Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
1
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 58.
2
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 59.
3
4
3
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 56-57.
4
Khalik, Abu Thalib. "Masyarakat Madani dan Sosialisme." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 8.2
(2012): 8.
5
Sufyanto, Masyarakat Tamaddun. "Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani Nurcholis Madjid." Jogjakarta,
Pustaka Pelajar (2001) : 5.
6
Khalik, Abu Thalib. "Masyarakat Madani dan Sosialisme." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 8.2
(2012): 9.
5
merupakan dokumen politik pertama dalam sejarah umat manusia yang meletakkan
dasar-dasar pluralisme dan toleransi, sementara toleransi di Eropa baru dimulai dengan The
Toleration Act of 1689. 7Masyarakat yang terbebas dari penindasan penguasa. Kemudian
dari kutupa kedua memberi kesan baik penguasa (pemerintah) maupun masyarakatnya
sadar hukum yang berarti taat pada hukum, serta rukun damai antar sesama walaupun
diantara mereka berbeda keyakinan (agama) ras dan sebagainya.
8
Munculnya konsep masyarakat madani menunjukkan para intelektual kehidupan
modern, tepatnya menginterpretasikan ajaran Islam dalam kehidupan modern, tepatnya
mengawinkan ajaran Islam dengan konsep civil society yang lahir di Barat pada abada ke
-18. Konsep masyarakat madani digunakan sebagai alternatif untuk mewujudkan good
government, menggantikan bangunan Orde Baru yang menjadi penyebab bangsa Indonesia
terpuruk dalam krisis multidimensional yang tak berkesudahan. 9Memang harus diakui
bahwa antara civil society dan masyarakat madani, ada sisi perbedaan dan juga ada sisi
persamaan, lantas pada sisi kesamaan ini seperti demokratis, dan bersifat ukhuwah yang
relevan dengan ajaran Islam itu terserap kedalam faham masyarakat madani.
7
Anonim. Op.Cit. h. 5
8
Khalik, Abu Thalib. "Masyarakat Madani dan Sosialisme." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam 8.2
(2012): 9.
9
Fauzia, Riva, Masy. Madani : Dialog Islam dan Modernitas Indonesia, http://Rivafauziah.wordpress.com, 2007, h.
3 Diunduh 11 - 30 – 2021.
10
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 57.
6
11
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 47-50.
7
pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial, 5)
adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan
yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur,
terbuka dan terpercaya (Anen Sutianto, 2004).
12
Pada umumnya masyarakat madani dapat pula disebut sebagai masyarakat yang
berintuisi yang memiliki karakteristik diantaranya adanya persatuan, hal tersebut di
jelaskan dalam surat Ali Imran : 110, adanya rasa persaudaraan, hal tersebut dijelaskan
dalam surat Al Hujurat : 10, adanya sikap toleransi, hal tersebut di jelaskan dalam surat
Al Hujurat : 13, adanya jamninan perlindungan, adanya jaminan kesejahtraan, hal tersebut
dijelaskan dalam surat Al Isra : 26, hidup yang aman, dijelasakan dalam surat Al Baqarah
: 126, saling tolong menolong, dijelaskan dalam surat Al Maidah : 2, memiliki hukum
yang adil, hal tersebut dijelaskan dalam surat An Nisa : 58, bermusyawarah hal tersebut
dijelaskan dalam surat Ali Imran : 159, serta berlomba lomba dalam kebaikan, hal tersebut
dijelaskan dalam surat Al Baqarah : 148.
12
Sanjaya, Andri. Karakteristik masyarakat Madani dalam Alquran: Kajian Tafsir Maudu’I Fil Quran. Diss. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, h. 40
13
Sufyanto, Masyarakat Tamaddun: Kritik Hermeneutis Masyarakat Madani Nurcholis Madjid, (Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), h. 5
8
14
Izzah, Ismatul. "Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Masyarakat Madani." PEDAGOGIK: Jurnal
Pendidikan 5.1 (2018): 62-63.
9
dengan lahirnya undang-undang no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam undang-undang tersebut pendidikan seperti madrasah di akui sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional. 4) Keimanan dan ketaqwaan semakin menempati posisi yang
setrategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, setiap langkah
pembangunan bangsa harus dijiwai oleh nilai-nilai agama.5) meningkatnya status sosial-
politik kalangan santri pada masa ini banyak sekali elit politik, birokrat maupun tokoh
masyarakat yang berasal dari kalangan santri. Hal ini secara tidak langsung juga berdampak
positif bagi meningakatnya perhatian dan penghargaan terhadap lembaga pendidikan Islam
(Fauzi, 2015). 6) meningkatnya kualitas pendidikan Islam, seperti madrasah dan sekolah
Islam berkualitas rendah, namun beberapa madrasah ternyata mengungguli lembaga
pendidikan atau sekolah umum.
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
15
Ngulwiyah, Istinganatul, Rt Bai Rohimah, and Suaidi Suaidi. "PERAN ISLAM DALAM MEWUJUDKAN
KESELAMATAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT DALAM KONTEKS KEHIDUPAN MODERN." Jurnal
Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel) 7.1 (2021), hal 70-71.
10
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. AlQasas 28: Ayat 77)
16
Berdasarkan ayat di atas, minimal ada tiga langkah prioritas yang perlu disadari
tentang eksistensi manusia di dunia ini. Pertama, memprioritaskan kebahagiaan kehidupan
akhirat yang menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia senantiasa
mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. Akan tetapi bukan berarti dalam
memprioritaskan kehidupan akhirat tersebut kemudian mengabaikan kebahagiaan dunia,
karena amalan akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amalan duniawi. Sangat
banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi.
Misalnya shalat, seseorang yang melaksanakan shalat dengan khusyu dan disiplin bukan
sematamata sebagai amalan akhirat yang tidak berdampak terhadap duniawi, karena jika
shalat dilaksanakan menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka akan banyak
memberikan hikmah dalam kehidupan duniawi. Dengan shalat yang benar mampu
mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Oleh karena itu manusia akan
terhindar dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, maka terciptalah ketentraman
serta kedamaian hidup bersama di dunia.
Kedua adalah senantiasa menghendaki kebaikan. Jika setiap manusia menanamkan
prinsip ini, niscaya akan menunjukan dirinya sebagai orang yang selalu menginginkan
kebaikan. Sehingga senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha
berbuat baik dan bertutur kata dengan baik dalam pergaulan sehari-hari, agar terwujud
sakinah, mawaddah wa rahmah dalam lingkungan masyarakat mereka.
Ketiga yaitu senantiasa tidak berbuat kerusakan. Apabila prinsip ini dipegang teguh
oleh setiap orang maka akan lebih menyempurnakan prinsip kedua, yaitu melengkapi
upaya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang bathil.
16
Ngulwiyah, Istinganatul, Rt Bai Rohimah, and Suaidi Suaidi. "PERAN ISLAM DALAM MEWUJUDKAN
KESELAMATAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT DALAM KONTEKS KEHIDUPAN MODERN." Jurnal
Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, Akuntabel) 7.1 (2021).
11
2.6 Membumikan Islam di Indonesia agar Islam Dirasakan Sebagai Kebutuhan Hidup
Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan
kehadirannya lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme dan
Dinamisme. Dinamakan agama pendatang karena agama ini hadir dari luar negeri. Terlepas
dari subtansi ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa Indonesia,
melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai agama baru dan pendatang saat itu,
Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu, melakukan berbagai adaptasi dan seleksi
dalam menghadapi budaya dan tradisi yang berkembang di Indonesia.
17
Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan berbagai pengalaman, disebabkan
adanya keberagaman budaya dan tradisi pada setiap pulau tersebut. Bahkan dalam satu
pulau saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi. Perjumpaan Islam dengan budaya
(tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan akulturasi budaya. Kondisi ini menyebabkan
ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi sehingga kaya kreativitas kultural-religius.
Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi budaya tidak bisa
dibendung ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam bersikap keras terhadap budaya
atau tradisi lokal yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam itu sendiri bahkan
peperangan dengan pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti perang Padri di
Sumatera.
Maka jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya maupun tradisi
yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam untuk diadaptasi sehingga mengekpresikan
Islam yang khas. 18Ekpresi Islam lokal ini cenderung berkembang sehingga menimbulkan
Islam yang beragam. Dalam konteks sejarah penyebaran Islam di Nusantara tepatnya pada
aba ke -15 dan khususnya di tanah Jawa, Walisongo mempunyai peran yang cukup besar
dalam proses akulturasi Islam dengan budaya. Budaya dijadikan sebagai media dalam
menyebarkan Islam dan mengenalkan nilai dan ajaran Islam kepada masyarakat secara
persuasif. Kemampuan memadukan kearifan local dan nilai-nilai Islam mempertegas
bahwa agama dan budaya lokal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Secara
sosiologis, keberadaan Walisongo hampir semua berada di titik tempat pusat kekuatan
17
Prasetawati, Eka, and Habib Shulton Asnawi. "Wawasan Islam Nusantara; Pribumisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal
di Indonesia." FIKRI: Jurnal Kajian Agama, Sosial Dan Budaya 3.1 (2018): 219.
18
Faiqah, Nurul, and Toni Pransiska. "Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: Upaya Membangun Wajah Islam
Indonesia Yang Damai." Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 17.1 (2018): 35-36.
12
masyarakat, yaitu di Surabaya, Gresik, Demak, dan Cirebon. Bahkan kerabat mereka pun
memiliki peran yang signifikan juga dalam penyebaran Islam secara kultural.
Dalam konteks praktik keagamaan yang dijalankan masyarakat Indonesia yang
berhubungan dengan gerakan dakwah Walisongo dtampak sekali terdapat usaha
membumikan Islam. Fakta tentang pribumisasi Islam yang dilakukan Walisongo dalam
dakwahnya terlihat sampai saat ini. Sejumlah istilah local yang digunakan untuk
menggantikan istilah yang berbahasa Arab, contohnya Gusti Kang Murbeng (Allahu
Rabbul Alamin), Kanjeng Nabi, Kyai (al-Alim), Guru (Ustadz), bidadari (Hur),
sembahyang (shalat), dan lain-lain. Sejak masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki
dua model di atas. Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fikih dan politik
kenegaraan, sedangkan kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam
berdakwah. Di era kemerdekaan sampai dengan era pascareformasi, polemik antara kedua
model keberagamaan ini masih tetap ada.
Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini diperlukan pengembangan kiat-kiat baru
bagi para pendakwah dengan menyelaraskan dengan kemajuan tekhnologi dan modernitas.
Penggunaan media massa dan internet dirasa sangat pas dalam menyebarkan dakwah yang
lebih luas lagi. Artinya, metode seperti ini juga menandakan sama dengan para Walisongo
pada zaman dahulu menggunakan media tradisional.
19
Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model pemahaman agama yang
saintifik, yang secara serius memperlihatkan pelbagai pendekatan, Pendekatan Islam
monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan zaman yang dihadapi umat
Islam di pelbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman Islam yang saintifik di atas
diperlukan pembacaan teks-teks agama (Quran, Al-Hadts, dan turats) secara integratif dan
interkonektif dengan bidang-bidang dan disiplin ilmu lainnya.
19
Hanifah, Siti. Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Ditinjau dari Latar Belakang
Sosial Budaya Siswa SMA Nahdlatul Ulama Pagar Alam. Diss. IAIN Bengkulu, 2021 hal 5.
13
Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mau tidak mau, harus
beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal). Sebagai substansi, Islam
merupakan nilai-nilai universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-nilai lokal (local
wisdom) untuk menghasilkan suatu norma dan budaya tertentu.
20
Islam sebagai ramatan lil amin terletak pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip
kemanusiaan universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai tersebut
selanjutnya dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas ekspresi
penganutnya masing-masing.
20
Ardiansyah, Ardiansyah. Tradisi dalam Al-Qur’an (Studi Tematik Paradigma Islam Nusantara dan Wahabi).
Diss. Institut PTIQ Jakarta, 2018.
14
BAB III
KESIMPULAN
Pada umumnya masyarakat madani dapat pula disebut sebagai masyarakat yang berintuisi
yang memiliki karakteristik diantaranya adanya persatuan, hal tersebut di jelaskan dalam surat Ali
Imran : 110, adanya rasa persaudaraan, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al Hujurat : 10, adanya
sikap toleransi, hal tersebut di jelaskan dalam surat Al Hujurat : 13, adanya jamninan perlindungan,
adanya jaminan kesejahtraan, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al Isra : 26, hidup yang aman,
dijelasakan dalam surat Al Baqarah : 126, saling tolong menolong, dijelaskan dalam surat Al
Maidah : 2, memiliki hukum yang adil, hal tersebut dijelaskan dalam surat An Nisa : 58,
bermusyawarah hal tersebut dijelaskan dalam surat Ali Imran : 159, serta berlomba lomba dalam
kebaikan, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al Baqarah : 148.
Karena itu, apabila guru kualitasnya rendah dan rasio siswa tidak memadai, maka out put
pendidikannya dengan sendirinya akan rendah pula, c) gaji guru secaara umum masih kecil, d)
tuntutan kompetisi dan kompetensi yang semakin meningkat, e) harapan masyarakat terhadap
pendidikan Islam agar dapat melahirkan orang-orang yang intelek, tetapi alim dan orang-orang
alim yang intelek, harapan ini yang harus dijawab dengan sungguh-sungguh dan terus menerus
mengupayakan kualitas lembaga pendidikan Islam yang terus meningkat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ngulwiyah, Istinganatul, Rt Bai Rohimah, and Suaidi Suaidi. "PERAN ISLAM DALAM
MEWUJUDKAN KESELAMATAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT DALAM KONTEKS
KEHIDUPAN MODERN." Jurnal Pendidikan Karakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah,
Religius, Akuntabel) 7.1 (2021).