Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK ISLAM

1. Makna Universal Islam


Universalitas menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris universal, yang berarti: semesta dunia,
Universally, yaitu: disukai di seluruh dunia atau universe, berarti: seluruh bidang. Dalam kamus Al-Munjid As-
syamlah adalah: Sesuatu yang luas. Universalitas Islam dalam pengertian istilah sebagaimana yang didefinisikan
oleh Yasuf Al-Qardhawi dalah:”Bahwa risalah Islam meliputi seluruh dimensi waktu, tempat dan kemanusiaan,
yang secara realitas mencakup tiga karakteristik yaitu: keabadian, internasionalitas dan aktualisasi.
Menurut Abdul Karim Zaidan Universalitas Islam adalah:”system yang universal meliputi seluruh perkara
kehidupan dan tingkah laku manusia” Adapun menurut pejuang unversalitas Islam Imam Hasan Al-Banna adalah:
“Islam adalah sistem yang universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan, maka Islam adalah negara dan
tanah air, pemerintahan dan rakyat, budi pekerti dan kekuatan, rahmat dan keadilan, hukum dan intelektualitas,
ilmu pengetahuan dan undang-undang, aset dan materi, usaha dan kekayaan, jihad dan da’wah, pemikiran dan
militer. Sebagaimana Islam adalah akidah yang lurus dan benar.
Pada hakikatnya semua pengertian yang di kandung kata Islam menunjukan pengertian umum yang
mendasar dan lengkap, serta menuju kepada yang satu, yaitu penyerahan diri atau pasrah kepada tuhan dengan
bentuk dan realitasnya. Dengan demikian Islam adalah sikap hidup yang mencerminkan sikap hidup penyerahan
diri ketundukan, kepasrahan, dan kepatuhan kepada Tuhan. Dengan demikian akan dapat mewujudkan
kedamaian, keselamatan, kesejahteraa, serta kesempurnaan hidup lahir batin dunia akhirat.
karena keterbatasan kemampuan akal manusia itu sendiri, dan hal ini berarti kekacauan dalam kehidupan
manusia, bahkan mengarah kepada kehancuran. Oleh karena itu manusia harus menyadari akan keterbatasan
dan kebebasan. Menghadapi ajaran Islam itu, manusia terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Beriman Orang yang beriman atas dasar pilihan bebasnya akan memilih dan menerima ajaran Islam itu
dengan penuh kesadaran, dan mengakui keterbatasan ini sehingga ajaran Islam dijadikan sebagai jalan
hidupnya yang di pandang mampu menyelesaikan segala persoalan yang di hadapi oleh manusia
sekarang ini. Dengan demikian mereka menjadi muslim (tunduk, patuh dan pasrah kepada Allah).
Dalam arti yang sebenarnya,bukan hanya sekedar berislam secara alami.
b. Mereka yang tidak beriman. Sedangkan orang yang tidak beriman, atas dasar pilihan bebasnya pula,
telah memilih untuk tidak beriman, atas dasar pilihan kebebasannya pula, telah memilih untuk tidak
menerima ajaran Islam sebagai pedoman hidupnya. Ia menolak untuk tunduk dan patuh kepada ajaran
Islam yang di bawah oleh Rosul-Nya atau menolak untuk pasrah kepada Allah, tetapi ia tidak bisa
bergerak dari keadaannya sebagai Islam secara alami yang tunduk pada sunnatullah.
2. Normativitas dan Historisitas dalam Studi Islam
a. Pengertian Normativitas
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan, ketentuan tentang
masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidakboleh dilakukan. Pada aspek
normativitas, studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak
sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks
atau naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
b. Pengertian Historisitas
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan sejarah adalah kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.
Definisi tersebut terlihat menekankan kepada materi peristiwanya tanpa mengaitkan dengan aspek lainnya.
Sedangkan dalam pengartian yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa
yang melakukan peristiwa tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
3. Ruang Lingkup Sejarah Islam
Dari segi periodesasinya dibagi menjadi periode klasik, periode pertengahan dan periode modern. Periode
klasik (650-1250 M) dibagi lagi menjadi masa kemajuan Islam I (650-1000 M) dan masa disintegrasi (1000-1250
M) Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M dibagi menjadi dua masa, masa
kemunduran I dan masa III kerajaan besar. Masa kemunduran I sejak 1250-1500 M. Masa III kerajaan besar
berlangsung Sejak 1500-1800 M. Sains Islam dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad Islam kedua, yang
keadaannya sudah tentu merupakan salahsatu pencapaian besar dalam peradaban Islam.
Selama kurang lebih tujuh ratus tahun, sejak abad ke-2 hingga 9 Masehi, paradaban Islam merupakan
peradaban yang paling produktif di bandingkan dengan peradaban manapun di wilayah sains dan sains Islam
berada pada garda depan dalam berbagai kegiatan, mulai dari kedokteran, astronomi, matematika, fisika dan
sebagainya yang di bangun atas arahan nilai-nilai Islami.
4. Pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis
Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan
menjadi tiga wilayah (domain).

a. Wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang
otentik.
b. Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-qur’an dan sunnah nabi
Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam, seperti tafsir dan fikih.
Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah itu
tidak semua terinci, bahkan sebagian masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut.
Di samping permasalahan kehidupan selalu berkembang terus, sedangkan secara tegas permasalahan
yang timbul itu belum/tidak disinggung. Karena itulah diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap
bersandar kepada kedua sumber utamanya dan sejauh dapat memenuhi persyaratan. Dalam kelompok
ini dapat di temukan empat pokok cabang :
(1) hukum/fikih,
(2) teologi,
(3) filsafat,
(4) tasawuf.
Hasil ijtihad dalam bidang hukum muncul dalam bentuk :

(1) fikih,
(2) fatwa,
(3) yurisprudensi (kumpulan putusan hakim),
(4) kodikfikkasi/unifikasi, yang muncul dalam bentuk Undang-Undang dan komplikasi.
c. Praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam berbagai macam dan bentuk sesuai
dengan latar belakang sosial (konteks). Contohnya : praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak
meletakkan tangan di dada. Contohnya lainnya praktek duduk miring ketika tahiyat akhir bagi muslim
Indonesia, sementara muslim di tempat/ negara lain tidak melakukannya.

Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang berbeda sebagai
berikut :

a. Tingkatan pertama, adalah nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal dan institusiinstitusi.


b. Tingkatan kedua adalah penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/dipraktekkan.
c. Tingkatan ketiga manifestasi atau pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda
antara satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayahdengan wilayah lain. Perbedaan
terjadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan konteks dan budaya.

Pada teks ini Islam adalah nash yang menurut hemat penulis, sesuai dengan pendapat sejumlah ilmuwan
(ulama) dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Nash prinsip atau normatif-universal
Prinsip-prinsip yang dalam aplikasinya sebagian telah diformatkan dalam bentuk nash praktis di
masa pewahyuan ketika nabi masih hidup.
b. Nash praktis-temporal
nash yang turun (diwahyukan) untuk menjawab secara langsung (respon) terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi masyarakat muslim Arab ketika pewahyuan. Pada kelompok ini pula Islam
dapat menjadi fenomena sosial atau Islam aplikatif atau Islam praktis.
5. Keterkaitan Normativitas dan Historisitas dalam Studi Keislaman
Ilmu-ilmu keIslaman yang kritis, sebagaimana yang dinyatakan oleh Fazlur Rahman dan Mohammed
Arkoun beserta kolega-kolega mereka yang memiliki keprihatinan yang sama, hanya dapat dibangun secara
sistematik dengan menggunakan
model gerakan tiga pendekatan secara sirkuler, dimana masing-masing dimensi dapat berinteraksi,
berinterkomunikasi satu dengan lainnya. Masing-masing pendekatan berinteraksi dan dihubungkan dengan yang
lainnya. Tidak ada satu pendekatan maupun disiplin yang dapat berdiri sendiri. Gerakan dinamis ini pada
esensinya adalah hermeneutic.
6. Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap muslim dengan berpedoman pada
Al-qur’an dan Hadist. Karakter tersebut antara lain :
a. Dalam bidang akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini bahwa akidah Islam bersifat murni baik
dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah.15
Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang
berdampak pada motivasi kerjaa yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilanAllah. dalam prosesnya
keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara.
b. Dalam Bidang Agama
Nurcholis Madjid menyatakan tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama, Islam mengakui
adanya pluralisme. Pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak akan berubah,
sehingga tidak mungkin untuk dilawan atau diingkari. Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama juga
mengkui adanya universalisme, yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh
berbuat baik dan mengajak pada keselamatan.
c. Dalam Bidang Ibadah
Secara harfiah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah
tauhid. Majelis Tarjih Muhammadiyah dengan agak lengkap mendefinisikan ibadah sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan
mengamalkan segala yang dizinkan-Nya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum ialah
segala amalan yang dijinkan oleh Allah. Sedangkan yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan
perincian-perinciannya, tingkat dan cara-cara yang tertentu.
d. Dalam Bidang Pendidikan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang, laki-laki atau prempuan dan
berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas dalam tujuan,
kurikulum, guru, metode, sarana dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini
dapat dari kandungan surat al-Alaq. Di dalam Al-Qur’an dapat djumpai berbagai metode pendidikan, seperti
metode ceramah, Tanya jawab, diskusi demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman, nasihat dan lain sebagainya.
e. Dalam Bidang Sosial
Karakteristik ajaran Islam dibidang sosial ini, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasihati,
kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia
dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyangya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis
kelamin, dan lain sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh
ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.
f. Dalam Bidang Ekonomi
Karakteristik ajaran Islam yang selanjutnya dapat dari konsepsinya dalam bidang kehidupan yang harus
dilakukan. Urusan di dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat, kehidupan akhirat dapat dicapai
dengan dunia. Pandangan Islam mengenai kehidupan di bidang ekonomi itu dicerminkan dalam ajaran fiqih
yang menjelaskan bagaimana menjelaskan sesuatu usaha ataupun ajaran Islam mengenai berzakat juga
dalam konteks berekonomi.22
g. Dalam bidang kesehatan
Ciri khas Islam selanjutnya dapat dilihat dari konsepnya mengenai kesehatan. Ajaran Islam memegang
prinsip pencegahan yang lebih dari pada penyembuhan. Prinsip ini berbunyi al-wiqayah khairmin al-‘laj.23
Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin.
Kebersihan lahir dapat
mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan, minuman, dan
lain sebagainya.
h. Dalam bidang politik
Dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri terjemahannya termasuk
penguasa di bidang politik, pemerintah dan agama. Dalam hal ini Islam tidak menerangkan atau menyuruh
ketaatan yang buta. Tetapi menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan selektif, maksudnya adalah jika
pemimpin tersebut berpegang teguh kepada tuntunan Allah SWT., dan Rasul-Nya maka kita patut
mentaatinya, tetapi jika pemimpin tersebut bersebelahan dan bertentangan dengan kehendak Allah SWT., dan
Rasul-Nya maka boleh dikritik atau diberi saran agarkembali ke jalan yang benar denga cara-cara yang
persuasif. Dan jika pemimpin tersebut juga tidak menghiraukan, boleh saja untuk tidak dipatuhi.24
i. Dalam bidang pekerjaan
Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah kepada pengabdian
kepada Allah SWT., dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu Islam tidak menekankan pada
banyaknya pekerjaaan, tetapi pada kualitas manfaat kerja.

Anda mungkin juga menyukai