Anda di halaman 1dari 23

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pembangunan Perkuatan Tebing Sungai Kapuas Ruas Makam


Kesultanan Pontianak Dan Sekitarnya Prov. Kalbar

Tahun anggaran 2022


METODE PELAKSANAAN KERJA

A. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Pengukuran Uitzet, Mobilisasi dan Demobilisasi, ABD.
2. Pekerjaan Persiapan.
3. Pekerjaan Turap Beton.
B. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan terletak di Pembangunan Perkuatan Tebing Sungai Kapuas Ruas
Makam Kesultanan Pontianak Dan Sekitarnya Prov. Kalbar
C. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang digunakan sebagai pedoman adalah jadwal
yang telah disesuaikan dengan tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
2. Pelaksanaan pekerjaan selama 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender
terhitung dari tanggal mulai kerja sesuai Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
D. Peralatan
1. Peralatan yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan dan harus
disediakan Penyedia Jasa, adalah sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
2. Peralatan Pengukuran yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap
dilapangan, antara lain :
a. Waterpass;
b. Theodolite;
c. Rambu;
d. Statip;
e. Meteran panjang 50 m
3. Peralatan Dokumentasi yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dan siap di
lapangan adalah Kamera Digital dan Handy cam. Foto-foto kegiatan lapangan
diserahkan rangkap 3 (tiga) berupa album dan CD.
E. Transportasi
Alat Transportasi yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan siap di lapangan,
antara lain Kendaraan bermotor roda dua. Alat transportasi tersebut harus dalam
keadaan baik (layak pakai).
F. Kantor Sementara dan Kelengkapannya di Lapangan
Kantor dan kelengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Yang harus disiapkan
minimal antara lain:
a. Buku Tamu
b. Buku Direksi
c. Balpoint
d. Kalkulator
e. Spidol 12 warna
f. Gambar Rencana Kerja (ditempel di dinding)
g. Time Schedulle (ditempel di dinding)
h. Gambar Kondisi cuaca tiap hari (diploting setiap hari)
i. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
G. Lokasi Kerja
Apabila lokasi kerja di pinggir jalan raya, perhatikan keselamatan pengguna jalan
dengan memasang rambu-rambu peringatan.

 Uraian Metode Pekerjaan


1. PEKERJAAN PENGUKURAN UITZET DAN AS BUILD DRAWING (ABD)
a. Tujuan
1. Pengukuran Uitzet
Tujuan pengukuran uitzet adalah untuk memproyeksikan di lapangan, baik
posisi maupun elevasi titik-titik yang ada pada desain.
2. As Build Drawing (ABD)
Tujuan pengukuran As Buid Drawing (ABD) adalah untuk memperoleh
data perhitungan volume pekerjaan terpasang atau yang telah dilaksanakan
di lapangan.
b. Peralatan.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran uitzet adalah 1 (satu) set Theodolit
dengan ketelitian menit (T0), 1 (satu) set Automatic Level (Water Pass), Rambu,
Statip dan meteran panjang 50 m dalam kondisi baik.
c. Metoda Pengukuran dan Pematokan.
1. Titik tetap sebagai referensi yang dipergunakan pada saat pengukuran uitzet
adalah BM yang ada disekitar lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknis.
2. Jarak setiap patok kearah memanjang dibuat setiap 10 m' dan patok dibuat
dari kayu ukuran 4/6 cm, ditanam cukup kuat sehingga tidak mudah dicabut,
bagian atas patok diberi nomor patok cat merah atau sesuai petunjuk Direksi
Teknis.
3. Pengukuran uitzet harus dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai atau
setelah menerima SPMK, untuk menentukan elevasi tanah asal serta posisi
elevasi dan dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan.
4. Mencatat titik koordinat, rencana awal bangunan dan akhir bangunan.
5. Apabila menurut Direksi Teknis, keadaan lapangan telah banyak berubah
sejak dilakukan pengukuran tersebut, ataupun hasil pengukuran tersebut
meragukan,
6. maka Direksi Teknis dapat memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk
mengukur ulang sebagian atau seluruhnya.
7. Pelaksanaan pengukuran uitzet diawasi bersama oleh Direksi Teknis.
8. Hasil Pengukuran (gambar) agar diasistensikan kepada Pelaksana Teknis
dan Direksi Teknis.
9. Potongan melintang harus diambil sesuai jarak patok memanjang/ setiap
posisi patok, kecuali ditentukan lain.

d. Penggambaran
1. Semua hasil pengukuran situasi, memanjang dan buku ukur agar
diasistensikan terlebih dahulu kepada Direksi Teknis dan Pelaksana Teknis
untuk kemudian digambar pada kertas ukuran A3.
2. Skala yang Digunakan.
3. Peta Situasi, skala 1 : 1.000.
4. Penampang memanjang, skala horizontal 1 : 1.000 dan vertikal 1 : 100.
Penampang melintang, skala horizontal dan vertikal 1 : 100.
5. Gambar situasi dan memanjang dibuat dalam rangkap 3 (tiga).
6. Dituangkan dalam CD sebanyak 3 (tiga) set.
2. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1. Penyediaan jasa harus mengadakan semua peralatan yang diperlukan serta
tenaga kerja untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan dan
tenaga kerja haruslah sesuai dengan yang diperlukan dan layak pakai dan cukup
terampil untuk tenaga kerja tertentu.
2. Untuk memudahkan dalam mensuplay bahan/material ke lokasi, penyedia jasa
harus membuat jalan masuk menuju lokasi. Jalan masuk diusahakan jangan
menganggu lalulintas umum dan masyarakat sekitar lokasi pekerjaan.
3. Dalam penempatan bahan/material hendaknya diatur sedemikian rupa agar
mudah dalam penggunaannya dan ditempatkan pada daerah yang cukup aman
dan tidak menganggu aktifitas warga sekitarnya.
3. PENGADAAN TIANG PANCANG DAN PENGADAAN TURAP BETON
1. Hasil pabrik yang dapat diterima
Penyedia Jasa harus menyerahkan brosur-brosur dari pabrik yang menghasilkan
tiang pancang dan papan turap beton yang disyaratkan, untuk dipilih dan
disetujui oleh Direksi Teknis.
2. Bahan-bahan tiang pancang dan papan turap beton
Bahan-bahan tiang pancang dan papan turap beton yang akan dipakai pada
pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan berikut :
a. Dimensi/Ukuran-ukuran :
i. Jenis dinding turap beton dan tiang pancang yang dipakai adalah beton
precast/prestress dengan ukuran dan panjang seperti ditunjukkan pada
gambar- gambar struktur.
ii. Kapasitas papan turap beton dan tiang pancang harus memenuhi
syarat.
b. Beton
Mutu beton precast prategang/pabrikasi untuk tiang pancang K 600
sedangkan papan turap beton K 700.
c. Penulangan dan Prestressing Strands :
i. Prestressing strands harus “uncoated, bright seven wire, stress
relieved 270 ksi” sesuai ASTM A-416.
ii. Spiral harus dibentuk dari “cold drawn bright steel wire” sesuai ASTM
A-82 atau Ø 6 mm U-24.
4. PEMBUATAN PERANCAH DAN JEMBATAN ANGKUT MATERIAL
1. Perancah dan jembatan angkut material harus dibuat untuk memudahkan dalam
pengangkutan tiang pancang dan papan turap beton ke titik pemancangan dan
sebagai kedudukan berdirinya alat pancang serta berfungsi sebagai jembatan
angkut material.
2. Perancah dan jembatan angkut material terbuat dari kayu bulat (dolken) Ø 8-10
cm panjang 4 m, dibuat sepanjang rencana turap dengan lebar 6 meter.

5. PEKERJAAN TIANG PANCANG DAN PAPAN TURAP BETON


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Tiang Pancang dan Papan Turap Beton ini harus terdiri dari hal-hal
berikut :
 Penyediaan Tiang Pancang dan Papan Turap dari beton precast
 Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
 Pemancangan Tiang pancang dan Papan Turap Beton
 Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti
yang diminta oleh Direksi Teknis.
 Pemotongan kelebihan panjang dari Tiang pancang atau Papan Turap
beton.
2. Jaminan Mutu
a. Jaminan Pabrik.
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-
bahan harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan.
b. Jaminan Pekerja.
1. Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja
dan pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari
jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai
kapasitas tiang seperti yang diisyaratkan pada berbagai macam kondisi
tanah yang akan dijumpai.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Direksi
Teknis untuk menunjukkan bahwa pekerja, yang akan terlibat dalam
pekerjaan ini berpengalaman untuk demikian.
3. Peralatan Pemancangan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus mengajukan data lengkap
dari peralatan yang akan dipergunakan, jadwal pemancangan dan prosuder
kerja, termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan dipergunakan di
lapangan.
b. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada
bentuknya. Hammer (pemukul) harus dipilih yang sesuai untuk tipe tiang
pancang dan sifat dari kekuatan tiang pancang tersebut.
c. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk menyakinkan apakah
memungkinkan untuk penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan
pemancangan dan percobaan beban.
4. Bahan-bahan lain yang harus disediakan penggunaan bahan-bahan khusus :
Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan tertulis dalam penggunaan
bahan khusus seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan
semua bahan lain yang tidak diisyaratkan disini.
Percobaan-percobaan ataupun biaya tambahan lainnya sehubungan dengan
pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggungjawab
Penyedia Jasa.
5. Persyaratan Lapangan.
a. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memancang tiang pancang/papan
turap beton dengan ukuran dan jumlah seperti diisyaratkan pada posisi
seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi turap, seperti yang telah
disetujui oleh Direksi Teknis.
b. Penyedia Jasa harus didukung oleh tim kerjanya yang dapat dipertanggung
jawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang posisi dan sedikitnya dua
orang memeriksa kelurusan dari setiap papan turap/tiang pancang selama
pemancangan.
c. Papan turap/Tiang harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis.
d. Urutan Pemancang papan turap/ tiang harus sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis.
e. Papan turap/tiang yang rusak atau ditolak, menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa dan harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
f. Dalam hal diperlukan penyambung (follower), maka sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
6. Perubahan dan Penambahan
Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Teknis.
7. Penyerahan
Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus
menyerahkan hal-hal berikut kepada Direksi Teknis.
1. Data Pabrik :
Data produk dari pabrik tentang papan turap/tiang harus diserahkan oleh
Penyedia Jasa untuk disetujui oleh Direksi Teknis.
2. Sertification :
Semua tiang pondasi yang dikirim ke lokasi harus dilengkapi dengan
sertifikat dari pabrik.
3. Gambar Kerja :
Penyedia Jasa harus membuat dan menyerahkan gambar kerja, metoda
konstruksi, jadwal kerja dan daftar perlengkapan kepada Direksi Teknis
untuk mendapat persetujuan.
8. Kondisi Kerja :
1. Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk mencegah kerusakan dari papan turap/tiang pancang pada waktu
pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan.
2. Papan turap/Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana.
3. Papan turap/tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai
sehingga tidak terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari
permukaan. Tumpukan harus ditempatkan pada posisi sesuai dengan
petunjuk (gambar) atau telah disetujui oleh Direksi Teknis yang ditunjuk atau
dalam posisi dimana kemungkinan terjadi tekanan dan deformasi sekecil
mungkin.
4. Pemberian tanda pada papan turap/tiang pancang dicantumkan dengan cat
pada tiap interval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus dicantumkan
dengan cat atau bahan lain yang disetujui Direksi Teknis. Penunjuk panjang
harus diberikan interval setiap 1.0 m.
9. Pelaksanaan
1. Persiapan
 Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa harus
mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling mengganggu.
 Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis. Persetujuan demikian tidak
membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya untuk
pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan,
keterlambatan dan tambahan
 biaya yang disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh
Penyedia Jasa.
 Direksi Teknis yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan
pemancangan dari waktu ke waktu apabila dianggap perlu. Untuk
perubahan demikian tidak ada biaya tambah.
 Pemancangan papan turap/tiang pancang harus dilakukan dalam suatu
operasi yang menerus dan tidak terganggu.
 Penyedia Jasa harus memancang tiap papan turap/tiang pancang tepat
pada koordinat yang telah ditentukan pada dokumen pelaksanaan. Setiap
koordinat papan turap/tiang harus mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan.
 Papan Turap/tiang pancang ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan urutan kerja yang telah direncanakan.
 Penyedia Jasa harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai
untuk menjamin pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama
pemancangan.
 Penyedia Jasa harus mencegah pergeseran/pergerakkan dari tiang yang
sudah terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun
karena fasilitas- fasilitas lainnya.
 Penyedia Jasa tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk
memindahkan atau membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi
sebenarnya baik pada waktu maupun setelah pemancangan.
10. Pemancang Tiang/Papan Turap
a. Alat pukul (Hammer) dan penghentian pemancang tiang.
 Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul dari jenis diesel
(diesel hammer type). Dalam pemilihan “driving diesel hammer”
haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang. “Hammer”
harus mempunyai persyaratan minimum : berat ram 3.500 kg. Atau
disesuaikan dengan kemampuan papan turap/tiang pancang.
 Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang
ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui
Direksi Teknis.
 Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat pada
garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal seperti
ditunjukkan dengan gambar.
 Tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus
dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada
tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa
untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Teknis.
b. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat pemancangan tiang
didekatnya (heave check).
Lakukan suatu “heave check” pada pemancangan kelompok tiang yang
pertama dan pada kelompok yang dipilih seperti ditunjukkan pada gambar.
 Periksa “heave” dengan mengukur panjang dan dengan mencatat
elevasi pada masing-masing tiang segera setelah selesai
pemancangan
 Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada
suatu kelompok selesai dipancang.
c. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Tiang-tiang harus harus dipasang sampai mencapai “final set” yang diijinkan
oleh Direksi Teknis. Pengukuran langsung dari set dan rebound harus
memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang
disyaratkan.
d. Posisi-posisi tiang.
Posisi-posisi tiang dan ketidak lurusan harus didata oleh Penyedia Jasa dan
diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu berlangsungnya
pekerjaan dan persetujuan akhir diberikan oleh Direksi Teknis dalam waktu
tiga hari sesudah tiang yang terakhir selesai dipancang. Sampai persetujuan
tersebut diberikan, tak ada perlengkapan yang boleh dipindahkan kecuali
atas resiko Penyedia Jasa sendiri.
e. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat
Apabila suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh
sebab lain atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban,
Penyedia Jasa diisyaratkan untuk mengadakan penambahan tiang pada
posisi yang ditentukan oleh Direksi Teknis sedemikian sehingga akhirnya
dihasilkan daya dukung yang sama.
f. Kepala tiang.
 Setelah pemancangan selesai dilaksanakan Penyedia Jasa wajib untuk
memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian rupa sehingga
panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40
diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke-pur (pile
cap). Setelah pemancangan selesai, Penyedia Jasa harus segera
melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang
secara detail dan akurat serta membandingkan dengan posisi yang
dicantumkan pada gambar denah tiang.
 Penyedia Jasa harus menyediakan pengawas dilapangan untuk
pekerjaan tersebut.
1. Stek tulangan tiang setelah pemotongan kepala tiang (panjang
minimum 40 diameter) harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.
2. Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat
3. Batas pemotongan kepala tiang harus dapat sesuai dengan
petunjuk/gambar.
g. Sambungan tiang dan pengelasan :
 Penyedia Jasa atau Pabrik pembuat tiang harus menyerahkan sistim
sambungan tiang untuk disetujui Direksi Teknis sebelum pemasangan di
lapangan.
 Detail dari sambungan harus terdiri dari :
Sistim sambungan yang aka dipakai
 Detail pengelasan dan mutu dari bahan pengelasan
 Prosedur pengelasan
 Kualifikasi/kecakapan tukang las
11. Pemancang Papan Turap Beton
1. Vibro Hammer Generator dan penghentian pemancang papan turap
• Papan-papan turap harus dipancang sampai mencapai kedalaman
yang ditunjukkan didalam gambar struktur atau dengan final set yang
disetujui Direksi Teknis.
• Papan-papan turap harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang
tepat pada garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal
seperti ditunjukkan dengan gambar.
• Papan-papan turap harus diarahkan selama pemancangan dan bila
perlu harus dibantu/diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar.
Apabila ada papan yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak
boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan
persetujuan tertulis dari Direksi Teknis.
2. Penilaian dari kapasitas daya dukung.
Papan-papan turap harus harus dipasang sampai mencapai “final set” yang
diijinkan oleh Direksi Teknis. Pengukuran langsung harus memberikan
kapasitas papan turap yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan.
3. Posisi-posisi papan turap beton.
Posisi-posisi papan turap beton dan ketidak lurusan harus didata oleh
Penyedia Jasa dan diserahkan kepada pengawas yang ditunjuk pada waktu
berlangsungnya pekerjaan dan persetujuan akhir diberikan oleh Direksi
Teknis dalam waktu tiga hari sesudah papan turap yang terakhir selesai
dipancang. Sampai persetujuan tersebut diberikan, tak ada perlengkapan
yang boleh dipindahkan kecuali atas resiko Penyedia Jasa sendiri.
4. Papan-papan turap yang rusak atau salah tempat
Apabila suatu papan turap rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau
oleh sebab lain atau salah letak atau gagal pada waktu percobaan beban,
Penyedia Jasa diisyaratkan untuk mengadakan penambahan papan turap
pada posisi yang ditentukan oleh Direksi Teknis sedemikian sehingga
akhirnya dihasilkan daya dukung yang sama.
5. Kepala Papan Turap.
• Setelah pemancangan selesai, Penyedia Jasa harus segera
melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi
papan turap secara detail dan akurat serta membandingkan dengan
posisi yang dicantumkan pada gambar denah papan turap.
• Penyedia Jasa harus menyediakan pengawas dilapangan untuk
pekerjaan tersebut.
• Kepala papan turap setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat
kawat Batas pemotongan kepala papan turap harus dapat sesuai
dengan petunjuk/gambar.
12. Pembobokan Tiang Pancang dan Papan Turap
Pekerjaan pembobokan meliputi pembobokan tiang pancang dan papan turap
dengan ukuran dan ketentuan sampai terlihat tulangan untuk kemudian
disambung, sesuai dengan gambar dan petunjuk dan persetujuan Direksi
13. Pembersihan
Penyedia Jasa harus memindahkan dan membongkar semua puing, tanah,
kelebihan beton, keluar dari lokasi pekerjaan seperti ditunjukkan oleh Direksi
Teknis tanpa biaya tambahan.

6. PEKERJAAN BETON
1. Persyaratan Umum
a. Semua pekerjaan beton harus memenuhi Peraturan Beton Indonesia,
kecuali telah ditetapkan pada bagian lain.
b. Beton harus terbuat dari semen, agregat, dan air. Bahan tambahan lain yang
akan dipergunakan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis.
2. Lingkup pekerjaan
Semua konstruksi beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua
bangunan yang akan dikerjakan harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk beton SN2. Bahan–bahan (ingredients) harus dalam
proporsi yang menghasilkan beton kental yang mudah dikerjakan yang dapat
dikonsolidasikan sepenuhnya. Air dan semen harus dikontrol untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan.
3. Bahan Untuk Beton.
a. Portland Cement (PC)
Portland Cement (PC) yang digunakan dalam pekerjaan beton kualitasnya
memenuhi syarat standard Indonesia NI-8 atau standard lainnya atas
persetujuan ahli.
Penyedia Jasa harus memberi tahukan kepada Direksi Teknis, kapan dan
dimana semen itu dihasilkan, dan Direksi Teknis senantiasa berhak
memeriksa bahan tersebut.
Penyedia Jasa harus bersedia untuk memberi bantuan kepada Direksi
Teknis dalam proses pemeriksaan ini. Semen harus disimpan dalam
ruangan yang bebas dari gangguan cuaca/hujan dengan menyusun setinggi
30 cm diatas tanah dengan maksimum tumpukan atau susunan 13 zak.
Setelah lebih dari 90 hari sejak tanggal pengiriman ke lapangan semen
harus dibuang/tidak boleh digunakan.
b. Agregat
1. Agregat halus (pasir) .
Agregat halus adalah pasir alam yaitu pasir yang harus disediakan oleh
Penyedia Jasa yang didapat dari sungai atau sumber alam lainnya yang
dapat disetujui oleh Direksi Teknis.
Penyedia Jasa memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Teknis
mengenai sumber alam/quarry, guna mendapatkan persetujuan Direksi
Teknis. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis
contoh pasir yang akan digunakan. Pasir yang digunakan harus bersih,
bebas lumpur, karang serta bahan organik dan bahan - bahan lain yang
dapat merusak mutu beton. Semua pasir yang dipakai untuk campuran
beton adalah pasir yang berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi
Teknis.
2. Agregat kasar (batu pecah).
Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus dan tidak
mudah pecah.
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butiran antara 10-30
mm, atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
Batu yang digunakan adalah batu pecah yang berasal dari gunung batu
atau dari batu besar yang bermutu kwarsa dan keras.
c. Air.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bebas dari lumpur, minyak,
asam, bahan organik, garam dan kotoran lain dalam jumlah yang dapat
merusak. Bila diperlukan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus
menunjukkan sumber air yang digunakan serta disetujui oleh Direksi Teknis.

d. Bahan Pembantu ( Additif )


Untuk memperbaiki mutu beton, sifat pengerjaan,waktu pengikatan, dan
mempercepat pengerasan, dapat dipakai bahan pembantu yang jenis dan
jumlah bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Teknis. Manfaat dari baha pembantu dapat dibuktikan dengan hasil
percobaan dan selama bahan pembantu ini dipergunakan harus diawasi
dengan cermat terhadap pemakaiannya.
e. Besi
Semua besi untuk penulangan beton, adalah baja tulangan yang mempunyai
mutu dan ukuran disesuaikan dengan gambar rencana.
4. Kelas dan Mutu Beton.
Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standard Nasional Indonesia
(SNI - 2) menurut tabel di bawah ini :

Pengujian
Kategori
σbk dalam σbm dalam Terhadap
Kelas Mutu Bangunan
Kg / cm² K g / cm² Mutu Kekuatan
( tujuan )
Agregat Tekanan
I B0 - - Non - Ringan Tanpa
Strukturil
II B1 - - Strukturil Sedang Tanpa
K 125 125 200 Strukturil Ketat Kontinue
K 175 175 250 Strukturil Ketat Kontinue
K 225 225 300 Strukturil Ketat Kontinue
III K> >225 >300 Strukturil Ketat Kontinue
225

1. Komposisi/Campuran Beton.
a. Sebelum Pekerjaan beton dilaksanakan diwajibkan untuk membuat Job
Mix Formula (JMF) sesuai dengan spesifikasi beton yang disyaratkan
Untuk struktur karateristik kekuatan tekanan yang disyaratkan adalah
K.225.
b. Beton harus dibentuk dari semen Portland, Pasir, kerikil/batu pecah, air
seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam
perbandingan yang telah ditentukan/serasi dan diolah sebaik-baiknya
sampai kekentalan yang baik/ tepat.
c. Beton kelas II adalah Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175 dan K 225. Pada umum B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu
bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan
pemeriksaan. Pada mutu-mutu K 125, K 175 dan K 225 dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara continue dari
hasil - hasil pemeriksaan benda uji.
d. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II – derajat K 225, dan Penyedia
Jasa harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu oleh Direksi
Teknis, dengan mengkombinasikan ukuran agregat yang proposional,
agar diperoleh sepatutnya.
e. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke
waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
f. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan
ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan
yang tepat, kekedapan, keawetan atau kekuatan yang dikehendaki,
dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
g. Penambahan air untuk mengganti kekakuan beton sebagai akibat dari
campuran yang berlebihan atau pengeringan atau pengeringan yang
tidak dapat diterima sebelum dipasang, tidak akan dibolehkan. Akan
dibutuhkan keseragaman dalam konsistensi beton dari adukan ke
adukan.
2. Perlengkapan Mengaduk.
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari masing -masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan tersebut dan
cara pengerjaannya harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis.
3. Mengaduk.
a. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Teknis tentang beton Kelas I,
Penyedia Jasa harus membuat proporsi ingredient tiap partai beton
dengan teliti menurut berat.
b. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam
mesin pengaduk beton yaitu sesudah semua bahan (kecuali untuk air
dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan
ditambah, apabila mesin pengadukan berkapasitas lebih besar dari 1,5
m3. Direksi Teknis berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil
adukan dengan susunan, kekentalan, dan warna yang merata/ seragam.
Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke
adukan, kecuali bila diminta perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan
mencampur.
Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistesi beton yang dikehendaki
tidak diperkenankan.
4. Suhu.
Suhu beton sewaktu dicor / dituang, tidak boleh lebih dari 32 C dan tidak
kurang dari 4,5 C. Bila suhu beton yang ditaruh berada antara 27 C dan 32
C, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung
dicor.
5. Cetakan.
a. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang- bidang,
batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan seperti pada
gambar-gambar atau seperti ditetapkan Direksi Teknis.
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab sendiri atas desain semua
pekerjaan cetakan. Bahan yang akan dipakai dan desain cetakan harus
disetujui oleh Direksi Teknis sebelum konstruksi cetakan ini dimulai.
Namun, persetujuan demikian tidak melepaskan Penyedia Jasa dari
tanggung jawabnya atas memadainya cetakan itupun tidak melepaskan
tanggung jawab Penyedia Jasa dari perlunya memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang mungkin berkembang atau ternyata selama pemakaian
cetakan itu.
Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat menolak tiap bagian cetakan yang
ternyata rusak dalam bentuk apapun dan Penyedia Jasa harus
membuang cetakan yang ditolak itu dari pekerjaan dan
menggantikannya atas biayanya sendiri.
Gambar-gambar yang menunjukkan desain umum dan dimensi untuk
cetakan bangunan tidak perlu diserahkan kepada Direksi Teknis untuk
persetujuan kecuali Direksi Teknis meminta penyerahan gambar-
gambar itu.
b. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang
dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari
lembaran Polywood / papan kayu yang halus, dalam keadaan baik
sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang
sempurna seperti terperinci disini.
c. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki, dimanapun
juga dari bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian
dapat dibuat dari kayu ataupun dari polywood dan harus dalam segala
hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan harus
memiliki kekuatan dan kekakuan yang tepat pada tempat dan bentuknya
selama pembebanan dan selama berlangsung pekerjaan beton.
d. Semua cetakan yang dibangun harus kuat. Harus tersedia alat-alat dan
usahausaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan
tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai.
e. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya
sehingga dicegah pengembangan atau gerakan selama penuangan
beton. Selama pengecoran pada pilar-pilar beton (concrete piets),
cetakan-cetakan dapat disangga dengan perancah dan penyangga
cetakan harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan
terjadi penurunan cetakan selama pelaksanaan.
f. Pemakaian kawat yang menembus beton untuk memantapkan cetakan
pada posisinya tidak diperbolehkan. Baut yang menembus beton boleh
dipakai, tetapi jumlahnya harus ditekan serendah mungkin untuk
memantapkan pekerjaan cetakan.
Diameter baut tidak boleh kurang dari 12 mm dan dari jenis dengan
tudung yang dapat dilepaskan sehingga batang baut itu tinggal tercetak
dalam beton sementara tudung yang dapat dibukakan dapat dikeluarkan
dengan mudah.
Setelah tudung dilepaskan, lubang-lubang harus disiar dengan rapih
dan benar dengan adukan semen. Harus dijamin agar warna siar sama
dengan permukaan sekelilingnya kalau kering.
g. Cetakan yang masih baik, tidak melengkung boleh dipakai kembali
asalkan memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. Cetakan-cetakan
itu harus dibersihkan sebelum pemakaian kembali dan harus
diperbaharui sebagaimana diperintahkan Direksi Teknis.
h. Dimana ditunjukkan pada gambar, atau kalau sebaliknya diminta atau
diperintahkan oleh Direksi Teknis, Penyedia Jasa harus memasukkan
pelat, pengait angker (anchor hooks), klem (brackets) selama pekerjaan
berjalan. Pengait angker dan lain-lain ini harus distel dan ditopang
dengan ketat dan garis serta muka harus disetujui oleh Direksi Teknis
sebelum pembetonan dimulai. Tidak ada tulang beton yang boleh
dipotong untuk memungkinkan fiting dan lain-lain dicetak ke dalam
pekerjaan tanpa persetujuan Direksi Teknis. Beton harus dikerjakan
betul- betul mengelilingi fiting dan lain-lain untuk menjamin ikatan yang
lengkap sehingga tidak ada kebocoran akibat adanya fiting dan lain-lain
itu.
6. Pemasangan Tulangan Beton.
1. Pembengkokan Tulangan.
Semua bengkokan harus dibuat dengan melalui penggulung yang
berputar bebas. Pemanasan tulangan beton hanya akan diizinkan atau
disetujui oleh Direksi Teknis. Kecuali dicatat sebaliknya secara khusus
pada gambar, pembengkokan harus mentaati standar yang telah
ditentukan.
Batang-batang tulangan yang salah dibengkokan tidak boleh diluruskan
atau dibengkokan lagi, dan tidak boleh dipergunakan lagi.
2. Toleransi Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
1. Tulangan beton baja harus dipotong dari batangan-batangan yang
lurus, tidak kusut, bengkok atau cacat lain. Semua tulangan harus
disediakan dalam panjang penuh yang dicantumkan di Gambar.
Kecuali di mana dicantumkan, tidak diizinkan ada sambungan
batangan kecuali diizinkan oleh Direksi Teknis.
2. Sambungan tidak boleh kurang dari panjang yang dicantumkan
dalam Gambar yang selalu harus menjadi pilihan di atas standar
yang telah ditetapkan.
3. Kawat utama lembar tulangan beton dari anyaman baja harus
disambung paling sedikit 30 mm dan kawat melintang paling sedikit
150 mm.
4. Penyedia Jasa harus mengetahui informasi yang diberikan di
Gambar dan dalam Spesifikasi, untuk memperoleh kebutuhan yang
tepat atas tulangan beton baja untuk pekerjaan. Penyedia Jasa harus
menyusun sendiri jadwal pembengkokan batangan.
5. Penjelasan tulang beton baja lunak membutuhkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
3. Toleransi Pada Pemasangan Tulangan.
1. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan
yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak
ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan
ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat- ayat
berikut.
2. Terhadap dudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan
sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
3. Terhadap kedudukan bengkokan di arah memanjang ditetapkan
toleransi sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
4. Terhadap kedudukan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar
± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di
ujung batang memenuhi yang disyaratkan.
5. Terhadap dudukan batang-batang plat dan dinding ditetapkan
toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm.
6. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan
ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm.
7. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncanakan menembus
beton atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak dipotong
dan tidak boleh digeser tempatnya lebih jauh daripada toleransi yang
ditentukan di atas.
7. PENANAMAN POHON
Penghijauan merupakan salah satu bagian kegiatan manusia dalam mengolah
lingkungan hidupnya dengan harapan dan tujuan agar tetap tercipta lingkungan
hidup yang tidak meninggalkan sifat-sifat alami yang manusiawi. Penghijauan
dilakukan dengan menanam pohon di sekitar lokasi pekerjaan yang telah dibangun.
Adapun jenis tanaman yg digunakan yaitu jenis tanaman yang rindang dan tingginya
kurang lebih 1 meter serta dengan jarak tanam kurang lebih 10 meter disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
1. Pembuatan Lubang Tanam dan Pemberian Pupuk Dasar.
Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu dibuat lubang berukuran
50x50x50 cm sampai 80x80x80 cm, biasanya menyesuaikan pola akar dari
tanaman yang akan ditanam. setelah itu dimasukan tanah yang telah dicampur
dengan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 2 : 1.
2. Penanaman.
a. Kurang lebih sepertiga campuran antara tanah dan pupuk kandang atau
kompos tersebut dimasukan ke dalam lubang tanam.
b. Lepaskan tanaman dari potnya atau plastik pembungkus dengan hati-hati,
usahakan akar-akarnya tidak putus
c. Tempatkan tanaman dalam lubang tanam sedemikian sehingga permukaan
bola akar sejajar/rata dengan permukaan tanah dan setelah itu ditimbun
kembali.
d. Pemasangan tiang penopang sebanyak 2 – 4 buah per pohon, di sesuaikan
kebutuhannya. Ujung tiang terbenam pada dasar lubang. Tiang penopang
di ikat dengan batang tanaman kira – kira pada tengah batang.
e. Selesai di tanam segera lakukan penyiraman.
3. Pemeliharaan Pasca Penanaman
Agar tanaman yang baru di tanam dapt tumbuh dengan baik dan terhindar dari
resiko kematian perlu di perhatikan perlakuan tanaman tersebut pasca
penanaman. Pemeliharan yang rutin di lakukan adalah penyiraman dan
pemupukan yang tidak boleh terlupakan dan menjaga agar tanah selalu dalam
kondisi lembab/tidak kering. Pemeliharaan pasca penanaman ini wajib
dilakukan selama kurun waktu 6 bulan.

Pontianak, 04 Maret 2022


PT. ANUGRAH PUTRAWANSA

MARWAN, ST

Anda mungkin juga menyukai