NIM : 042281599
1. Tn. Alex adalah WN asal Belanda dan berdomisili di Inggris, pada bulan Februari 2020
menerima royalti dari PT. Surya. Atas royalti tersebut telah dipotong PPh pasal 26. Pada
bulan Agustus 2020, Tn. Alex memutuskan untuk pindah dan berdomisili di Indonesia.
Selanjutnya Tn. Alex menjadi WP dalam negeri. Atas PPh pasal 26 yang telah dipotong
dibulan Februari 2020 tersebut menjadi apa dan silahkan saudara analisa kasus diatas !
2. PT. Bumi memiliki beberapa ruko. Pada bulan Maret 2018, salah satu ruko tersebut
disewakan kepada Tn. Jasrial (belum mempunyai NPWP) sebesar Rp. 25.000.000/tahun,
dengan ketentuan dibayar dimuka. Atas pembayaran sewa ruko tersebut berapa pajak
yang dikenakan dan termasuk kepajak apa !
Pembahasan :
1. Pada prinsipnya pemotongan pajak atas Wajib Pajak Luar Negeri adalah bersifat final,
kecuali pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
usaha tetap (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 (UU PPh) Pasal 26ayat (5) yang
bunyinya sebagai berikut..
"Pemotongan pajak sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(4) bersifat final, kecuali:
a. pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf b
dan huruf c;
b. pemotongan atas penghasilan yang diterima atau di peroleh orang pribadi atau badan
luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam begeri atau bentuk usaha
tetap"
Maka dari itu, dapat saya simpulkan atas pemotongan PPh Pasal 26 yang dilakukan pada
bulan Februari 2020 menjadi tidak final sehingga penghasilannya dapat digabung dan
dapat untuk dikreditkan.
2. Pengalihan hak atas sewa tanah dan bangunan termasuk ke dalam PPh Pasal 4 ayat (2).
Sesuai dengan PP No. 5 Tahun 2002 dan KMK No. 120/KMK.03/2002, maka tarif yang
dikenakan adalah sebesar 10 % dari jumlah bruto.Jumlah bruto nilai persewaan adalah
semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam
bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa
termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya
dan "service charge" baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang
disatukan.
Untuk pemotongan PPh final ini masing-masing dipotong dan dipungut oleh pihak yang
memberikan sewa untuk pihak perseorangan atau bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Kecuali, apabila pihak yang sewa rumah adalah badan atau yang telah dikukuhkan
sebagai PKP. Dengan begitu, dalam artian untuk pihak pemberi sewa yang akan
mengurus pajak terkait sewa ini. Dengan begitu, yang pastinya pihak pemberi sewa wajib
memiliki NPWP. Karena dalam pengurusan pajak pastinya membutuhkan identitas, yaitu
NPWP.
Sedangkan untuk pihak penyewa yang tidak memiliki NPWP sebenarnya ini bukan
merupakan masalah, karena PPh terkait sewa yang bersifat final tidak memerlukan
NPWP dari pihak penyewa. Dikarenakan sifat dari PPh final ini masing-masingnya
langsung dipotong dan dipungut pihak pemberi sewa dan langsung selesai pada saat
transaksi terjadi. Sehingga perlakuan perpajakan bagi pihak penyewa baik memiliki
NPWP dan tidak memiliki NPWP dalam pajak sewa adalah sama.
Sumber referensi
Materi inisiasi sesi 6
https://blog.pajak.io/memahami-ketentuan-pajak-sewa-rumah-tanpa-npwp/
https://ortax.org/forums/discussion/ketika-wpln-jadi-wpdn