NIM : 042281599
Silahkan anda diskusikan tentang penentapan pajak dan sanksi pajak yang dilakukan pemerintah
khususnya DJP untuk meningkatkan rasio kepatuhan Wajib Pajak.
Pembahasan
Penetapan pajak merupakan wewenang adminsistrasi perpajakan untuk menetapkan
besarnya pajak terutang berdasarkan undang-undang (tidak terhadap semua wajib pajak), setelah
sebelumnya dilakukan verifikasi, pemeriksaan pajak atau pemeriksaan bukti permulaan (namun
tidak diperoleh bukti telah terjadi tindak pidana perpajakan) yang ditindak lanjuti dengan:
1. menerbitkan ketetapan pajak (kurang bayar, nihil, atau lebih bayar), yang merupakan
koreksi terhadap SPT Tahunan atau SPT Masa yang disampaikan oleh wajib pajak;
2. menerbitkan ketetapan pajak terhadap wajib pajak yang tidak atau kurang menyetor
pajak yang dipungut (tindak lanjut dari pengawasan administrasi);
3. menetapkan untuk menagih pajak yang seharusnya dipungut (kewajiban sebagai
pemungut atau pemotong pajak).
Adapun sanksi pajak yang diberikan DJP untuk meningkatkan rasio kepatuhan Wajib Pajak
adalah sebagai berikut:
a. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
b. Sanksi pidana
Berikut adalah penjelasannya.
1. Sanksi Administrasi
a. Sanksi Administrasi Bunga
Pengenaan sanksi administrasi berupa bunga umumnya terkait dengan :
1) keterlambatan pembayaran (pelunasan) oleh Wajib Pajak, misalnya terjadi
keterlambatan pembayaran angsuran bulanan PPh Pasal 29, keterlambatan
melunasi surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak, dan sebagainya sebagaimana
diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 19 UU KUP. Cara pengenaannya dittagih dengan
Surat Tagihan Pajak (STP) sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Ayat 3 UU KUP;
2) kekurangan membayar pajak terutang yang disebabkan oleh pembetulan SPT
(sesuai dengan Pasal 8 Ayat (2) UU KUP), atau karena penerbbitan SKP KB/ SKP
BKT (Pasal 13 Ayat (1) dan Ayat (3) dan Pasal 15 Ayat (14)). Pengenaan bunga
dalam penetapan akan ditambahkan ke pokok pajak yang ditagih bersamaan dengan
penerbitan surat ketetapan pajak;
3) pelanggaran oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
Ayat (1), Ayat (4), dan Ayat (5) UU KUP ditagih dengan STP.
Besarnya sanksi administrasi berupa bunga adalah sebesar 2% untuk masa 1 (satu) bulan
masa pajak (sesuai dengan Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2) UU KUP).
b. Sanksi Administrasi berupa denda
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda diatur dalam UU KUP disebabkan karena
ketidakpatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT. Sanksi-sanksi tersebut diatur
dalam Pasal-pasal sebagai berikut:
1 Pasal 7 yang dikenakan atas keterlambatan menyampaikan SPT:
A. SPT Masa PPN sebesar Rp 500.000
B. SPT Masa Lainnya sebesar Rp 100.000
C. SPT Tahunan PPh Badan sebesar Rp 1.000.000
D. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi sebesar Rp 100.000
2 Pasal 8 Ayat (3) UU KUP, dikenakan bagi wajib pajak yang mengungkapkan
ketidakbenaran SPT yang telah disampaikan tetapi isinya atau lampirannya tidak
benar, atau karena tidak menyampaikan SPT; pengungkapan disertai dengan
pelunasan kekurangan pajak terutang dan dikenakan sanksi berupa denda sebesar
150% dari jumlah pajak yang kurang bayar.
3 Pasal 38 Huruf b, UU KUP apabila wajib pajak melunasi kekurangan pembayaran
pajak terutang yang disebabkan oleh kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan, tetapi isisnya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada negara, dapat menyampaikan SPT pembetulan disertai
dengan bukti pelunasan kekurangan pajak ditambahkan sanksi sebesar dua kali
(200%) jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
c. Sanksi Administrasi berupa kenaikan pajak
Sanksi administrasi berupa kenaikan pajak umumnya dilakukan dengan kesalahan tidak
memenuhi kewajiban meminjamkan buku atau dokumen yang diminta oleh pemeriksa
pajak, tidak memungut atau memotong pajak orang lain, tidak menyetor pajak yang
dipotong dan berakibat pajak terutang kurang dibayar. Sanksi berupa kenaikan pajak diatur
dalam:
1) Pasal 8 Ayat (4) UU KUP, yaitu dalam hal Wajib Pajak sedang dalam pemeriksaan
mengungkapkan ketidakbenaran SPT yang tidak disampaikan. Caranya dengan
menyampaikan pemberitahuan tertulis disertai pelunasan kekurangan pajak terutang
yang ditambahkan dengan sanksi kenaikkan sebesar 50%.
2) Penerbian SKP KB berdasarkan ketentuan Pasal 13 Ayat (1) Huruf b, Huruf c, dan
Huruf d, akan ditambah dengan sanksi kenaikan pajak sebesar 50% dan 100%.
3) Pasal 13 A, wajib pajak yang melunasi kekurangan pajak karena kealpaannya tidak
enyampaikan SPT untuk menghindarkandari tindakan penyidikan yang kelak berujung
dengan dijatuhi sanksi pidana, diwajibkan melunasi kekurangan pajak terutang
ditambah dengan sanksi kenaikan sebesar 200%.
4) Penerbitan SKP KBT karena ditemukan data baru yang diterbitkan berdasarkan Pasal
15 Ayat (2) UU KUP akan ditambahkan dengan sanksi kenaikan 100%.
2. Sanksi Pidana
Sanksi Pidana adalah sanksi pidana yang dikenakan terhadap wajib pajak atau pihak lain
yang terkait dengan kegiatan wajib pajak atau pegawai pajak yang melakukan perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan hukuman pidana sebagaimana diatur dalam UU KUP.
Perbuatan atau larangan dimaksud dapat dilakukan oleh:
1) wajib pajak yang karena kealpaan melakukan perbuatan yang dilarang dalam Pasal 38,
atau karena kesengajaan melakukan perbuatan yang dilarang dalam Pasal 39, atau Pasal
39 A.
2) mereka yang bukan merupakan wajib pajak, tetapi kegiatannya terkait dengan kegiatan
wajib pajak yang melanggar kewajiban memberi keterangan yang diminta oleh DJP
berdasarkan ketentuan Pasal 35 UU KUP atau melanggar ketentuan Pasal 41 B dan
Pasal 41 C UU KUP.
3) pegawai DJP yang melanggar arangan kerahasiaan jabatan yang diatur dalam Pasal 36
A, Pasal 41 UU KUP.
Sumber referensi
BMP PAJA3339 Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan Modul 6