Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL MANAJEMEN KEPERAWATAN

DENGAN KLIEN PNEUMONIA

Dosen pengampu :
Ns Nurhasanah., S.Kep., M.M.R

Kelompok 4
Adinda Rizki Heveana 2019206203039
Detalia Apriani 2019206203047
Gilang Laksana putra 2019206203053
Irma Septianny 2019206203055
M.Reza Pahlepi 2019206203058
Novelya Marcelinna 2019206203063
Nuri Amanatul Jannah 2019206203064
Rizki Novia Amalia 2019206203067
Salsabila Mega Safira 2019206203068

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 1443H/2022M


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan
untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin
bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996).
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor
kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan
pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan
membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi
pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung yang
dilakukan oleh kepala ruangan, perawat primer, dengan melibatkan seluruh perawat
asociate.    Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi : pasien dilibatkan secara
langsung, pasien merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi,
konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan masalah klien dapat teratasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan mampu :
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis
b. Menumbuhkan cara berfikir tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien
c. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
d. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
e. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
h. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar tim
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

D. Tahap Ronde Keperawatan


1. Pra ronde (persiapan)
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
 Pemberian informed consent kepada klien – keluarga & t a h a p p e l a k s a n a
2. Tahap Pelaksana
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer-ketua tim yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan
dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer- perawat konselor- kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan & t a h a p p a s c a r o n d e
3. Tahap Paca Ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PNEUMONIA

A. Topik : Askep dengan Pneumonia


B. Sasaran : Tn. R / 35 tahun
C. Waktu : Pukul 08.30 WIB – selesai
D. Hari/tanggal : 14 Juni 2022

E. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan Khusus
 Tim keperawatan mampu menggali masalah2masalah klien yang belum
teratasi
 Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien
 Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai
masalah klien
 Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah
klien
 Mampu mengadakan justifikasi terhadap ren cana dan tindakan
keperawatan yangdilakukan.

F. Sasaran
Klien Tn.R, Usia 35 Tahun yang menderita penyakit Pneumonia
G. Materi
 Konsep dasar penyakit Efusi Pleura
 Asuhan keperawatan klien dengan Efusi Pleura

H. Metode
Diskusi

I. Tim Ronde
1. Kepala Ruangan : Gilang Laksana Putra
2. PP 1 : Novelya Marcellina
3. PP 2 : Nuri Amanatul Jannah
4. PA 1 : Salsabila Mega Safira
5. PA 2 : Detalia Apriani
6. Pasien : M.Reza Pahlepi
7. Dokter spesialis : Irma Septianny
8. Keluarga pasien : - Adinda Rizki Heveana, Rizki Novia Amalia

J. ALAT BANTU
1. Sarana diskusi : buku, pulpen
2. Status / dokumentasi keperawatan pasien
3. Materi yang disampaikan secara lisan

K. PERAN
1. Ketua Tim
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peran yang bisa
memaksimalkan keberhasilan.
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan
d. Menjelaskan alasan ilmiah dalam melakukan intervensi keperawatan
2. Peran Perawat Pelaksana Lain dan atau Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

L. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur :
a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
b. Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
c. Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang akan dirondekan,
informed concent, menghubungi konsultan, dll).
d. Pembagian peran : Karu, Katim, PA.
2. Proses
a. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana dan konsultan.
b. Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu
mengatasi masalah pasien
c. Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus tersebut.
d. Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi masalah
klien tersebut.
3. Hasil
a. Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien
b. Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan

M. ALUR RONDE KEPERAWATAN


Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap
Perawat
Pra Ronde
Primer

Penetapan Pasien
Keterangan :
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur memersiapkan pasien
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yanng difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencanan tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota ti tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau epala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.

N. PERSIAPAN
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga

O. PASCA RONDE
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan rencana
tindakan selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
3.1 Definisi
a. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2006).
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan.
2006).
c. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;
merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).
d. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)

3.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipl
sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada
anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang
dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan anak.
Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin
laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan
kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada anak, kurang gizi, berat badan
lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat
tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian
utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan mendapatkan
pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi pada balita. Berbagai
mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah
defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.Said (2007)
menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara berkembang
termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap
tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia
5 per 1000 balita per tahun.
Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap
tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angka-
angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten
Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang
meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada
masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap
kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomor satu".Senada
dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari pneumonia
antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama kehidupan.
Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan pada 70
% anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5tahun,
mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada pasien
antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-anak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus pneumonia
virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak dan
anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di
rumah sakit.
2.3 ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :


1) Pneumonia bakterial

Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia

Jenis yan lain :


- staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza
2) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

(Smeltzer, 2001 : 568-570).


3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin
atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer, 2001 : 572). Karena
aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif
hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol,
stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang
menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan
aspirasi tersembunyi. ( Smeltzer, 2001 :637)
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI
(2005) antara lain :
1. Status gizi anak
2. Imunisasi tidak lengkap
3. Lingkungan
4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

2.4 PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang
paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007). Proses
pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi
inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli.
Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler
alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar
kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri
dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

2.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :

1) Klasifikasi klinis
 Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara
lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,
disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat
dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme
atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
 Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:
a. Pneumonia komunitas  sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial  didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens  mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi  alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun  pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
 Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn
konsolidasi paru, dapat berupa :
- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru
dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
- Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu
perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi
paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik
b. Pneumonia non bacterial

Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia


pneumoniae.
 Area paru-paru yang terkena.
a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau lebih.
b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan
menyebar ke jaringan paru sekitar.
2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella,dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah
satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:
1. Community-acquired (diperoleh diluar institusi kesehatan)
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae.
2. Hospital-acquired (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius
karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan
tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu,
kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotik adalah lebih besar.
Secara klinis,
pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai komplikasi
dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang
terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat
pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya
bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat
dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak
produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di
musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup
yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum
seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise,
anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering,
keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum
seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di
berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-
organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya
tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita
sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri
dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen,
menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,
pneumonia dapat diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2
bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5
tahun 40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan
tanpa adanya nafas cepat.
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah
merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas
kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu
diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:
2. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
 Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
 Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )
3. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :
 Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
 Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
4. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit sangat
berat.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada penderita
pneumonia, yaitu :
Serangan akut dan membahayakan
1. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
2. Batuk
3. Reles (ronchi)
4. Wheezing
5. Sakit kepala, malaise
6. Nyeri abdomen

Manifestasi klinis :
 Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
 Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.

 Batuk mula-mula kering produktif.


 Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
BAB 5
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam
nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang
mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung,
diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak
antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat
dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan
karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

1.2 Saran
1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan
keluarga pasien.
2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes
tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit dan pengobatannya.
3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat
yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan
agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta :


EGC

Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby

Anda mungkin juga menyukai