Anda di halaman 1dari 76

BUKU PENUNTUN

KETERAMPILAN KLINIS

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI
DAN BKKBN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

PAS FOTO
3 x 4 cm

BUKU PANDUAN MAHASISWA

Nama :

NIM :

No. HP :

Email :

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

ANTENATAL CARE (ANC)

I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kepada wanita hamil yang
bersifat promotif, preventif, dan edukatif untuk mencegah terjadinya masalah
kehamilan bagi ibu maupun janin dan untuk memberikan kesehatan kehamilan yang
optimal bagi ibu dan janin.

II. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari topik keterampilan pemeriksaan antenatal care (ANC),
diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dengan baik dan benar.
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis obstetric dan pemeriksaan
penunjang terhadap ibu hamil
2. Melakukan anamnesis (identitas, keluhan utama, riwayat kehamilan saat ini,
riwayat menstruasi, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat obstetric, riwayat fertilitas, aktivitas dan kebiasaan.
3. Pemeriksaan fisik secara umum
4. Melakukan pemeriksaan abdomen (tinggi fundus uteri, leopold, his/kontraksi)
5. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin dan melakukan analisis hasil,
dan melakukan manajemen antara untuk kondisi fetal distress sebelum
melakukan rujukan
6. Memberikan konseling antenatal pada kehamilan normal dan kehamilan
dengan resiko tinggi.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

III. RANCANGAN ACARA KEGIATAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


 Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan
antenatal care (10 menit)
 Pemutaran film tentang cara pemeriksaan antenatal
care. (5 menit)
 Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar. (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan Antenatal Care

20 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur

 Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil (1 Mahasiswa

kelompok terdiri 6-9 mahasiswa).


 Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-
3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan Mahasiswa


antenatal care secara bergantian masing-masing selama Instruktur
10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

pengamatan.

IV. DASAR TEORI


Standar pelayanan atau asuhan antenatal care 14T, adalah sebagai berikut:
1. Timbang berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan
normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua atau tidak
melebihi 12 kg selama kehamilan.
2. Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3. Ukur tinggi fundus uteri atau TFU (T3)
Hasil pengukuran TFU harus sesuai dengan usia kehamilan
4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) (T5)

6. Pemeriksaan Hb (T6)

7. Pemeriksaan VDRL (T7)

Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi munculnya antibodi terhadap bakteri


Treponema pallidum, sering direkomendasikan dokter bila seseorang memiliki
gejala penyakit sifilis atau berisiko tinggi terkena penyakit sifilis.
8. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)
Harus rutin dilakukan sejak masa kehamilan untuk merangsang produksi ASI
pada masa laktasi yang akan datang.
9. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)
Bertujuan untuk meregangkan otot-otot ibu hamil yang tertarik oleh berat janin
serta melemaskan otot-otot reproduksi sebelum persalinan agar lentur ketika tiba
proses persalinan.
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

A. ANAMNESIS OBSTETRI
Pemeriksaan anamnesis obstetri merupakan bagian dari pelayanan antenatal,
intranatal maupun posnatal. Pada kunjungan awal tentunya anamnesis akan
meliputi elemen-elemen yang lebih lengkap dibandingkan dengan anamnesis pada
kunjungan lanjutan. Pemeriksaan anamnesis pada kunjungan awal meliputi enam
elemen, yaitu :

1. Informasi pribadi (umur, jumlah dan lama pernikahan)


2. Keluhan utama dan riwayat kehamilan sekarang (gerakan janin, lendir darah
dan cairan pervaginam, mual muntah, tanda-tanda inpartu)
3. Riwayat menstruasi dan riwayat kontrasepsi (Hari pertama haid terakhir)
4. Riwayat obstetri (riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya)
5. Riwayat medis (diabetes, hipertensi, sakit jantung, asma, riwayat alergi, dll)
dan riwayat penyakit keluarga
6. Kebiasaan dan gaya hidup (merokok dan minum alkohol, obat, herbal; olah
raga, dll.)
Perlu dibedakan anamnesis mengenai point 2 riwayat kehamilan sekarang,
antara umur kehamilan < 20-22 minggu dan > 22 minggu. Pada kehamilan > 22
minggu penting menanyakan tentang tanda-tanda persalinan berupa kontraksi/his
teratur, lendir darah maupun menanyakan kesejahteraan janin (gerakan janin
masih dirasa atau tidak).
1. INFORMASI PRIBADI
Pada kunjungan awal terdapat beberapa pertanyaan pribadi yang berguna
dalam pemberian pelayanan obstetri. Pertanyaan tersebut dapat dilihat pada
tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Pertanyaan informasi pribadi

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

PERTANYAAN TUJUAN
Siapakah nama ibu ? Berguna untuk mengidentifikasi wanita dan membantu
dalam pembentukan rapport
Berapakah usia ibu ? Membantu mengidentifikasi kehamilan yang
memerlukan perhatian khusus (kehamilan remaja -->
risiko persalinan sulit dengan disproporsi kepala
panggul, inersia uteri, tidak kuat mengedan, dan
perdarahan postpartum) dan usia tua (>35 tahun)
berisiko melahirkan janin dengan kelainan
kongenital, risiko diabetes gestasional, risiko
hipertensi dalam kehamilan, risiko kesulitan saat
persalinan dan perdarahan post partum)
Alamat tempat tinggal dan ada Berguna bila perlu menghubungi pasien dan juga
tidaknya nomor yang bisa untuk mengembangkan perencanaan birth and
dihubungi complication readiness. Dapat pula untuk
memprediksikan tentang suatu problem secara
epidemiologi, misal daerah dengan epidemiologi
defisiensi iodium dll.
Apakah ibu memiliki jalur Berguna untuk mengembangkan perencanaan
transportasi yang baik ? birth and
complication readiness
Ada tidaknya sumber
Berguna untuk memprediksikan adanya problem
penghasilan keluarga
intake dan problem lain terkait.
Berapa kehamilan dan Berguna untuk menentukan pesan kesehatan dan
persalinan sebelumnya ? konseling yang akan diberikan kepada pasien
Apakah pasien memiliki Jika ya, maka harus dilanjutkan dengan pertanyaan
masalah medis, obstetri, sosial lanjutan A (terdapat pada tabel 2)
atau personal?
Apakah dalam kehamilan ini
pasien merasakan ada
masalah?

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Apakah sebelumnya sudah Jika ya, perlu diidentifikasi apakah ada permasalahan
pernah memeriksakan sebelumnya atau tidak (pertanyaan lanjutan B )
kehamilannya ?

Tabel 2. Pertanyaan Lanjutan Umum


PERTANYAAN A PERTANYAAN B
Ditanyakan pada wanita yang Ditanyakan pada wanita yang sudah pernah
mengemukakan adanya masalah : mendapatkan pelayanan kesehatan
 Apa sebenarnya permasalahannya ? sebelumnya.
 Kapan pertama kali timbul ?  Siapakah yang memberi pelayanan
 Apakah timbul mendadak atau sebelumnya ?
perlahan ?  Meliputi apa sajakah pelayanan
 Kapan dan seberapa sering masalah kesehatan ini (diagnosis, pengobatan) ?
itu timbul ?  Apakah luaran dari pemberi pelayanan
 Apakah yang mungkin kesehatan ini (normal, ada tidaknya
menyebabkan timbulnya masalah, apakah pengobatan berhasil) ?
permasalahan tersebut? Apakah ada
yang tidak lazim terjadi sebelum
timbul masalaha tersebut?
 Seberapa besar pengaruh masalah
tersebut pada pasien?
 Apakah masalah semakin membaik
atau memburuk?
 Apakah terdapat gejala dan tanda
yang menyertai ?
 Apakah sudah pernah mendapatkan
penanganan sebelumnya ?
2. KELUHAN UTAMA DAN RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Keluhan utama pasien diurai untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ibu, kesejahteraan
janin dan perkiraan akan terjadinya masalah dalam persalinan.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Tabel 3. Anamnesis riwayat kehamilan sekarang


PERTANYAAN TUJUAN
Apakah terdapat mual dan muntah Keluhan ibu kemungkinan besar berhubungan
berlebihan ? Perdarahan pervaginam ? dengan proses kehamilan dan perlu
Keputihan ? Keluhan yang lain ? mendapatkan penanganan khusus.
Apakah sudah merasakan gerakan  Jika usia kehamilan >22 minggu dan
janin ? masih belum merasakan gerakan janin
maka harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
 Jika sudah merasakan, maka harus
dilanjutkan dengan pertanyaan : kapan
pertama kali/ terakhir kali dirasakan.
Bagaimana perasaan ibu mengenai Digunakan sebagai panduan
kehamilannya dukungan hubungan ibu-bayi.
Apakah merasakan tanda-tanda Kenceng-kenceng atau kontraksi teratur 5-10
persalinan? menit, lendir darah +

3. RIWAYAT MENSTRUASI DAN KONTRASEPSI


Tabel 4. Anamnesis riwayat menstruasi dan kontrasepsi
PERTANYAAN TUJUAN
Kapan hari pertama haid  Jika wanita tersebut tidak mengingat hari pertama
terakhir ibu? haid terakhirnya, kehamilan dapat dikonfirmasi dan
dikalkulasi usia kehamilannya berdasarkan :
 Gejala kehamilan (emesis gravidarum,
quickening)
 Tanda kehamilan (tinggi fundus uteri)

 Jika wanita mengingat hari pertama haid terakhir,

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

harus dilanjutkan dengan pertanyaan :


 Apakah haid selama ini teratur siklusnya?
 Bagaimana siklus 3 bulan terakhir?
 Apakah HPHT tersebut normal lama, jumlah haid,
dan interval dengan haid sebelum dan
sesudahnya.
 Apakah sebelumnya menggunakan kontrasepsi?
dan adakah keluhan terkait dengan penggunaan
kontrasepsi tersebut.
 Dari HPHT dapat dihitung taksiran umur kehamilan
dan perkiraan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan
rumus Naegelle (HPL = Hari+7, Bulan-3, Tahun+1).
Rumus Naegelle digunakan dengan syarat siklus tiga
bulan terakhir teratur.
Ibu pernah mengalami  Untuk memprediksikan kemungkinan penyakit
menstruasi dengan pola penyerta seperti mioma uteri, polip serviks, dll.,
yang tidak teratur (jumlah, untuk kemudian dilakukan konfirmasi dengan
durasi, dan interval) pemeriksaan fisik diagnostik bila perlu pemeriksaan
Ibu menginginkan memiliki penunjang.
berapa anak?  Untuk mempersiapkan perencanaan kontrasepsi.

Pernahkah menggunakan  Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :


kontrasepsi sebelumnya?  Metode kontrasepsi yang pernah dipakai
 Apakah pasien mengalami masalah dalam
kontrasepsi tersebut
 Jika pernah menggunakan lebih dari satu metode,
ditanyakan metode yang paling nyaman dan
alasannya
 Pertanyaan ini berguna untuk memandu pelayanan
kontrasepsi
Apakah ibu menginginkan  Jika ya, lanjutkan dengan pertanyaan :
menggunakan kontrasepsi  Metode yang ingin digunakan ?

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

setelah kelahiran sekarang?  Apakah pasien menginginkan informasi dalam


metode lain ?
4. KEBIASAAN DAN GAYA HIDUP
Dalam pemberian pelayanan obstetri penting untuk mengetahui kebiasaan dan gaya
hidup pasien, yang dapat mempengaruhi kehamilan. Pada tabel 5 dapat dilihat pertanyaan
aspek kebiasaan dan gaya hidup.

Tabel 5. Anamnesis kebiasaan dan gaya hidup


PERTANYAAN TUJUAN
 Apakah pasien bekerja?  Memprediksikan risiko abortus dan partus
Seberapa berat pekerjaannya? prematurus, serta melakukan konseling
pencegahannya
 Apakah pasien memiliki
waktu istirahat yang cukup?  Memperbaiki kualitas kehamilan dan tumbuh

 Bagaimana asupan makanan kembang janin

hariannya?  Melakukan konseling guna luaran kehamilan


maternal dan neonatal yang paripurna
 Apakah saat ini sedang Melakukan konseling terhadap risiko prematur
menyusui ? kontraksi dan antisipasinya
 Apakah pasien merokok, Melakukan managemen risiko terhadap cacat
meminum alkohol atau bawaan pada janin
menggunakan obat-obatan
terlarang ?
 Dengan siapakah pasien Memprediksi transmisi penyakit
tinggal?
 Informasikan kepada pasien Melakukan konseling psikososial guna tercapai
akan ditanya mengenai kehamilan dan persalinan yang normal
pertanyaan pribadi dan
pertanyaan ini diberikan
kepada semua pasien :
 Apakah ada yang
menghalangi pasien dari

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

bertemu dengan keluarga


atau teman, tidak
mengijinkan meninggalkan
rumah atau mengancam
hidupnya?
 Apakah pernah dilukai,
dipukul atau dipaksa
berhubungan seks oleh
orang lain?
 Apakah pasien takut akan
seseorang?

5. RIWAYAT OBSTETRI
Meskipun riwayat obstetri buruk sebelumnya tidak selalu membutuhkan perawatan
khusus, namun mengetahui ada tidaknya komplikasi pada kehamilan, persalian atau masa
nifas pada kehamilan terdahulu dapat membantu memahami kekhawatiran yang timbul dalam
kehamilan ini. Diskusi mengenai komplikasi sebelumnya juga memberi kesempatan untuk
merencanakan kelahiran dan kesiapan timbulnya komplikasi.
Tabel 6. Anamnesis riwayat obstetri
PERTANYAAN TUJUAN
 Jika ini bukan kehamilan pertama, tanyakan Jika jawabannya ya, maka
apakah pada kehamilan sebelumnya terdapat dapat mempengaruhi
komplikasi saat kehamilan, persalinan atau penanganan selanjutnya.
nifas :
 Preeklampsia/eklampsia.
 Seksio sesarea, ruptura uteri, operasi pada
uterus.
 Robekan perineum (derajat 3 atau 4).
 Perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
pascapersalinan.
 Kematian perinatal (stillbirth dan kematian
neonatal dini).

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

 Prematuritas.
 Abortus 2 kali atau lebih, jumlah anak
hidup.
 Bayi lahir dengan berat < 2500 gram atau
lebih dari 4000 gram.
 Bayi lahir dengan kelainan bawaan.
 Masalah saat nifas.
 Masalah saat menyusui.
 Jika ini bukan anak pertama pasien, tanyakan  Jika tidak, perlu ditanyakan
apakah sebelumnya pernah menyusui atau alasannya.
tidak?  Jika ya, perlu ditanyakan
berapa lama dan apakah
timbul masalah selama
menyusui.

6. RIWAYAT MEDIS
Tabel 7. Anamnesis Riwayat Medis
PERTANYAAN TUJUAN
 Apakah pasien memiliki alergi Ada tidaknya riwayat penyakit ini akan
obat/ makanan ? mempengaruhi pelayanan obstetri yang akan
diberikan.
 Pernahkah menderita penyakit :
Hipertensi, Anemia, Sifilis,
Jantung, Ginjal, Asma, Diabetes,
Epilepsi, Kelenjar gondok,
Tuberkulosis, Hepatitis, HIV
 Apakah pernah kecelakaan, dirawat  Jika ya perlu ditanyakan mengenai
di RS atau menjalani operasi ? alasannya, kapan dilakukan dan
bagaimana hasilnya.
 Jika kondisi belum teratasi dan
mempunyai potensi mempersulit
kehamilan ini maka perlu dilakukan
penilaian lanjutan.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

 Apakah sedang meminum obat- Diperlukan untuk memandu pesan kesehatan


obatan ? Kebiasaan minum jamu ? dan konseling yang akan diberikan.
 Apakah sudah pernah mendapatkan  Bila ya, kapan terakhir kali
suplemen selama kehamilan: mendapatkannya ?
vitamin kehamilan, imunisasi  Bila belum pernah mendapatkan, segera
tetanus, tablet tambah darah atau berikan pada kunjungan ini.
yodium ?  Untuk imunisasi tetanus (optional),
mempertimbangkan rencana lokasi
persalinan dengan aspek sterilitas alat.

Keenam aspek tersebut di atas harus dicakup dalam anamnesis obstetri awal. Pada
kunjungan berikut, maka terdapat anamnesis obstetri yang memiliki cakupan yang berbeda.
Dalam kunjungan lanjutan maka informasi yang harus didapatkan adalah :
1. Apakah terdapat masalah medis, obstetri, sosial atau pribadi sejak kunjungan terakhir ?
2. Apakah pernah mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya sejak kunjungan terakhir?
3. Apakah terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan sejak kunjungan terakhir ?
4. Apakah terdapat perubahan dari informasi pribadi sejak kunjungan terakhir ?
5. Apakah terdapat kesulitan dalam melaksanakan perencanaan sebelumnya ?
6. Apakah terdapat reaksi alergi atau efek samping lainnya terhadap obat-obatan atau
imunisasi ?

B. PEMERIKSAAN FISIK DAN UMUM


Setelah melakukan anamnesis, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik.Pastikan semua temuan telah dicatat pada status pasien. Jika saat ini kunjungan pertama,
maka lakukan pemeriksaan fisik lengkap. Jika merupakan kunjungan lanjutan maka
pemeriksaan fisik yang lebih singkat sudah mencukupi. Namun pastikan selalu melakukan
penilaian :
1. Keadaan umum, tanda vital, tinggi dan berat badan.
2. Kepala (konjungtiva anemia, sclera ikterik, mata eksoptalmus, bibir pucat / sianosis) dan
edema (wajah).
3. Leher : struma, hipotiroid, hipertiroid, vena jugularis.
4. Thoraks : bentuk thoraks, cor dan pulmo
5. Abdomen : Inspeksi, palpasi (pemeriksaan Leopold), perkusi, auskultasi

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

6. Ekstremitas: oedema, varises, sianosis.


7. Vertebra : adakah scoliosis, kifosis, lordosis.
8. Meminta pemeriksaan penunjang (misalnya Hb, AL, AT, HbsAg, HIV, GDS, protein
urin pada TD >140/90, pemeriksaan discharge vagina untuk GO atau infeksi
jamur/parasit) bila terdapat indikasi.

C. PEMERIKSAAN OBSTETRI PEMERIKSAAN ABDOMEN

Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, maka harus diinformasikan kepada pasien


mengenai prosedur pemeriksaan. Pada tabel di bawah dapat dilihat elemen apa saja yang perlu
dinilai pada pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan genitalia dan payudara dilakukan bila
diperlukan.

Tabel 8. Pemeriksaan Abdomen

ABNORMAL DAN TINDAKAN


ELEMEN NORMAL
LANJUTAN
Inspeksi Tidak terdapat parut dari Jika terdapat parut pada dinding
abdomen operasi sebelumnya (seksio abdomen, informasi tambahan perlu
sesarea, ruptura uteri atau dicari untuk mengetahui jenis operasi
operasi abdomen lainnya). yang dilakukan.
Perut membuncit memanjang Jika perut distensi melebar ke
samping, dicurigai adanya kelainan
letak lintang.
Palpasi Supel, tidak ada massa dan Tegang, teraba massa, teraba cairan
dinding perut cairan bebas/ nyeri tekan bebas, dan nyeri tekan abdomen
abdomen
Tinggi  Uterus teraba kenyal. Jika terdapat ketidaksesuaian antara
Fundus Uteri  Tinggi fundus usia kehamilan dengan tinggi fundus

bertambah setiap maka informasi dan pemeriksaan

kunjungan. tambahan perlu dilakukan.

 Tinggi fundus sesuai


dengan usia kehamilan.
 Pada 12 minggu

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

teraba di atas simfisis.


 Pada 16 minggu
setengah jarak pusat-
simfisis.
 Pada 18-20 minggu
sekitar 20 cm dari
simfisis atau 1 jari di
bawah umbilikus.
 Pada 22 minggu
uterus setinggi
umbilikus.
Bagian janin Pada kehamilan 18-20 Jika tidak dapat diraba bagian janin
dan gerak minggu, rata-rata gerakan atau pergerakan janin, maka perlu
janin janin dapat dirasakan. dilakukan pemeriksaan lanjutan
 Primigravida : untuk menentukan kondisi janin.
terkadang baru
merasakan gerakan janin
saat usia kehamilan >18-
20 minggu.
 Multigravida : dapat
mulai merasakan saat
usia kehamilan >16
minggu.
Dengan palpasi, ditentukan
apakah :
 Janin tunggal atau ganda
 Janin terletak intra atau
ekstrauterine (bila janin
terletak ekstrauterine,
teraba bagian-bagian
kecil janin di bawah kulit

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

abdomen ibu)
 Teraba massa lain
 Pemeriksaan his
(kuantitas dan kualitas
his)
Letak dan  Pada 36 minggu, Jika terdapat kelainan letak atau
presentasi janin letak memanjang presentasi maka perlu dilakukan
janin dan presentasi kepala. pemeriksaan tambahan untuk
Palpasi menentukan penanganannya.
 Setelah 36 minggu
Leopold
harus ditentukan apakah
kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul
(engaged) atau belum.
Bunyi  Setelah usia Kelainan dapat berupa tidak
jantung janin kehamilan 12 minggu, terdengarnya bunyi jantung janin
Auskultasi bunyi jantung janin dapat atau kelainan dalam frekuensi denyut
fetoskop didengar dengan jantung janin.
Laenec Doppler.

 Setelah usia
kehamilan 20 minggu,
bunyi jantung janin dapat
didengar menggunakan
stetoskop Laennec.

PALPASI LEOPOLD
LEOPOLD I GAMBAR
Tujuan : menentukan tinggi fundus
uteri dan mengidentifikasi apa dan
berapa bagian janin yang berada di
fundus.
Cara pemeriksaan :

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri


pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus.
Fiksasi uterus bagian bawah
dengan meletakkan ibu jari dan
jari tangan kanan di bagian lateral
depan kanan-kiri setinggi tepi atas
simfisis.
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-
jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap
ke bagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan
kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian janin yang
ada pada bagian fundus dengan
jalan menekan lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan
kanan secara bergantian. Bagian
bulat dan lunak sebagai penanda
bokong, sementara bulat keras
dengan balotemen positif sebagai
penanda kepala. Bila menemukan
kepala pada pemeriksaan ini
berarti janin dalam kondisi
presentasi bokong.

LEOPOLD II
Tujuan : menentukan batas lateral,
apa dan berapa bagian janin yang
berada di lateral (bagian punggung

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

atau ekstremitas).
Cara pemeriksaan :
Letakkan telapak tangan kiri pada
bagian perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu sejajar dan pada
ketinggian yang sama. Mulai dari
bagian atas tekan secara bergantian /
bersamaan (simultan) telapak tangan
kiri dan kanan, kemudian geser ke
arah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang
(punggung) dan bagian-bagian kecil
(ekstremitas).

LEOPOLD III

Tujuan : menentukan bagian terbawah


janin dan apakah bagian terbawah
janin masih dapat digoyangkan
Cara pemeriksaan :
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan
dan menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri
pada dinding lateral kiri bawah,
telapak tangan kanan pada dinding
lateral kanan bawah
perut ibu.

Tekan secara lembut dan bersamaan


untuk menentukan bagian terbawah
janin (keras, bulat, besar homogen
adalah kepala; tonjolan besar, lunak,
kurang simetris adalah bokong; bagian

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

memanjang adalah tungkai).


Balotemen positif menunjukkan
bagian bulat keras tersebut adalah
kepala yang berarti merupakan
presentasi kepala.
LEOPOLD IV
Tujuan : menilai seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki pintu
atas panggul (PAP)
Cara pemeriksaan :
 Pemeriksa menghadap ke kaki ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri
dan kanan pada lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung jari
tangan kiri – kanan berada pada
tepi atas simfisis. Temukan kedua
ibu jari kiri dan kanan kemudian
rapatkan semua jari-jari tangan
yang meraba dinding bawah uterus.
Perhatikan sudut yang dibentuk
oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen atau divergen).
 Setelah itu, pindahkan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri pada bagian
terbawah janin (bila presentasi
kepala upayakan memegang bagian
kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan
memegang pinggang janin.
 Fiksasikan bagian tersebut ke arah
pintu atas panggul kemudian
letakkan jari tangan kanan di antara

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

tangan kiri dan simfisis untuk


menilai seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul. Konvergen
berarti bagian terendah janin belum
masuk pintu atas panggul
sementara divergen sudah.

PEMERIKSAAN AUSKULTASI - LAENNEC


Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) mulai dilakukan pada kehamilan 16-20 minggu.
Karena pada usia kehamilan tersebut masih sulit untuk menentukan punggung bayi, maka
ujung stetoskop Laennec diletakkan pada daerah subumbilikus. Untuk membandingkan
dengan bising usus, pegang nadi ibu saat memeriksa bunyi jantung bayi.
Prosedur pemeriksaan auskultasi Laennec :
1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural
Laennec dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu.
2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi (pindahkan titik
dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut kurang jelas, upayakan untuk
mendapatkan punctum maximum).
3. Dengarkan dan hitung bunyi jantung janin setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan
dengan interval 5 detik diantara masing-masing penghitungan.
4. Jumlahkan hasil penghitungan 1,2 dan 3 kemudian dikalikan dengan angka 4 untuk
mendapatkan frekuensi denyut jantung janin per menit (perhatikan perbedaan jumlah
masing-masing penghitungan untuk menilai irama atau keteraturan bunyi jantung).

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

5. Cara lain adalah dengan menghitung denyut jantung secara kontinyu selama satu menit
penuh.
6. Pengukuran denyut jantung janin dilakukan saat tidak ada kontraksi, saat kontraksi, dan
sesaat setelah kontraksi. Sehingga adanya bradikardia pasca kontraksi yang merupakan
salah satu penanda gawat janin dapat terdeteksi.

D. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis dan pemeriksaan obstetri dilakukan untuk memperoleh data yang
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan/ diagnosis obstetri. Dalam kesimpulan obstetri,
harus terdapat 9 komponen, yaitu :
1. Paritas pasien : G...P...A...
2. Usia ibu
3. Umur kehamilan (dihitung dari HPHT)
4. Jumlah janin : tunggal atau ganda
5. Janin hidup atau mati
6. Intra/ ekstrauterine
7. Letak janin
8. Sudah/ belum dalam persalinan
9. Lain-lain (diagnosis kerja dan hal-hal yang bersifat patologis)

Contoh membuat rangkuman hasil pemeriksaan obstetri lengkap :


G1P0A0, usia 23 tahun, umur kehamilan 37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,
belum dalam persalinan, letak janin memanjang dengan presentasi kepala, punggung janin di
kanan, DJJ 140 x/menit, reguler.
Dengan diagnosis kerja: Primigravida hamil aterm belum dalam persalinan.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

E. DIAGNOSIS DAN KONSELING ANTENATAL


Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
Masing-masing 1 kali pada trimester I dan II, dan 2 kali pada trimester III. Diagnosis dibuat
setiap kali kunjungan untuk menentukan tindakan dan menyusun rencana penatalaksanaan
berikutnya (tabel 9). Dijelaskan hasil pemeriksaan pada ibu (usia kehamilan, letak janin,
posisi janin, presentasi, kondisi janin, kondisi klinis ibu) dan penatalaksanaan berkaitan
dengan hasil temuan tersebut. Dijelaskan juga rencana penatalaksanaan pada kunjungan
berikutnya. Dijelaskan jadwal kunjungan ulang (kunjungan di luar jadwal jika ibu merasakan
keluhan atau gangguan kehamilan). Dipastikan bahwa ibu memahami penjelasan tersebut
Tabel 9. Kategori Diagnosis Antenatal

KATEGORI GAMBARAN

1. Kehamilan normal - Ibu sehat.


- Tidak ada riwayat obstetri buruk.
- Ukuran uterus sesuai umur kehamilan.
- Pemeriksaan fisik dan laboratorium
normal.
2. Kehamilan dengan masalah khusus Terdapat masalah keluarga atau psikososial,
kekerasan dalam rumah tangga, masalah
finansial dll.
3. Kehamilan dengan masalah Terdapat problem kesehatan seperti :
kesehatan yang membutuhkan - Hipertensi
penatalaksanaan dan atau rujukan - Diabetes
untuk konsultasi dan kerja sama - Anemia berat
penanganannya. - Preeklamsia
- Pertumbuhan janin terhambat
- Infeksi saluran kemih
- Penyakit kelamin
- Kondisi lain yang dapat memburuk
selama kehamilan

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

4. Kehamilan dengan kondisi Terdapat problem kesehatan seperti :


kegawatdaruratan yang - Perdarahan
membahayakan keselamatan ibu - Preeklamsia berat/ eklamsia
dan bayi serta memerlukan rujukan - Ketuban pecah dini
segera. - Kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain
pada ibu dan bayi.

Pada ibu hamil dengan kehamilan normal, tindakan yang diberikan adalah :
1. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya :
- Tekanan darah harus < 140/90 mmHg.
- Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan.
- Edema hanya pada ekstremitas.
- Tinggi fundus sesuai usia kehamilan.
- DJJ 120-160 kali per menit.
- Gerakan janin dirasakan setelah usia kehamilan 18-20 minggu hingga
melahirkan.
2. Memberikan asam folat, zat besi, kalsium, dan DHA atau suplemen vitamin hamil lain
(bila diperlukan).
3. Memberikan imunisasi TT.
4. Memberikan konseling tentang :
a. Gizi : peningkatan asupan kalori hingga 300 kalori per hari; mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan.
b. Latihan fisik ringan, istirahat cukup.
c. Perubahan fisiologis pada kehamilan : penambahan berat badan, perubahan payudara,
tingkat tenaga dapat menurun (mudah lelah), mual selama trimester I, rasa panas,
varises/ hemoroid, hubungan suami isteri boleh dilakukan selama kehamilan.
d. Menjaga kebersihan diri, terutama lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, inguinal dan
daerah genital) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
e. Memberikan nasihat untuk mencari pertolongan segera jika didapati tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Perdarahan pervaginam.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2) Sakit kepala lebih dari biasanya.


3) Gangguan penglihatan (kabur, penglihatan dobel).
4) Pembengkakan pada wajah dan tangan.
5) Nyeri abdomen (epigastrik).
6) Janin tidak bergerak seperti biasa (hiperaktif, hipoaktif).
f. Untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat
terjadi penyulit kehamilan, diberikan nasihat kepada ibu hamil, suami atau anggota
keluarga yang lain untuk menyisihkan cukup dana dan mengidentifikasi transportasi
bila sewaktu-waktu diperlukan.
g. Menjelaskan cara merawat payudara, terutama pada ibu dangan papilla rata atau
inversi.
h. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang aman.
i. Memberitahukan jadwal kunjungan berikutnya.
j. Pada kehamilan dengan risiko tinggi disarankan pemeriksaan antenatal ataupun
skrining oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi.
k. Skrining 11-13 minggu dan 18-22 minggu dengan ultrasonografi oleh Konsulen
fetomaternal pada kasus tertentu, misal kehamilan pada ibu dengan usia >35 tahun.

Pada kehamilan dengan masalah khusus dilakukan tindakan :


1. Memberikan seluruh layanan antenatal seperti di atas.
2. Memberikan konseling khusus sesuai permasalahan dan kebutuhan ibu.

Pada kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan dilakukan tindakan :
1. Merujuk ke dokter spesialis untuk konsultasi.
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu bersama surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu untuk melahirkan di rumah.

Pada kehamilan dengan kegawatdaruratan dilakukan tindakan :


1. Merujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayanan
kegawatdaruratan yang memadai.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2. Sambil menunggu transportasi, lakukan pertolongan awal kegawatdaruratan, mulailah


memasang jalur intravena (infus) dan pemberian oksigen.
3. Menyertakan obat-obatan bersama kartu kesehatan ibu dan surat rujukan

V. SARANA DAN ALAT


1. Ranjang obstetrik/ periksa
2. Selimut/ kain penutup
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Timbangan BB
6. Pengukur TB
7. Termometer
8. Meteran
9. Stetoskop Laennec / Doppler

VI. LEMBAR PENGAMATAN

PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK

Melakukan anamnesis obstetric

1. Mempersilakan pasien duduk dan memperkenalkan diri


2. Membaca data rekam medis pasien untuk mengetahui
masalah, tindakan yang sudah dan akan dilakukan (bila
kunjungan ulang).
3. Menanyakan informasi pribadi

4. Menanyakan keluhan utama

5. Menanyakan riwayat kehamilan sekarang (7 butir mutiara


anamnesis)

6. Menanyakan riwayat obstetri sebelumnya

7. Menanyakan riwayat menstruasi dan kontrasepsi

8. Menanyakan kebiasaan dan gaya hidup

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

9. Menanyakan riwayat penyakit yang lain

Melakukan pemeriksaan obstetri

10. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan


dilakukan

11. Menilai keadaan umum (memeriksa konjungtiva,


mengukur TB dan BB)

12. Mengukur tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu

13. Melakukan inspeksi abdomen

14. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver


Leopold I

15. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver


Leopold II

16. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver


Leopold III

17. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan manuver


Leopold IV

18. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan auskultasi


denyut jantung janin menggunakan stetoskop Laennec

19. Menutup pemeriksaan dan mempersilahkan ibu duduk


kembali

Menjelaskan hasil pemeriksaan

20. Membuat diagnosis antenatal berdasarkan hasil


pemeriksaan.

21. Memberikan penatalaksanaan sesuai hasil pemeriksaan.

22. Memberikan konseling antenatal sesuai keluhan, hasil


temuan pada pemeriksaan obstetri dan informasi-informasi
seputar kehamilan yang diperlukan pasien.

23. Mengkonfirmasi pasien apakah masih ada yang ingin


ditanyakan.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

24. Mengingatkan jadwal kunjungan berikutnya dan menutup


sesi pemeriksaan.

25. Mencatat data pasien, keluhan, hasil pemeriksaan,


diagnosis, tindakan/ pengobatan yang diberikan dan
rencana tindakan pada kunjungan berikutnya di rekam
medis pasien.
Note : YA = Mahasiswa Melakukan
TIDAK = Mahasiswa Tidak Melakukan

PERSALINAN NORMAL
I. PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan kala dalam persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu
tersebut. Disini dijelaskan pula tanda dan gejala serta penatalaksanaan fisiologis kala
dua persalinan yang normal.

II. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan kala dua persalinan dan asuhan bagi ibu selama
waktu tersebut.
B. Tujuan Khusus
1. Mengenali tanda-tanda persalinan
2. Melakukan penatalaksanaan kala I : memantau kemajuan persalinan
(partograf), deteksi dini dan penanganan penyulit serta rujukan (jika perlu)
3. Melakukan penatalaksanaan kala II : melakukan pimpinan persalinan normal,
melakukan deteksi dini dan penanganan awal penyulit serta melakukan rujukan
(jika perlu).

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

4. Memberikan pertolongan pada bayi baru lahir, termasuk deteksi dini dan
penanganan penyulit pada bayi baru lahir (termasuk resusitasi).
5. Melakukan penatalaksanaan kala III : manajemen aktif kala III, deteksi dini
dan penanganan awal penyulit kala III dan rujukan (jika perlu).
6. Melakukan penatalaksanaan kala IV : pemantauan kala IV, deteksi dini,
penanganan penyulit (perdarahan), rujukan (jika perlu) dan manajemen laktasi.

III. RANCANGAN PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


20 menit - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara persalinan normal
secara bertahap
30 menit Setelah mahasiswa dibagi kelompok kecil (1 kelompok ttd Instruktur
10-15 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 dan
instruktur dan diberikan 1 kasus simulasi. Mahasiswa
Coaching :
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang) dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self Practice: Instruktur
Mahasiswa melakukan sendiri secara bergantian. Sehingga dan
total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung jumlah Mahasiswa
mahasiswa)

IV. SARANA DAN ALAT


1. Peralatan (partus set)
- 2 buah klem Kelly atau kocher - Lidokain 1%
- Klem ½ kocher atau Kelly - Needle Holder
- Gunting tali pusat - Pinset dan jarum
- Pengikat tali pusat steril - Kateter penghisap lendir DeLee
- Kateter Nelaton - Benang catgut 3.0
- Gunting episiotomy - Sarung tangan steril

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

- Kassa dan kapas steril - Spuit injeksi 2.5 mL dan 5 mL


2. Peralatan penunjang lainnya
- Partograf - Apron (celemek plastik)
- Tensimeter - Perlak plastik untuk alas ibu
- Stetoskop - Kantong plastik
- Termometer - Surat rujukan
- Sabun, deterjen & sikat kuku - Larutan desinfektan klorin 0,5%
3. Obat-obatan emergensi :
- Larutan Ringer Laktat 500 mL
- Ergometrin maleat 0.2 mg 2 ampul
- Set infus
- Oksitosin 10 U 3 ampul
- Kateter intravena ukuran 16-18 G
- Magnesium Sulfat 40% (10 g dalam 25 mL) 2 vial

V. DASAR TEORI
A. KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur (adanya
his 2-3x dalam 10 menit) dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.

Fase laten pada kala I Persalinan:


- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka sampai dengan 3 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

Fase aktif pada kala I persalinan:


- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

- Dari pembukaan lebih dari 3 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10


cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm per jam (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Tabel 1. Pemantauan Kemajuan Persalinan dalam Kala I


Kemajuan Persalinan Keadaan Ibu Keadaan Janin
His/kontraksi uterus : Dipantau : Periksa DJJ tiap 30 menit
- Rekuensi - Tanda vital pada fase aktif
- Kekuatan - Status kandung kemih
- Durasi tiap kontraksi - Pemberian
His dikontrol tiap 30 menit makanan/minuman
sekali pada fase aktif Kontrol tensi tiap 4 jam
Pemeriksaan dalam (vaginal Waspadai bila terjadi : Jika selaput ketuban pecah,
toucher) : - Penurunan / peningkatan periksa :
- Pembukaan serviks tensi - Warna cairan yang keluar
- Penipisan serviks - Perdarahan (cek adanya meconium)
- Penurunan bagian terendah - Sesak nafas - Kepekatan
molding/molase - Tanda dehidrasi / shock - Jumlah cairan yang keluar
Kontrol tiap 4 jam - Perubahan perilaku - Molase kepala
- Sakit kepala, pandangan
kabur
Pemeriksaan luar
(abdomen) :
- Penurunan kepala
Kontrol tiap 4 jam pada fase
aktif
Kemajuan persalinan normal berjalan sesuai dengan partograf. Dengan melakukan
pemantauan kala I menggunakan partograf, akan diketahui :
- Apakah persalinan bisa berjalan normal.
- Kemungkinan persalinan bermasalah (kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf).
- Kapan dokter harus menunggu, mulai waspada dan melakukan tindakan medis.
- Tanda kegawatdaruratan (ibu dan janin) diketahui secara dini.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

B. KALA II PERSALINAN
Kala II persalinan adalah ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) sampai bayi
dilahirkan. Prosesnya bisa berlangsung antara 30 menit (multigravida) sampai 1 jam
(primigravida).

MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II


1. HIS 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik.
2. Ibu merasakan dorongan kuat untuk mengejan atau tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina
3. Ibu ingin mengejan
4. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol.
5. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
a. Pembukaan lengkap (porsio tidak teraba, teraba kepala dengan presentasi
belakang kepala)
b. Penurunan kepala di Hodge III/ III+.
c. Penunjuk/denominator ubun-ubun kecil (UUK) di kiri atau kanan atas.
d. Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah.

MELAKUKAN PIMPINAN PERSALINAN


Prinsip pimpinan persalinan :
- Ibu dipimpin mengejan saat ada his
- Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher bayi.
- Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi luar.
- Menolong melahirkan bahu.
- Menolong kelahiran badan dan tungkai.
- Mengusap muka bayi untuk membersihkan mulut dan hidung setelah kepala
bayi lahir
- Mengupayakan/ menahan agar perineum tidak robek saat kepala lahir.
- Melakukan episiotomi (sesuai indikasi).

Prosedur pimpinan Kala II :


1. Penolong : memakai apron, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dan
pakai sarung tangan steril.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kassa steril yang dibasahi akuades steril
3. Memastikan pembukaan lengkap (periksa dalam).
4. Memastikan kondisi janin baik dengan memeriksa DJJ janin dalam batas normal saat
relaksasi uterus.
5. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan minta ibu untuk mengedan sesuai
instruksi.
6. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase puncak his. Minta ibu untuk menarik lipat
sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan abdomen menjadi efektif.
7. Istirahatkan ibu bila his menghilang. Letakkan kembali tungkai ibu di atas ranjang
persalinan. Dengarkan denyut jantung bayi pada waktu tersebut (tiap 5 menit).
8. Pimpin ibu mengedan hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva. Bila diperlukan,
lakukan episiotomi.
9. Bila episiotomi dianggap tidak perlu karena perineum ibu terlihat elastis, pimpin ibu
mengedan terus bila subocciput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion).
10. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur supaya defleksi kepala tidak
terlalu cepat). Letakkan tangan yang lain pada perineum dengan merentangkan telunjuk
dan ibu jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut dapat mendorong perineum
untuk membantu terjadi ekspulsi kepala (lahirnya, berturut-turut, ubun-ubun besar
(UUB), dahi, mata, hidung, mulut dan dagu). Hilangkan tahanan pada belakang kepala
secara bertahap.
11. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, tunggu dan perhatikan proses
putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi) secara spontan.
12. Pastikan tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Bila terdapat lilitan tali pusat secara
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
kuat, klem tali pusat di 2 tempat dan potong di antara kedua klem tersebut.
13. Ambil kain/ handuk bersih, seka dengan lembut muka, mulut, hidung dan kepala bayi
dari darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan
daerah sekitar bokong ibu.
14. Melahirkan seluruh badan bayi :
a. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi
depan, jari telunjuk dan jari tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi
ke bawah sehingga bahu depan lahir.
b. Gerakkan bayi ke atas hingga bahu belakang lahir.
c. Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai. Letakkan di antara kedua paha ibu.
d. Bila persalinan dilakukan di atas meja ginekologi, setelah kedua bahu lahir, topangkan
badan bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi.
Setelah bayi lahir lengkap, letakkan bayi di atas perut ibu, atau minta asisten memegang
bayi supaya tidak terjatuh.
C. KALA III
Tanda-tanda plasenta lepas:
- Terjadi kontraksi rahim sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong ke
atas.
- Plasenta di dorong kearah segmen bawah rahim.
- Tali pusat bertambah panjang.
- Terjadi perdarahan mendadak.

MANAJEMEN KALA III AKTIF


Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:
1. Pemberian suntikan oksitosin IM dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, agar segera terjadi separasi plasenta.
3. Masase fundus uteri setelah plasenta lahir

PROSEDUR MANAJEMEN AKTIF KALA III


1. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.
Alasan: Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai
sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.
2. Letakkan bayi di perut ibu.
3. Pemberian suntikan Oksitosin
a. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain (Undiagnosed twin)
Alasan: Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan
pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat pada korpus uteri karena
dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

b. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.


c. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada
1/3 bagian atas paha bagian luar (m. rektus lateralis).
Alasan: Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif
sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh
darah.
Catatan: Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi puting susu
atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan
pelepasan oksitosin secara alamiah. Jika peraturan/program kesehatan memungkinan,
dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual) sebagai pengganti oksitosin.
4. Klem tali pusat
a. Klem tali pusat 1 menit setelah bayi lahir untuk memberi sejumlah darah melalui tali
pusat. Klem tali pusat pada jarak sekitar 5 cm dari umbilikus bayi, jepit tali pusat di
antara jari tengah dan jari telunjuk (pada tepi klem yang sesuai dengan sisi ibu)
kemudian ekspresikan darah dalam tali pusat dengan menggeser jari-jari tersebut ke arah
ibu.
b. Pasang klem kedua pada tali pusat yang telah diekspresi, dengan jarak 3 cm dari klem
pertama.
c. Oleskan povidone-iodine di sekeliling tali pusat di antara kedua klem.
d. Pegang tali pusat di antara 2 klem dengan satu tangan kiri, kemudian dengan tangan
yang lain, gunting tali pusat di antara kedua klem tersebut.
e. Serahkan bayi pada ibu untuk diberi ASI dini (Inisiasi Menyusu Dini).
5. Peregangan Tali Pusat Terkendali
a. Pastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus (hamil tunggal).
b. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat, sekitar
5-20 cm dari vulva.
Alasan: Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.
c. Satu tangan memegang klem tali pusat untuk menegangkan dan membuat tarikan
terkendali pada tali pusat.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

d. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis
pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat.
e. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan
yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-
kranial). Lakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
f. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau
tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
g. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat
ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
korpus uteri bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
h. Tetapi jika langkah 4 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun
setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.
Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
- Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan
dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap
kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
i. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar
melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir).
Alasan: Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu.
j. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali
pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah
penampung. Karena selaput ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua tangan
dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
k. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
Alasan: Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu mencegah
tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

l. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan
hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari- tangan anda atau
klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
m. Periksa apakah seluruh plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap :
- Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.
- Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada
bagian plasenta dan selaput ketuban yang terobek atau tertinggal di dalam uterus.
- Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak ada lobus
tambahan.
- Evaluasi selaput ketuban untuk memastikan kelengkapannya.
- Lakukan penilaian bentuk dan berat plasenta.
n. Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus dengan menggosok
permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau jari-jari tangan sehingga
kontraksi berlangsung baik (uterus teraba keras).
Catatan:
- Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua.
- Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan
kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
- Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan di
atas.
- Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit.
- Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta
tidak lahir setelah 30 menit, harus melakukan manual plasenta.

Perhatikan:
- Jika sebelum plasenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan
tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
- Jika setelah manual masih terjadi perdarahan maka lakukan kompresi bimanual
internal/eksternal atau kompresi aorta. Beri oksitosin 10 IU dosis tambahan atau

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus berkontraksi kuat dan
perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi.

D. KALA IV
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah
melahirkan, perlu dilakukan pemantauan dalam waktu tersebut dikamar bersalin sebelum
dipindahkan ke kamar rawat inap untuk mengetahui komplikasi dini pasca persalinan
terutama perdarahan postpartum.

Pemantauan kala IV :
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang
pispot datar dan lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus, status
kandung kemih dan perdarahan mtiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala III. Lakukan
estimasi jumlah perdarahan.
4. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus tetap
baik tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala IV.
5. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum
secukupnya.
6. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada
komplikasi, pasangkan pembalut dan celana dalam. Pakaikan kain dan selimuti ibu.
Pindahkan ibu ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung dengan bayinya sesegera
mungkin.

VI. LEMBAR PENGAMATAN


PENILAIAN
NO LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
PERSIAPAN
1 Melakukan persiapan instrumen dan medikamentosa
2 Mengecek perlengkapan untuk ibu dan bayi
3 Persiapan penolong

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

KALA I
4 Mengenali fase laten dan fase aktif kala I
5 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik persalinan
6 Membuat diagnosis klinis terhadap kondisi ibu dan bayi
7 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PENGENALAN KALA II
8 Mengenali gejala kala II
9 Mengenali tanda kala II (dari pemeriksaan dalam)
10 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PIMPINAN KALA II
11 Mempersiapkan ibu pada posisi siap melahirkan
12 Memimpin ibu untuk mengedan pada puncak his
13 Mengistirahatkan ibu jika his hilang dan memeriksa DJJ pada
waktu tersebut
14 Mengetahui indikasi kapan diperlukan episiotomy
15 Melakukan tindakan episiotomy dengan benar (infiltrasi anestesi,
menggunting perineum saat his)
16 Menahan perineum dan mengatur defleksi kepala bayi
17 Membersihkan muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah,
air ketuban dan verniks kaseosa
18 Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat di leher bayi
19 Membantu melahirkan seluruh badan bayi dengan benar
20 Memastikan bayi bisa bernafas spontan
21 Memberikan bayi kepada asisten untuk dibersihkan
MANAJEMEN AKTIF KALA III
22 Memberikan injeksi Oksitosin 10 U im
23 Mengklem dan memotong tali pusat dengan benar
24 Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan benar
25 Mengenali tanda-tanda lepasnya plasenta

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

26 Memimpin ibu untuk mengedan saat his untuk melahirkan


plasenta
27 Melakukan tindakan2 untuk membantu melahirkan plasenta
dengan benar
28 Memeriksa apakah seluruh plasenta telah lahir secara lengkap
29 Melakukan masase ringan pada uterus untuk memastikan dan
memperbaiki kontraksi uterus
MENJAHIT EPISIOTOMI
30 Mengecek efektifitas anestesi dan menambahkan anestesi bila
perlu
31 Melakukan jahitan dengan benar
32 Melakukan jahitan dengan pemeriksaan colok dubur
33 Menutup luka dengan kasa steril dibubuhi cairan antiseptik
PEMANTAUAN KALA IV
34 Melakukan pemantauan tanda vital dan kontraksi uterus
35 Melakukan pemantauan terhadap kemungkinan perdarahan
36 Mengetahui komplikasi/ penyulit pada kala IV
Penilaian Profesionalisme
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
I. PENDAHULUAN
Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan
pertama kali, dari sang dokter sangat diperlukan pengertian (sympathy), kesabaran,
dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter
hendaknya didampingi oleh seorang pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis
muda belia dan anak kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.
Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik untuk bagian terbesar berkisar
antara 3 gejala pokok, yaitu perdarahan, rasa nyeri dan pembengkakan. Berkaitan
dengan hal tersebut maka pemeriksaan ginekologik yang dilakukan adalah dalam

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

upaya menemukan dan menegakkan diagnosis kelainan ginekologis dari penderita


tertentu.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Setelah selesai melakukan latihan pemeriksaan ginekologi ini mahasiswa
diharapkan mampu melakukan pemeriksaan ginekologis.
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi yaitu :
1. Pemeriksaan abdomen bagian bawah dan lipat paha (groin)
2. Pemeriksaan genitalia luar
3. Pemeriksaan genitalia dalam dengan spekulum
4. Pemeriksaan bimanual
5. Pemeriksaan rektovaginal
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


 Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan
ginekologi (10 menit)
 Pemutaran film tentang cara pemeriksaan ginekologi.
(5 menit)
 Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar. (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan ginekologi

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

20 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur


 Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil (1 Mahasiswa
kelompok terdiri 6-9 mahasiswa).
 Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-
3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.
90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan Mahasiswa
ginekologis secara bergantian masing-masing selama 10 Instruktur
menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Meja 1 buah + alat tulis
b. Kursi 3 buah
c. Manikin
d. Sarung tangan
e. Tempat cuci tangan, air, sabun, alat pengering tangan
f. Meja periksa / tempat tidur pasien
g. Lampu sorot
h. Doek kain pentup untuk ibu
i. Spekulum bivalve
j. Jelly

V. LEMBAR PENGAMATAN
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
I. PERSIAPAN
1. Menjelaskan mengapa pemeriksaan dilakukan.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah abdomen
dan genitalnya.
3. Meminta ibu melepas pakaian dan membantunya naik ke

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

meja periksa.
4. Mencuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar
bersih dan dikeringkan dengan kain bersih dan kering atau
dianginkan.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN GROIN
5. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa dengan kedua
lengan di samping
6. Memapar seluruh abdomen
7. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen. Perhatikan
letak dan bentuk pusar (umbilikal)
8. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah terdapat warna
yang tak biasa, parut (skar), guratan (strecth mark) atau
ruam dan lesi.
9. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan jari-jari
tangan, mempalpasi semua area abdomen. Mengidentifikasi
adanya massa, daerah yang nyeri atau resistensi otot.
Mencatat temuan.
10. Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, kenyerian (tenderness), mobilitas dan
pergerakan massa. Mencatat massa dan area nyeri yang
ditemukan.
11. Mengidentifikasi area yang terasa nyeri (tender area). Jika
terdapat nyeri, periksa apakah terjadi rebound tenderness.
12. Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah (groin),
memakai sepasang sarung tangan periksa sebelum
memeriksa groin. Mempalpasi kedua area abdomen bawah
apakah terdapat benjolan.
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR
13. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan
(stirrups). Jika tidak ada dudukan, membantu ibu menaruh
kedua kakinya di tepi luar ujung meja. Tutupi ibu dengan
duk/drape.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

14. Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih dan


dikeringkan dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan.
15. Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah
genital.
16. Memakai sepasang sarung tangan periksa
17. Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah
genital ibu untuk mencegah ibu terkejut.
18. Memperhatikan labia, klitoris dan perineum
19. Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari,
memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan mulut
vagina
20. Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat benjolan,
discharge, nyeri (tenderness), ulcer dan fistula. Rasakan
apakah ada ketidakberaturan atau nodules.
21. Memeriksa kelenjar skene (skene’s gland) untuk melihat
adanya keputihan dan nyeri. Dengan telapak tangan
menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina
lalu dengan lembut mendorong ke atas mengenai uretra dan
memerah kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke
uretra. (Jika ada discharge, ambil hapusan (smear) untuk
pewarnaan Gram dan tes apakah ada gonorrhea dan
chlamydia, jika fasilitas laboratorium tersedia)
22. Memeriksa kelenjar Bartholini untuk melihat apakah ada
discharge dan nyeri. Masukkan jari telunjuk ke dalam
vagina di sisi bawah mulut vagina dan meraba dasar masing-
masing labia majora. Dengan menggunakan jari dan ibu jari,
mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada benjolan
atau nyeri. (Jika ada discharge, ambil hapusan (smear) untuk
pewarnaan Gram dan tes apakah ada gonorrhea dan
chlamydia, jika fasilitas laboratorium tersedia)
23. Meminta ibu untuk mengedan ketika menahan labia dalam
posisi terbuka. Periksa apakah terdapat benjolan pada

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

dinding anterior atau posterior vagina.


24. Melihat perineum. Memeriksa apakah terdapat parut
(scarring), lesi, inflamasi, atau retakan kulit.
IV. PEMERIKSAAN DENGAN SPEKULUM
25. Mengambil spekulum bivalve (spekulum cocor bebek) dan
menunjukkannya kepada ibu. Menjelaskan apa yang akan
dilakukan
26. Memasukkan spekulum sepenuhnya dan buka cocor bebek.
Melihat dinding vagina dan perhatikan apakah terjadi
inflamasi, ulcer atau sores. Periksa apakah terdapat
discharge
27. Melihat serviks dan os lalu perhatikan warna, posisi,
kehalusan permukaan, atau discharge. Jika serviks mudah
berdarah atau terdapat mucopus, ambil spesimen untuk
pewarnaan Gram dan tes apakah terdapat gonorrhea dan
chlamydia, jika fasilitas laboratorium tersedia.
28. Melepas spekulum
29. Menaruh spekulum dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi
V. PEMERIKSAAN BIMANUAL
30. Basahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang akan
dimasukkan ke dalam vagina (pelvic hand) dengan air
bersih atau sekresi vagina.
31. Memisahkan labia dengan dua jari tangan abdomen
(abdominal hand) lalu masukkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah tangan pelvis (pelvic hand) ke dalam vagina
32. Ketika memberi tekanan ke bawah, tunggu sampai otot
perineum menjadi relaks/lemas. Secara bertahap masukkan
kedua jari sepenuhnya sampai menyentuh serviks.
33. Memutar telapak tangan menghadap ke atas dan ikuti
mukosa vagina anterior sampai serviks tersentuh

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

34. Rasakan panjang, ukuran dan bentuk serviks. Perhatikan


posisi dan konsistensinya
35. Menggerakkan serviks dengan lembut dari sisi satu ke sisi
lain diantara kedua jari. Perhatikan apakah ibu merasa sakit.
36. Dengan telapak menghadap ke atas, letakkan kedua jari di
rongga belakang serviks untuk meraba rahim
37. Meletakkan tangan yang lain pada abdomen, di tengah
antara pusar dan tulang pubis.
38. Perlahan-lahan menggeser tangan pada abdomen ke arah
simfisis pubis dengan menekan ke bawah dan ke depan
dengan telapak jari-jari tangan. Pada saat yang sama, tekan
ke atas dengan kedua jari tangan yang berada dalam vagina,
berusaha memerangkap rahim diantara kedua tangan. Jika
rahim tidak teraba, periksa apakah rahim dalam posisi
retroverted.
39. Mempalpasi uterus dan memeriksa :
 Ukuran
 Bentuk
 Letak
 Konsistensi
 Mobilitas
 Nyeri
40. Mencari ovarium dengan meletakkan jari-jari tangan yang
ada dalam vagina dengan ujung jari pada lateral forniks.
Menggerakkan tangan yang berada pada abdomen ke sisi
yang sama dan lateral terhadap rahim. Tekan dengan tangan
yang di abdomen dan menekan keatas dengan jari tangan
yang berada dalam. Dengan lembut menggerakkan jari-jari
kedua tangan dan menggerakkan jari-jari ke arah simfisis
pubis.

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

41. Menentukan ukuran, konsistensi, mobilitas ovarium jika


teraba.(Normalnya: kedua ovarium/adneksa tidak teraba)
42. Ulangi prosedur di atas untuk ovarium sisi lainnya
43. Memeriksa ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan nyeri
dari massa yang ada dalam adneksa.
VI. PEMERIKSAAN REKTOVAGINA
44. Menjelaskan kepada ibu tentang apa yang akan dilakukan
45. Jika perlu mengganti sarung tangan, celupkan kedua tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, lalu lepaskan dengan membalik sisi dalam keluar.
Jika akan dibuang, masukkan ke dalam kantung plastik. Jika
akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan merendam dalam
larutan klorin 0,5%.
46. Perlahan-lahan masukkan jari tengah ke dalam rektum dan
jari telunjuk ke dalam vagina. Meminta ibu untuk
menghembuskan nafas agar lebih santai.
47. Tekan dengan kencang dan dalam dengan tangan yang
berada di atas tulang pubis sementara jari-jari yang berada
dalam vagina dan rektum menekan servisk secara anterior.
48. Meraba permukaan rahim untuk mengetahui apakah terasa
halus
49. Memeriksa apakah terasa nyeri atau ada massa diantara
rahim dan rektum
50. Setelah selesai memeriksa, keluarkan kedua jari secara
perlahan.
51. Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, melepas sarung tangan
dengan membalik sisi dalam keluar dan menaruh ke dalam
kantung plastik
VII. SELESAI MELAKUKAN PEMERIKSAAN
52. Jika sarung tangan akan dibuang, letakkan dalam kantung
plastik

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

53. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih, lalu
dikeringkan dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan.
54. Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta ibu
berpakaian
55. Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang tak normal
dan hal-hal perlu dilakukan, jika ada. Jika hasil pemeriksaan
normal, katakan padanya bahwa semuanya dalam keadaan
normal dan sehat.
Note : Ya = Mahasiswa Melakukan
Tidak = Mahasiswa Tidak Melakukan

PEMERIKSAAN FISIK PADA PAYUDARA DAN SADARI


I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan payudara merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk
skrining keganasan payudara. Pemeriksaan ini tidak dapat digantikan dengan
pemeriksaan yang lain, seperti mamografi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
penderita sendiri secara rutin atau oleh dokter. Pemeriksaan payudara dianjurkan
dikerjakan secara rutin untuk wanita usia 20-40 tahun, terutama pada penderita dengan
risiko tinggi. Diagnosis dini dari kelainan pada payudara dapat menghindarkan wanita
dari operasi yang besar dan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dan
pemeriksaan fisik payudara dan sadari
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan anamnese dan pemeriksaan fisik
payudara dan sadari
2. Mahasiswa menemukan kelainan dalam pemeriksaan
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil yang ditemukan dalam pemeriksaan

III. RANCANGAN ACARA KEGIATAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


30-35 - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber
menit - Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan fisik pada
kelainan onkologi
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan fisik (10
menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film (10 menit)
10 menit Mahasiswa dibagi atas kelompok Small Group Discussion Instruktur
(12-15 menit) dan tiap satu kelompok satu instruktur.

Demonstrasi oleh Instruktur


Instruktur memperlihatkan tata cara pemeriksaan fisik pada
payudara dan sadari
Tahap I: Perkenalan
- Ketika pasien masuk keruang periksa, dokter
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian
memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat,
pekerjaan, status perkawinan, agama sambil
mencocokkan dengan rekam medis
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata,

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

komunikasi, cara berbicara dan interaksi lingkungan.


- Perhatikan interaksi pasien dengan pendamping.
Tahap II: Informed Consent
Meminta izin kepada pasien sebelum memulai
pemeriksaan fisik dan mencuci tangan sebelum
memulai.
Tahap III: Melakukan pemeriksaan fisik dan mencuci
tangan setelah selesai
30 menit Coaching : Instruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan Mahasiswa
dibimbing oleh instruktur.
Kepada mahasiswa diberikan satu kasus simulasi.
90 menit Self Practice: Mahasiswa
Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik sendiri secara
bergantian masing-masing selama 10 menit.

IV. DASAR TEORI

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

A. Anamnesis
Untuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis
secara umum dilanjutkan anamnesis khusus, meliputi:
a. Keluhan di payudara dan ketiak :
 Benjolan di payudara, kecepatan tumbuhnya
 Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi
 Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak
 Puting retraksi, meninggi atau melipat
 Perubahan kulit pada payudara, borok atau ulserasi
 Benjolan dan rasa sakit di ketiak
 Edema lengan
b. Riwayat sebelumnya:
 Biopsi atau operasi payudara atau tempat lain
 Pemakaian obat-obatan, hormone, termasuk pil KB dan lama
pemakaiannya
c. Riwayat reproduksi:
 Usia menarche
 Frekuensi menstruasi, lama menstruasi, teratur atau tidak
 Jumlah kehamilan, anak laki-laki atau perempuan, abortus
 Riwayat menyusui, lamanya menyusui
 Usia menopause, sudah berapa alam menopause
 Penting: anamnesis keluarga lengkap
d. Riwayat Keluarga:
 Sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, ca recti, sarcoma
jaringan lunak)
 Batuk, sesak nafas
 Kelelahan umum

B. Pemeriksaan Fisik:
Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan
senyaman mungkin, kita jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

pemeriksa dan kamar dalam keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai
penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya
ditemani paramedik wanita.
a. Inspeksi
Penderita diminta untuk membuka pakaian sampai ke pinggang. Pemeriksaan
dilakukan dengan posisi penderita duduk menghadap dokter dengan kedua lengan
penderita di samping tubuh dan di pinggang.
1. Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau kontur
dari kedua payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak papilla
mammae juga dibandingkan dari kedua payudara. Letaknya biasanya SIC 4
atau 5 pada linea mid clavicullaris untuk penderita pria atau wanita muda.
Karena faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lemak atau kelenjar susu
maka posisi puting menjadi sangat bervariasi.
2. Dilihat apakah ada nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat
merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat bagaimana
bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya, warnanya.
3. Adakah perubahan warna? Perubahan warna kemerahan menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh inflamasi. Dapat juga
disebabkan keganasan terutama bila segmen atas ditemukan dilatasi dari vena.
4. Adakah luka/borok. Erosi pada aerola atau puting payudara biasanya akan
tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit yang
mengalami erosi. Erosi tsb biasanya melibatkan dua sisi sedangkan pada
keganasan atau Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.
5. Adakah bengkak pada kulit? Bengkak yang disebabkan karena infeksi dan
sumbatan saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda.
Sumbatan karena mekanis atau limfedema akan memberikan gambaran peau
d’orange atau orange peel atau pig skin. Biasanya karena adanya infiltrasi
keganasan pada limfonodi atau jalur limfenya.
6. Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Dimpling ini bila ada akan sangat
mudah terlihat dan merupakan petunjuk ke arah keganasan, walaupun dapat
juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca operasi atau bekas infeksi
sebelumnya. Keadaan ini mungkin baru akan nampak bila penderita

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

mengangkat tangannya diatas kepala. Cara lain dengan membungkukkan


pasien di pinggang, dagu dan bahu mengarah ke depan. Adanya lekukan,
tarikan atau kulit yang tidak rata akan segera terlihat.
7. Adakah nipple discharge atau keluar cairan dari papilla mammae yang perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada saat palpasi.

Manuver Kontraksi Muskulus Pektoralis


Digunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan muskulus pektoralis.
Dilakukan dengan cara penderita duduk dengan tangan diletakkan di pinggang
dan tangan menekan pinggang, sehingga muskulus pektoralis akan
berkontraksi. Bila pada payudara terdapat benjolan atau ada area yang
terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas. Manuver ini juga dapat untuk
membedakan apakah benjolan pada payudara tersebut terfiksasi atau dapat
bergerak (mobile). Massa yang terfiksasi akan lebih sulit untuk digerakkan
pada saat muskulus pektoralis dikontraksikan. Setelah dilakukan inspeksi pada
seluruh payudara, aksila dan supraklavikula, kemudian kita lakukan palapasi.
b. Palpasi
Perlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi. Ini
memerlukan waktu dan pengalaman. Kelenjar susu yang berlobulasi dapat
disalahpersepsikan sebagai massa. Lemak subkutan juga menyebabkan perbedaan
hasil dari palpasi payudara. Juga perlu diingat menjelang mendtruasi dan saat
hamil payudara menjadi membengkak, berlobus dan lebih sensitive. Setelah
menstruasi, payudara akan mengecil dan lebih lembek. Pada saat kehamilan,
payudara menjadi besar dan keras dengan lobulasi yang jelas sehingga
menyulitkan palpasi tumor. Bila penderita mengeluh terdapat benjolan pada salah
satu payudara, tetap lakukan seluruh prosedur pemeriksaan dengan memulai
palpasi pada sisi yang sehat terlebih dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan
yang lain. Prosedur yang direkomendasikan yaitu pemeriksaan dimulai dari lateral
atas dari tiap payudara, melingkar searah jarum jam ke arah dalam sampai ke
tengah, dilakukan dengan tekanan yang ringan.
Palpasi harus dilakukan pada dua posisi, yaitu pada saat penderita duduk dan
terlentang. Pada saat terlentang bahu dinaikkan sedikit dengan mengganjal

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

punggung atas dengan bantal. Pemeriksaan dilakukan dengan lembut


menggunakan seluruh jari mendatar pada satu tangan. Akan membantu bila pada
saat memeriksa bagian medial tangan diletakkan di belakang kepala, bila
memeriksa bagian lateral tangan penderita diletakkan disamping badan. Pada saat
penderita duduk, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan payudara di antara
kedua tangan pemeriksa. Tehnik ini sangat mungkin untuk mendeteksi lesi pada
subareola atau daerah puting. Bila terdapat massa dibawah puting kemungkinan
tidak akan teraba bila penderita berbaring. Saat penderita duduk, payudara
diletakkan diantara kedua tangan maka massa dibawah puting sangat mungkin
teraba. Untuk menentukan massa pada payudarqa mobile atau terfiksasi, dinilai
menggunakan satu tangan. Satu tangan menekan massa perlahan lahan, bila massa
dapat digerakkan atau berkapsul maka massa akan tergelincir menjauh dan
menghilang, bila tekanan dihilangkan maka massa akan kembali.
Bila pemeriksa mencurigai adanya discharge dari puting, maka cara untuk
menemukanna adalah dengan melakukan pijatan pada payudara kea rah puting
secara lembut. Dengan demikian bila ada discharge yang hemoragis maka perlu
dilakukan pemeriksaan sitologi dengan menampungnya pada preparat dan
difiksasi.
Daerah aksila dan supraklavikula diperiksa bergantian dengan penderita pada
posisi duduk. Pada pemeriksaan aksila sangat penting untuk melemaskan fasia
aksilaris. Untuk dapat melakukan ini maka lengan penderita harus ditahan/
disangga dengan tangan pemeriksa. Dilakukan palpasi dari bagian lateral atas
thoraks sampai dengan apeks dari aksila. Semakin hati-hati pemeriksa, maka
semakin banyak informasi yang didapat. Untuk pemeriksaan payudara pada
penderita dengan obesitas hasilnya kurang dapat dipercaya.
Pemeriksaan limfonodi supraklavikularis sangat tepat bila dilakukan dengan
pemeriksa berdiri di belakang penderita. Berapa banyak benjolan dan
konsistensinya harus dicatat. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah
pembesaran kelenjar ini disebabkan oleh tumor atau infeksi. Bila dari pemeriksaan
palpasi payudara didapatkan nodul, maka hal-hal yang perlu dilaporkan adalah:
1. Letak lesi yang dilaporkan sesuai dengan kuadran payudara

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2. Jumlah nodul: apakah nodul tunggal atau multiple, bagaimana hubungan antar
nodul (soliter atau menyatu)
3. Sensitivitas: apakah nodul nyeri bila ditekan
4. Konsistensi nodul: keras seperti batu, kenyal, lunak atau kistik
5. Fiksasi pada dinding dada, apakah melekat pada dinding dada atau dapat
digerakkan dari dinding dada.
6. Fiksasi pada kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau bahkan menembus kulit\
7. Adakah perubahan warna kulit
8. Adakah perubahan suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah
sekitarnya
9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi aksila dan supraklavikularis.
Nodul oada kelenjar aksila dan supraklavikularis juga harus dilaporkan secara
rinci sesuai dengan nodul pada payudara

V. LEMBAR PENGAMATAN
NO LANGKAH KLINIK PENILAIAN
Pemeriksaan Payudara YA TIDAK

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

1 Menyiapkan pasien dan menjelaskan tujuan


pemeriksaan
2 Melakukan anamnesis khusus payudara meliputi :
 Keluhan yang berhubungan dengan
payudara
 Riwayat reproduksi
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Riwayat penyakit keluarga
 Keluhan yang berhubungan dengan
metastasis
3 Menyebutkan nama pasien pada saat mengajukan
pertanyaan.
4 Melakukan informed consent sebelum melakukan
pemeriksaan
5 Pasien diminta menuju ke bed dan diminta
membuka baju.
Pasien disuru menaikan kedua lengan keatas
6 Inspeksi: simetris, nodul, perubahan warna kulit,
luka, discharge, dll
7 Melakukan dan melapokan hasil pemeriksaan
inspeksi pada manuver pektoralis
8 Melakukan dan melapokan hasil pemeriksaan
palpasi dengan benar (pasien diminta dalam posisi
duduk)
9 Melakukan dan melapokan hasil pemeriksaan
palpasi dengan benar (pasien diminta dalam posisi
berbaring)
10 Melakukan dan melapokan hasil pemeriksaan
palpasi limfonodi aksila dan supraklavikula
dengan benar
11 Setelah pemeriksaan selesai pasien diminta untuk
memakai baju kembali dan kembali ke tempat

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

duduk
12 Pemeriksa memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada pasien
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

PEMASANGAN AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM)

PENGERTIAN
Keterampilan pemasangan AKDR dirancang untuk menyiapkan tenaga kesehatan lini
terdepan
agar mampu dan terampil dalam melakukan pemasangan dan pencabutan AKDR Copper T
380 A dengan baik dan benar.

TUJUAN
- Meningkatkan sikap positif terhadap manfaat dan pemakaian AKDR yang tepat.
Melakukan seleksi klien yang mencakup riwayat hidup dan pemeriksaan fisis
- Melaksanakan praktek pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk mengurangi infeksi
pasca pemasangan dan penularan hepatitis B/AIDS
- Memasukkan lengan AKDR Cu T 380 A didalam kemasan sterilnya tanpa menggunakan
sarung tangan.
- Memasang AKDR Cu T 380 A secara hati – hati dengan menggunakan tehnik
pemasangan ”tanpa sentuh”
- Memberikan konseling sebelum dan setelah pemasangan AKDR
- Menjelaskan indikasi pencabutan AKDR
- Mencabut AKDR Cu T 380 A dari klien.

Media dan alat yang di gunakan :


BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

1. Penuntun belajar untuk pemasangan dan pencabutan AKDR


2. Cu T 380 A, Spekulum Cocor Bebek, Tenakulum, Sonde rahim, gunting, tampon tang,
gunting, klem aligator, sarung tangan, kain penutup tubuh, model anatomik, ember
untuk cairan dekontaminasi, sabun

Langkah Kerja Pemasangan AKDR :

NO. LANGKAH / KEGIATAN KET


KONSELING AWAL
1. Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan
kedatangannya
2. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara
kontap dan metode reversibel :
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin akan dialami
4. Jelaskn apa yang bisa diperoleh

1. Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien


2. Kumpulakan data data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )
3. Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya )
4. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB
5. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
yang simpatik
6. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
7. Bila klien memilih AKDR :Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek
samping AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar dimengerti oleh klien

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

1. Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada
2. masalah kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :
 Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
 Riwayat kehamilan ektopik
 Nyeri yang hebat setiap haid
 Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
 Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual
( PHS ) atau infeksi panggul
 Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
 Kanker serviks
3. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan
apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan

BLOK MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI DAN BKKBN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

4. Pastikan klien sufdah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci


kemaluannya menggunakan sabun
5. Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
6. Tolong klien naik ke meja pemeriksaan
7. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau
kelainan lainnya didaerah supra pubik

1. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul


2. Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
3. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
4. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
5. Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
6. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
7. Masukkan Spekulum vagina
8. Lakukan pemeriksaan spekulum :
- Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
- Inspeksi serviks
Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan
spesimen. Bila tidak, dilakukan pembersihan vagina, porsio dan
sekitarnya dengan khasa + larutan betadine.
9. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat
semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10. Lakukan pemeriksaan bimanual :
- Pastikan gerakan serviks bebas
- Tentukan besar dan posisi uterus
- Pastikan tidak ada kehamilan
- Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa

11. Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi :


- Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
- Adanya tumor pada Cavum Douglasi
12. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka
dan rendam dalam keadaan terbalik

1. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan.
2. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh
benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter
sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik


tabung inserter dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk
memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut ke
dalam tabung inserter.
 Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR,
cocokkan dengan ukuran kavum uteri
 Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
 AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

TINDAKAN PEMASANGAN AKDR

1. Pakailah sarung tangan yang baru

2. Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks

3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali

4. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)

5. Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch


tehnique) yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum
uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun
bibir spekulum.

6. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde

7. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di
dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung
inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan

8. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan


yang tidak steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.

9. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar
lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh


serviks atau sampai terasa adanya tahanan.

10. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan

11. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu


menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong

12. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke


serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan

- Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR


kurang lebih 3-4 cm

- Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi

- Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%

- Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-60 detik

- Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%

TINDAKAN PASCA PEMASANGAN

1. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi

2. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)

3. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam


larutan klorin 0,5%, buka dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
klorin 0,5%

4. Cuci tangan dengan air dan sabun

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

5. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang

KONSELING PASCA PEMASANGAN

- Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan


kapan harus dilakukan

- Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping

- Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol

- Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun

- Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila


memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan
AKDR tersebut dicabut.

- Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan

- Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

KONSELING KELUARGA BERENCANA


I. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu /Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia
merupakan yang tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini
posisi MMR Indonesia adalah 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Itu berarti
sekitar 20 ribu perempuan meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi
kehamilan. Pada tahun 1988, Program Safe Motherhood (SM) mulai dikenalkan
oleh WHO di Indonesia dengan tujuan utama menurunkan angka MMR dan
Infant Mortality Rate (IMR).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan konseling KB.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memperlakukan calon akseptor dengan baik,
melakukan pembukaan diri (menyapa calon akseptor dengan ramah,
menyebutkan nama dan mempersilahkan duduk)
2. Mahasiswa mampu melakukan interaksi dengan calon akseptor
(komunikasi verbal dan non verbal) dalam konseling KB
3. Mahasiswa mampu memberikan informasi yang baik kepada calon
akseptor seputar masalah alat-alat kontrasepsi, kelebihan dan
kekurangannya.
4. Mahasiswa mampu melakukan keterampilan bertanya dan mendengar
aktif (refleksi isi, refleksi perasaan dan merangkum) mengenai masalah
klien seputar KB
5. Mahasiswa dapat menginformasikan efek samping setiap alat kontrasepsi
dan penanganannya.
6. Mahasiswa memahami bahwa konseling bersifat membantu pasangan
suami istri mengambil keputusan dalam ber-KB berdasarkan informasi
yang lengkap yang diberikan Dokter Keluarga.

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan
( menit )
20 menit Introduksi pada kelas besar oleh nara sumber Nara sumber

20 menit Nara sumber melakukan peragaan langkah – langkah


dalam melakukan konseling
20-30 Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil. Tiap Instruktur dan
menit kelompok kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan mahasiswa
dilakukan berdasarkan kasus yang diberikan.

Coaching: mahasiswa melakukan konseling secara


bergantian (2-3 orang) sesuai kasus dengan dibimbing
oleh instruktur.
100 menit Self practise: mahasiswa melakukan sendiri Instruktur dan
konseling sesuai kasus secara bergantian, sehingga mahasiswa
total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung
jumlah mahasiswa)

IV. DASAR TEORI


Safe Motherhood (SM) merupakan suatu program pelayanan kesehatan
yang diterima oleh seorang wanita dari semenjak dia lahir serta adanya
keleluasaan/kemerdekaan untuk menentukan kehamilannya. Tujuan dari Safe
Motherhood yaitu melindungi hak reproduksi dan hak azazi manusia dengan
cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya yang tidak perlu terjadi.
Empat pilar intervensi safe motherhood adalah (1) Keluarga Berencana,
yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi
dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan,
jarak kehamilan dan jumlah anak sehingga diharapkan tidak ada kehamilan yang
tidak diinginkan, (2) Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

mungkin serta ditangani secara memadai (3) Persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai: pengetahuan, keterampilan, dan
alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi, dan (4) Pelayanan obstetri esensial yaitu
memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi
tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood
bertujuan untuk memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses
terhadap informasi dan pelayanan KB, agar dapat merencanakan waktu yang
tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan
dan tidak termasuk dalam kategori “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua
untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak.
Situasi di Indonesia, penentuan keikutsertaan dalam KB dipengaruhi oleh
suami, keluarga, budaya dan pengetahuan pasangan suami istri itu sendiri.
Pemahaman suami dan istri yang benar terhadap permasalahan KB ini, akan
mempengaruhi keputusan mereka untuk menjadi akseptor KB serta menentukan
pilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu kemampuan memberikan Konseling Keluarga Berencana
oleh tenaga kesehatan terutama Dokter Keluarga akan sangat mendukung dan
mempengaruhi pemahaman dan pengambilan keputusan keluarga tentang KB.

Ada beberapa macam defenisi tentang konseling:


1. Konseling adalah cara bekerja dengan orang dimana anda berusaha untuk
mengerti bagaimana perasaan mereka dan membantu mereka untuk
menentukan apa yang akan dilakukan (WHO, 2003).
2. Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk membantu penderita
untuk menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yang lengkap tentang
dirinya serta masalah kesehatan yang sedang dihadapi secara mandiri
(AVSC, 1995).
3. Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk membantu orang lain
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya


(Sadli, 1988).

Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling, terbentuknya sikap dan
perilaku tertentu adalah atas dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada
motivasi, keputusan ditentukan secara sepihak oleh dokter.

Bagaimana sikap seorang Dokter Keluarga/petugas kesehatan dalam melakukan


konseling yang baik terutama bagi calon klien/peserta KB baru :
1. Memperlakukan calon akseptor dengan baik
Dokter bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap calon
akseptor, dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga calon akseptor
dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah
pribadi sekalipun. Dokter meyakinkan klien bahwa ia tidak akan
mendiskusikan rahasia calon akseptor dengan orang lain.
2. Interaksi dokter dengan calon akseptor
Dokter harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan calon
akseptor, karena calon akseptor mempunyai kebutuhan dan tujuan
reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang dokter adalah cara
memahami bahwa calon akseptor adalah manusia yang membutuhkan
perhatian dan bantuan. Oleh karena itu dokter harus mendorong agar calon
akseptor berani berbicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik kepada calon akseptor
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan calon akseptor, berarti dokter
belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh seorang
calon akseptor. Dalam memberikan informasi dokter harus menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti calon akseptor.
4. Menghindari pemberian informasi berlebihan
Calon akseptor membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan.
Namun tidak semua calon akseptor dapat menangkap semua informasi
tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan
akan menyebabkan kesulitan bagi calon akseptor dalam mengingat

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu
pemberian informasi petugas harus memberikan waktu bagi calon akseptor
untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
5. Tersedianya metode yang diinginkan calon akseptor
Dokter membantu calon akseptor membuat keputusan mengenai pilihannya,
dan harus tanggap terhadap pilihan calon akseptor meskipun calon akseptor
menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan alat kontrasepsi.
Didalam melakukan konseling dokter mengkaji apakah calon akseptor
sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan
kerugiannya serta cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi
yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis alat kontrasepsi
dalam program KB. Dokter mendorong calon akseptor berpikir untuk
melihat persamaan yang ada dan membandingkan antarjenis kontrasepsi
tersebut. Dengan cara ini dokter membantu calon akseptor untuk membuat
suatu keputusan (informed choice). Jika tidak ada halangan dalam bidang
kesehatan sebaiknya calon akseptor mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai
dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan
yang dipilihnya, calon akseptor akan menggunakan kontrasepsi tersebut
lebih lama dan efektif.
6. Membatu calon akseptor untuk mengerti dan mengingat
Dokter memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada calon
akseptor agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara
penggunaannya. Dokter juga dapat memperlihatkan dan menjelaskannya
dengan flip chart, poster, pamflet. Dokter perlu melakukan penilaian bahwa
calon akseptor telah mengerti.

Langkah-langkah dalam melakukan konseling yaitu GATHER:


1. G : Greet client warmly (memberi salam, sapa calon akseptor dengan
........ramah,.terbuka dan sopan.membuka komunikasi)
2. A : Ask client about themselves (tanya tentang diri calon akseptor dan
.......keluhannya

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

3. T : Tell client about choice (beritahu pilihan solusi dari masalah .yang
dihadapinya)
4. H : Help client make an informed choices (bantu membuat pilihan .yang
tepat, dan memahami masalahnya)
5. E : Explain (jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan, siapa yan..akan
menolongnya dan dimana)
6. R : Refer dan Return (rujuk bila fasilitas tidak dapat memberikan pelayanan
yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan
terpilih sudah diberikan)

Greet client, sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan
penuh, katakan juga bahwa tempat pelayanan ini bersifat pribadi dan rahasia,
sehingga calon akseptor dapat mendiskusikannya dengan terbuka. Tanyakan
kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa saja
yang dapat diperolehnya.
Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti: tersenyum, salam calon
akseptor, isyarat tangan untuk mempersilahkan duduk).

Ask client about themselves, tanyakan calon akseptor tentang


permasalahannya/informasi tentang dirinya, pengalamannya dengan alat KB dan
kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan harapan serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan pula apakah telah ada metoda yang
diinginkan oleh calon akseptor. Berikan perhatian kepada calon akseptor apa
yang disampaikan calon akseptor sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan
caranya. Kita menyikapi dan mencoba menempatkan kita pada posisi calon
akseptor. Dengan begitu akan memudahkan kita memahami apa sebenarnya
permasalahan calon akseptor.
Gunakan keterampilan bertanya, tanya calon akseptor dengan menggunakan
pertanyaan terbuka: Apa? Bagaimana? Mengapa? (seperti: “Bagaimana
pengalaman ibu dengan alat kontrasepsi sebelumnya”?).

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Tunjukkan rasa empati, turut merasakan dan mengerti apa yang dirasakan oleh
calon akseptor. Contoh bila ibu mengatakan bahwa “Saya menggunakan KB
suntikan tapi selama saya ber-KB saya tidak pernah dapat haid lagi, saya takut”.
Anda dapat mengatakan : “Saya mengerti apa yang ibu khawatirkan”.

Gunakan refleksi balik/paraphrasing, yaitu mengulang apa yang calon


akseptor katakan kepada anda untuk menunjukkan bahwa anda telah mendengar
dan membantu calon akseptor untuk berbicara lebih banyak. Mengulang kalimat
calon akseptor jangan seperti membeo tetapi mengulang makna yang diutarakan
calon akseptor. Misalnya, “Tadi ibu mengatakan akibat ber-KB ibu jadi tidak
haid lagi, betul kan”?

Tell client about choice, sebutkan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada
metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain. Misalnya,
“Sebenarnya ada banyak cara ber-KB, ada pil, spiral, susuk, ataupun kondom.
Dari pilihan itu, yang mana yang telah ibu ketahui?

Help client make an informed choices, bantu membuat pilihan yang tepat,
dorong ia mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan!
Apakah metoda KB tersebut memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya
mendukung keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya. Tanyakan
metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk digunakan.

Explain fully how to use the choosen method, jelaskan cara menggunakan
metoda pilihannya setelah calon akseptor memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan obat/alat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat
kontrasepsi itu digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi
dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan lengkap.

Return visits should be welcomed, kunjungan kembali, bicarakan dan sepakati


kapan calon akseptor kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

permintaan alat kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga mengingatkan calon


akseptor untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

V. SKENARIO KASUS
Kasus :
Seorang wanita, umur 35 tahun datang ke praktek dokter keluarga, wanita
tersebut menyatakan keinginannya untuk menggunakan salah satu alat
kontrasepsi karena sudah mempunyai anak 3 orang. Sebelumnya dia pernah
menggunakan metode KB pil selama 3 bulan, tapi selama menggunakan alat
KB tersebut wanita itu menyatakan kalau dia mengalami haid secara terus-
menerus, biasanya lama haid dialaminya selama 7 hari, sejak mengkonsumsi pil
KB lama haidnya bisa sampai 15 -20 hari, sehingga timbul kekhawatiran
terhadap kondisi tersebut. Sebagai seorang Dokter Keluarga anda harus dapat
melakukan konseling sehingga wanita tersebut pada akhirnya paham tentang
berbagai metode kontrasepsi dan pada akhirnya memilih salah satu metode yang
menurutnya yang paling cocok/sesuai dengan diri

Kesimpulan : wanita itu memilih spiral sebagai alat kontrasepsi

VI. LEMBAR PENGAMATAN


Pengamatan
LANGKAH-LANGKAH
Ya Tidak
KONSELING KB
G : Greet client
1. Menyapa calon akseptor dengan ramah dan memperkenalkan
diri (bersalaman)
2. Mempersilahkan calon akseptor duduk
3. Menanyakan identitas calon akseptor (nama, umur, pekerjaan,
dan alamat)
4. Melakukan komunikasi non verbal
- tatapan mata
- mimik wajah
- tersenyum

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

A : Ask client about themselves


1. Menanyakan permasalahan calon akseptor sehubungan
dengan KB.
- Apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa tujuan ibu datang ke
sini?
- Informasi apa yang ibu butuh? Saya akan berusaha
untuk memberikan informasi tersebut
- menggunakan keterampilan bertanya menggunakan
komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik wajah)

2. Menanyakan kepada calon akseptor mengenai pengalaman


tentang alat KB sebelumnya dan kesehatan reproduksinya.
- menggunakan keterampilan bertanya
- menggunakan pertanyaan terbuka. “Bisa ibu
ceritakan alat KB apa yang pernah ibu pakai
sebelumnya?
- Berapa lama ibu menggunakannya?’’
- melakukan refleksi balik/paraphrasing. “Ibu tadi
mengatakan bahwa ibu pernah memakai KB pil, bisa ibu
ceritakan lebih lanjut apa masalah yang ibu hadapi?”
- melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata,
mimik wajah, menunjukkan empati) (Bagaimana perasaan
ibu sekarang?)
- Saya mengerti kekhawatiran ibu, apakah sekarang
ibu sudah punya pilihan alat kontrasepsi lainnya?
Apakah ibu pernah mendengar informasi mengenai alat
kontrasepsi lain selain pil?
- Bisa ibu ceritakan informasi apa saja yang ibu
ketehui tentang spiral?

T : Tell client about choice


3. Sebutkan tentang metode KB yang dipilihnya, fokuskan

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

perhatian kepada metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan


dan jelaskan pula metoda lain
- Sepertinya pengetahuan ibu tentang metode spiral
sudah cukup baik. Betul Bu, dengan spiral haid ibu
akan teratur setiap bulannya, dan metode itu bisa
dipasangnya untuk 10 tahun.
4. Menjelaskan kepada calon akseptor keunggulan masing-
masing alat kontrasepsi dan efek samping yang mungkin
timbul serta bagaimana penanganannya.
- melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik
wajah, menunjukkan empati)
- Baiklah bu saya akan coba menjelaskan beberapa
macam alat kontrasepsi, alat kontrasepsi itu ada
bermacam-macam, ada pil KB seperti yang sudah
pernah ibu gunakan, ada suntik KB 1 bulan dan 3
bulan, ada susuk KB, ada spiral, kondom
- Ini bu contoh alat kontrasepsinya, ini yang namanya
suntikan, ini yang satu bulan, dan ini yang tiga bulan,
efektifitasnya untuk mencegah kehamilan kira-kira
99,7%, tapi kelemahannya bisa terjadi gangguan haid
dan perubahan berat badan.
- Kalau ini bu namanya kondom, ini dipake oleh si
bapak, efektifitasnya cukup tinggi yaitu 98 %,
kondomnya dipake sebelum melakukan hubungan
sek, kelemahannya kondom nya harus selalu tersedia
dan ada juga sering kelupaan
- Ini bu namanya spiral yang ibu sampaikan tadi, spiral
ini dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik
kecil fleksibel yang dililit tembaga dan waktu
penggunaannya 10 tahun, kelemahannya Ibu harus
memeriksa posisi benang spiral, tapi itu pada awal
pemasangan aja. Setelah tidak ada keluhan sekali-kali

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

saja, dengan memakai spiral haid ibu akan teratur


setiap bulannya.
-
H : Help client make an informed choices
5. Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia mengemukakan
pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah
metoda KB tersebut memenuhi kriteria medis. Juga apakah
suaminya mendukung keputusannya. Jika mungkin bicarakan
dengan keduanya
- Bagaimana bu, apakah ibu sudah mengerti tentang
berbagai alat kontrasepsi yang saya jelaskan?
- Apakah ada keterangan saya yang tidak ibu
mengerti?
- Bagaimana kira-kira pendapat suami ibu, kalau
ibu memutuskan untuk berKB kembali?’’

6. Menanyakan metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk


digunakan.
- Setelah ibu mendengarkan uraian saya tentang
beberapa alat kontrasepsi beserta efek sampingnya,
metode mana yang mungkin paling sesuai buat ibu?

E : Explain fully how to use the choosen method


7. Menjelaskan cara menggunakan metoda pilihannya, dorong ia
berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan
lengkap.
- Baiklah, kalau ibu sudah memutuskan untuk
menggunakan spiral, bisa tolong ibu jelaskan
mengapa ibu memilih metode tersebut?
- Pemasangan spiral dapat dilakukan di klinik
ini
- Ibu boleh pilih menggunakan spiral 10 tahun

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

- Kadang ada gangguan dari suami ketika


berhubungan seksual karena tali spiralnya tapi
gangguan itu bisa kita atasi dengan memotong talinya
lebih pendek lagi
- Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu
tentang spiral? Apakah masih ada hal yang ibu
tanyakan ibu tentang spiral?
- Berdasarkan hasil penelitian tidak ada
hubungan pemakaian spiral dengan kejadian kanker
rahim, jadi ibu tidak usah khawatir akan hal itu.

R : Return visits should be welcomed


8. Menbicarakan dan menyepakati kapan calon akseptor
kembali untuk follow-up. Dan selalu mempersilakan calon
akseptor kembali kapan saja.
- Kalau sudah tidak ada lagi yang ibu tanyakan, saya
rasa kita dapat melanjutkan dengan pemeriksaan.
- Setelah ada kesepakatan dengan suami dan ibu dapat
menjelaskan pilihan ibu pada suami, maka untuk
pemasangan spiral ibu boleh datang lagi ke sini
- Kalau ada masalah selama pemakaian spiral ibu juga
bisa datang ke sini dan menceritakan keluhan ibu.
Penutup Konseling
1. Melakukan dokumentasi terhadap proses dan hasil
akhir dari konseling
2. Meyakinkan kepada calon akseptor tentang metode
KB yang telah dipilihnya
3. Menutup konseling dan mengucapkan terima kasih.
- Jadi masalah haid ibu yang berkepanjangan akibat
mengkonsumsi pil KB itu, mudah-mudah dapat
diatasi dengan pilihan ibu terhadap KB spiral ini.
- Terima kasih bu untuk kunjungannya, sampai
berjumpa kembali
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN

Anda mungkin juga menyukai