proses pemeriksaan ini. Semen harus disimpan dalam
ruangan yang bebas dari gangguan cuaca/hujan dengan menyusun setinggi
30 cm diatas tanah dengan maksimum tumpukan atau susunan 13 zak.
Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan semen
harus dibuang/tidak boleh digunakan.
b. Agregat
1. Agregat halus (pasir) .
Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh
Penyedia Jasa yang didapat dari sungai atau sumber alam lainnya yang
dapat disetujui oleh Direksi Teknis.
Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis
mengenai sumber alam/quarry, guna mendapatkan persetujuan Direksi
Teknis. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis
contoh pasir yang akan digunakan. Pasir yang digunakan harus bersih,
bebas lumpur, karang serta bahan organik dan bahan - bahan lain yang
dapat merusak mutu beton. Semua pasir yang dipakai untuk campuran
beton adalah pasir yang berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi
Teknis.
2. Agregat kasar (batu pecah).
Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak
mudah pecah.
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10-30
mm, atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu
atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan keras.
c. Air.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak,
asam, bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat
merusak. Bila diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus
menunjukkan sumber air yang digunakan serta disetujui oleh Direksi Teknis.
Pengujian
Kategori
σbk dalam σbm dalam Terhadap
Kelas Mutu Bangunan
Kg / cm² K g / cm² Mutu Kekuatan
( tujuan )
Agregat Tekanan
I B0 - - Non - Ringan Tanpa
Strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K 125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue
K 175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue
K 225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue
III K> >225 >300 Strukturil Ketat Kontinue
225
1. Komposisi/Campuran Beton.
a. Sebelum Pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job
Mix Formula (JMF) sesuai dengan spesifikasi beton yang disyaratkan
Untuk struktur karateristik kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah
K.225.
b. Beton harus dibentuk dari semen Portland, Pasir, kerikil/batu pecah, air
seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam
perbandingan yang telah ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya
sampai kekentalan yang baik/ tepat.
c. Beton kelas II adalah Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175 dan K 225. Pada umum B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu
bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan
pemeriksaan. Pada mutu-mutu K 125, K 175 dan K 225 dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara continue dari
hasil - hasil pemeriksaan benda uji.
d. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II – derajat K 225, dan Penyedia
Jasa harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu oleh Direksi
Teknis, dengan mengkombinasikan ukuran agregat yang proposional,
agar diperoleh sepatutnya.
e. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke
waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
f. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan
ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan
yang tepat, kekedapan, keawetan atau kekuatan yang dikehendaki,
dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
g. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari
campuran yang berlebihan atau pengeringan atau pengeringan yang
tidak dapat diterima sebelum dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan
dibutuhkan keseragaman dalam konsistensi beton dari adukan ke
adukan.
2. Perlengkapan Mengaduk.
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari masing -masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan
cara pengerjaannya harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.
3. Mengaduk.
a. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis tentang beton Kelas I,
Penyedia Jasa harus membuat proporsi ingredient tiap partai beton
dengan teliti menurut berat.
b. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam
mesin pengaduk beton yaitu sesudah semua bahan (kecuali untuk air
dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan
ditambah, apabila mesin pengadukan berkapasitas lebih besar dari 1,5
m3. Direksi Teknis berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil
adukan dengan susunan, kekentalan, dan warna yang merata/ seragam.
Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke
adukan, kecuali bila diminta perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan
mencampur.
Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistesi beton yang dikehendaki
tidak diperkenankan.
4. Suhu.
Suhu beton sewaktu dicor / dituang, tidak boleh lebih dari 32 C dan tidak
kurang dari 4,5 C. Bila suhu beton yang ditaruh berada antara 27 C dan 32
C, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung
dicor.
5. Cetakan.
a. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang- bidang,
batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan seperti pada
gambar-gambar atau seperti ditetapkan Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas desain semua
pekerjaan cetakan. Bahan yang akan dipakai dan desain cetakan harus
disetujui oleh Direksi Teknis sebelum konstruksi cetakan ini dimulai.
Namun, persetujuan demikian tidak melepaskan Penyedia Jasa dari
tanggung jawabnya atas memadainya cetakan itupun tidak melepaskan
tanggung jawab Penyedia Jasa dari perlunya memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang mungkin berkembang atau ternyata selama pemakaian
cetakan itu.
Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang
ternyata rusak dalam bentuk apapun dan Penyedia Jasa harus
membuang cetakan yang ditolak itu dari pekerjaan dan
menggantikannya atas biayanya sendiri.
Gambar-gambar yang menunjukkan desain umum dan dimensi untuk
cetakan bangunan tidak perlu diserahkan kepada Direksi Teknis untuk
persetujuan kecuali Direksi Teknis meminta penyerahan gambar-
gambar itu.
b. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang
dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari
lembaran Polywood / papan kayu yang halus, dalam keadaan baik
sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang
sempurna seperti terperinci disini.
c. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun
juga dari bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian
dapat dibuat dari kayu ataupun dari polywood dan harus dalam segala
hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan harus
memiliki kekuatan dan kekakuan yang tepat pada tempat dan bentuknya
selama pembebanan dan selama berlangsung pekerjaan beton.
d. Semua cetakan yang dibangun harus kuat. Harus tersedia alat-alat dan
usahausaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan
tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai.
e. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya
sehingga dicegah pengembangan atau gerakan selama penuangan
beton. Selama pengecoran pada pilar-pilar beton (concrete piets),
cetakan-cetakan dapat disangga dengan perancah dan penyangga
cetakan harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan
terjadi penurunan cetakan selama pelaksanaan.
f. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan
pada posisinya tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton boleh
dipakai, tetapi jumlahnya harus ditekan serendah mungkin untuk
memantapkan pekerjaan cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan
tudung yang dapat dilepaskan sehingga batang baut itu tinggal tercetak
dalam beton sementara tudung yang dapat dibukakan dapat dikeluarkan
dengan mudah.
Setelah tudung dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih
dan benar dengan adukan semen. Harus dijamin agar warna siar sama
dengan permukaan sekelilingnya kalau kering.
g. Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali
asalkan memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan-cetakan
itu harus dibersihkan sebelum pemakaian kembali dan harus
diperbaharui sebagaimana diperintahkan Direksi Teknis.
h. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau
diperintahkan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus memasukkan
pelat, pengait angker (anchor hooks), klem (brackets) selama pekerjaan
berjalan. Pengait angker dan lain-lain ini harus distel dan ditopang
dengan ketat dan garis serta muka harus disetujui oleh Direksi Teknis
sebelum pembetonan dimulai. Tidak ada tulang beton yang boleh
dipotong untuk memungkinkan fiting dan lain-lain dicetak ke dalam
pekerjaan tanpa persetujuan Direksi Teknis. Beton harus dikerjakan
betul- betul mengelilingi fiting dan lain-lain untuk menjamin ikatan yang
lengkap sehingga tidak ada kebocoran akibat adanya fiting dan lain-lain
itu.
6. Pemasangan Tulangan Beton.
1. Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang
berputar bebas. Pemanasan tulangan beton hanya akan diizinkan atau
disetujui oleh Direksi Teknis. Kecuali dicatat sebaliknya secara khusus
pada gambar, pembengkokan harus mentaati standar yang telah
ditentukan.
Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh diluruskan
atau dibengkokan lagi, dan tidak boleh dipergunakan lagi.
2. Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
1. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang
lurus, tidak kusut, bengkok atau cacat lain. Semua tulangan harus
disediakan dalam panjang penuh yang dicantumkan di Gambar.
Kecuali di mana dicantumkan, tidak diizinkan ada sambungan
batangan kecuali diizinkan oleh Direksi Teknis.
2. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan
dalam Gambar yang selalu harus menjadi pilihan di atas standar
yang telah ditetapkan.
3. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus
disambung paling sedikit 30 mm dan kawat melintang paling sedikit
150 mm.
4. Penyedia Jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di
Gambar dan dalam Spesifikasi, untuk memperoleh kebutuhan yang
tepat atas tulangan beton baja untuk pekerjaan. Penyedia Jasa harus
menyusun sendiri jadwal pembengkokan batangan.
5. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
3. Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.
1. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan
yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak
ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan
ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat- ayat
berikut.
2. Terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan
sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
3. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan
toleransi sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
4. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar
± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di
ujung batang memenuhi yang disyaratkan.
5. Terhadap dudukan batang-batang plat dan dinding ditetapkan
toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
6. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm.
7. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus
beton atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak dipotong
dan tidak boleh digeser tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang
ditentukan di atas.
7. PENANAMAN POHON
Penghijauan merupakan salah satu bagian kegiatan manusia dalam mengolah
lingkungan hidupnya dengan harapan dan tujuan agar tetap tercipta lingkungan
hidup yang tidak meninggalkan sifat-sifat alami yang manusiawi. Penghijauan
dilakukan dengan menanam pohon di sekitar lokasi pekerjaan yang telah dibangun.
Adapun jenis tanaman yg digunakan yaitu jenis tanaman yang rindang dan tingginya
kurang lebih 1 meter serta dengan jarak tanam kurang lebih 10 meter disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
1. Pembuatan Lubang Tanam dan Pemberian Pupuk Dasar.
Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu dibuat lubang berukuran
50x50x50 cm sampai 80x80x80 cm, biasanya menyesuaikan pola akar dari
tanaman yang akan ditanam. setelah itu dimasukan tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 2 : 1.
2. Penanaman.
a. Kurang lebih sepertiga campuran antara tanah dan pupuk kandang atau
kompos tersebut dimasukan ke dalam lubang tanam.
b. Lepaskan tanaman dari potnya atau plastik pembungkus dengan hati-hati,
usahakan akar-akarnya tidak putus
c. Tempatkan tanaman dalam lubang tanam sedemikian sehingga permukaan
bola akar sejajar/rata dengan permukaan tanah dan setelah itu ditimbun
kembali.
d. Pemasangan tiang penopang sebanyak 2 – 4 buah per pohon, di sesuaikan
kebutuhannya. Ujung tiang terbenam pada dasar lubang. Tiang penopang
di ikat dengan batang tanaman kira – kira pada tengah batang.
e. Selesai di tanam segera lakukan penyiraman.
3. Pemeliharaan Pasca Penanaman
Agar tanaman yang baru di tanam dapt tumbuh dengan baik dan terhindar dari
resiko kematian perlu di perhatikan perlakuan tanaman tersebut pasca
penanaman. Pemeliharan yang rutin di lakukan adalah penyiraman dan
pemupukan yang tidak boleh terlupakan dan menjaga agar tanah selalu dalam
kondisi lembab/tidak kering. Pemeliharaan pasca penanaman ini wajib
dilakukan selama kurun waktu 6 bulan.
MARWAN, ST