Anda di halaman 1dari 3

1.

Pada kasus child sexual abuse ini berarti kan dari anak itu sendiri harus mengerti
tentang hal yg sangat sensitive ini seperti, apa itu sex, apa hal buruk dan bagaimana
cara untuk menghindarinya nah, Pada usia berapa sebaiknya orangtua mulai
mengenalkan/mengajarkan tentang seks pada anak? Dan bagaimana cara memulainya?

Memperkenalkan seks pada anak dapat dimulai sejak anak menunjukkan


ketertarikan untuk mempelajari anggota tubuh. Saat anak-anak mulai belajar tentang anggota
tubuh, seperti mata, telinga, hidung, tangan, kaki, perut, punggung, dll., saat itu juga orangtua
mulai mengenalkan penis dan vagina. Mengenalkan penis dan vagina adalah tahapan pertama
memperkenalkan seks pada anak. Perkenalkanlah bahwa penis dan vagina adalah bagian dari
tubuhnya. Mulailah dari bagian tubuh yang tangible atau terlihat sebelum mulai masuk ke
sistem tubuh yang tidak terlihat, seperti sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi.
Mulai dari mengenal anggota tubuh, anak akan mulai memahami bahwa ada perbedaan antara
penis dan vagina. Kemudian berlanjut ke pemahaman fungsi yang paling dekat, seperti laki-
laki buang air kecil melalui penis, sementara perempuan melalui vagina.

Intinya, komunikasi tidak tiba-tiba bisa lancar begitu saja, apalagi untuk topik sensitif. Jadi,
hal yang penting bagi orangtua untuk membangun pola komunikasi yang baik dengan anak,
sejak awal, sedini mungkin, untuk topik-topik yang lebih umum.
Jangan ada communication blocker, seperti nasihat, perintah, interogasi, mengabaikan
perasaan, sarkasme, atau mengalihkan pembicaraan.Jenis communication blocker tersebut
biasanya membuat anak tidak ingin berkomunikasi dengan kita.
Jika anak bertanya seputar topik sensitif, hal yang perlu diingat orangtua:

1. Cek maksud pertanyaan anak dan tingkat pemahamannya.


2. Gunakan istilah yang benar.
3. Cek juga, ini pertanyaan dia atau temannya.
4. Sambungkan dengan nilai keluarga dan agama agar anak tahu batasan-batasannya.
2. Ketika anaak masih sangat kecil, mental anak pasti belum terbentuk, diibaratkan
seperti dia terluka pasti mempunyai bekas. Yang saya tanyakan adalah Apa dampak
psikologis dari pelecehan seksual pada anak itu sendiri ?
Dalam jangka pendek, bukan hal yang aneh bagi seorang anak untuk mengembangkan
beberapa reaksi stres pasca-trauma yang akan merespons pengobatan. Yang lain terutama
mereka yang telah menderita banyak trauma dan menerima sedikit dukungan orang tua dapat
mengembangkan gangguan stres pasca-trauma, depresi, dan kecemasan. Kemampuan mereka
untuk mempercayai orang dewasa untuk merawat mereka juga dapat terancam. Sayangnya,
ketika anak-anak tidak mengungkapkan pelecehan seksual dan / atau tidak menerima
konseling yang efektif, mereka dapat menderita kesulitan lama di masa depan. Seperti yang
diungkapkan oleh seorang anak, "Pelecehan itu seperti bumerang. Jika kamu tidak
menghadapinya, itu bisa kembali untuk menyakitimu." Di sisi lain, anak-anak yang mendapat
dukungan dari pengasuh yang pengertian dan pengobatan yang efektif dapat pulih tanpa efek
jangka panjang.

Tiga jenis gejala terjadi dengan reaksi stres pasca-trauma: Hiperarousal berarti bahwa anak
gugup dan gelisah, memiliki respons mengejutkan yang meningkat, dan dapat bereaksi lebih
kuat terhadap situasi yang menghasilkan kecemasan. Reexperiencing berarti bahwa anak
dapat terus melihat gambaran mental yang terkait dengan pelecehan, atau menghidupkan
kembali beberapa aspek dari pengalaman tersebut, baik saat terjaga atau saat tidur dalam
bentuk mimpi buruk. Seorang anak mungkin memiliki gangguan tidur lain, seperti insomnia
atau sering terbangun. Anak-anak yang lebih kecil lebih cenderung memiliki ketakutan atau
mimpi buruk umum tentang hal-hal menakutkan lainnya, seperti monster yang mengejar
mereka. Dengan anak yang lebih besar, mimpi buruk lebih cenderung berhubungan langsung
dengan trauma. Reexperiencing juga mencakup reaksi terhadap pengingat traumatis: hal apa
pun, orang, peristiwa, penglihatan, penciuman, dll., Yang terkait dengan pelecehan. Misalnya,
jika pelaku memiliki janggut, anak itu mungkin mulai merasa takut dan tidak nyaman,
biasanya tanpa mengetahui alasannya, di sekitar pria mana pun yang berjanggut. Bahkan
disentuh oleh orang lain bisa menjadi pengingat traumatis. Penghindaran berarti bahwa
seorang anak menghindari paparan pengingat traumatis, dan kadang-kadang menghindari
memikirkan pelecehan sama sekali. Jadi, misalnya, jika pelecehan terjadi di ruang bawah
tanah, anak dapat menghindari pergi ke ruang bawah tanah mana pun. Reaksi terhadap dan
penghindaran, pengingat traumatis dapat menjadi umum. Seorang anak dapat mulai dengan
rasa takut akan satu ruang bawah tanah tertentu yang menggeneralisasi reaksi terhadap dan
menghindari semua ruang bawah tanah, dan dari itu ke ruangan mana pun yang dengan cara
apa pun menyerupai ruang bawah tanah. Penghindaran dapat secara serius membatasi
aktivitas anak dan ini merupakan suatu alasan penting untuk mencari bantuan sejak dini.
Untuk pergi ke konselor ataupun psikologi untuk pengobatan pascatrauma tersebut.

Anda mungkin juga menyukai