Pada kasus child sexual abuse ini berarti kan dari anak itu sendiri harus mengerti
tentang hal yg sangat sensitive ini seperti, apa itu sex, apa hal buruk dan bagaimana
cara untuk menghindarinya nah, Pada usia berapa sebaiknya orangtua mulai
mengenalkan/mengajarkan tentang seks pada anak? Dan bagaimana cara memulainya?
Intinya, komunikasi tidak tiba-tiba bisa lancar begitu saja, apalagi untuk topik sensitif. Jadi,
hal yang penting bagi orangtua untuk membangun pola komunikasi yang baik dengan anak,
sejak awal, sedini mungkin, untuk topik-topik yang lebih umum.
Jangan ada communication blocker, seperti nasihat, perintah, interogasi, mengabaikan
perasaan, sarkasme, atau mengalihkan pembicaraan.Jenis communication blocker tersebut
biasanya membuat anak tidak ingin berkomunikasi dengan kita.
Jika anak bertanya seputar topik sensitif, hal yang perlu diingat orangtua:
Tiga jenis gejala terjadi dengan reaksi stres pasca-trauma: Hiperarousal berarti bahwa anak
gugup dan gelisah, memiliki respons mengejutkan yang meningkat, dan dapat bereaksi lebih
kuat terhadap situasi yang menghasilkan kecemasan. Reexperiencing berarti bahwa anak
dapat terus melihat gambaran mental yang terkait dengan pelecehan, atau menghidupkan
kembali beberapa aspek dari pengalaman tersebut, baik saat terjaga atau saat tidur dalam
bentuk mimpi buruk. Seorang anak mungkin memiliki gangguan tidur lain, seperti insomnia
atau sering terbangun. Anak-anak yang lebih kecil lebih cenderung memiliki ketakutan atau
mimpi buruk umum tentang hal-hal menakutkan lainnya, seperti monster yang mengejar
mereka. Dengan anak yang lebih besar, mimpi buruk lebih cenderung berhubungan langsung
dengan trauma. Reexperiencing juga mencakup reaksi terhadap pengingat traumatis: hal apa
pun, orang, peristiwa, penglihatan, penciuman, dll., Yang terkait dengan pelecehan. Misalnya,
jika pelaku memiliki janggut, anak itu mungkin mulai merasa takut dan tidak nyaman,
biasanya tanpa mengetahui alasannya, di sekitar pria mana pun yang berjanggut. Bahkan
disentuh oleh orang lain bisa menjadi pengingat traumatis. Penghindaran berarti bahwa
seorang anak menghindari paparan pengingat traumatis, dan kadang-kadang menghindari
memikirkan pelecehan sama sekali. Jadi, misalnya, jika pelecehan terjadi di ruang bawah
tanah, anak dapat menghindari pergi ke ruang bawah tanah mana pun. Reaksi terhadap dan
penghindaran, pengingat traumatis dapat menjadi umum. Seorang anak dapat mulai dengan
rasa takut akan satu ruang bawah tanah tertentu yang menggeneralisasi reaksi terhadap dan
menghindari semua ruang bawah tanah, dan dari itu ke ruangan mana pun yang dengan cara
apa pun menyerupai ruang bawah tanah. Penghindaran dapat secara serius membatasi
aktivitas anak dan ini merupakan suatu alasan penting untuk mencari bantuan sejak dini.
Untuk pergi ke konselor ataupun psikologi untuk pengobatan pascatrauma tersebut.