Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

SURVEILENS DALAM EPPGBM

I. PENDAHULUAN

Pemantauan pertumbuhan balita merupakan bagian dari standar pelayanan minimal


yang harus dilakukan di daerah. Status gizi masyarakat pada umumnya, menjadi kebutuhan
data di daerah untuk mengetahui seberapa besar masalah gizi yang ada di wilayahnya sebagai
dasar perencanaan kegiatan dan evaluasi kinerja serta intervensi apa yang dilakukan para
pemangku kepentingan.
Mengingat pentingnya data tersebut, dibutuhkan sistem pencatatan dan pelaporan
yang akurat dan menggambarkan tiap individu. Sitem informasi gizi terpadu (sidizi Terpadu)
merupakan bagian besar dari sistem yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan data
gizi baik data sasaran tiap individu, status gizi, cakupan kinerja dan juga data PMT yang
bersumber dari APBN maupun dari APBN
Aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau yang disebut e-ppgbm
merupakan bagian dari sigizi Terpadu yang dapat digunakan untuk mencatat data sasaran
individudan penimbangan atau pengukuran yang dapat memberikan feedback secara langsung
status gizi sasaran tersebut. Dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah
ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2)
balita ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beryodium; (5) balita
6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7)
kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan
(buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana.

II. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan surveilans gizi didasarkan pada Kepmenkes Nomor:


128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
menyebutkan bahwa salah satu upaya wajib puskesmas adalah upaya perbaikan
gizi masyarakat ; Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Urusan
Wajib Bidang Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
dan Kabupaten dan kota salah satunya adalah kewajiban melaksanakan
surveilans. Artinya pemerintah daerah dan puskesmas selaku unit pelaksana
teknis daerah (UPTD) wajib menyelenggarakan surveilans gizi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang hasilnya menjadi salah satu dasar
untuk menetapkan kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan antara 3-5 tahun
sekali, sehingga untuk mengetahui perubahan indikator kinerja kegiatan
pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, maka pelaksanaan
surveilans gizi menjadi sangat penting untuk memberikan gambaran nasional antar
waktu pelaksanaan Riskesdas.
Untuk memfasilitasi pelaporan pencapaian kinerja daerah sebagai hasil
surveilans gizi, Direktorat Bina Gizi telah mengembangkan sistim pelaporan
berbasis website sesuai indikator yang ditetapkan dalam kebijakan kegiatan
pembinaan gizi masyarakat. Pada tahun 2010, sistem pelaporan berbasis website
ini telah disosialisasikan ke pengelola surveilans gizi di 33 Dinas Kesehatan
Propinsi dan 60 kabupaten dan kota terpilih. Dalam rangka pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan surveilans gizi serta pelaporan berbasis jaringan, Direktorat
Bina Gizi Kementerian Kesehatan akan melaksanakan Review Pelaksanaan
Surveilans Gizi di 60 Kabupaten/Kota terpilih.
Untuk memperoleh informasi kasus Gizi buruk yang merupakan
peningkatan kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan
berkelanjutan, perlu dilaksanakan kegiatan surveilans gizi buruk di wilayah kerja
UPT Puskesmas Petumbukan. Oleh karena itu, pada tahun 2021 ini salah satu
kegiatan program perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat salah satunya adalah
pelacakan kasus gizi buruk atau surveilan gizi buruk di wilayah kerja UPT
Puskesmas Petumbukan.

II. TUJUAN
Tujuan dari e-ppgbm adalah untuk memperoleh informasi status gizi
individu baik balita maupun ibu hamil secara cepat, akurat, teratur, dan
berkelanjutan untuk penyusunan perencanaan dan perumusan kebijakan gizi.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. TUJUAN UMUM
a. Memperoleh informasi kasus gizi buruk secara cepat dan akurat, teratur
dan berkelanjutan
b. Menemukan sedini mungkin kasus gizi buruk dan penanggulangannya
secara cepat.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Terindentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai bahan
informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi.
b. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk secara
konferhensif.
c. Memberikan rekomendasi untuk penyusunan Kebijakan perencanaan
Puskesmas kedepan yang efektif dan efisien.

IV. RUANG LINGKUP


Aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat mencakup data
sebagai berikut :
1. Identitas sasaran individu
2. Pengukuran yang meliputi penimbangan, tinggi badan dan LILA
3. Kinerja individu baik ASI Eksklusif, vitamin A, Tablet tambah darah serta
pemberian makanan tambahan (PMT)

V. PELAKSANAAN
Pelapora dilakukan secara rutin setiap bulan setelah posyandu

VI. SASARAN

1. Balita dan ibu hamil


2. Pemegang program terkait
3. Kader kader terkait

VII. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap akhir pelaksanaan kegiatan


yaitu mengenai :
1. Pendataan balita disetiap desa
2. Penyelenggaraan pendataan balita di posyandu oleh Bidan Desa.
3. Tidak ada balita yang gizi buruk dan ibu hamil yang anemia.
4. Kunjungan Balita disetiap posyandu lebih dari 50%.

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Tersusun laporan kegiatan surveilens gizi melalui E-PPGBM kemudian
laporan diserahkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Deli
Serdang.

Mengetahui, Muara Kulam, Januari 2021


Kepala BLUD Puskesmas Muara Kulam Pemegang Program Gizi,

Dr. Tri Handayani Erna Yuniati,S.Gz


NIP 19900324 201902 2 008 NIP 19890610 201902 2 004

Anda mungkin juga menyukai