Anda di halaman 1dari 7

Tugas I Praktikum Ilmu Perundang-Undangan

Ahmad Khaidar Zufikar

Jundullah

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN


PERUNDANGUNDANGAN TENTANG LARANGAN PROSTITUSI DI
KABUPATEN SIDOARJO

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi yang terjadi pada zaman sekarang ini, secara


signifikan merubah semua tatanan hidup dan budaya yang
dahulunya telah berlaku, khususnya Indonesia ini yang pada
awalnya seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sangat
kental dengan budaya Timur yang sopan santunya masih
sangat kental. Dengan semakin berubahnya tatanan hidup,
maka semakin berubah pula gaya hidup masyarakat yang
semakin modern dan konsumtif. Salah satu masalah yang
akan timbul adalah kemiskinan yang terjadi dengan berbagai
faktor yang melatarbelakanginya. Hal ini menyebabkan
perubahan moral yang signifikan dan meningkatnya
permasalahan sosial yang timbul, diantaranya permasalahan
pelacuran atau yang disebut prostitusi.

Prostitusi merupakan suatu peristiwa penjualan diri,


kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang dengan
memuaskan nafsu seks untuk mendapatkan imbalan. Dimana
para Pekerja Seks Komersial (PSK) menjalani profesi ini adalah
tidak bukan karena permasalahan ekonomi yang di hadapinya.
Dengan kurangnya keterampilan dan pendidikan yang rendah
menyebabkan para perempuan kesulitan untuk memperoleh
pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup.

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu


pekerjaan dimana seseorang menjual dirinya dengan
melakukan hubungan seksual untuk memuaskan kebutuhan
seksual pelanggannya yang dilakukan di luar ikatan
pernikahan dan akan mendapatkan imbalan atas jasa
tersebut. PSK dinilai kurang beradab kerena perilakunya
melanggar norma, adat, dan agama serta dapat menyebarkan
penyakit menular seksual. Kegiatan yang dilakukan oleh para
PSK dapat meresahkan kehidupan masyarakat, selain itu juga
dapat menimbulkan dampak yang tidak baik untuk anak-anak
yang hidup disekitar lokasi tempat prostitusi.

Prostitusi sesudah Indonesia merdeka, sebagai akibat


dari peperangan yang berlangsung lama, dan juga demoralisasi
yang dibawa, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi yang
sukar, dan peraturan yang tidak menentu, pelacuran
merajalela di hampir setiap wilayah Ibu Kota Provinsi dan
bahkan terdapat dibeberapa Kota Kecamatan menampung
ratusan Wanita Tuna Susila (WTS) baik yang diatur oleh
pemerintah daerah, maupun yang setengah resmi liar dapat
kita jumpai dibeberapa kita di Indonesia.

Berdasarkan pada aktivitasnya prostitusi di Indonesia


dapat dibedakan menjadi dua (2), yaitu :

a. Prostitusi yang terdaftar, yaitu prostitusi yang mana


pelakunya diawasi oleh bagian vice control dari kepolisian
yang dibantu dan bekerjasama dengan Jawatan Sosial dan
Jawatan Kesehatan. Pada umumnya mereka dilokalisisr
dalam suatu daerah tertentu.

b. Prostitusi yang tidak terdaftar, termasuk dalam kelompok


ini adalah mereka yang melakukan prostitusi secara
gelapgelapan dan liar, baik secara perorangan maupun
dalam kelompok. Yang mana pada umumnya perbuatan
dan tempatnya tidak terorganisir yaitu bisa dilakukan oleh
siapa saja dan dimana saja.
Indonesia sendiri, Negara yang memiliki landasan dasar
pancasila sebagai dasar Negara yang menjunjung tinggi
nilainilai luhur Pancasila yaitu sila Ketuhanan Yang Maha ESA
dan Kemanusian Yang Adil dan beradab maka dengan adanya
prostitusi yang marak di indonesia telah bertentangan dengan
pancasila.

Pengaturan megenai masalah prostitusi terdapat pada


Kitab Undang-Undang Pidana yaitu pasal 296 KUHP “barang
siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan
perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain dan
menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp 1.000 (Seribu) rupiah”
dan pasal 506 KUHP “barang siapa menarik keuntungan dari
perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikan sebagai
pencarian, diancam dengan kurungan paling lama 1 (satu)
tahun.1 Selain pasal pada KUHP pengaturan mengenai
prostitusi juga diatur dalam berbagai peraturan
perundangundangan lainnya.

1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Menurut data Kementerian Sosial (Kemensos) pada
tahun 2012 mencatat bahwa terdapat 161 lokalisasi prostitusi
di Indonesia. Dalam penyebarannya terdapat 19 provinsi yang
memiliki lokalisasi prostitusi. Dari 19 provinsi tersebut Jawa
Timur menempati rangking tertinggi dalam jumlah lokalisasi
prostitusi dengan 53 tempat yang tersebar di 16
kabupaten/kota. Sedangkan untuk daerah-daerah lainnya
jumlah lokalisasi prostitusi sangat bervariasi, yaitu mulai satu
tempat lokalisasi hingga belasan. 2 Sedangkan di Kabupaten
Sidoarjo terdapat banyak penungungkapan kasus oleh
kepolisian setempat terkait tempat atau lokasi yang terbukti
telab menjalankan bisnis prostitusi

Dengan adanya Keberadaan lokalisasi di beberapa


wilayah di Kabupaten Sidoarjo, walaupun ada berapa
lokalisasi yang sudah di tutup akan memunculkan berbagai
dinamika dalam kehidupan sosial di wilayah sekitar
lokalisasi tersebut. Oleh karena itu maka keberadaan
lokalisasi ini harus diperhatikan oleh pemerintah yang
berkewajiban untuk membubarkan lokalisasi prostitusi di
seluruh wilayah di Kabupaten Sidoarjo.

Dengan merajuk pada uraian masalah di atas, maka


perlu adanya Peraturan Dadrah (Perda) yang dapat
mengatur tentang penutupan atau larangan mengenai
lokalisasi prostitusi di Kabupaten Sidoarjo. Isi Peraturan
PerundangUndangan yang akan dibentuk juga harus
mengatur tentang bahaya adanya lokalisasi prostitusi di
dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

2 https://m.detik.com/news/berita/d-2614608/ini-data-dan-persebaran-161-lokalisasi-
diindonesia (diakses pada tanggal 07 Maret 2019 pukul 20:51 WIB)
Atas latar belakang tersebut maka dibutuhkan suatu
kajian untuk penyiapan Rancangan Peraturan
PerundangUndangan tentang Penutupan Lokalisasi
Prostitusi yang diharapkan dapat menjadi sarana
mewujudkan negara Indonesia yang bebas dan bersih dari
praktek prostitusi.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimanakah peran dan tanggung jawab pemerintah
Kabupaten Sidoarjo didalam membubarkan lokalisasi
prostitusi agar tidak meresahkan kehidupan
bermasyarakat?

2. Mengapa perlu adanya Rancangan Peraturan Daerah


terhadap penutupan lokasisasi prostitusi?
3. Bagaimana pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis
dalam pembentukan Rancangan Perundang-Undangan
Penutupan Lokasisasi Prostitusi?
4. Apakah sasaran yang akan diwujudkan pemerintah yang
meliputi ruang lingkup, pengaturan, jangkauan , dan arah
pengaturan dengan adanya Rancangan Perundang-
Undangan Penutupan lokalisasi prostitusi?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH


AKADEMIK

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan


diatas maka penyusunan Naskah Akademik ini memiliki
tujuan sebagai berikut :

1. Merumuskan peran dan tanggung jawab Pemerintah


Kabupaten Sidoarjo dalam penutupan lokalisasi
prostitusi agar tidak meresahkan kehidupan
berasyarakat

2. Merumuskan pentingnya adanya peraturan yang


mengatur mengenai penutupan lokalisasi prostitusi di
Indonesia

3. Merumuskan bagaimana pertimbangan filosofis,


sosiologis, dan yuridis dalam pembentukan Rancangan
Perundang-Undangan mengenai penutupan lokalisasi
prostitusi

4. Merumuskan bagaimana Pemerintah dalam mewujudkan


Sasaran yang akan dicapai dengan pengaturan tentang
penutupan lokasi prostitusi
Adapun kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah
sebagai acuan penyusunan dan pembahasan Rancangan
Perundang-Undangan tentang penutupan lokalisasi prostitusi
di Kabupaten Sidoarjo

D. METODE PENELITIAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


Penyusunan Naskah Akademik ini yang pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian penyusunan sebuah Naskah
Akademik. Penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan
sebuah metode yang berbasiskan sebuah metode penelitian
hukum. Didalam penelitian hukum terdapat dua jenis penelitian
yaitu empiris ( data primer ) dan normatif ( data skunder ).
Penelitian empiris merupakan sebuah penelitian hukum yang
menggunaka data primer yang berupa data yang didapatkan
langsung dari informan penelitian, sedangkan penelitian normativ
merupakan sebuah penelitian hukum yang menggunakan data
sekunder yang berupa data yang didapatkan dari peraturan
perundang-undangan, keputusan pengadilan dan pendapat para
sarjana hukum. Penelitian ini akan menjelaskan peran pemerintah
dalam penutupan sebuah lokasi prostitusi yang telah meresahkan
kehidupan dalam masyarakat sekitar lokasi. Berdasarkan pada
pemaparan dan identifikasi masalah diatas serta tujuan penelitian
yang ingin dicapai maka penelitian ini akan menggunaka metode
yuridis normatif karena data akan didapat dari data sekunder
yang berupa peraturan perundang-undangan, putusan
pengadilan, pendapat sarjana hukum dan referensi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai