Anda di halaman 1dari 81

1

PENGARUH KONSENTRASI CADMIUM DALAM TANAH INCEPTISOL DAN VERTISOL TERHADAP KANDUNGAN CADMIUM DALAM BERAS (Oryza sativa)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Ilmu Tanah Jurusan Budidaya Pertanian

oleh : RIRIN LISTYANINGRUM H0299008

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2004

2 Pengaruh Konsentrasi Cadmium dalam tanah Inceptisol dan Vertisol terhadap Kandungan Cadmium dalam Beras (Oryza sativa L) Yang dipersiapkan dan disusun oleh Ririn Listyaningrum H 0299008 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 25 September 2004 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Ketua Susunan Tim Penguji Anggota I Anggota II

Dr.Ir. Supriyadi, MP. NIP. 130 792 209

Husein Suganda, SSi, MSc NIP. 080 034 378

Ir. Sri Hartati, MP NIP. 131 633 833

Surakarta, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS NIP. 131 124 609

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang selalu melindungiku dalam perjalanan-perjalanan panjang (Solo-Pati), memberikan kesulitan-kesulitan dan kemudahan sesudahnya yang menyuburkan kesabaran dalam berusaha yang mendidikkan keikhlasan dalam bekerja sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Konsentrasi Cadmium dalam Tanah Inceptisol dan Vertisol terhadap Kandungan Cadmium dalam Beras Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian UNS Surakarta. Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta. 2. Dr. Ir. Supriyadi, MP selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 3. Husein Suganda, SSi, MSc Kepala Lolingtan Jakenan, Pati selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan nasehat dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Sri Hartati, MP selaku Dosen Penguji yang telah membimbing dan memberikan nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ir. Sutopo, MP selaku Pembimbing Akademik 6. Keluarga besar Lolingtan, Jakenan, Pati 7. Ibunda dan Ayahku tercinta yang mengajarkanku kejujuran, kesederhanaan dan kesabaran yang bekerja keras untuk selalu membahagiakanku dengan limpahan kasih sayangnya yang tak terhingga. 8. Adikku tercinta Andriani Retnaningsih, SH. Aku bangga padamu dik.terima kasih atas cintamu yang tak pernah pudar (Be a good mother like our mother). 9. Alisha Setyawan dan Fathurrohman Al Hasybi (Giong) malaikat kecil.Pelepas dahaga, pelipur dikala duka mendapatkan bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini

4 10. Roihanul Imam Al Harishi teman sejati ku yang selalu setia dan tulus

menemani detik-detik perjuanganku. 11. Keluarga besarku di desa yang selalu bangga padaku terima kasih atas doa dan semangatnya.. (Aku sudah jadi sarjana!) 12. Ir. Antonius Kasno, MSc yang juga membimbing dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. 13. Pak Wasidin dan keluarga yang banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 14. Keluarga besar Adit di Pati, keluarga Mega di Purwodadi, keluarga Bapak Husein di Cikaret, Bogor dan Keluarga besar Bu Kadi di Sleko, Pati yang telah memberikan aku tempat berteduh selayaknya sebuah keluarga ..semoga Allah membalas budi kalian karena aku tak kan mampu membayarnya . 15. The Dream Team (Teguh Jun, Adiatmono, Wiwik, Feriana, Sriyanto, Mega, Ari Har and including me of course)kenangan bersama kalian adalah salah satu kenangan terindah dalam hidupku. 16. Sri Nuryani, Kusmiyatun, Erika Nurmawati, Gina Kusmiyanti sahabat-sahabat terbaikku namamu kan ku ukir dengan tinta terima kasihku atas kesetiaan kalian. Gantungkan mimpi dan doamu setinggi bintang, kuatkan usaha dan kesabaranmu sekokoh imanmu. 17. Ary Setyorini, Indra Gunawan, Buyung Al Fanshuri, Rani Maharani.teruslah berjuang 18. Teman-teman angkatan 99 : Riki Savitri (rumahmu adalah impianku Rik), Teguh Beka, Heri Siswanto, Wirid, Atik Murtiani (salah satu pengisi kenangan terindah dalam hidupku : Bogor Unforgetable memory, September 2002), Hamidah (untuk masukan dan analisis datanya), Pancar, Pipit, Sabno, Antox, Agung, Ari Wah, Hani, Woro, Uut , Trimah, Lia, Curya, Anhari, Cosmos, Danang, Yustisa, Wina, Sapto ppm, Hidup Ilmu Tanah !! 19. Gusti Yeni , Hermansyah terima kasih atas new relationship kita di Gust. Edu. Hidup adalah Perjuangan!

5 20. Mas Yen, Staff Laboratorium Kesuburan Kimia Fakultas Pertanian UNS dan Staff Laboratorium Pusat Subbagian Kimia UNS (Mbak Retno dan Pak Gito) atas bimbingan dan nasehat selama analisis. 21. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan ilmu yang penulis miliki, skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. karya

Surakarta, Oktober 2004

Penulis

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... RINGKASAN .................................................................................................. SUMMARY ..................................................................................................... I. PENDAHULUAN A. 1 B. 4 C. 4 D. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. 8 C. 10 D. 11 E. 13 F. III. Erapan .. METODE PENELITIAN 14 Maksimum Tanaman Padi (Oryza sativa L) Tanah Sawah (Paddy Soil) .... Efek Penyerapan Logam Berat Cd. Pencemaran dan 6 Sumber Cd . Hipotesis ... Tujuan Penelitian .. Rumusan Masalah . i ii iii vi viii ix x xii xiii

Latar Belakang ..

Perilaku Cd dalam Tanah.......

7 A. B. C. D. E. F. G. IV. Waktu Bahan Metode Persiapan dan dan Penelitian Penelitian Tempat Alat Penelitian Penelitian . .. yang Data diamati . Berpikir

15 .. 15 .. 16 16 Peubah-peubah Analisis Kerangka . 19 . 20 .. 21 HASIL DAN PEMBAHASAN A. B. C. Sifat Kualitas Konsentrasi Tanah Air Logam Berat Cd Awal Penyiraman Setelah .. .. Perlakuan 22 .. 26 27 1. Konsentrasi Logam Berat Cd dalam tanah 27 2. Sifat Agronomi Tanaman a. Tinggi Tanaman ... 33 b. Jumlah Anakan 34 c. Jumlah Malai .. d. Bobot Jerami Kering .. e. Bobot 1000 Butir f. Bobot Beras . g. Kandungan Cd beras .. V. KESIMPULAN DAN SARAN 35 36 36 37 38

8 A. 42 B. 42 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44 LAMPIRAN .................................................................................................... 47 Saran . Kesimpulan

DAFTAR TABEL Tabel 1. Beberapa Sifat Tanah Inceptisol dan Vertisol. Table 1. Some soil Properties of Inceptisol and Vertisol Tabel 2. pH dan Konsentrasi Cd pada Air Embung Table 2. pH and Concentration of Cd on Pond Water Tabel 3. Cd Total dan Cd Terlarut 27 Tabel 3. The Totally and Available Cd Analysis 22 26

9 Tabel 4. Pengamatan parameter tanaman setelah perlakuan 32 Tabel 4. The parameter of plant after treatment Tabel 5. Kandungan Cd dalam beras 38 Table 5. The Content of Cd in Rice

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik persentase Cd terlarut tanah Inceptisol dan tanah Vertisol Figure 1. The Percentage of Available Cd in Inceptisol and Vertisol Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Cd dalam Tanah Inceptisol Terhadap Kandungan Cd Beras. 40

30

10 Figure 2. The Relation of Concentration Cd on Inceptisol Againts Cd Accumulation on Rice Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Cd dalam Tanah Vertisol Terhadap Kandungan Cd Beras. Figure 3. The Relation of Concentration Cd on Vertisol Againts Cd Accumulation on Rice 41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penentuan Erapan Maksimum untuk Inceptisol dan Vertisol 46 Appendix 1. The Maximum Adsorbtion for Inceptisol and Vertisol

11 Lampiran 2. 47 Appendix 2. Lampiran 3. 49 Appendix 3. Lampiran 4. 49 Appendix 4. Lampiran 5. 50 Appendix 5. Lampiran 6. 51 Appendix 6. Konsentrasi Perlakuan Cadmium Pada Tanah Inceptisol The Consentration of Cadmium Treatment on Inceptisols Konsentrasi Perlakuan Cadmium Pada Tanah Vertisol The Consentration of Cadmium Treatment on Vertisols Pengitungan Dosis Pupuk The measurment of fertilizer doses Hasil Analisis Cd total (mg kg-1) The Result of Totally Cd (mg kg-1) Hasil Analisis Cd Terlarut (mg kg-1) The concentration of Available Cd (mg kg-1)

Lampiran 7. Persentase Cd Terlarut Pada Tanah Inceptisol dan Vertisol 51 Appendix 7. The Percentage Available Cd for Inceptisols and Vertisols Lampiran 8. 52 Appendix 8. Lampiran 9. 52 Appendix 9. Lampiran 10. 53 Appendix 10. Lampiran 11. 53 Appendix 11. Lampiran 12. 54 Appendix 12. Lampiran 13. 54 Appendix 13. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Padi dalam cm The Height of Rice Plant (cm) Hasil Pengamatan Jumlah anakan Total The Result of Totally Tiller Number Hasil Pengamatan Jumlah Malai The Result for Amount of Penicle Hasil Pengamatan Bobot Jerami kering The Result for Dry Weight of Plant Hasil Pengamatan Berat 1000 Butir The Weight of a Thousand Grain Hasil analisis Cd beras setelah perlakuan (mg kg-1) The Result of Rice Cd after treatment (mg kg-1) 55

Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam untuk Cd total

12 1. Appendix 14. Analysis Variance for Totally Cd Lampiran 15. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % untuk Cd terlarut Appendix 15. Analysis of Variance for Available Cd Level of 5 % 55 of

Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % untuk Cd beras Appendix 16. Analysis of Variance for Rice Cd Level of 5 % Lampiran 17. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Berat 1000 Butir Appendix 17. Analysis of Variance for Weight of a Thousand Grain Level 5 % Lampiran 18. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Bobot Jerami Kering Appendix 18. Analisis of Variance for Dry Weight of Plant Level 5 %

55

55

56

Lampiran 19. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Jumlah Anakan 56 2. Appendix 19. Analysis of Variance for Tiller Number Level 5 % Lampiran 20. Hasil Analisis Ragam taraf 5 % Untuk Tinggi Tanaman Appendix 20. Analysis of Variance for Height of Plant Level 5 %

57

Lampiran 21. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Jumlah Malai 57 3. Appendix 21. Analysis

of

Variance for Amount of Penicle Level 5 % Lampiran 22. Pengharkatan Cd dalam beras menurut WHO 1978 Lampiran 24. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Bobot Beras Appendix 24. Analysis of Variance for the weight of rice Level 5 % Lampiran 25. Hasil pengamatan Bobot beras 57 58 59

13 Appendix 25. The Result for Weoght Of Rice Lampiran 26. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 28 HST (Appendix 26. The Height Of Rice Plant 28 Day After Planting) Lampiran 27. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 42 HST (Appendix 27. The Height Of Rice Plant 42 Day After Planting) Lampiran 28. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 56 HST (Appendix 28. The Height Of Rice Plant 56 Day After Planting) Lampiran 29. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 70 HST (Appendix 29. The Height Of Rice Plant 70 Day After Planting) Lampiran 30. Grafik Tinggi Tanaman Padi 28 HST sampai 70 HST Pada Tanah Inceptisol (Appendix 30. The Height Of Plant 28 70 Day After Planting On Inceptisol) Lampiran 31. Grafik Tinggi Tanaman Padi 28 HST sampai 70 HST Pada Tanah Vertisol (Appendix 31. The Height Of Rice Plant 28 70 Day After Planting On Vertisol) 59 59 60 61 61

62 62

14

I.

RINGKASAN

PENGARUH KONSENTRASI CADMIUM DALAM TANAH INCEPTISOL DAN VERTISOL TERHADAP KANDUNGAN
CADMIUM DALAM BERAS (Oryza sativa) Ririn Listyaningrum H 0299008

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan, Jakenan, Pati, dilanjutkan analisis kimia di Laboratorium Pusat Subbagian Kimia Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Kesuburan Tanah Balai Penelitian Tanah, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian beberapa konsentrasi Cd pada tanah sawah Inceptisol dan Vertisol terhadap akumulasi Cd pada beras. Penelitian ini merupakan penelitian kausal hubungan fungsional komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 jenis tanah (1) Inceptisol dan (2) Vertisol dan taraf pemberian konsentrasi Cd yaitu 0; 0,1; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 erapan maksimum masing-masing tanah. Analisis data menggunakan uji F dilanjutkan dengan Uji Kontras d.b. Ganda untuk membandingkan perlakuan dalam satu kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Cd terlarut pada tanah Vertisol lebih rendah dibandingkan pada tanah Inceptisol. Pemberian konsentrasi Cd pada kedua jenis tanah mempengaruhi besarnya kandungan Cd beras yang kandungannya semakin tinggi dengan meningkatnya konsentrasi Cd dalam tanah. Pemberian konsentrasi Cd pada tanah Vertisol taraf 150 mg kg-1 mulai mengganggu pertumbuhan tanaman, menurunkan jumlah malai, jumlah anakan dan bobot jerami kering. Sedangkan pada tanah Inceptisol sampai taraf pemberian 60 mg kg-1 Cd belum mengganggu pertumbuhan tanaman dan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi Cd yang diberikan sebanding dengan meningkatnya kandungan Cd dalam beras.

15

SUMMARY THE INFLUENCE OF CONCENTRATION CADMIUM ON INCEPTISOL AND VERTISOL AGAINTS CADMIUM ACCUMULATION IN RICE
Ririn Listyaningrum H 0299008

This research has been done at Green House of Lolingtan, Jakenan, Pati, be continued with chemical analysis at Center of Chemical laboratory of Sebelas Maret University and Puslitbalitanak laboratory. This research is purposed to know the influence of concentration Cadmium on Inceptisol and Vertisol against Cadmium accumulation in rice. This research used Randomized Comletely Design, with 2 kind of soil (Inceptisol and Vertisol) and treatments : 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6 maximum adsorption of Inceptisol and Vertisol. The analysis data apply F test and be continued with Double d.f. Contras Test and regretion analysis. The Result of research shows that available Cadmium on Inceptisol more high than Vertisol. Treated concentration of Cd on Inceptisol and Vertisol influence how much Cadmium content on rice. The high of Cadmium on soil equally the increase of Cadmium on rice. The treatment level of 60 mg kg-1 on Inceptisol its non significant againt the growing of rice plant. In fact the treatment level of 150 mg kg-1 on Vertisol against the height of rice plant, less the tiller number, amount of penicle, dry weight of plant, weight of rice and the weight a thousand grain.

16

Lampiran 22. Pengharkatan Cd dalam beras menurut WHO 1978 (Appendix 22. The Level of Cd on rice ) Konsentrasi Cd dalam beras (mg kgPengharkatan 1 ) Aman < 0,12 Waspada 0,12 0,24 Bahaya > 0,24 Sumber : Guide to Codex Maximum Limits for Pestisides Residues, WHO. 1978.

17 I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Pencemaran lingkungan yang diikuti penurunan kualitas tanah pertanian merupakan permasalahan yang banyak mendapat perhatian dalam dasawarsa terakhir ini. Menurut Salim (1985) pencemaran adalah perubahan kondisi dari bentuk asli pada keadaan yang lebih buruk akibat masuknya bahan asing yang mempunyai sifat racun bagi organisme. Bahan asing tersebut merupakan limbah atau sisa buangan dari proses industri. Di sisi lain usaha peningkatan produksi tanaman pangan dengan menggunakan bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida, ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas tanah pertanian karena tanpa kita sadari penggunaaan pupuk anorganik maupun pestisida akan meningkatkan akumulasi bahan ikutan yang merupakan bahan beracun berbahaya. Menurut Darmono (2001), umumnya limbah yang dikeluarkan oleh industri mengandung logam berat dan hadir sebagai polutan yang dibuang dalam bentuk padat atau cair. Bahan pencemar tersebut masuk melalui badan air hingga menjadi air irigasi. Sehingga jika diserap tanaman dalam jumlah banyak akan terakumulasi dalam jaringan tanaman atau dapat meracun bagi tanaman bahkan dalam batas tertentu dapat meracuni makhluk hidup yang mengkonsumsinya.

18 Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat (bahan pencemar) yang dihasilkan dari proses industri. Cd merupakan logam yang berbahaya, menurut Alloway (1990), Cd selain bersifat meracun, di dalam tanah sifatnya lebih mobil dan lebih tersedia dibanding logam berat lainnya. Logam berat ini sukar mengalami degradasi secara alami, tidak dapat diuraikan oleh mikrobia dan hanya diakumulasi di komponen lingkungan sehingga menjadikan Cd lebih membahayakan jika masuk dalam air yang dikonsumsi (Martopo, 1992). Cd banyak dihasilkan akibat aktivitas manusia seperti operasi penambangan yaitu pada pembakaran batu bara, industri tekstil dan bahan ikutan pupuk (Sunu, 2001). Vlamis et al., ( 1985) dalam Srivastava dan Gupta (1996), menyebutkan logam berat Cd juga terdapat dalam bahan baku pupuk P kandungannya sekitar 2 200 mg Cd per Kg dan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin lama pemakaian pupuk fosfat akan menaikkan konsentrasi kadmium di atas permukaan tanah (Darmono, 2001). Keberadaan Cd sangat membahayakan terutama pada lahan sawah karena tanaman padi membutuhkan pengairan yang sifatnya permanen dan pemupukan yang intensif. Menurut Srivastava dan Gupta (1996), tanaman padi (Oryza sativa L) mampu menyerap logam berat dari dalam tanah yang diserap dari daerah perakaran lalu dipindahkan ke bagian daun dan biji. Menurut WHO (1978) dalam Sismiyati et al., (1993), batas maksimal kandungan Cd yang diperbolehkan dalam beras yaitu 0.24 mg kg-1 bahan

19 kering. Jika Cd terkonsumsi oleh manusia dan konsentrasinya melebihi jumlah normal, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan tubuh seperti gangguan pernafasan, ginjal dan hati (Sunu, 2001). Media tanah merupakan salah satu sumber utama keberadaan logam berat di alam. Tanaman menyerap Cd dari tanah yang terkontaminasi Cd. Menurut Notohadiprawiro (1995), penyerapan logam berat oleh tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor tanah dan biologi (macam, fase pertumbuhan dan fase perkembangan tanaman). Tanah mempunyai kemampuan untuk menahan mobilitas logam berat yang disebut daya sangga. Sifat tanah yaitu pH, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan kadar bahan organik sangat menentukan mobilitas logam berat dalam tanah (Hue et al, 1988). Namun hal ini lebih tergantung pada kandungan logam berat total dalam tanah. Semakin tinggi konsentrasi logam berat di dalam tanah sebanding dengan meningkatnya jumlah Cd yang diserap oleh tanaman (Lepp, 1981). Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sawah dari order Vertisol dan Inceptisol yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda. Untuk itu dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana hubungan konsentrasi logam berat Cd pada tanah sawah terhadap

kandungan Cd pada butiran beras.

20 B. Perumusan masalah Laju pertumbuhan industri dan peningkatan produksi pangan dengan menggunakan bahan-bahan agrokimia di lahan pertanian, sangat potensial menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat berperan sebagai indikator kualitas lingkungan terutama dalam masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat. Hal yang paling dikahawatirkan adalah logam berat yang ada dalam tanah terserap oleh tanaman dan terkonsumsi oleh makhluk tingkat tinggi yang pada akhirnya terakumulasi dalam tubuh sebagai bahan toksik. Tanah sawah merupakan salah satu jenis tanah yang potensial untuk tercermari logam berat Cd. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsentrasi Cd pada tanah terhadap kandungan Cd dalam beras. C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi Cd pada tanah sawah Inceptisol dan Vertisol terhadap akumulasi Cd dalam beras . 2. Manfaat Penelitian a. Memberikan informasi tentang mobilitas Cd pada tanah sawah dan menentukan batas toleransi Cd pada tanaman padi (Oryza sativa L) .

21 b. Sebagai dasar untuk menentukan teknologi dalam penanggulangan lahan-lahan yang tercemar logam berat Cd untuk terjaminnya keamanan produk pertanian. D. Hipotesis 1. Diduga jenis tanah menentukan kemampuan menjerap logam berat Cd. 2. Diduga konsentrasi Cd dalam tanah berpengaruh nyata terhadap kandungan Cd pada beras. Semakin tinggi konsentrasi Cd dalam tanah semakin tinggi kandungan Cd dalam beras.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran dan Sumber Cd Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat, energi ataupun komponen lain ke dalam lingkungan yang menyebabkan berubahnya tatanan lingkungan yang berpengaruh jelek terhadap lingkungan dan manusia (Salim, 1985). Pencemaran dapat terjadi dalam berbagai aspek lingkungan, air, udara dan tanah yang disebabkan oleh bahan-bahan pencemar yang terdiri dari : 1. Pestisida 2. Pencemar organik 3. Garam 4. Radioaktif 5. Logam berat seperti : Cd, Pb, Hg (Soepardi, 1983). Logam berat adalah bahan pencemar yang sukar mengalami degradasi secara alami dan terurai secara lambat dan hanya diakumulasi di komponen lingkungan, sehingga logam berat dimasukkan sebagai bahan pencemar yang beracun dan berbahaya (Martopo 1991). Tidak semua logam dimasukkan dalam kelompok logam berat, istilah logam berat dipakai untuk keperluan penyederhanaan. Logam berat didefinisikan sebagai kation yang mempunyai nomer atom yeng lebih besar dari Fe dengan kerapatan jenis lebih tinggi dari nilai umumnya 5 atau 6 g cm-3 (Bishop, 2000).

23 Cd adalah salah satu logam yang termasuk logam berat. Sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam lunak yang berwarna keperakan yang bersifat tidak pecah atau terurai menjadi bagian-bagian yang kurang beracun (Sunu, 2001) Kandungan Cd dalam tanah bervariasi antara 0,01 1,1 mg kg -1 dengan rata-rata nilai sekitar 0,06 mg kg-1. Kandungan Cd tertinggi berada dipermukaan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Pada kondisi alami kandungan Cd dalam tanah dipengaruhi oleh batuan induk. Pada profil tanah, kandungan Cd menurun sesuai kedalaman (Srivastava dan Gupta, 1996). Logam berat Cd banyak dihasilkan akibat aktivitas manusia seperti operasi penambangan, industri dan bahan ikutan pupuk anorganik, sebagai produk sampingan pengilangan seng, dapat ditemukan dalam endapan sulfida terutama bijih seng, bijih timbal dan tembaga bara dan (dalam kadar rendah), batu

belerang (Connel dan Miller, 1984). Cd juga digunakan sebagai

bahan paduan (alloy) dalam baterai, sebagai zat warna plastik, cat dan tinta. Sebagian besar keberadaan kadmium dalam air, diakibatkan oleh kegiatan proses penyepuhan secara elektrolisis yang limbahnya dibuang ke saluran air (Sunu, 2001). Sedangkan sumber pencemaran Cd di udara sebagian besar karena adanya kegiatan industri yang menggunakan seng dan pembakaran batu bara (Sunu, 2001). Pencemaran kadmum menyebar lebih luas terutama melalui saluran sebagai air pengairan yang masuk ke petak-petak sawah yang kemudian

24 terjadi endapan yang mengandung kadmium. Air pengairan yang mengandung Cd > 0,005 mg l-1 mengakibatkan akumulasi Cd dalam beras dapat mencapai > 1,0 mg kg-1 (Subowo et al., 1995). B. Perilaku Cd dalam Tanah Menurut Darmono (2001), keberadaan Cd tergantung oleh : 1. 2. 3. Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah Jumlah yang terambil pada proses penen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam. 4. Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk anorganik. dalam tanah pertanian

Kadmium terdapat dalam bahan baku pupuk P (anorganik) dengan kandungan sekitar 2 200 mg Cd per Kg Vlamis et al., ( 1985) dalam Srivastava dan Gupta (1996). Mobilitas logam berat di dalam tanah menurut Page et al (1971), tergantung pada : 1. Jenis tanah 2. Macam ikatan logam berat dan konsentrasinya 3. Kandungan senyawa organik tanah 4. Kandungan fraksi liat 5. Kandungan CaCO3 6. pH dan kondisi air.

25 Didalam tanah, logam berat berada dalam bentuk terlarut, dapat dipertukarkan dan dijerap. Logam berat dalam tanah atau sedimen dapat melakukan proses pertukaran ion dan adsorpsi. Hal ini terutama terjadi pada partikel-partikel halus dengan permukaan yang luas dan gugus-gugus bermuatan negatif seperti tanah liat (kaolinit, klorit, montmorilonit), zat-zat humin (asam humat, asam fulfat, humin) dan oksida-oksida Fe dan Mn (Zachara et al., 1992). Cd di alam biasanya ada dalam bentuk oksidasi 2+. Sifat atau perilakunya secara kimia mirip sekali dengan Zn karena kedua logam ini berada dalam satu golongan, yaitu golongan IIB pada sistem periodik. Cd dalam tanah ada dalam bentuk CdO, Cd3(PO4)2 dan CdCO3 yang terbentuk pada kondisi oksidatif. Di dalam larutan tanah, Cd2+ adalah jenis ion utama yang mendominasi (Srivastava dan Gupta, 1996). Chlopecka et al (1996) mengemukakan bahwa mobilitas Cd dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH < 5.6 kandungan Cd lebih banyak dalam bentuk dipertukarkan dibandingkan dengan pH > 5.6. Menurut Connell dan Miller (1984), reduksi pH mengarah pada penguraian karbonat dan hidroksida. Menurut Srivastava dan Gupta (1996), pada pH tinggi sesquioksida dan kalsium karbonat dapat menfiksasi Cd dalam tanah. Cd dalam bentuk CdCO3 (Octavite) muncul untuk mengontrol aktivitas Cd dalam larutan tanah karena Cd dalam bentuk ini tidak terserap oleh tanaman.

26 C. Efek Penyerapan Logam Berat Cd Logam berat dalam jumlah besar dapat meracun tumbuhan dan hewan karena menyebabkan penyimpangan metabolisme (Sriyani, 1998). Peracunan tersebut terdapat dalam tingginya gaya gabung antara Cd dengan gugus amino dan sulfihidril (SH) dalam enzim dan protein (Alloway, 1990). Kontaminasi logam toksik pada lahan pertanian selain dapat menyebabkan tingginya kadar logam dalam tanaman, berakibat buruk pula terhadap manusia yang mengkonsumsinya. Sebagai bahan asing di dalam tubuh manusia, Cd merupakan racun kumulatif yang terbawa lewat beras yang dikonsumsi. Di Jepang kasus keracunan Cd terkenal dengan itai-itai disease yaitu gejala terjadinya kegagalan ginjal (Proteinuria dan glukosuria) (Darmono, 2001). Serapan Cd oleh tanaman dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungan disekitarnya (Alloway, 1990). Subowo et al (1995) mengemukakan bahwa kandungan Cd dalam tanah berkorelasi positif dengan kandungan Cd dalam beras. Pada beberapa kasus di daerah Jepang menunjukkan bahwa di beberapa lokasi lahan sawah, kandungan Cd dalam beras berkisar antara 0.31 0.33 mg/kg. Konsentrasi ini telah melampaui ambang batas Cd yang diperbolehkan dalam beras, yaitu 0.24 mg/kg (WHO, 1978 dalam Sismiyati et al., 1993). Faktor utama yang mempengaruhi kandungan Cd dalam tanaman adalah total unsur di dalam larutan tanah dan masuknya Cd ke tanaman melalui serapan hara (Alloway, 1990). Semakin tinggi konsentrasi Cd di

27 dalam tanah sebanding dengan meningkatnya jumlah Cd yang diserap tanaman (Lepp, 1981). D. Tanah Sawah (Paddy soils) Tanah sawah (paddy soils) adalah adalah cara bercocok tanam yang dilakukan dengan penggenangan untuk waktu yang agak lama selama proses pertumbuhan padi. Menurut kebanyakan ahli, tanah sawah tidak ditempatkan sebagai jenis sendiri karena sifatnya berbeda-beda dan hanya merupakan perkembangan daripada jenis-jenis tanah : Aluvial, Grumosol, Latosol, Regosol dan Podzolik (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957 dalam

Darmawijaya, 1997). Penggenangan sawah dilakukan selama penggarapan, penanaman dan pertumbuhan pertama yang kemudian makin tinggi tanaman makin dikurangi airnya dan akhirnya menjelang masaknya bulir padi dikeringkan sama sekali (Darmawijaya, 1997). Secara umum tanah sawah dicirikan dengan suasana reduksi yang menyebabkan drainase buruk, meningginya pH dan pelarutan silika. Hal ini menyebabkan terbentuknya tanah permukaan yang banyak mengandung lapisan debu yang berwarna coklat muda dan dibawahnya terdapat akumulasi besi lalu mangan yang berupa coretan-coretan, becak-becak, selaput-selaput, agregat, konkresi atau bahan lapisan padas tergantung lamanya

dipersawahkan. Akibat pembentukan lapisan padas akan menghambat drainase dan dalamnya perkaran, tetapi tidak menghambat perkembangan akar ke samping (Darmawijaya, 1997).

28 Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari jenis Vertisol dan Inceptisol. Vertisol merupakan tanah yang memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik karena didominasi oleh mineral liat tipe 2 : 1 aktif yang akan mengembang bila jenuh air dan mengkerut jika kering. Tanah ini berkembang dari bahan induk yang bersifat alkalis sehingga reaksi tanahnya berkisar antara 6.0 8.2 (Munir, 1996). Menurut Darmawijaya (1997), tanah yang mengandung jenis liat montmorilonit mempunyai daya adsorpsi tinggi (50 100 me/100 gram liat) sehingga jenuh akan basa terutama Ca dan Mg. Dengan kandungan liat yang tinggi, tanah ini sangat sesuai digunakan untuk areal persawahan (Munir, 1996 ). Inceptisol adalah tanah muda yang mulai berkembang. Profilnya mempunyai horison yang dianggap pembentukannya agak lambat sebagai alterasi bahan induk. Namun perkembangan profil golongan ini lebih berkembang dibandingkan dengan Entisol (Munir, 1996). Inceptisol dapat bekembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali pencucian, meskipun mungkin semua proses pedogenetik adalah aktif. Karena bahan induknya yang resisten, maka fraksi liat yang dihasilkan oleh pelapukan relatif sedikit. Proses pembentukan liat terhambat sehingga iluviasi liat di horison B tidak tampak jelas. Pada kondisi semacam ini iluviasi liat yang ada belum memenuhi syarat sebagai horison argilik (Munir, 1996).

29 E. Tanaman Padi (Oryza sativa L) Padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari 1 tahun dan hanya satu kali produksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan (Anonim, 1990). Padi IR 64 termasuk golongan tanaman padi dengan umur tanaman kurang lebih 115 hari. Tinggi tanaman kurang lebih 85 cm, warna kaki dan batang hijau, posisi daun tegak, anakan produktif banyak, bentuk gabah ramping panjang. IR 64 banyak dibudidayakan di Indonesia selain rasa

nasinya yang enak juga tahan terhadap kerontokan dan kerebahan serta tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan wereng hijau, agak tahan terhadap virus kerdil dan bakteri busuk daun (Dinas Pertanian, 2000). Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu bagian vegetatif yang terdiri dari akar, batang dan daun . Bagian yang kedua adalah bagian generatif yang terdiri dari malai-malai atau bulir dan bunga, buah dan bentuk gabah (Anonim, 1990). Sedangkan pertumbuhan tanaman padi menurut Yoshida (1981) dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase vegetatif, fase generatif (reproduksi) dan fase pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan inisiasi primodia malai yang ditandai dengan pembentukan anakan aktif yaitu anakan maksimal, bertambahnya tinggi tanaman dan daun tumbuh secara teratur.

30 Fase reproduktif dimulai dari inisiasi primodia malai yang ditandai dengan memanjangnya ruas batang, berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai panen, yang ditandai dengan masak susu, masak tepung, masak kuning dan masak fisiologis. F. Erapan Maksimum Erapan maksimum didefinisikan sebagai kemampuan maksimal tanah dalam mengikat logam berat. Kemampuannya ini tergantung dari sifat-sifat tanah itu sendiri. Adapun sifat tanah yang menentukan erapan maksimum adalah tekstur (Kasno et al., 2000). Menurut Srivastava dan Gupta (1996), Tanah bertekstur halus kandungan Cd lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar. Sekurangkurangnya penyimpanan Cd oleh liat montmorilonit lima kali lebih besar daripada kaolinit. Pada pH kurang dari 6,5 dan kekuatan ion rendah (< 0,01 mol L-1), sebagian besar Cd tersimpan melalui pertukaran ion Cd2+ pada lapisan silikat. Sedangkan pada pH > 6,5 dan kekuatan ion tinggi (0,1 mol L 1

). Penyimpanan disebabkan serapan Cd pada site hydroxylate pada tepi

lapisan silikat atau pada oksidasi Fe atau Al dan atau pertukaran CdOH+ pada site tertentu dari lapisan silikat. Jadi, tanaman lebih cepat menyerap Cd dari tanah berpasir daripada tanah berliat.

31 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kasa Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati mulai bulan Agustus sampai Desember 2003. Lokasi ini terletak pada kemiringan 4-15% dengan ketinggian tempat 7 m dpl, curah hujan tahunan rata-rata < 1600 mm dengan posisi geografis 6o 45 LS dan 111o 40 BT. Analisis tanah dan jaringan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Pusat Subbagian Kimia UNS dan Laboratorium Kesuburan Tanah Balai Tanah dan Agroklimat (Puslibangtanak), Bogor. B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : tanah sawah Vertisol dari Ngawi dan Iceptisol dari Pati, benih padi IR-64, pupuk dasar (Urea, SP-36 dan KCl), HNO3 pekat, HClO4, Aquades, CaCl2 0,1 M, K2Cr2O7 2 N, H2SO4 pekat, H3PO4 85 %, FeSO4 1 N, NH4-Acetat 1 N, Alkohol , Etanol 95 %, NaOH 45 %, Asam borak 2 % dan KCl 10% 2. Alat Alat yang digunakan dalam penlitian ini meliputi : Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Bor tanah, cangkul, pH meter, ember, alat penumbuk tanah, saringan berdiameter 2 mm, timbangan analitik, alat untuk analisis tanah dan jaringan tanaman

32 C. Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang teridiri dari 2 jenis tanah ( I : Inceptisol dan V : Vertisol) dan konsentrasi pemberian Cd pada tanah yang meliputi 5 taraf, yaitu : ICd 0 : Kontrol VCd 0 : Kontrol 25 mg kg-1 50 mg kg-1

ICd 0.1 : 10 mg kg-1 ICd 0.2 : 20 mg kg-1 ICd 0.4 : 40 mg kg-1 ICd 0.6 : 60 mg kg-1

VCd 0,1 : VCd 0,2 :

VCd 0,4 : 100 mg kg-1 VCd 0,6 : 150 mg kg-1

Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 30 pot percobaan sebagai berikut : 1. ICd 0 4. ICd 0,1 7. ICd 0,2 10. ICd 0,4 13. ICd 0,6 16. VCd 0 19. VCd 0,1 22. VCd 0,2 25. VCd 0,4 28. VCd 0,6 D. Persiapan Penelitian 1. Pengambilan sampel tanah Sampel tanah Vertisol diambil dari kecamatan Karang Asri, Kabupaten Ngawi sedangkan sampel tanah Inceptisol diambil dari kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Pengambilan contoh tanah secara acak dimana tanah diambil sampai kedalaman perakaran tanaman padi (0 2. 5. 8. ICd 0 ICd 0,1 ICd 0,2 3. ICd 0 6. ICd 0,1 9. ICd 0,2 12. ICd 0,4 15. ICd 0,6 18. VCd 0 21. VCd 0,1 24. VCd 0,2 27. VCd 0,4 30. VCd 0,6

11. ICd 0,4 14. ICd 0,6 17. VCd 0 20. VCd 0,1 23. VCd 0,2 26. VCd 0,4 29. VCd 0,6

33 20 cm), dari titik-titik yang telah ditentukan dikompositkan. Tanah dikeringanginkan kemudian tanah

lalu ditumbuk dan disaring

dengan diameter 2 mm dan dimasukkan ke dalam ember. Tanah Inceptisol dan Vertisol yang digunakan adalah 7.5 kg / ember. Tanah yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam ember disiram air sampai tergenang. Pemberian Cd dilakukan 1 minggu sebelum pindah tanam. 2. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara tanam pindah (transplanting) yaitu menanam pada setiap pot yang telah disiapkan. Umur bibit 14 hari setelah semai, setiap pot perlakuan ditanam 3 bibit dengan kedalaman sekitar 5 cm. 3. Pemupukan a. Nitrogen (N) Pupuk nitrogen diberikan dalam bentuk Urea dengan tiga kali pemberian yaitu pada saat tanam pindah, umur 34 hari dan umur 60 hari setelah tanam dengan dosis 300 kg urea/ha, yaitu setara dengan 1.125 g/pot atau 112.5 g urea. Cara pemberian yaitu dilarutkan dalam 10 ml air kemudian setiap pot diberi 10 ml larutan urea. b. Fosfor (P) Pupuk fosfor diberikan dalam bentuk SP-36 dengan satu kali pemberian pada saat tanam pindah, untuk tanah Inceptisol dosis 75

kg SP-36/ha, yaitu setara dengan 0.2813 g SP-36/ pot dan untuk

34 tanah Vertisol 50 kg SP-36/ ha atau setara dengan 0.1875 g SP36/pot. c. Kalium (K) Pupuk kalium diberikan dalam bentuk KCl dengan dua kali pemberian, pada saat tanam pindah dan 45 hari setelah tanam dengan dosis 50 kg KCl/ ha setara dengan 0.1875 g KCl/ pot atau 18.75 g. Cara pemberian yaitu KCl dilarutkan dalam 10 ml air 4. Pemeliharaan dan Penyulaman Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian meliputi penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Satu minggu setelah pindah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh. 5. Pengamatan Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan dimulai 2 minggu setelah tanam pindah dengan interval pengamatan sampai 1 minggu sebelum panen. 6. Pemanenan Pemanenan dilakukan saat bulir padi sudah menunjukkan warna kekuningan dan merunduk yaitu pada umur kurang lebih 105 hari setelah tanam. Malai padi dipotong kemudian ditimbang, bulir padi dipisahkan dari malainya. 2 minggu sekali

35 7. Pengambilan Sampel a. Pengambilan sampel tanah akhir Setelah panen sampel tanah diambil dengan mengkompositkan pada masing-masing ulangan. b. Pengambilan sampel tanaman Contoh jerami dan gabah diambil dari masing-masing pot. Jerami dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70o C, gabah dipisahkan dengan sekamnya kemudian beras dianalisis di laboratorium. E. Peubah-peubah yang diamati 1. Peubah bebas Semua perlakuan yang dicobakan 2. Peubah terikat utama : Kandungan logam berat Cd pada tanah dan butiran beras 3. Peubah terikat pendukung : a. Analisis tanah awal 1) Kandungan Cd total tanah dengan metode ekstrak asam nitrat pekat dan asam perklorat 2) pH tanah dengan metode Elektrometris 3) BO tanah dengan metode Walkey and Black 4) KTK tanah dengan metode penjenuhan Amonium acetat pH 7 5) Tekstur tanah dengan metode pipet

36 b. Analisis Tanah Akhir 1) Cd Total tanah dengan metode destruksi basah HNO3 2) Cd Terlarut tanah dengan ekstrak CaCl2 c. Peubah tanaman 1) Kandungan Cd beras dengan metode destruksi basah dengan asam nitrat pekat dan asam perklorat 2) Tinggi tanaman 3) Jumlah anakan 4) Bobot jerami kering 5) Jumlah malai 6) Bobot 1000 butir F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalis dengan uji F taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Kontras d.b ganda untuk membandingkan antar perlakuan dalam satu kelompok karena konsentrasi yang diberikan pada masing-masing tanah berbeda dan jenis tanah bukanlah sebagai perlakuan. Untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi Cd pada tanah terhadap kandungan Cd beras menggunakan dianalisis regresi.

37 G. Kerangka Berpikir

Deposit Atmosfer

Industri

Cd dalam tanah sawah

Pemupukan P anorganik intensif

Vertisols (Ngawi) Jenis mineral liat : Tipe 2 : 1 Liat : 63% Debu : 23% Pasir : 14%

Inceptisols (Gabus, Pati) Jenis mineral liat : Tipe 1:1 Liat : 26% Debu : 45% Pasir : 29%

Kedua tanah diberi perlakuan Cd taraf 0 ; 0,1 ; 0,2; 0,4 ; 0,6 erapan maksimumnya. Erapan maksimum Inceptisols : 100 mgkg-1 Erapan maksimum Vertisols : 250 mgkg-1

Hubungan antara Cd dalam tanah dan Beras terhadap perlakuan yang diberikan Sejauh mana kedua jenis tanah tersebut dapat mempertahankan Cd dalam komplek pertukarannya sehingga tidak tersedia bagi tanaman Seberapa jauh Cd yang terserap berpengaruh terhadap tanaman padi (bagaimana pertumbuhannya, hasilnya, kandungan Cd dalam beras)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

38

B. Sifat Tanah Awal Analisis terhadap tanah meliputi karakteristik kimia (pH, KTK dan kandungan bahan organik, fisika (tekstur tanah) dan kandungan Cd tanah. Sifat tanah awal sebelum penelitian perlu diamati untuk mengetahui seberapa besar sifat-sifat tanah tersebut berpengaruh terhadap perlakuan yang akan diujikan yaitu perilaku logam berat Cd serta untuk mengetahui potensi kesuburan tanah kaitannya dengan viabilitas tanaman yang diuji. Berikut adalah hasil analisis sifat tanah awal dan kandungan Cd dalam tanah : Tabel 1. Beberapa Sifat Tanah Inceptisol dan Vertisol. (Table 1. Some soil Properties of Inceptisol and Vertisol) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sifat Tanah pH H2O* pH KCl* Bahan Organik (%)* KTK (cmol(+)/kg)* Cd tanah (mg kg-1)** Tekstur tanah* : Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Sumber : Keterangan
* **

Inceptisol Nilai 6,4 5,6 1,4 18,2 0,097 29 45 26 Loam Sangat rendah Sedang Pengharkatan Agak masam Nilai 6,4 6,0 1,2 47,3 0,114 14 23 63

Vertisol Pengharkatan Agak masam Sangat rendah Tinggi

Clay

: Puslitbangtanak Bogor : Laboratorium Pusat Sub bagian Kimia UNS : Pengharakatan menurut Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1983

1. Tanah Inceptisol

39 Tanah Inceptisol memiliki kesuburan fisik yang baik yaitu dengan kandungan teksturnya yang lebih didominasi oleh fraksi debu (45%) dengan perbandingan liat dan pasir yang hampir sama. Hal ini menguntungkan karena dengan tekstur yang tidak berat tanah mudah diolah dan pergerakan perakaran lebih leluasa karena kondisi aerasi dan drainase yang baik sehingga jenis tanaman tahunan maupun musimam cocok ditanam pada tanah ini. Menurut Darmawijaya (1997), tanah

Inceptisol merupakan tanah muda yang lebih berkembang dibandingkan tanah Entisol sehingga fraksi liat yang dihasilkan oleh pelapukan relatif sedikit. Tekstur mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemampuan suatu jenis tanah dalam menjerap logam berat, karena liat dapat menjerap logam berat sehingga menurunkan ketersediaannya. Tanah ini mempunyai pH yang agak masam (6,4), Kapasitas Tukar Kation (KTK) sedang (18,2%) dan kandungan bahan organik yang sangat rendah (1,4). Sifat kimia tanah ini dapat ditingkatkan yaitu dengan memberikan perlakuan yang tepat misalnya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan KTK dan unsur-unsur hara. Sehingga tanah mampu menyediakan hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Rekasi tanah (pH) dalam kesuburan sangat penting karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara demikian pula untuk logam berat, pH mempunyai arti penting dalam perilaku logam berat Cd.

2. Tanah Vertisol

40 Pada tabel 1. dapat kita lihat bahwa tanah Vertisol mempunyai sifat fisik yang berat yaitu dengan tingginya kandungan liat (63%) dan sedikitnya kandungan debu (23%) dan pasir (14%). Menurut

Darmawijaya (1997), tanah Vertisol adalah tanah yang mengandung liat yang tinggi dengan jenis montmorilonit. Karena teksturnya yang berat maka tanah ini cocok digunakan untuk areal persawahan. Jenis liat dan kandungan liat yang tinggi mempunyai keuntungan dalam menjerap kation-kation termasuk logam berat (Tan, 1991). Karena tanah ini mengandung jenis liat tipe 2 : 1 sehingga KTK nya tinggi karena KTK menentukan kemampuan suatu koloid tanah menjerap dan

mempertukarkan kation (Tan, 1991). Tanah ini mempunyai pH yang agak masam (6,4) dan kandungan bahan organik yang sangat rendah (1,2 %). Menurut Munir (1996) tanah vertisol memiliki pH yang bervariasi antara 6,0 8,2 karena tanah ini berkembang dari bahan induk yang bersifat alkalis. Kedua jenis tanah kandungan bahan organiknya rendah hal ini karena tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang disawahkan karena sering digunakan tetapi tidak diimbangi dengan pemberian bahan organik sehingga menurunkan kandungan bahan organik tanah. Menurut Stevenson (1994), bahan organik juga mempunyai arti postif dalam menjerap logam berat dalam tanah karena asam-asam organik hasil proses dekomposisi mempunyai gugus-gugus terbuka (hidroksida) yang dapat mengikat kation seperti logam berat

41 3. Kandungan Cd awal Pada analisis tanah awal sudah didapati adanya kandungan Cd pada kedua jenis tanah. Pada umumnya semua tanah mengandung Cd karena secara alami Cd terdapat di dalam bahan induk namun dalam jumlah yang sangat kecil. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini sudah lama dibudidayakan sebagai lahan sawah kemungkinan Cd yang terkandung dalam tanah akibat dari penggunaan pupuk pupuk P secara intensif. Dalam Vlamis et al., ( 1985) dalam Srivastava dan Gupta (1996) menyebutkan Cd terdapat dalam bahan baku pupuk P. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin lama pemakaian pupuk fosfat akan menaikkan konsentrasi kadmium di atas permukaan tanah (Darmono, 2001). Kandungan Cd tanah Vertisol lebih banyak (0,114 mg kg-1) dari tanah Inceptisol (0.097 mg kg-1), hal ini karena tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang lebih tinggi dibandingkan tanah Inceptisol sehingga Cd yang terakumulasi banyak yang teradsorbsi pada komplek pertukaran. Sedangkan Cd dalam tanah sifatnya sangat mobil akan menurun konsentrasinya sesuai dengan kedalaman tanah karena pencucian atau pergerakan air (Srivastava dan Gupta, 1996). 1. Kualitas Penyiraman Penyiraman pada penelitian ini menggunakan air hujan yang ditampung dalam sebuah bak yang disebut dengan embung. Hal ini dilakukan Air Untuk

42 karena pengairan pada sistem budidaya padi banyak menggunakan air hujan untuk menghemat biaya produksi. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pati yang hanya memiliki curah hujan 1600 mm per tahun (rendah), ketika musim hujan air hujan ditampung dalam embung untuk digunakan pada

musim kemarau. Hasil analisis laboratorium terhadap pH dan kandungan Cd air embung disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. pH dan Konsentrasi Cd pada Air Embung (Table 2. pH and Concentration of Cd on Pond Water) Macam analisis Satuan Hasil pH 7,2

Pengharkatan Netral

Cd air embung** mg l-1 0,001 * Sumber : : Puslitbangtanak Bogor ** : Laboratorium Pusat Sub bagian Kimia UNS Keterangan : Pengharkatan Menurut Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1983 Air embung dalam penelitian ini ternyata mengandung Cd tetapi sangat kecil yaitu hanya 0,001 mg l-1. Nilai ini masih aman karena masih dibawah kadar Cd yang diperbolehkan dalam air minum, perikanan dan kehidupan biota lainnya yaitu sebesar 0,01 mg l-1 sehingga diharapkan penyiraman dengan air embung tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan konsentrasi Cd dalam tanah. Terdapatnya Cd dalam air embung yang digunakan karena embung terletak di dekat areal persawahan. Cd dalam tanah sifatnya sangat mobil dan cenderung menyebar. Reaksi kimia (pH) air embung yang digunakan yaitu 7,2 atau netral. Sehingga diharapkan tidak menaikkan pH tanah secara spontan C. Konsentrasi Logam Berat Cd Setelah Perlakuan 1. Konsentrasi Logam berat Cd dalam tanah

43 Logam berat Cd di dalam tanah terdiri dari Cdtotal dan Cdterlarut. Cdtotal adalah semua Cd yang terkandung dalam tanah, baik yang terjerap pada mineral liat, bahan organik dan yang berada bebas dalam larutan tanah. Cdterlarut adalah Cd yang berada dalam larutan tanah baik sebagai kation (Cd2+) maupun ion yang membentuk persenyawaan yang sifatnya bebas tidak terikat oleh mineral liat atau koloid. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan Cd tanah disajikan pada tabel berikut : Tabel 3. Cd Total dan Cd Terlarut (Tabel 3. The Totally and Available Cd Analysis) Rerata Cd Tanah (mg kg-1) Perlakuan Cd Total Cd Terlarut ICd 0 ICd 0,1 ICd 0,2 ICd 0,4 ICd 0,6 VCd0 VCd0,1 VCd0,2 VCd0,4 1,38 9,85 17,46 36,66 57,67 1,49 23,34 45,05 83,18 0,07 0,88 2,26 3,7 6,79 0,04 1,14 2,26 6,40 8,53

VCd0,6 123,68 Sumber : Laboratorium Pusat Subbagian Kimia UNS

Pada tabel 3. terlihat bahwa pada kontrol baik di tanah Inceptisol maupun Vertisol sudah didapati Cd dalam tanah. Hal ini karena berdasarkan analisis awal sebelum perlakuan pada kedua tanah tersebut sudah mengandung Cd (Tabel 1) dan pada air embung juga mengandung Cd (Tabel 2) sehingga penyiraman dapat menambah kandungan Cd tanah.

44 Pada tabel 3 terlihat kandungan Cdtotal tanah semakin tinggi dengan penambahan konsentrasi Cd. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa pada taraf 5 % perlakuan pemberian konsentrasi Cd memberikan

pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan Cdtotal tanah Inceptisol dan Vertisol dengan nilai P = 0,000. Demikian juga pada Cdterlarut, hasil Analisis Ragam taraf 5 %, pemberian konsentrasi Cd memberikan

pengaruh yang nyata terhadap kandungan Cdterlarut tanah Inceptisol dan Vertisol dengan nilai P = 0,022. Kemudian perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lebih lanjut. Berdasarkan uji dengan metode Kontras d.b Ganda terhadap Cdtotal menunjukkan perlakuan dalam tanah Inceptisol berbeda sangat nyata.

Demikian pula pada tanah Vertisol. Hal ini berarti perlakuan konsentrasi Cd memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kandungan Cdtotal tanah. Kandungan Cdtotal akan semakin tinggi dengan penambahan konsentrasi Cd. Uji metode Kontras d.b Ganda terhadap kandungan Cdterlarut menunjukkan berbeda sangat nyata. Hal ini berarti konsentrasi Cd yang berlainan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap Cdterlarut. Semakin tinggi kandungan Cd total tanah semakin tinggi kandungan Cdterlarut. Alloway (1990) juga menyatakan bahwa Cd terlarut sangat dipengaruhi oleh kandungan Cd total dalam tanah. Faktor-faktor yang yang mempengaruhi kandungan Cd di dalam larutan tanah adalah : kandungan liat, pH, kandungan BO, KTK dan

45 kandungan Cd pada tanah. Dari hasil analisis awal (tabel 1) tanah vertisol memiliki fraksi liat yang lebih tinggi (63%) dibandingkan tanah Inceptisol (26%) sehingga Cd banyak yang terjerap pada komplek pertukaran. Menurut Tan (1991), jenis liat sangat menentukan keberadaan kation dalam tanah karena banyak sedikitnya bahan organik, kemampuan tanah mempertukaran kation (KTK) juga tergantung dari banyak dan jenis liat. Jumlah Cd yang terlarut pada kedua jenis tanah masih kecil dari total Cd tanah. Kelarutan Cd dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH karena pH inilah yang menentukan bentuk Cd dalam tanah sehingga dapat terserap oleh tanaman. Reaksi kedua jenis tanah kemungkinan sama karena berdasarkan analisis pH awal, kedua jenis tanah menunjukkan agak masam yaitu sebesar 6,44. Pada tanah sawah, 2 minggu setelah penggenangan, tanah yang pH-nya masam akan naik menjadi netral (6,5 atau lebih) (Sanchez, 1991). Pada pH > 6,5 sesquioksida dan kalsium karbonat dapat menfiksasi Cd dalam tanah, Cd akan membentuk persenyawaan dengan karbonat sebagai CdCO3 yang sukar diserap oleh tanaman (Srivastava dan Gupta, 1996). Kondisi ini cukup menguntungkan karena pH netral dapat menurunkan kelarutan Cd. Selain pH, konsentrasi Cd di dalam tanah sangat mempengaruhi banyaknya Cd yang terlarut. Hal ini dapat kita lihat pada perlakuan VCd 0,6 Cdterlarut mulai mengalami penurunan. Berarti Cd yang terlarut banyak yang terserap oleh tanaman. Semakin banyak Cd yang terdapat dalam

46 tanah semakin berpeluang untuk terlarut dan terserap oleh tanaman. Berikut grafik Cd terlarut pada tanah Inceptisol dan Vertisol
14 12 Persentase Cd terlarut 10 8 6
5.07 6.84 4.78 5.57 6.03 Inceptisol Vertisol 10.86 9.65 12.04 12.76

4 2 0 0 0.1
2.76

0.2 Erapan Maksimum

0.4

0.6

Gambar 1. Grafik persentase Cd terlarut tanah Inceptisol dan tanah Vertisol (Figure 1. The Percentage of Available Cd in Inceptisol and Vertisol) Pada gambar 1 terlihat bahwa Cdterlarut pada tanah Inceptisol adalah 2 x Cdterlarut pada tanah Vertisol. Artinya kandungan Cdterlarut pada tanah Inceptisol lebih tinggi dibandingkan pada tanah Vertisol. Hal ini dapat kita hitung secara matematis, misalnya pada perlakuan ICd 0,1terlarut adalah sebesar 9,65 % dari ICdtotal sedangkan VCd 0,1terlarut sebesar 4,78 % dari VCd0,1total. Hal ini menandakan daya sangga tanah Vertisol lebih tinggi dibandingkan tanah Inceptisol. Berarti kemampuan tanah Vertisol untuk mengikat logam berat lebih besar dibandingkan dengan tanah Inceptisol. Daya sangga sangat ditentukan oleh kandungan liat.

47 Menurut Srivastava dan Gupta (1996), penyimpanan Cd oleh liat montmorilonit lima kali lebih besar dari lempung tipe kaolinit. Pada pH kurang dari 6,5 dengan kekuatan ion yang rendah (< 0,01 mol L -1), Cd tersimpan melalui pertukaran ion Cd2+ pada lapisan silikat. Sedangkan pada pH > 6,5 dengan kekuatan ion yang tinggi (0,1 mol L-1) penyimpanan Cd oleh liat disebabkan serapan Cd pada site hydroxylate pada tepi lapisan silikat, oksida Fe atau Al atau pertukaran CdOH+ pada site tertentu dari lapisan silikat. Sehingga tanaman lebih cepat menyerap Cd dari tanah berpasir daripada tanah berliat. 2. Sifat Agronomi Tanaman Pengamatan terhadap sifat agronomi tanaman meliputi : tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, bobot malai kering, bobot brangkasan kering dan bobot 1000 bulir padi. Hasil pengamatan terhadap agronomi tanaman disajikan pada tabel berikut : sifat

Tabel 4. Pengamatan parameter tanaman 1 minggu sebelum panen (Tabel 4. The parameter of plant a week before harvest)
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Jumlah Malai Bobot Jerami Kering Bobot 1000 butir (gram) Bobot Beras (gram)

48
(gram)

ICd 0 ICd 0,1 ICd 0,2 ICd 0,4 ICd 0,6 VCd0 VCd0,1 VCd0,2 VCd0,4

96,3 98,7 101,3 99,3 101,7 105,7 101,3 106 102

42 39,7 42,3 37,3 40 38 46,3 45,7 48,7

31,7 32,3 29,3 28,3 29,3 26,7 29,3 28,7 29,3 25

63,1 63,2 62,7 62,4 61,4 61,2 62 62,7 61,5 52,5

23,3 22,8 23,8 23,5 23,5 23,9 24,9 24,4 25,4 25

41,8 42,7 42,2 32,8 38,3 42,1 41,2 42,7 40,2 29,4

VCd0,6 97,7 44,3 Sumber : Hasil Pengamatan

Menurut Pallar (1994), logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak pada pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Dalam beberapa penelitian Cd dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jika konsentrasinya tinggi dalam tanaman. Tidak hanya logam berat tetapi semua unsur hara apapun jika terdapat dalam konsentrasi melebihi normalnya akan berpengaruh pada fungsi fisiologis organ. Mekanisme penyerapan logam berat ini sama seperti pada unsur hara. Logam berat di dalam tanah dapat terserap memasuki sistem jaringan tanaman, Srivastava dan Gupta (1996) menyatakan bahwa pengambilan Cd oleh akar disebabkan oleh proses pasif termasuk difusi. Menurut Connel dan Miller (1984) logam berat Cd dalam tanah

49 membentuk persenyawaan dengan unsur hara yang sukar larut (seperti Ca, S, K) dan bersenyawaan dengan anion yang mudah terserap oleh tanaman seperti (CdPO4)2 sudah terkontaminasi sehingga produk yang terserap oleh tanaman logam berat. Bahkan Alloway (1990)

mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kandungan Cd dalam tanaman adalah total unsur di dalam larutan tanah karena masuknya Cd ke tanaman melalui serapan hara. a. Tinggi tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan suatu tanaman karena tinggi tanaman merupakan salah satu kriteria dari pertumbuhan tanaman pada masa vegetatif. Hasil Analisis Ragam taraf 5 % menunjukkan pemberian

konsentrasi Cd berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dengan nilai P = 0,274. Artinya pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi. Pada tabel 4 dapat kita lihat bahwa pada tanah Inceptisol, konsentrasi pemberian Cd 60 mg kg-1 tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman karena tinggi tanaman rata-rata hampir sama. Sebaliknya pada tanah Vertisol, konsentrasi pemberian VCd 0,6 (150 mg kg-1) sudah menunjukkan perkembangan tinggi tanaman terhambat atau lebih pendek dari tanaman perlakuan lainnya. Hal ini karena secara alami logam berat di dalam tanah dapat mengikat unsur

50 hara tanaman sehingga unsur tersebut menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Widiati et al., 1997). Lepp (1981) menyatakan bahwa kenaikan kandungan Cd dalam jaringan tanaman mempengaruhi perkembangan tanaman. Akumulasi logam berat pada bagian tanaman mengakibatkan

terganggunya aktivitas enzim sehingga fotosintesis akan terganggu akibatnya tanaman mengalami defisiensi nutrien. Siregar (1980), mengemukakan bahwa tinggi tanaman erat hubungannya dengan proses fotosintesis, jika proses fotosintesis terhambat akan

mempengaruhi tinggi tanaman. Sismiyati et al (1993) juga menyatakan bahwa pemberian konsentrasi Cd yang tinggi pada tanaman padi dapat menghambat tinggi tanaman, jumlah anakan dan menurunkan hasil gabah. b. Jumlah Anakan Jumlah anakan total adalah banyaknya anakan tanaman padi pada saat tanaman berada pada fase vegetatif maksimum, yaitu berumur 50-60 HST. Anakan yang menghasilkan malai pada saat memasuki akhir masa vegetatif disebut sebagai anakan produktif. Sedangkan anakan yang tidak menghasilkan malai akan mati (Anonim, 1990). Hasil Analisis Ragam taraf 5% menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan

51 dengan nilai P = 0,165. Artinya pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tetapi tidak nyata terhadap jumlah anakan. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada tanah Inceptisol

pemberian konsentrasi Cd sampai taraf 60 mg kg-1 tidak mempengaruhi jumlah anakan demikian pula pada tanah vertisol. Namun pada perlakuan VCd 0,6 jumlah anakan lebih sedikit jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada tanah vertisol (44,3). Hal ini karena proses fisiologis terhambat akibatnya tanaman sulit membentuk anakan. c. Jumlah Malai Banyaknya anakan yang dihasilkan menentukan jumlah malai yang dihasilkan dan malai akan menentukan banyaknya butiran padi yang dihasilkan. Hasil Analisis Ragam taraf 5 % menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah malai dengan nilai P = 0,095. Dari tabel 4 menunjukkan pada tanah Inceptisol jumlah malai menurun sesuai dengan penambahan konsentrasi Cd tetapi tidak signifikan. Pada tanah Vertisol jumlah malai paling sedikit adalah pada perlakuan VCd 0,6. Karena penyerapan unsur hara terhambat akibatnya menghambat

pembentukan anakan dan jumlah malai yang dihasilkan sedikit. d. Bobot Jerami Kering

52 Yang dimaksud jerami adalah bagian atas akar tanaman tanpa gabah. Berat kering merupakan hasil fotosintesis yang biasa disebut jerami. Jerami merupakan produk pertumbuhan pada fase vegetatif . Selama fase pertumbuhan vegetatif, anakan akan bertambah dengan cepat bertambahnya tinggi tanaman dan daun akan tumbuh. (Anonim, 1990). Hasil Uji Kruskal Wallis taraf 5 % menunjukkan pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tidak nyata terhadap bobot jerami kering dengan nilai P = 0,729. Berat jerami kering pada tanah Inceptisol dan Vertisol rata-rata hampir sama artinya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penambahan konsentrasi Cd dengan berat jerami kering. Pada perlakuan VCd 0,6 terlihat bahwa berat jerami kering paling rendah dibanding perlakuan lain. Hal ini karena tingginya konsentrasi Cd yang terdapat dalam tanaman mengakibatkan serapan hara terganggu sehingga fungsi fisiologi pada masa vegetatif terhambat. Karena pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan pembentukan anakan) tidak maksimal jerami kering tanaman. maka menurunkan bobot

e. Bobot 1000 butir Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan perlakuan konsentrasi Cd memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot

53 1000 butir dengan nilai P = 0,000. Hal ini berarti pemberian konsentrasi Cd sangat berpengaruh terhadap bobot 1000 butir padi. Bobot 1000 butir merupakan salah satu penentu dalam produksi tanaman padi. Bobot 1000 butir ditentukan pada fase generatif dan dipengaruhi oleh ukuran kulit biji yang ditentukan oleh fase sebelum pemasakan (Anonim, 1990). Unsur P dan K sangat berpengaruh positif terhadap bobot 1000 bulir padi karena unsur ini penting dalam pembentukan zat tepung. Zat pati pada buah padi berasal dari dua sumber yaitu dari hasil asimilasi sebelum pembungaan yang disimpan dalam jaringan batang dan daun yang kemudian diubah menjadi zat-zat gula dari hasil asimilasi selama fase pemasakan (Surowinoto, 1982). Jadi jelas jika proses asimilasi tidak sempurna berakibat terhadap hasil asimilasi. f. Bobot Beras Hasil Analisis Ragam taraf 5 % menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi Cd berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah malai dengan nilai P = 0,225. Dari tabel 4 menunjukkan pada tanah Inceptisol bobot beras pada semua perlakuan menunjukkan rata-rata hampir sama demikian pula pada tanah Vertisol. Pada perlakuan VCd 0,6. terlihat bahwa bobot beras paling rendah diantara perlakuan lainnya. Hal ini karena pemberian konsentrasi Cd sudah mulai mengganggu proses metabolisme tanaman akibatnya berpengaruh terhadap hasilnya yaitu bobot beras.

54 g. Kandungan Cd dalam Beras Logam berat Cd yang terserap pada konsentrasi tinggi selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ternyata juga

berpengaruh terhadap kualitas beras, yaitu dengan terkontaminasinya beras oleh logam berat Cd. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan Cd beras disajikan pada tabel berikut : Tabel 5. Kandungan Cd dalam beras (Table 5. The Content of Cd in Rice) Perlakuan Kandungan Cd beras (mg kg-1) ICd 0 0,02 ICd 0,1 ICd 0,2 ICd 0,4 ICd 0,6 VCd0 VCd0,1 VCd0,2 VCd0,4 0,40 0,52 1,00 2,01 0,03 0,51 1,50 3,28

VCd0,6 3,58 Sumber : Laboratorium Puslitanak, Bogor. Hasil analisis uji Kruskall Wallis taraf 5 % pemberian konsentrasi Cd pada tanah berpengaruh sangat nyata terhadap Cdberas dengan nilai P sebesar = 0,000. Pada tabel 5. terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian Cd diikuti dengan meningkatnya kandungan Cd dalam beras baik pada tanah Inceptisol maupun Vertisol. Kemudian perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lebih lanjut.

55 Hasil uji Kontras d.b ganda menunjukkan pada tanah Inceptisol perlakuan berbeda nyata terhadap kandungan Cdberas. Sedangkan pada tanah vertisol, menunjukkan perlakuan berbeda sangat nyata terhadap Cdberas. Hal ini berarti pemberian konsentrasi Cd memberikan hasil yang berbeda terhadap kandungan dalam Cd beras Pada kontrol sudah ditemukan adanya Cd dalam beras sebesar 0,02 mg kg-1 pada tanah Inceptisol dan 0,03 mg kg-1 pada tanah Vertisol. Menurut WHO (1978) kandungan ini masih aman. Menurut Srivastava dan Gupta (1996) Cd yang terserap oleh tanaman padi akan ditranslokasikan sampai ke beras jika pada tanah tersebut

terkontaminasi Cd sebesar +1 mg kg-1 bahan kering. Semakin tinggi kandungan Cd dalam jaringan tanaman semakin luas kemungkinan untuk menyebar pada organ-organ tanaman. Pada tanah Inceptisol perlakuan 10 mg kg-1 kandungan Cd dalam beras sudah melebihi batas Cd maksimal yang diperbolehkan dalam beras menurut WHO (1978) yaitu sebesar 0,24 mg kg-1 demikian pula pada tanah Vertisol perlakuan 25 mg kg-1 kandungan Cd dalam beras sebesar 0,51 mg kg-1. Berikut hubungan penambahan konsentrasi Cd dalam tanah Inceptisol terhadap kandungan Cd beras.

56

Cd Beras Pada Inceptisol


2.5 2 Cd Beras (mg kg-1) 1.5 1 0.5 0 0 -0.5 0.2 0.4 0.6 y = 3.1164x - 0.0203 R2 = 0.9586

Erapan Maksimum

Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi Cd dalam Tanah Inceptisol Terhadap Kandungan Cd Beras. (Figure 2. The Relation of Concentration Cd on Inceptisol Againts Cd Accumulation on Rice) Pada gambar 2 terlihat bahwa pada tanah Inceptisol mempunyai kecenderungan semakin tinggi pemberian Cd pada tanah akan meningkatkan kandungan Cdberas. Subowo et al (1994),

mengemukakan bahwa kandungan Cd dalam tanah berkorelasi positif dengan kandungan Cd dalam beras. Berikut adalah hubungan penambahan konsentrasi Cd dalam tanah Vertisol terhadap kandungan Cd dalam beras. Berdasarkan analisis regresi hubungan pemberian konsentrasi Cd pada tanah Inceptisol dengan kandungan Cd dalam beras dinyatakan dengan persamaan : Y = 3,1164X 0,0203 dengan nilai R2 = 95,86%. Hal ini berarti konsentrasi Cd dalam tanah Inceptisol

57 menentukan kandungan Cd dalam beras sebesar 95,86% dan 4,14 % dipengaruhi oleh faktor lain..

Cd Beras Pada Vertisol


4.5 4 Cd beras (mg kg-1) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 0.2 0.4 0.6 y = 6.4526x + 0.1023 R2 = 0.943

Erapan Maksimum

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Cd dalam Tanah Vertisol Terhadap Kandungan Cd Beras. (Figure 3. The Relation of Concentration Cd on Vertisol Againts Cd Accumulation on Rice) Pada gambar 3 terlihat bahwa pemberian konsentrasi Cd pada tanah Vertisol juga menunjukkan hubungan semakin tinggi pemberian konsentrasi Cd dalam tanah sebanding dengan meningkatnya kandungan Cd dalam beras. Lepp (1981) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi Cd di dalam tanah sebanding dengan meningkatnya jumlah Cd yang diserap oleh tanaman bahkan pada semua kondisi, kandungan Cd yang besar dalam tanah menyebabkan kandungan Cd yang besar dalam tanaman (akar, jerami dan bulir). Berdasarkan analisis regresi hubungan antara pemberian konsentrasi Cd dengan kandungan Cd dalam beras dinyatakan dengan

58 persamaan : Y = 6,4526X + 0,1023 dengan nilai R2 = 94,3%. Hal ini berarti kandungan Cd dalam beras ditentukan oleh konsentrasi Cd dalam tanah Vertisol sebesar 94,3% dan 5,7 % dipengaruhi oleh faktor lain . Bahaya laten dari logam berat Cd adalah secara kuantitas tanaman padi tidak terhambat pertumbuhannya hingga konsentrasi 60 mg kg-1 (pada tanah Inceptisol) dan 100 mg kg-1 (pada tanah vertisol) sehingga sulit untuk membedakan secara morfologis apakah tanaman padi tersebut sudah terkontaminasi logam Cd. Selama penelitian tanaman padi hanya menunjukkan gejala kekeringan yang mirip seperti gejala pada defisiensi N yaitu klorosis pada daun muda. Tidak ada gejala kritis yang berat namun setelah dianalisis ternyata beras mengandung Cd sehingga hal ini perlu kita waspadai. Sismiyati et al (1993) juga mengemukakan bahwa sulit membedakan pengaruh pemberian konsentrasi Cd yang tinggi karena banyak persamaan dengan kekurangan unsur hara.

59 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Tanah vertisol mempunyai kemampuan menjerap logam berat yang tinggi dibandingkan tanah Inceptisol. Konsentrasi Cd terlarut pada tanah Vertisol lebih rendah dari tanah Inceptisol. 2. Pemberian konsentrasi Cd berpengaruh nyata terhadap kandungan Cd total, Cd tersedia dan Cd beras. Pada tanah Inceptisol semakin tinggi konsentrasi Cd yang diberikan semakin tinggi kandungan Cd dalam beras. Pada tanah Vertisol juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi Cd yang diberikan semakin tinggi kandungan Cd dalam beras. 3. Konsentrasi Cd 150 mg kg-1 pada tanah vertisol mulai menghambat pertumbuhan tanaman padi, menurunkan jumlah anakan dan malai yang dihasilkan, menurunkan bobot jerami kering dan menurunkan bobot 1000 butir padi dan bobot beras. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan konsentrasi Cd pada tanah Inceptisol sehingga diketahui pada konsentrasi berapa Cd dalam beras mulai menurun dan menentukan batas kritis kapan tanaman padi bisa mati karena kelebihan Cd.

60 2. Perlu dilakukan variasi penelitian tentang hubungan Cd pada tanah jenis lain dengan tanaman dicotyl (tanaman lahan kering). Sehingga dapat dibandingkan tanaman mana yang lebih berpeluang mengakumulasi Cd lebih banyak pada jaringan organnya.

61 DAFTAR PUSTAKA

Alloway, B.J. 1990. Heavy Metals In Soils. Blackie. London Anonim. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta. Bishop, P.L. 2000. Pollution Prevention Fundamentals and PracticeMc GrawHill International Editions. Singapore. Connell, D.W. and G. J. Miller. 1984. Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. John Wiley and Sons. Brisbane. Chlopecka, A., J.R. Bacon, M.J. Wilson and J.Kay. 1996. Forms of Cadmium Lead and Zinc In Contaminated Soils From Southwest Poland. Jurnal Environmental Quality. 25: 69 - 79 Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Darmono, 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta. Dinas Pertanian. 2000. Laporan Tahunan (1998). Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Kabupaten Daerah Tingkat II Klaten. Dudal, R. and M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification In Indonesia dalam Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Hue, N, J.A. Silvia and R. Arifin. 1988. Sewage Sludge Soil Interaction as Measured by Plant and Soil Chemical Composition. J. Environ. Qual. Kasno, A, Sulaeman dan Lenita. 2000. Pengaruh Jerami dan Zeolit Terhadap Sifat Erapan Kadmium Pada Entisol dan Vertisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 3 (1). Hal 7-15. Lepp, N.W. 1981. Effect Of Heavy Metal Pollution on Plant. Vol I Effect of Trace Metal on Plant function. Aplied Science Publisher. London. Munir, M. 1996. Tanah-tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta. Martopo, S. 1992. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi Kursus Singkat Secara Hayati. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Notohadiprawiro, T. 1995. Logam Berat dalam Pertanian. Jurnal Manusia Dan Lingkungan.No. 7 Th II Desember. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Page, A.T., T.J. Ganje, and M.S. Joshi. 1971. Leads Quantities in Plant, Soil and Near Some Major Highway In Southern California. Jurnal Environmental Quality 41 (1): 1 41

62 Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Salim, E. 1985. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES. Jakarta. Sanchez, P. 1991. Pengelolaan Tanah Tropika Jilid 2. Terjemahan. ITP Press. Bandung. Siregar, H. 1980. Budidaya tanaman Padi di Indonesia. Sastra Husada. Bogor. Sismiyati, R., I. Nasution, L. Sukarno dan A.K. Makarim. 1993. Masalah Pencemaran Pada Padi Sawah. Disajikan dalam Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor, 23 Juli-5 Agustus 1993. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. IPB Bogor. Sriyani, N. 1998. Perubahan Dominasi Gulma Pada Tanah Ultisol Sidosari dan Alfisol Sri Bawono Yang Tercemar Limbah Indusitri Berlogam Berat. Jurnal Tanah Tropika. 8: 227 233. Srivastava, P.C. dan U.C. Gupta. 1996. Trace Element in Crop Production. Baba Barkha Nath Printers. New Delhi. India. Subowo, A., Prastowo, N. Sri Mulyani dan J. Sri Adiningsih. 1994. Tanah Aluvial dan Grumosol Tercemar Pb dan Cd Terhadap Produksi Padi Sawah. Laporan Proyek Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Subowo, A., Muti, Prastowo Khabar dan J. Sri Adiningsih. 1995. Pencemaran Cd pada Tanah Untuk Padi Sawah. Laporan Proyek Penelitian Tanah dan Agroklimat. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Grasindo. Jakarta. Surowinoto, S. 1982. Teknologi Produksi Tanaman Padi Sawah dan Gogo. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reactions. John Wiley and Sons Inc. Canada. Tan, KH. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Vlamis, J., W, D.E., Corey, J.E., Page, A.L., and Ganje, T.J. 1985. Zinc and Cadmium uptake by Barley in Field Plots Fertilizer Seven Years With Urban and Suburban Sewege Sludge. Soil Science. 139 : 81-87 dalam Srivastava, P.C. dan U.C. Gupta. 1996. Trace Element in Crop Production. Baba Barkha Nath Printers. New Delhi. India WHO/FAO. 1978. Guide to Codex Maximum Limits For Pesticides Residues. dalam Sismiyati, R., I Nasution, L.Sukarno, dan A.K. Makarim. 1993. Masalah Pencemaran Kadmium (Cd) pada Padi Sawah. Disajikan dalam simposium penlitian Tanaman pangan III, Jakarta/Bogor, 23 Juli-5 Agustus 1993.

63 Widiati, S., Subowo, Edi, S dan Aliyah. 1997. Pengaruh Air Tercemar Pb untuk Padi Sawah Terhadap Populasi Plankton dan Hasil Padi. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Panen Tanah dan Agroklimat PPT No. 13 Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. IRRI. Los Banos. Philippines. Zachara, J.M., S.C. Smith, C.T.Resch and C.E. Cowan. 1992. Cadmium Sorption to Soil Separates Containing Layer Silicates anf Iron and Alumunium Oxides. SSSAJ. 50(4): 1074 1084

64 LAMPIRAN Lampiran 1. Appendix 1. Penentuan Erapan Maksimum Tanah Inceptisol dan Vertisol The Maximum Adsorbtion for Inceptisol and Vertisol Dosis atau konsentrasi logam berat yang diberikan ke tanah ditentukan berdasarkan erapan maksimum masing-masing jenis tanah terhadap logam berat Cd dengan menyamakan faktor pengkalinya. Cara menentukan erapan maksimum yaitu : contoh tanah ditimbang 2 g sebanyak 10 kali kemudian diberi berbagai konsentrasi Cd (0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 mg/kg), masing-masing ditambah 20 ml larutan CaCl2. Campuran diinkubasi selama 6 hari sambil dikocok 2 kali sehari, masingmasing selama 30 menit. Kemudian ditentukan erapan maksimum (dengan model Langmuir) dan energi ikatan tanah tersebut terhadap logam Cd. Erapan Cd dihitung dengan model Langmuir menurut Syers., et al (1973) sebagai berikut :
C 1 C = + x/m kb b

yang mana : x/m k b C = jumlah Cd yang dierap per satuan berat tanah. = konstanta yang berkaitan dengan energi ikatan. = erapan Cd maksimum = konsentrasi Cd dalam keseimbangan Pengeplotan antara C

x / m dengan C diperoleh garis lurus

dengan persamaan regresi. Nilai b persamaan regresi sama dengan 1/b persamaan di atas, dan nilai a dalam persamaan regresi sama dengan 1/kb, dengan demikian nilai b dan k dapat dihitung. Nilai b merupakan erapan maksimum dan k merupakan nilai energi ikatan suatu tanah.

65 Lampiran 2. Konsentrasi Perlakuan Pada Tanah Inceptisol (Appendix 2. The Consentration of Treatment on Inceptisols) Erapan maksimum Perlakuan konsentrasi perlakuan I Cd 0 0 mg/kg I Cd 0.1 10 mg/kg I Cd 0.2 20 mg/kg 100 mg/kg I Cd 0.4 40 mg/kg I Cd 0.6 60 mg/kg Lampiran 3. Konsentrasi Perlakuan Pada Tanah Vertisol (Appendix 3. The Consentration of Treatment on Vertisols) Erapan maksimum Perlakuan konentrasi perlakuan V Cd 0 0 mg/kg V Cd 0.1 25 mg/kg V Cd 0.2 50 mg/kg 250 mg/kg V Cd 0.4 100 mg/kg V Cd 0.6 150 mg/kg Lampiran 4. Pengitungan Dosis Pupuk (Appendix 4. The measurment of fertilizer doses) A. Urea Kebutuhan pupuk Kebutuhan tanah Kebutuhan tanah Kebutuhan pupuk B. SP-36 1. Tanah Inceptisol Kebutuhan pupuk = 7500 g x 75 kg/ha 20 x 108 g = 0.2813 g/ pot 2. Tanah Vertisol Kebutuhan pupuk = 7500 g x 50 kg/ha 20 x 108 g = 0.1875 g /pot = Berat tanah x kebutuhan pupuk urea Kebutuhan tanah = Lapisan olah x BV tanah x luasan 1 ha = 20 cm x 1 g/cm-3 x 108 cm2 = 20 x 108 g = 7500 g x 300 kg/ha 20x 108 g = 1.125 g/pot

C. Pupuk KCl

66 Kebutuhan pupuk = 7500 g x 50 kg/ ha 20 x 108 g = 0.1875 g /pot

Lampiran 5. Hasil Analisis Cd total (mg kg-1) (Appendix 5. The Result of Totally Cd (mg kg-1) Ulangan Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 1,806 9,095 19,251 37,342 50,284 1,268 18,079 46,724 81,808 133,336 II 1,037 10,645 16,954 36,954 54,448 1,882 22,97 44,562 87,028 132,532 III 1,287 9,808 16,185 36,079 50,277 1,325 22,959 43,868 80,716 105,168

Rerata 1,38 9,85 17,46 36,66 51,67 1,49 21,34 45,05 83,18 123,68

Lampiran 6. Hasil Analisis Cd Terlarut (mg kg-1) (Appendix 6. The concentration of Available Cd (mg kg-1) Ulangan Perlakuan ICd 0 ICd 0,1 ICd 0,2 ICd 0,4 ICd 0,6 VCd 0 VCd 0,1 I 0,06 0,87 2,48 2,95 5,6 0,02 1,01 II 0,08 0,64 1,96 3,12 6,25 0,05 1,13 III 0,06 1,14 2,34 5,04 8,53 0,05 1,28

Rerata 0,07 0,88 2,26 3,70 6,79 0,04 1,14

67 VCd 0,2 VCd 0,4 VCd 0,6 2,64 6,23 8,57 2,69 5,81 9,41 2,58 7,16 7,62 2,64 6,40 8,53

Lampiran 7. Persentase Cd Terlarut Pada Tanah Inceptisol dan Vertisol (Appendix 7. The Percentage Available Cd for Inceptisols and Vertisols) Perlakuan Reduksi Persentase (%) ICd 0 1,31 5,07 ICd 0,1 ICd 0,2 ICd 0,4 ICd 0,6 VCd0 VCd0,1 VCd0,2 VCd0,4 VCd0,6 Penghitungan : 9,12 18,04 35,7 53,21 1,45 23,86 47,36 93,6 141,47
Cdtotal Cdterlarut Cdterlarut

9,65 10,86 12,04 12,76 2,76 4,78 5,57 6,84 6,03 = reduksi

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Padi 1 minggu sebelum panen (Appendix 8. The Height of Rice Plant a week Before harvest (cm) Ulangan Rerata Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 I 91 96 99 96 102 104 95 104 104 II 98 94 103 100 98 107 96 104 96 III 100 106 102 102 105 106 113 110 106 96,33 98,67 101,33 99,33 101,67 105,67 101,33

68

VCd 0.6

95

102

96

106 102

Lampiran 9. Hasil Pengamatan Jumlah anakan Satu Minggu Sebelum Panen (Appendix 9. The Result of Tiller Number A Week Before Harvest) Ulangan Perlakuan Rata-rata ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 47 34 37 38 42 39 46 45 53 48 II 38 44 46 39 38 37 45 43 45 47 III 41 41 44 35 40 38 48 49 48 38 42 39,67 42,33 37,33 40 38 46,33 45,67 48,67 44,33

Lampiran 10. Hasil Pengamatan Jumlah Malai (Appendix 10. The Result for Amount of Penicle) Ulangan Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 34 26 28 27 30 25 30 29 29 29 II 29 37 33 31 28 29 29 29 31 26 III 32 34 27 27 30 26 29 28 28 20

Rerata 31,67 32,33 29,33 28,33 29,33 26,67 29,33 28,67 29,33 25

Lampiran 11. Hasil Pengamatan Bobot Jerami Kering (Appendix 11. The Result for Dry Weight of Plant) Ulangan Perlakuan I II III

Rerata

69 ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 68,8 58,9 61,9 67 66,9 51,6 62,6 67,6 60,8 60,8 60,6 70,8 66,5 65,6 54,7 70,9 64,3 60,6 64 52,7 59,9 60 59,9 54,6 62,6 61,2 59 59,9 59,8 43,9 63,1 63,23 62,77 62,40 61,40 61,23 61,97 62,7 61,53 52,47

Lampiran 12. Hasil Pengamatan Berat 1000 Butir (Appendix 12. The Weight of a Thousand Grain) Ulangan Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 23,3 22,6 24 23,6 23,2 23,6 25 24,4 25,2 25,1 II 23 22,8 23,9 23,8 23,4 23,9 24,9 24,8 25,6 24,9 III 23,6 23 23,7 23,2 23,9 24,3 25 24,1 25,4 25,2

Rerata 23,3 22,8 23,87 23,53 23,50 23,93 24,97 24,43 25,4 25,07

Lampiran 13. Hasil analisis Cd beras setelah perlakuan (mg kg-1) (Appendix 13. The Result of Rice Cd after treatment (mg kg-1) Ulangan Perlakuan (Replication) (Treatment) I II III ICd 0 0,03 0,02 0,02 ICd 0,1 0,41 0,49 0,3 ICd 0,2 0,27 0,81 0,49 ICd 0,4 1,82 0,52 0,66 ICd 0,6 1,75 2,02 2,25 VCd 0 0,02 0,03 0,03 VCd 0,1 0,42 0,61 0,5 VCd 0,2 1,53 1,32 1,64 VCd 0,4 3,13 3,29 3,42 VCd 0,6 3,15 4,02 3,58

Rerata (Mean) 0,02 0,40 0,52 1,00 2,01 0,03 0,51 1,50 3,28 3,58

70

Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % untuk Cd total (Appendix 14. Analysis of Variance for Totally Cd Level of 5 %) Keragaman Db JK KT F Hitung P T 1 2,95 2,95 0,05 0.827NS 2,74 0,016* Konsentrasi 4 14,823 4,1332 9,43 0,000** TxK 4 2,6427 0,7534 Galat 20 0,2760 0,0138 Total 29 20,6917 Keterangan : * : Berpengaruh nyata ** : Berpengaruh Sangat Nyata Lampiran 15. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % untuk Cd terlarut (Appendix 15. Analysis of Variance for Available Cd Level of 5 %) Keragaman Db JK KT F Hitung P T 1 0,2424 0,2424 21,51 0,000NS 371,08 0,000** Konsentrasi 4 16,7251 4,1813 3,64 0,022* TxK 4 0,2007 0,0502 Galat 20 0,2760 0,0138 Total 29 17,4442 Keterangan : * : Berpengaruh nyata Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % untuk Cd Beras (Appendix 16. Analysis of Variance for Rice Cd Level of 5 %) Keragaman Db JK KT F Hitung P T 1 2,013 2,013 0,05 0,621NS 24,46 0,000** Konsentrasi 4 10,7691 3,456 7,15 0,000 ** TxK 4 2,1351 0,9031 Galat 20 1,3800 0,0690 Total 29 16,2972 Keterangan : ** : Berpengaruh sangat nyata Lampiran 17. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Berat 1000 Butir (Appendix 17. Analysis of Variance for Weight of a Thousand Grain Level 5 %) Keragaman Db JK KT T 1 13,8720 13,8720 Konsentrasi 4 2,6947 0,6737 TxK 4 3,1613 0,7903 Galat 20 1,3800 0,0690 Total 29 21,108 Keterangan : ** : Berpengaruh sangat nyata F Hitung 201,04 9,76 11,45 P 0,000 ** 0,000 ** 0,000 **

71

Lampiran 18.Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Bobot Jerami Kering (Appendix 18. Analysis of Variance for Dry Weight of Plant Level 5 %) Keragaman Db JK KT T 1 6,17 6,17 Konsentrasi 4 627,30 156,83 TxK 4 322,16 80,54 Galat 20 62225 31,11 Total 29 1577,88 Keterangan : NS : Berpengaruh tidak nyata F Hitung 0,05 3,73 1,82 P 0,552 0,060 0,165 NS

Lampiran 19. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Jumlah Anakan (Appendix 19. Analysis of Variance for Tiller Number Level 5 %) Keragaman Db JK KT T 1 2,95 2,95 Konsentrasi 4 905,75 226,44 TxK 4 441,53 110,38 Galat 20 1213,19 60,66 Total 29 2563,41 Keterangan : NS : Berpengaruh tidak nyata F Hitung 0,05 3,02 1,82 P 0,801 0.072 0,165 NS

Lampiran 20. Hasil Analisis Ragam taraf 5 % Untuk Tinggi Tanaman (Appendix 20. Analysis of Variance for Height of Plant Level 5 %) Keragaman Db JK KT F Hitung P T 1 70,53 70,53 2,84 0,108 0,60 0,665 Konsentrasi 4 60,00 15,00 1,39 0,274NS TxK 4 138,13 34,53 Galat 20 497,33 24,87 Total 29 766,00 Keterangan : NS : Berpengaruh tidak nyata Lampiran 21. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Jumlah Malai (Appendix 21. Analysis of Variance for Amount of Penicle Level 5 %) Keragaman Db JK KT T 1 0,00 0,00 Konsentrasi 4 732,81 183,20 TxK 4 354,90 88,73 Galat 20 774,95 38,75 Total 29 1862,67 Keterangan : NS : Berpengaruh tidak nyata F Hitung 0,00 2,89 2,29 P 0,992 0,087 0,095NS

72

Lampiran 24. Hasil Analisis Ragam Taraf 5 % Untuk Bobot Beras (Appendix 24. Analysis of Variance for the weight of rice Level 5 %) Keragaman Db JK KT T 1 4,25 4,25 Konsentrasi 4 815,75 286,44 TxK 4 471,63 210,48 Galat 20 1416,17 72,56 Total 29 2707,8 Keterangan : NS : Berpengaruh tidak nyata F Hitung 0,05 4,78 2,64 P 0,225 NS

Lampiran 25. Hasil Pengamatan Bobot beras (Appendix 25. The Result for Weight Of Rice (gram) Ulangan Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 42,5 41,4 39,2 33,3 43,0 41,3 40,5 43,7 38,4 34 II 41,3 45,3 48,9 33,7 29,8 45,9 40,3 42 43,6 30,6 III 41,6 41,4 38,5 31,4 42 39,1 42,9 42,3 38,6 23,7

Rerata 41,8 42,7 42,2 32,8 38,3 42,1 41,2 42,7 40,2 29,4

Lampiran 26. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 28 HST (Appendix 26. The Height Of Rice Plant 28 Day After Planting) Ulangan (cm) Perlakuan I II III

Rerata

73 ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 50 48 52 49 46 54 51 50 52 46 54 54 59 46 43 57 50 50 48 47 47 51 47 48 50 52 57 52 48 38 50,3 51 52,7 47,7 46,3 54,3 52,7 50,7 49,3 43,7

Lampiran 27. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 42 HST (Appendix 27. The Height Of Rice Plant 42 Day After Planting) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 67 64 67 67 72 62 64 68 65 65 Ulangan (cm) II 68 66 74 62 62 72 66 68 66 61 Rerata III 64 53 67 71 67 53 66 64 64 58 66,3 61 69,3 66,7 67 62,3 65,3 66,7 65 61,3

Lampiran 28. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 56 HST (Appendix 28. The Height Of Rice Plant 56 Day After Planting) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 I 83 78 80 78 79 84 72 79 78 Ulangan (cm) II 79 77 91 73 78 85 76 87 77 Rerata III 79 74 82 80 77 79 84 84 78 80,3 76,3 84,3 77 78 82,7 77,3 83,3 77,7

74 VCd 0.6 74 78 71 74,3

Lampiran 29. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman 70 HST (Appendix 29. The Height Of Rice Plant 70 Day After Planting) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 91 96 99 96 100 106 95 104 104 97 Ulangan (cm) II 98 94 103 97 88 107 96 104 96 102 III 100 95 100 101 104 102 109 107 107 94 Rerata 96,3 95 100,7 98 97,3 105 100 105 102,3 97,7

Lampiran 30. Grafik Tinggi Tanaman Padi 28 HST sampai 70 HST Pada Tanah Inceptisol (Appendix 30. The Height Of Plant 28 70 Day After Planting On Inceptisol)
Tinggi Tanaman Padi Pada Tanah Inceptisol
120
Tinggi Tanaman (cm)

100 80 60
42 HST

40 20 0 0 0.1 0.2
Perlakuan

56 HST 70 HST 84 HST

0.4

0.6

Lampiran 31. Grafik Tinggi Tanaman Padi 28 HST sampai 70 HST Pada Tanah Vertisol

75 (Appendix 31. The Height Of Rice Plant 28 70 Day After Planting On Vertisol)
Tinggi Tanaman Padi Pada Tanah Vertisol
120 100

Tinggi Tanaman (cm)

80 60 40 20 0 0 0.1 0.2 0.4 0.6


42 HST 56 HST 70 HST 84 HST

Perlakuan

Lampiran 32. Pengamatan Jumlah Anakan Padi 28 HST (Appendix 32. The Result Of Tiller Number 28 Day After Planting) Ulangan (cm) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 46 34 32 25 24 33 37 33 42 31 II 34 44 36 30 28 29 33 37 26 34 III 35 41 27 26 35 35 41 36 34 13

Rerata 38,3 39,7 31,7 27 29 32,3 37 35,3 34 26

Lampiran 33. Pengamatan Jumlah Anakan Padi 42 HST (Appendix 33. The Result Of Tiller Number 42 Day After Planting) Ulangan (cm) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 I 47 33 II 38 43 III 41 38

Rerata 42 38

76 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 37 38 42 39 46 45 53 48 46 39 38 37 45 43 45 47 44 35 40 38 48 49 48 38 42,3 37,3 40 38 46,3 45,7 48,7 44,3

Lampiran 34. Pengamatan Jumlah Anakan Padi 56 HST (Appendix 34. The Result Of Tiller Number 56 Day After Planting) Ulangan (cm) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 35 27 29 29 31 26 30 30 29 29 II 29 38 34 31 28 31 29 30 31 26 III 32 33 29 27 30 28 30 28 28 23

Rerata 32 32,7 30,7 29 29,7 28,3 29,7 29,3 29,3 26

Lampiran 35. Pengamatan Jumlah Anakan Padi 70 HST (Appendix 35. The Result Of Tiller Number 70 Day After Planting) Ulangan (cm) Perlakuan ICd 0 ICd 0.1 ICd 0.2 ICd 0.4 ICd 0.6 VCd 0 VCd 0.1 VCd 0.2 VCd 0.4 VCd 0.6 I 35 27 29 27 29 25 28 29 29 29 II 28 37 33 31 28 29 29 29 31 26 III 31 33 27 27 29 25 30 28 28 20

Rerata 31,3 32,3 29,7 28,3 28,7 26,3 29 28,7 29,33 25

Perbandingan dalam kelompok (dengan metode kontras d.b Ganda)

77 Variabel Cd Total A. Dalam tanah Inceptisol JK (W) =

Ti
i =1

r
JK (W) =

s 2 Ti - i =1 r ( s)

(0,02) 2 + (0,4) 2 + (0,52) 2 + (1) 2 + (2,01) 2 3

(0,02 + 0,4 + 0,5 +1 + 2,01) 2 3(5)

78

79

80

81

Anda mungkin juga menyukai