KETERAMPILAN KLINIS
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI
DAN BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
PAS FOTO
3 x 4 cm
Nama :
NIM :
No. HP :
Email :
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pelayanan kepada wanita hamil yang
bersifat promotif, preventif, dan edukatif untuk mencegah terjadinya masalah
kehamilan bagi ibu maupun janin dan untuk memberikan kesehatan kehamilan yang
optimal bagi ibu dan janin.
pengamatan.
6. Pemeriksaan Hb (T6)
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)
A. ANAMNESIS OBSTETRI
Pemeriksaan anamnesis obstetri merupakan bagian dari pelayanan antenatal,
intranatal maupun posnatal. Pada kunjungan awal tentunya anamnesis akan
meliputi elemen-elemen yang lebih lengkap dibandingkan dengan anamnesis pada
kunjungan lanjutan. Pemeriksaan anamnesis pada kunjungan awal meliputi enam
elemen, yaitu :
PERTANYAAN TUJUAN
Siapakah nama ibu ? Berguna untuk mengidentifikasi wanita dan membantu
dalam pembentukan rapport
Berapakah usia ibu ? Membantu mengidentifikasi kehamilan yang
memerlukan perhatian khusus (kehamilan remaja -->
risiko persalinan sulit dengan disproporsi kepala
panggul, inersia uteri, tidak kuat mengedan, dan
perdarahan postpartum) dan usia tua (>35 tahun)
berisiko melahirkan janin dengan kelainan
kongenital, risiko diabetes gestasional, risiko
hipertensi dalam kehamilan, risiko kesulitan saat
persalinan dan perdarahan post partum)
Alamat tempat tinggal dan ada Berguna bila perlu menghubungi pasien dan juga
tidaknya nomor yang bisa untuk mengembangkan perencanaan birth and
dihubungi complication readiness. Dapat pula untuk
memprediksikan tentang suatu problem secara
epidemiologi, misal daerah dengan epidemiologi
defisiensi iodium dll.
Apakah ibu memiliki jalur Berguna untuk mengembangkan perencanaan
transportasi yang baik ? birth and
complication readiness
Ada tidaknya sumber
Berguna untuk memprediksikan adanya problem
penghasilan keluarga
intake dan problem lain terkait.
Berapa kehamilan dan Berguna untuk menentukan pesan kesehatan dan
persalinan sebelumnya ? konseling yang akan diberikan kepada pasien
Apakah pasien memiliki Jika ya, maka harus dilanjutkan dengan pertanyaan
masalah medis, obstetri, sosial lanjutan A (terdapat pada tabel 2)
atau personal?
Apakah dalam kehamilan ini
pasien merasakan ada
masalah?
Apakah sebelumnya sudah Jika ya, perlu diidentifikasi apakah ada permasalahan
pernah memeriksakan sebelumnya atau tidak (pertanyaan lanjutan B )
kehamilannya ?
Keluhan utama pasien diurai untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ibu, kesejahteraan
janin dan perkiraan akan terjadinya masalah dalam persalinan.
5. RIWAYAT OBSTETRI
Meskipun riwayat obstetri buruk sebelumnya tidak selalu membutuhkan perawatan
khusus, namun mengetahui ada tidaknya komplikasi pada kehamilan, persalian atau masa
nifas pada kehamilan terdahulu dapat membantu memahami kekhawatiran yang timbul dalam
kehamilan ini. Diskusi mengenai komplikasi sebelumnya juga memberi kesempatan untuk
merencanakan kelahiran dan kesiapan timbulnya komplikasi.
Tabel 6. Anamnesis riwayat obstetri
PERTANYAAN TUJUAN
Jika ini bukan kehamilan pertama, tanyakan Jika jawabannya ya, maka
apakah pada kehamilan sebelumnya terdapat dapat mempengaruhi
komplikasi saat kehamilan, persalinan atau penanganan selanjutnya.
nifas :
Preeklampsia/eklampsia.
Seksio sesarea, ruptura uteri, operasi pada
uterus.
Robekan perineum (derajat 3 atau 4).
Perdarahan pada kehamilan, persalinan atau
pascapersalinan.
Kematian perinatal (stillbirth dan kematian
neonatal dini).
Prematuritas.
Abortus 2 kali atau lebih, jumlah anak
hidup.
Bayi lahir dengan berat < 2500 gram atau
lebih dari 4000 gram.
Bayi lahir dengan kelainan bawaan.
Masalah saat nifas.
Masalah saat menyusui.
Jika ini bukan anak pertama pasien, tanyakan Jika tidak, perlu ditanyakan
apakah sebelumnya pernah menyusui atau alasannya.
tidak? Jika ya, perlu ditanyakan
berapa lama dan apakah
timbul masalah selama
menyusui.
6. RIWAYAT MEDIS
Tabel 7. Anamnesis Riwayat Medis
PERTANYAAN TUJUAN
Apakah pasien memiliki alergi Ada tidaknya riwayat penyakit ini akan
obat/ makanan ? mempengaruhi pelayanan obstetri yang akan
diberikan.
Pernahkah menderita penyakit :
Hipertensi, Anemia, Sifilis,
Jantung, Ginjal, Asma, Diabetes,
Epilepsi, Kelenjar gondok,
Tuberkulosis, Hepatitis, HIV
Apakah pernah kecelakaan, dirawat Jika ya perlu ditanyakan mengenai
di RS atau menjalani operasi ? alasannya, kapan dilakukan dan
bagaimana hasilnya.
Jika kondisi belum teratasi dan
mempunyai potensi mempersulit
kehamilan ini maka perlu dilakukan
penilaian lanjutan.
Keenam aspek tersebut di atas harus dicakup dalam anamnesis obstetri awal. Pada
kunjungan berikut, maka terdapat anamnesis obstetri yang memiliki cakupan yang berbeda.
Dalam kunjungan lanjutan maka informasi yang harus didapatkan adalah :
1. Apakah terdapat masalah medis, obstetri, sosial atau pribadi sejak kunjungan terakhir ?
2. Apakah pernah mendapatkan pelayanan kesehatan lainnya sejak kunjungan terakhir?
3. Apakah terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan sejak kunjungan terakhir ?
4. Apakah terdapat perubahan dari informasi pribadi sejak kunjungan terakhir ?
5. Apakah terdapat kesulitan dalam melaksanakan perencanaan sebelumnya ?
6. Apakah terdapat reaksi alergi atau efek samping lainnya terhadap obat-obatan atau
imunisasi ?
abdomen ibu)
Teraba massa lain
Pemeriksaan his
(kuantitas dan kualitas
his)
Letak dan Pada 36 minggu, Jika terdapat kelainan letak atau
presentasi janin letak memanjang presentasi maka perlu dilakukan
janin dan presentasi kepala. pemeriksaan tambahan untuk
Palpasi menentukan penanganannya.
Setelah 36 minggu
Leopold
harus ditentukan apakah
kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul
(engaged) atau belum.
Bunyi Setelah usia Kelainan dapat berupa tidak
jantung janin kehamilan 12 minggu, terdengarnya bunyi jantung janin
Auskultasi bunyi jantung janin dapat atau kelainan dalam frekuensi denyut
fetoskop didengar dengan jantung janin.
Laenec Doppler.
Setelah usia
kehamilan 20 minggu,
bunyi jantung janin dapat
didengar menggunakan
stetoskop Laennec.
PALPASI LEOPOLD
LEOPOLD I GAMBAR
Tujuan : menentukan tinggi fundus
uteri dan mengidentifikasi apa dan
berapa bagian janin yang berada di
fundus.
Cara pemeriksaan :
LEOPOLD II
Tujuan : menentukan batas lateral,
apa dan berapa bagian janin yang
berada di lateral (bagian punggung
atau ekstremitas).
Cara pemeriksaan :
Letakkan telapak tangan kiri pada
bagian perut lateral kanan dan
telapak tangan kanan pada dinding
perut lateral kiri ibu sejajar dan pada
ketinggian yang sama. Mulai dari
bagian atas tekan secara bergantian /
bersamaan (simultan) telapak tangan
kiri dan kanan, kemudian geser ke
arah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang
(punggung) dan bagian-bagian kecil
(ekstremitas).
LEOPOLD III
5. Cara lain adalah dengan menghitung denyut jantung secara kontinyu selama satu menit
penuh.
6. Pengukuran denyut jantung janin dilakukan saat tidak ada kontraksi, saat kontraksi, dan
sesaat setelah kontraksi. Sehingga adanya bradikardia pasca kontraksi yang merupakan
salah satu penanda gawat janin dapat terdeteksi.
D. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Anamnesis dan pemeriksaan obstetri dilakukan untuk memperoleh data yang
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan/ diagnosis obstetri. Dalam kesimpulan obstetri,
harus terdapat 9 komponen, yaitu :
1. Paritas pasien : G...P...A...
2. Usia ibu
3. Umur kehamilan (dihitung dari HPHT)
4. Jumlah janin : tunggal atau ganda
5. Janin hidup atau mati
6. Intra/ ekstrauterine
7. Letak janin
8. Sudah/ belum dalam persalinan
9. Lain-lain (diagnosis kerja dan hal-hal yang bersifat patologis)
KATEGORI GAMBARAN
Pada ibu hamil dengan kehamilan normal, tindakan yang diberikan adalah :
1. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya :
- Tekanan darah harus < 140/90 mmHg.
- Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan.
- Edema hanya pada ekstremitas.
- Tinggi fundus sesuai usia kehamilan.
- DJJ 120-160 kali per menit.
- Gerakan janin dirasakan setelah usia kehamilan 18-20 minggu hingga
melahirkan.
2. Memberikan asam folat, zat besi, kalsium, dan DHA atau suplemen vitamin hamil lain
(bila diperlukan).
3. Memberikan imunisasi TT.
4. Memberikan konseling tentang :
a. Gizi : peningkatan asupan kalori hingga 300 kalori per hari; mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan.
b. Latihan fisik ringan, istirahat cukup.
c. Perubahan fisiologis pada kehamilan : penambahan berat badan, perubahan payudara,
tingkat tenaga dapat menurun (mudah lelah), mual selama trimester I, rasa panas,
varises/ hemoroid, hubungan suami isteri boleh dilakukan selama kehamilan.
d. Menjaga kebersihan diri, terutama lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, inguinal dan
daerah genital) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.
e. Memberikan nasihat untuk mencari pertolongan segera jika didapati tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Perdarahan pervaginam.
Pada kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan dilakukan tindakan :
1. Merujuk ke dokter spesialis untuk konsultasi.
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu bersama surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu untuk melahirkan di rumah.
PENGAMATAN
No LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
PERSALINAN NORMAL
I. PENDAHULUAN
Bagian ini menjelaskan kala dalam persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu
tersebut. Disini dijelaskan pula tanda dan gejala serta penatalaksanaan fisiologis kala
dua persalinan yang normal.
4. Memberikan pertolongan pada bayi baru lahir, termasuk deteksi dini dan
penanganan penyulit pada bayi baru lahir (termasuk resusitasi).
5. Melakukan penatalaksanaan kala III : manajemen aktif kala III, deteksi dini
dan penanganan awal penyulit kala III dan rujukan (jika perlu).
6. Melakukan penatalaksanaan kala IV : pemantauan kala IV, deteksi dini,
penanganan penyulit (perdarahan), rujukan (jika perlu) dan manajemen laktasi.
V. DASAR TEORI
A. KALA I PERSALINAN
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur (adanya
his 2-3x dalam 10 menit) dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.
B. KALA II PERSALINAN
Kala II persalinan adalah ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) sampai bayi
dilahirkan. Prosesnya bisa berlangsung antara 30 menit (multigravida) sampai 1 jam
(primigravida).
2. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kassa steril yang dibasahi akuades steril
3. Memastikan pembukaan lengkap (periksa dalam).
4. Memastikan kondisi janin baik dengan memeriksa DJJ janin dalam batas normal saat
relaksasi uterus.
5. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan minta ibu untuk mengedan sesuai
instruksi.
6. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase puncak his. Minta ibu untuk menarik lipat
sendi lutut dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan abdomen menjadi efektif.
7. Istirahatkan ibu bila his menghilang. Letakkan kembali tungkai ibu di atas ranjang
persalinan. Dengarkan denyut jantung bayi pada waktu tersebut (tiap 5 menit).
8. Pimpin ibu mengedan hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva. Bila diperlukan,
lakukan episiotomi.
9. Bila episiotomi dianggap tidak perlu karena perineum ibu terlihat elastis, pimpin ibu
mengedan terus bila subocciput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion).
10. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur supaya defleksi kepala tidak
terlalu cepat). Letakkan tangan yang lain pada perineum dengan merentangkan telunjuk
dan ibu jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut dapat mendorong perineum
untuk membantu terjadi ekspulsi kepala (lahirnya, berturut-turut, ubun-ubun besar
(UUB), dahi, mata, hidung, mulut dan dagu). Hilangkan tahanan pada belakang kepala
secara bertahap.
11. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, tunggu dan perhatikan proses
putaran paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi) secara spontan.
12. Pastikan tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Bila terdapat lilitan tali pusat secara
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
kuat, klem tali pusat di 2 tempat dan potong di antara kedua klem tersebut.
13. Ambil kain/ handuk bersih, seka dengan lembut muka, mulut, hidung dan kepala bayi
dari darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan
daerah sekitar bokong ibu.
14. Melahirkan seluruh badan bayi :
a. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi
depan, jari telunjuk dan jari tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi
ke bawah sehingga bahu depan lahir.
b. Gerakkan bayi ke atas hingga bahu belakang lahir.
c. Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai. Letakkan di antara kedua paha ibu.
d. Bila persalinan dilakukan di atas meja ginekologi, setelah kedua bahu lahir, topangkan
badan bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi.
Setelah bayi lahir lengkap, letakkan bayi di atas perut ibu, atau minta asisten memegang
bayi supaya tidak terjatuh.
C. KALA III
Tanda-tanda plasenta lepas:
- Terjadi kontraksi rahim sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong ke
atas.
- Plasenta di dorong kearah segmen bawah rahim.
- Tali pusat bertambah panjang.
- Terjadi perdarahan mendadak.
d. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis
pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat.
e. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan
yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-
kranial). Lakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
f. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau
tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
g. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat
ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
korpus uteri bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
h. Tetapi jika langkah 4 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun
setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
- Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang.
Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
- Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan
dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap
kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
i. Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar
melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti
poros jalan lahir).
Alasan: Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu.
j. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali
pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah
penampung. Karena selaput ketuban mudah robek; pegang plasenta dengan kedua tangan
dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
k. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
Alasan: Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu mencegah
tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
l. Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan
hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari- tangan anda atau
klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
m. Periksa apakah seluruh plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap :
- Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.
- Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada
bagian plasenta dan selaput ketuban yang terobek atau tertinggal di dalam uterus.
- Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak ada lobus
tambahan.
- Evaluasi selaput ketuban untuk memastikan kelengkapannya.
- Lakukan penilaian bentuk dan berat plasenta.
n. Segera setelah plasenta lahir, lakukan pijatan ringan pada uterus dengan menggosok
permukaan depan uterus secara sirkuler dengan telapak atau jari-jari tangan sehingga
kontraksi berlangsung baik (uterus teraba keras).
Catatan:
- Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua.
- Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan
kateter Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
- Ulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan di
atas.
- Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit.
- Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta
tidak lahir setelah 30 menit, harus melakukan manual plasenta.
Perhatikan:
- Jika sebelum plasenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan
tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
- Jika setelah manual masih terjadi perdarahan maka lakukan kompresi bimanual
internal/eksternal atau kompresi aorta. Beri oksitosin 10 IU dosis tambahan atau
misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus berkontraksi kuat dan
perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi.
D. KALA IV
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah
melahirkan, perlu dilakukan pemantauan dalam waktu tersebut dikamar bersalin sebelum
dipindahkan ke kamar rawat inap untuk mengetahui komplikasi dini pasca persalinan
terutama perdarahan postpartum.
Pemantauan kala IV :
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang
pispot datar dan lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus, status
kandung kemih dan perdarahan mtiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala III. Lakukan
estimasi jumlah perdarahan.
4. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus tetap
baik tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala IV.
5. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum
secukupnya.
6. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada
komplikasi, pasangkan pembalut dan celana dalam. Pakaikan kain dan selimuti ibu.
Pindahkan ibu ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung dengan bayinya sesegera
mungkin.
KALA I
4 Mengenali fase laten dan fase aktif kala I
5 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik persalinan
6 Membuat diagnosis klinis terhadap kondisi ibu dan bayi
7 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PENGENALAN KALA II
8 Mengenali gejala kala II
9 Mengenali tanda kala II (dari pemeriksaan dalam)
10 Melakukan pemantauan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan
kondisi janin
PIMPINAN KALA II
11 Mempersiapkan ibu pada posisi siap melahirkan
12 Memimpin ibu untuk mengedan pada puncak his
13 Mengistirahatkan ibu jika his hilang dan memeriksa DJJ pada
waktu tersebut
14 Mengetahui indikasi kapan diperlukan episiotomy
15 Melakukan tindakan episiotomy dengan benar (infiltrasi anestesi,
menggunting perineum saat his)
16 Menahan perineum dan mengatur defleksi kepala bayi
17 Membersihkan muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari darah,
air ketuban dan verniks kaseosa
18 Memeriksa adanya kemungkinan lilitan tali pusat di leher bayi
19 Membantu melahirkan seluruh badan bayi dengan benar
20 Memastikan bayi bisa bernafas spontan
21 Memberikan bayi kepada asisten untuk dibersihkan
MANAJEMEN AKTIF KALA III
22 Memberikan injeksi Oksitosin 10 U im
23 Mengklem dan memotong tali pusat dengan benar
24 Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan benar
25 Mengenali tanda-tanda lepasnya plasenta
PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
I. PENDAHULUAN
Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan
pertama kali, dari sang dokter sangat diperlukan pengertian (sympathy), kesabaran,
dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Waktu dilakukan pemeriksaan, dokter
hendaknya didampingi oleh seorang pembantu wanita, misalnya seorang suster. Gadis
muda belia dan anak kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga terdekatnya.
Simptomatologi penyakit-penyakit ginekologik untuk bagian terbesar berkisar
antara 3 gejala pokok, yaitu perdarahan, rasa nyeri dan pembengkakan. Berkaitan
dengan hal tersebut maka pemeriksaan ginekologik yang dilakukan adalah dalam
V. LEMBAR PENGAMATAN
PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
Ya Tidak
I. PERSIAPAN
1. Menjelaskan mengapa pemeriksaan dilakukan.
2. Meminta ibu untuk BAK dan membilas daerah abdomen
dan genitalnya.
3. Meminta ibu melepas pakaian dan membantunya naik ke
meja periksa.
4. Mencuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar
bersih dan dikeringkan dengan kain bersih dan kering atau
dianginkan.
II. PEMERIKSAAN ABDOMEN BAGIAN BAWAH DAN GROIN
5. Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa dengan kedua
lengan di samping
6. Memapar seluruh abdomen
7. Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen. Perhatikan
letak dan bentuk pusar (umbilikal)
8. Memeriksa abdomen untuk melihat apakah terdapat warna
yang tak biasa, parut (skar), guratan (strecth mark) atau
ruam dan lesi.
9. Menekan dengan ringan menggunakan permukaan jari-jari
tangan, mempalpasi semua area abdomen. Mengidentifikasi
adanya massa, daerah yang nyeri atau resistensi otot.
Mencatat temuan.
10. Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk,
konsistensi, kenyerian (tenderness), mobilitas dan
pergerakan massa. Mencatat massa dan area nyeri yang
ditemukan.
11. Mengidentifikasi area yang terasa nyeri (tender area). Jika
terdapat nyeri, periksa apakah terjadi rebound tenderness.
12. Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah (groin),
memakai sepasang sarung tangan periksa sebelum
memeriksa groin. Mempalpasi kedua area abdomen bawah
apakah terdapat benjolan.
III. PEMERIKSAAN GENITALIA LUAR
13. Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan
(stirrups). Jika tidak ada dudukan, membantu ibu menaruh
kedua kakinya di tepi luar ujung meja. Tutupi ibu dengan
duk/drape.
53. Cuci kedua tangan dengan air sabun sampai bersih, lalu
dikeringkan dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan.
54. Membantu ibu duduk di meja periksa dan meminta ibu
berpakaian
55. Setelah ibu berpakaian, diskusikan temuan yang tak normal
dan hal-hal perlu dilakukan, jika ada. Jika hasil pemeriksaan
normal, katakan padanya bahwa semuanya dalam keadaan
normal dan sehat.
Note : Ya = Mahasiswa Melakukan
Tidak = Mahasiswa Tidak Melakukan
A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dan
pemeriksaan fisik payudara dan sadari
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan anamnese dan pemeriksaan fisik
payudara dan sadari
2. Mahasiswa menemukan kelainan dalam pemeriksaan
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil yang ditemukan dalam pemeriksaan
A. Anamnesis
Untuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis
secara umum dilanjutkan anamnesis khusus, meliputi:
a. Keluhan di payudara dan ketiak :
Benjolan di payudara, kecepatan tumbuhnya
Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi
Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak
Puting retraksi, meninggi atau melipat
Perubahan kulit pada payudara, borok atau ulserasi
Benjolan dan rasa sakit di ketiak
Edema lengan
b. Riwayat sebelumnya:
Biopsi atau operasi payudara atau tempat lain
Pemakaian obat-obatan, hormone, termasuk pil KB dan lama
pemakaiannya
c. Riwayat reproduksi:
Usia menarche
Frekuensi menstruasi, lama menstruasi, teratur atau tidak
Jumlah kehamilan, anak laki-laki atau perempuan, abortus
Riwayat menyusui, lamanya menyusui
Usia menopause, sudah berapa alam menopause
Penting: anamnesis keluarga lengkap
d. Riwayat Keluarga:
Sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, ca recti, sarcoma
jaringan lunak)
Batuk, sesak nafas
Kelelahan umum
B. Pemeriksaan Fisik:
Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan
senyaman mungkin, kita jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan
pemeriksa dan kamar dalam keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai
penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya
ditemani paramedik wanita.
a. Inspeksi
Penderita diminta untuk membuka pakaian sampai ke pinggang. Pemeriksaan
dilakukan dengan posisi penderita duduk menghadap dokter dengan kedua lengan
penderita di samping tubuh dan di pinggang.
1. Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau kontur
dari kedua payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak papilla
mammae juga dibandingkan dari kedua payudara. Letaknya biasanya SIC 4
atau 5 pada linea mid clavicullaris untuk penderita pria atau wanita muda.
Karena faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lemak atau kelenjar susu
maka posisi puting menjadi sangat bervariasi.
2. Dilihat apakah ada nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat
merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat bagaimana
bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya, warnanya.
3. Adakah perubahan warna? Perubahan warna kemerahan menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh inflamasi. Dapat juga
disebabkan keganasan terutama bila segmen atas ditemukan dilatasi dari vena.
4. Adakah luka/borok. Erosi pada aerola atau puting payudara biasanya akan
tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit yang
mengalami erosi. Erosi tsb biasanya melibatkan dua sisi sedangkan pada
keganasan atau Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.
5. Adakah bengkak pada kulit? Bengkak yang disebabkan karena infeksi dan
sumbatan saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda.
Sumbatan karena mekanis atau limfedema akan memberikan gambaran peau
d’orange atau orange peel atau pig skin. Biasanya karena adanya infiltrasi
keganasan pada limfonodi atau jalur limfenya.
6. Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Dimpling ini bila ada akan sangat
mudah terlihat dan merupakan petunjuk ke arah keganasan, walaupun dapat
juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca operasi atau bekas infeksi
sebelumnya. Keadaan ini mungkin baru akan nampak bila penderita
2. Jumlah nodul: apakah nodul tunggal atau multiple, bagaimana hubungan antar
nodul (soliter atau menyatu)
3. Sensitivitas: apakah nodul nyeri bila ditekan
4. Konsistensi nodul: keras seperti batu, kenyal, lunak atau kistik
5. Fiksasi pada dinding dada, apakah melekat pada dinding dada atau dapat
digerakkan dari dinding dada.
6. Fiksasi pada kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau bahkan menembus kulit\
7. Adakah perubahan warna kulit
8. Adakah perubahan suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah
sekitarnya
9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi aksila dan supraklavikularis.
Nodul oada kelenjar aksila dan supraklavikularis juga harus dilaporkan secara
rinci sesuai dengan nodul pada payudara
V. LEMBAR PENGAMATAN
NO LANGKAH KLINIK PENILAIAN
Pemeriksaan Payudara YA TIDAK
duduk
12 Pemeriksa memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada pasien
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
PENGERTIAN
Keterampilan pemasangan AKDR dirancang untuk menyiapkan tenaga kesehatan lini
terdepan
agar mampu dan terampil dalam melakukan pemasangan dan pencabutan AKDR Copper T
380 A dengan baik dan benar.
TUJUAN
- Meningkatkan sikap positif terhadap manfaat dan pemakaian AKDR yang tepat.
Melakukan seleksi klien yang mencakup riwayat hidup dan pemeriksaan fisis
- Melaksanakan praktek pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk mengurangi infeksi
pasca pemasangan dan penularan hepatitis B/AIDS
- Memasukkan lengan AKDR Cu T 380 A didalam kemasan sterilnya tanpa menggunakan
sarung tangan.
- Memasang AKDR Cu T 380 A secara hati – hati dengan menggunakan tehnik
pemasangan ”tanpa sentuh”
- Memberikan konseling sebelum dan setelah pemasangan AKDR
- Menjelaskan indikasi pencabutan AKDR
- Mencabut AKDR Cu T 380 A dari klien.
1. Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada
2. masalah kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :
Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
Riwayat kehamilan ektopik
Nyeri yang hebat setiap haid
Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual
( PHS ) atau infeksi panggul
Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
Kanker serviks
3. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan
apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan
1. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan
pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan
klien untuk mengajukan pertanyaan.
2. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh
benda tidak steril
Letakkan kemasan pada tempat yang datar
Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter
sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
7. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di
dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung
inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
9. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar
lengan AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum,
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
10. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
- Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa selama 30-60 detik
1. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
2. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan
sekali pakai) ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
5. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit
sebelum memperbolehkan klien pulang
- Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
mungkin serta ditangani secara memadai (3) Persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai: pengetahuan, keterampilan, dan
alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan
pelayanan nifas kepada ibu dan bayi, dan (4) Pelayanan obstetri esensial yaitu
memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi
tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood
bertujuan untuk memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses
terhadap informasi dan pelayanan KB, agar dapat merencanakan waktu yang
tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan
dan tidak termasuk dalam kategori “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua
untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak.
Situasi di Indonesia, penentuan keikutsertaan dalam KB dipengaruhi oleh
suami, keluarga, budaya dan pengetahuan pasangan suami istri itu sendiri.
Pemahaman suami dan istri yang benar terhadap permasalahan KB ini, akan
mempengaruhi keputusan mereka untuk menjadi akseptor KB serta menentukan
pilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu kemampuan memberikan Konseling Keluarga Berencana
oleh tenaga kesehatan terutama Dokter Keluarga akan sangat mendukung dan
mempengaruhi pemahaman dan pengambilan keputusan keluarga tentang KB.
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling, terbentuknya sikap dan
perilaku tertentu adalah atas dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada
motivasi, keputusan ditentukan secara sepihak oleh dokter.
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu
pemberian informasi petugas harus memberikan waktu bagi calon akseptor
untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
5. Tersedianya metode yang diinginkan calon akseptor
Dokter membantu calon akseptor membuat keputusan mengenai pilihannya,
dan harus tanggap terhadap pilihan calon akseptor meskipun calon akseptor
menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan alat kontrasepsi.
Didalam melakukan konseling dokter mengkaji apakah calon akseptor
sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan
kerugiannya serta cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi
yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis alat kontrasepsi
dalam program KB. Dokter mendorong calon akseptor berpikir untuk
melihat persamaan yang ada dan membandingkan antarjenis kontrasepsi
tersebut. Dengan cara ini dokter membantu calon akseptor untuk membuat
suatu keputusan (informed choice). Jika tidak ada halangan dalam bidang
kesehatan sebaiknya calon akseptor mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai
dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan
yang dipilihnya, calon akseptor akan menggunakan kontrasepsi tersebut
lebih lama dan efektif.
6. Membatu calon akseptor untuk mengerti dan mengingat
Dokter memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada calon
akseptor agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara
penggunaannya. Dokter juga dapat memperlihatkan dan menjelaskannya
dengan flip chart, poster, pamflet. Dokter perlu melakukan penilaian bahwa
calon akseptor telah mengerti.
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
3. T : Tell client about choice (beritahu pilihan solusi dari masalah .yang
dihadapinya)
4. H : Help client make an informed choices (bantu membuat pilihan .yang
tepat, dan memahami masalahnya)
5. E : Explain (jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan, siapa yan..akan
menolongnya dan dimana)
6. R : Refer dan Return (rujuk bila fasilitas tidak dapat memberikan pelayanan
yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan
terpilih sudah diberikan)
Greet client, sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan
penuh, katakan juga bahwa tempat pelayanan ini bersifat pribadi dan rahasia,
sehingga calon akseptor dapat mendiskusikannya dengan terbuka. Tanyakan
kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa saja
yang dapat diperolehnya.
Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti: tersenyum, salam calon
akseptor, isyarat tangan untuk mempersilahkan duduk).
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Tunjukkan rasa empati, turut merasakan dan mengerti apa yang dirasakan oleh
calon akseptor. Contoh bila ibu mengatakan bahwa “Saya menggunakan KB
suntikan tapi selama saya ber-KB saya tidak pernah dapat haid lagi, saya takut”.
Anda dapat mengatakan : “Saya mengerti apa yang ibu khawatirkan”.
Tell client about choice, sebutkan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada
metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain. Misalnya,
“Sebenarnya ada banyak cara ber-KB, ada pil, spiral, susuk, ataupun kondom.
Dari pilihan itu, yang mana yang telah ibu ketahui?
Help client make an informed choices, bantu membuat pilihan yang tepat,
dorong ia mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan!
Apakah metoda KB tersebut memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya
mendukung keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya. Tanyakan
metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk digunakan.
Explain fully how to use the choosen method, jelaskan cara menggunakan
metoda pilihannya setelah calon akseptor memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan obat/alat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat
kontrasepsi itu digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi
dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan lengkap.
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
V. SKENARIO KASUS
Kasus :
Seorang wanita, umur 35 tahun datang ke praktek dokter keluarga, wanita
tersebut menyatakan keinginannya untuk menggunakan salah satu alat
kontrasepsi karena sudah mempunyai anak 3 orang. Sebelumnya dia pernah
menggunakan metode KB pil selama 3 bulan, tapi selama menggunakan alat
KB tersebut wanita itu menyatakan kalau dia mengalami haid secara terus-
menerus, biasanya lama haid dialaminya selama 7 hari, sejak mengkonsumsi pil
KB lama haidnya bisa sampai 15 -20 hari, sehingga timbul kekhawatiran
terhadap kondisi tersebut. Sebagai seorang Dokter Keluarga anda harus dapat
melakukan konseling sehingga wanita tersebut pada akhirnya paham tentang
berbagai metode kontrasepsi dan pada akhirnya memilih salah satu metode yang
menurutnya yang paling cocok/sesuai dengan diri
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK
MASALAH KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI & BKKBN