3914-Article Text-37812-3-10-20210830
3914-Article Text-37812-3-10-20210830
DOI: 10.22435/kespro.v12i1.3914.39 – 50
E-mail: nurfitri.bustamam@upnvj.ac.id
Naskah masuk 2 Oktober 2020; review 6 November 2020; disetujui terbit 28 Juni 2021
Abstract
Background: The prevalence of dysmenorrhea is estimated between 45–95 percent and 10–25 percent of them
are severe primary dysmenorrhea. Dysmenorrhea can cause some problems, including limitation of activity,
decreased academic performance, and sleeping difficulty. At present, there is a trend towards using herbal and
alternative medicine for primary dysmenorrhea.
Objective: This study aimed to determine the effect of honey on the pain level of dysmenorrhea and the quality
of life of the Faculty of Medicine Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (FMUPNVJ) students
Method: This study used one group pretest-posttest design. A total of 30 subjects who were determined by
consecutive sampling were asked to drink two tablespoons of honey starting from two days before menstruation
until the third day of menstruation. Data were collected using questionnaires, the Numeric Rating Scale, Verbal
Multidimensional Scoring System, and the Brief Pain Inventory.
Result: The Wilcoxon test showed that honey can reduce pain intensity (p = 0.000) and grade of dysmenorrhea
(p = 0.001). In addition to reducing pain level, honey could reduce the duration of menstrual pain from 2 days
to 1 day (p = 0.001). The Wilcoxon test also showed that honey can reduce dysmenorrhea interfering with
general activity, mood, ability to walk, work, relations with others, sleep, and enjoyment of life (p ≤ 0.001).
Conclusion: honey can reduce pain levels and improve the quality of life of FMUPNVJ students with primary
dysmenorrhea.
Abstrak
Latar belakang: Prevalensi dismenore diperkirakan berkisar antara 45–95 persen dan 10–25 persen diantaranya
merupakan dismenore primer berat. Dismenore dapat menimbulkan sejumlah masalah, antara lain limitasi
aktivitas, penurunan prestasi akademik, dan kesulitan tidur. Saat ini, terdapat kecenderungan penggunaan herbal
dan pengobatan alternatif untuk mengatasi dismenore primer.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap tingkat nyeri dismenore dan
kualitas hidup mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
(FKUPNVJ).
Metode: Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Sebanyak 30 subjek yang ditentukan
dengan consecutive sampling diminta minum madu sebanyak dua sendok makan yang dimulai dari dua hari
sebelum menstruasi hingga hari ketiga menstruasi. Data diambil menggunakan kuesioner, Numeric Rating
Scale, Verbal Multidimensional Scoring System, dan Brief Pain Inventory.
Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan madu dapat menurunkan intensitas nyeri (p = 0,000) dan grade
dismenore (p = 0,001). Selain mengurangi derajat nyeri, madu dapat mengurangi lama waktu nyeri menstruasi
dari 2 hari menjadi 1 hari (p = 0,001). Hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan madu dapat mengurangi gangguan
dismenore terhadap aktivitas secara umum, suasana hati, kemampuan berjalan, pekerjaan, hubungan dengan
orang lain, tidur, dan menikmati hidup (p ≤ 0,001).
Kesimpulan: madu dapat menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kualitas hidup mahasiswi FKUPNVJ
dengan dismenore primer.
*
Korespondensi:
(nurfitri.bustamam@upnvj.ac.id)
© Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
ISSN: 2354-8762 (elektronik); ISSN: 2087-703X (cetak)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai rasional, tujuan penelitian, cara
pengaruh pemberian madu dalam jumlah yang mengisi kuesioner, dan jaminan kerahasiaan
lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat data. Calon subjek juga diberi kesempatan
terhadap tingkat dismenore dan kualitas hidup untuk bertanya, sehingga diharapkan mendapat
mahasiswi kedokteran. Hasil penelitian di penjelasan yang cukup terkait dengan
Fakultas Kedokteran Universitas penelitian. Mahasiswi FKUPNVJ dengan
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta kriteria yang sesuai dan bersedia menjadi
(FKUPNVJ) menemukan bahwa 65 persen subjek penelitian diminta menandatangani
dari 100 subjek mempunyai tingkat stres berat informed consent.
dan sangat berat.16 Stres diketahui
meningkatkan risiko terjadinya dismenore
berat,9 sehingga pada penelitian ini dipilih Instrumen Penelitian
mahasiswi FKUPNVJ sebagai subjek
penelitian. Derajat nyeri dinilai menggunakan Numeric
Rating Scale (NRS) dengan skala 0–10 untuk
menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan,
sebagai berikut: 0 = tidak nyeri, 1–3 = nyeri
METODE ringan (menyakitkan, mengganggu, atau
menyebabkan hambatan ringan aktivitas
harian), 4–6 = nyeri sedang (ada gangguan
Kelaikan Etik aktivitas harian yang nyata) dan 7–10 = nyeri
berat (tidak mampu melakukan aktivitas
Ethical Approval didapatkan dari Komisi Etik harian).17 Selain NRS, digunakan juga Verbal
Penelitian Kesehatan Universitas Multidimensional Scoring System (VMS)
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (Surat dengan 4 skala untuk menilai derajat nyeri
Nomor: 2695/VII/2020/KEPK). Sebelum dikaitkan dengan kemampuan kerja, gejala
mengisi kuesioner, melalui aplikasi Whatsapp sistemik, dan penggunaan analgetik (Tabel
calon subjek mendapatkan penjelasan 1).18
Gejala
Grade Pekerjaan Analgetik
Sistemik
Grade 0: tidak nyeri menstruasi & aktivitas harian tidak Tidak Tidak ada Tidak
terganggu terganggu diperlukan
Grade 1: nyeri menstruasi yang kadangkala menghambat Sedikit Tidak ada Kadangkala
aktivitas, kadang diperlukan analgetik, nyeri ringan terganggu diperlukan
Grade 3: Aktivitas sangat terganggu. Analgetik tidak Sangat Banyak Tidak banyak
banyak berpengaruh dan disertai sejumlah gejala, misalnya Terganggu berpengaruh
sakit kepala, nausea, muntah dan diare, sangat nyeri
Brief Pain Inventory (BPI) digunakan untuk sampel dalam penelitian ini ditingkatkan
menilai kualitas hidup subjek dalam bentuk menjadi 30 orang yang merupakan besar
gangguan akibat nyeri dismenore terhadap sampel minimal untuk uji parametrik.
aktivitas umum, mood, kemampuan berjalan,
pekerjaan, hubungan dengan orang lain, tidur,
dan menikmati hidup menggunakan skala 0- Prosedur Penelitian
10, sebagai berikut: 0 = tidak mengganggu dan
10 = mengganggu.19 Subjek diminta mengikuti prosedur penelitian
sebagai berikut: 1) mengisi kuesioner
demografi dan beberapa hal terkait siklus
Desain dan Subjek menstruasinya, 2) melakukan pengukuran awal
(pretest) pada satu siklus menstruasi dengan
Penelitian ini merupakan penelitian quasi mencatat tingkat nyeri menstruasi (dismenore)
eksperimen dengan one group pretest-posttest tertinggi yang dialami menggunakan kuesioner
design. Subjek penelitian sebelum minum NRS dan VMS, serta kualitas hidupnya pada
madu dan pada saat intervensi (minum madu) saat dismenore menggunakan kuesioner BPI
diminta untuk mengisi kuesioner, NRS, VMS, sebelum mengonsumsi obat analgetik, 3) pada
dan BPI. Kriteria inklusi subjek penelitian ini siklus berikutnya setiap subjek diminta minum
adalah mahasiswi FKUPNVJ dengan madu setiap hari sebanyak dua sendok makan
dismenore primer berusia 18–25 tahun, belum (± 25 ml) (boleh dilarutkan terlebih dahulu
menikah, dan bersedia menjadi subjek dalam segelas air hangat), dimulai dari dua
penelitian. Pada penelitian ini, subjek dengan hari sebelum menstruasi hingga hari ketiga
kriteria dismenore primer didapatkan dari menstruasi (total 5 hari) sesuai prosedur
wawancara langsung berdasarkan penelitian tentang efek pemberian bee propolis
karakteristiknya, yaitu: nyeri dirasakan di terhadap dismenore primer. Peneliti
abdomen bawah, timbul 6–24 bulan setelah menghubungi subjek untuk memastikan agar
menarche, mempunyai pola tertentu (beberapa subjek tidak lupa minum madu setiap hari
saat dan/atau selama menstruasi), umumnya selama lima hari. Madu yang digunakan dalam
hilang setelah 8–72 jam, nyeri dapat menjalar penelitian ini adalah madu yang berasal dari
ke paha dan punggung, dan dapat disertai lebah yang menghisap aneka nektar bunga
gejala sistemik, misalnya mual dan muntah.6 alami (madu multiflora) dari hutan tropis
Kriteria eksklusi adalah 1) mahasiswi dengan Indonesia. Madu tersebut adalah madu dari
abnormalitas menstruasi (siklus, lama dan satu merek yang tersedia di pasaran dan telah
volume perdarahan), 2) memiliki riwayat diregistrasi oleh Badan Pengawas Obat dan
penyakit terkait organ reproduksi, 3) Makanan (BPOM) serta mendapat sertifikasi
mengalami nyeri yang juga dirasakan di luar halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), 4)
menstruasi, 4) memiliki riwayat perdarahan di subjek melakukan pengukuran akhir (posttest)
luar menstruasi (intermenstrual bleeding), 5) dengan mencatat tingkat nyeri menstruasi
mengonsumsi obat (anti-inflammatory drugs, (dismenore) tertinggi yang dialami pada saat
oral contraceptives, dan nonsteroidal pain) minum madu menggunakan NRS & VMS,
pada saat intervensi penelitian, 6) alergi polen, serta kualitas hidupnya pada saat dismenore
7) penyandang Diabetes Mellitus dan 8) menggunakan kuesioner BPI.
merokok. Subjek penelitian ditentukan dengan
teknik consecutive sampling.
Analisis Data
Besar Sampel Data diolah menggunakan perangkat lunak
SPSS versi17.0 (SPSS Inc.) dan disajikan
Besar sampel dihitung dengan rumus analitik dalam bentuk tabel. Analisis statistik
komparatif numerik berpasangan dilakukan untuk memberikan gambaran
menggunakan α = 1 persen dengan hipotesis karakteristik subjek, tingkat nyeri dismenore,
dua arah, β = 90 persen, S = 0,608 dan x 1-x2 = dan kualitas hidup subjek. Pengaruh madu
1,73 yang diambil dari penelitian terhadap intensitas nyeri dismenore dan
sebelumnya.20 Hasil perhitungan didapatkan kualitas hidup dianalisis menggunakan uji
besar sampel penelitian ini adalah 4. Besar Wilcoxon.
Karakteristik Persentase/rerata/median
Pengaruh Pemberian Madu terhadap dari dua hari menjadi satu hari. Hasil uji
Tingkat Nyeri Dismenore Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan
lama dismenore yang bermakna pada saat
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan madu dapat subjek minum madu dibandingkan pada saat
menurunkan intensitas nyeri dismenore subjek tidak minum madu (p=0,001). Sebagian
berdasarkan Numeric Rating Scale dari skala 6 besar subjek merasakan nyeri menstruasi baik
(2-8) menjadi skala 2,5 (0-8) (nilai p = 0,000). pada saat minum madu maupun pada saat
Baik pada saat subjek tidak minum madu tidak minum madu. Minum madu tidak
maupun minum madu didapatkan grade mengubah waktu terjadinya nyeri menstruasi
dismenore 1 (0-3). Namun jika dibandingkan berdasarkan hasil uji Marginal-Homogeneity
pada saat subjek tidak minum madu, 27 subjek (p= 0,127).
mempunyai grade dismenore yang lebih
rendah, 3 subjek mempunyai grade dismenore
tetap, dan tidak ada subjek yang mempunyai Pada penelitian ini didapatkan juga sebagian
grade dismenore lebih tinggi pada saat minum subjek tidak saja merasakan nyeri dismenore
madu. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan di abdomen bawah, tetapi juga merasakan
terdapat perbedaan grade dismenore yang nyeri di beberapa bagian tubuh lainnya (nyeri
signifikan pada saat subjek minum madu alih). Hasil uji McNemar didapatkan nyeri alih
dibandingkan pada saat subjek tidak minum yang dirasakan di punggung bawah dan
madu (p = 0,003). tungkai berkurang signifikan pada saat subjek
minum madu (Tabel 3).
Selain mengurangi tingkat nyeri, konsumsi
madu juga mengurangi lama nyeri menstruasi
Tabel 3. Nyeri alih saat subjek tidak minum madu dan minum madu
Sebagian besar subjek diketahui juga konsentrasi. Hasil uji McNemar didapatkan
mengalami gejala sistemik seperti kembung, fatigue, nyeri payudara, dan penurunan
mual, muntah, diare, fatigue, sakit kepala, konsentrasi berkurang signifikan pada saat
nyeri payudara, insomnia, dan penurunan subjek minum madu (Tabel 4).
Tabel 4. Gejala sistemik saat subjek tidak minum madu dan minum madu
Gejala pada saat minum madu
Tidak Ya Total p-value
Tidak Minum Madu - Kembung Tidak 21 1 22
Ya 0,625
3 5 8
Tidak Minum Madu - Mual Tidak 22 1 23
Ya 0,625
3 4 7
Tidak Minum Madu – Muntah Tidak 28 0 28
Ya 1,000
1 1 2
Tidak Minum Madu – Diare Tidak 22 2 24
Ya 1,000
2 4 6
Tidak Minum Madu – Fatigue Tidak 6 2 8
Ya 0,022
11 11 22
Tidak Minum Madu - Sakit Kepala Tidak 21 1 22
Ya 0,125
6 2 8
Tidak Minum Madu - Nyeri Payudara Tidak 14 1 15
Ya 0,039
8 7 15
Tidak Minum Madu - Insomnia Tidak 26 0 26
Ya 0,500
2 2 4
Tidak Minum Madu - Penurunan Tidak 8 0 8
Konsentrasi Ya 8 4 12 0,008
pula dugaan bahwa leukotrien meningkatkan menurunkan tingkat hipoksia, iskemia, dan
sensitivitas serat saraf nyeri (Gambar 1). nyeri, diketahui menurun kadarnya pada saat
Prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator terjadi dismenore primer.12,
dan relaksan miometrium sehingga dapat
22
Penelitian ini menemukan bahwa minum madu kadar prostaglandin tertinggi terjadi 48 jam
dapat mengurangi lama nyeri menstruasi dari 2 pertama pada saat menstruasi. Hal ini sejalan
hari menjadi 1 hari. Sebagian besar subjek dengan awal muncul dan tingginya intensitas
merasakan nyeri menstruasi baik pada saat keluhan nyeri menstruasi.4 Penelitian lain pada
minum madu maupun pada saat tidak minum mahasiswi di Pakistan menunjukkan sebanyak
madu. Minum madu tidak mengubah waktu 44,5 persen subjek merasakan nyeri hanya
terjadinya nyeri menstruasi. Hasil ini sejalan pada hari pertama mensturasi dan 35,4 persen
dengan teori bahwa nyeri menstruasi dimulai subjek merasakan nyeri mulai dari hari
sebelum onset perdarahan dan biasanya pertama hingga hari ketiga mensturasi. Hanya
berlangsung 8-72 jam.22 Pada perempuan sebagian kecil subjek yang merasakan nyeri
dengan dismenore primer didapatkan kadar beberapa jam sebelum menstruasi dan ada
prostaglandin yang lebih tinggi dibandingkan yang lebih dari tiga hari.23
perempuan tanpa dismenore. Peningkatan
Dismenore primer berhubungan dengan siklus panggul yang disebut dengan dismenore
ovulasi yang disebabkan oleh kontraksi sekunder.6 Pada penelitian ini tidak dilakukan
miometrium sehingga terjadi iskemia akibat konfirmasi diagnosis dismenore primer oleh
adanya prostaglandin yang diproduksi oleh dokter kebidanan. Selain itu, pada penelitian
endometrium fase sekresi. Dismenore juga ini tidak diukur tingkat stres subjek yang
dapat disebabkan oleh keadaan patologis pada
diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya besar, yaitu sebanyak 48 persen, 63 persen,
dismenore berat.8 dan 50 persen terjadi pada saat subjek minum
madu dengan dosis 1,2 g/kg berat badan setiap
Dismenore pada umumnya dirasakan terpusat hari selama 14 hari. Disimpulkan bahwa madu
di bagian abdomen bawah yang terjadi terus bekerja menghambat cyclooxygenase-1 (COX-
menerus akibat kongesti vaskular. Nyeri dapat 1) atau COX-2, sehingga menurunkan nyeri
menjalar ke punggung, terkadang turun ke dismenore.26
bawah paha, disertai nyeri kram yang hilang
timbul.4,24 Hasil penelitian ini menunjukkan Madu diketahui mengandung vitamin K, B1,
nyeri dismenore dirasakan juga di punggung dan E27 dan mineral Ca, Mg, Zn.25 Hasil
bawah, paha, tungkai, dan area kemaluan. systematic review dan meta-analisis
Nyeri alih yang dirasakan di punggung bawah menunjukkan mikronutrien tersebut dapat
dan tungkai didapatkan berkurang signifikan menghilangkan nyeri dismenore melalui
pada saat subjek minum madu. mekanisme kerja anti-inflamasi dan
analgetik.28 Pada penelitian lain diketahui
Selain gejala lokal, gejala sistemik akan bahwa vitamin E bekerja menekan aktivitas
muncul akibat peningkatan kadar PGF 2 yang enzim fosfolipase A dan cyclooxygenase
masuk ke sirkulasi sistemik.4,12 Penelitian pada melalui penghambatan aktivasi post translasi
mahasiswi di Pakistan didapatkan gejala cyclooxygenase, sehingga akan menghambat
sistemik yang banyak dirasakan oleh subjek produksi prostaglandin. Selain itu, vitamin E
adalah fatigue, nyeri payudara, insomnia, juga meningkatkan produksi prostasiklin dan
mual, dan kembung.23 Hasil serupa didapatkan PGE2 yang berfungsi sebagai vasodilator yang
pula pada penelitian ini, ada sejumlah gejala dapat merelaksasi otot polos uterus.29
sistemik menyertai dismenore pada subjek,
yaitu fatigue, nyeri payudara, sakit kepala, Di Indonesia terdapat beragam madu yang
mual, dan diare. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh asal daerah, tanaman sumber
didapatkan fatigue, nyeri payudara, dan nektar, jenis lebah, cara hidup lebah (budidaya
penurunan konsentrasi berkurang signifikan atau liar), cara pemanenan serta cara
pada saat subjek minum madu. penanganan pasca panen. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia Tahun 2018, madu
Madu adalah material manis yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu madu hutan,
dikumpulkan dan ditransformasi dari nektar madu budidaya, dan madu lebah tanpa
bunga dan sekret dari bagian-bagian tanaman sengat.30 Di pasaran madu juga dikategorikan
oleh lebah di dalam sarangnya. Madu terdiri berdasarkan asal dari jenis nektar bunga yang
atas karbohidrat, protein, enzim, asam amino, digunakan lebah, yaitu madu multiflora dan
lipid, vitamin, falvanoid. dan mineral. madu monoflora, misalnya madu kelengkeng,
Komposisi, warna, aroma dan rasa dari madu madu kaliandra, dan madu randu. Madu yang
bergantung pada bunga, iklim, geografi, dan digunakan dalam penelitian ini adalah madu
jenis lebah.25 Hasil penelitian menunjukkan yang berasal dari lebah yang menghisap aneka
bahwa minum madu 1,2 g/kg berat badan yang nektar bunga alami (madu multiflora) dari
dilarutkan dalam 250 ml air dapat menurunkan hutan tropis Indonesia. Mengingat bahwa
kadar tromboksan, PGE2, dan PGF2 dalam komposisi madu bergantung pada bunga,
plasma setelah 1, 2, dan 3 jam. Penurunan iklim, geografi, dan jenis lebah,25 menarik
kadar zat-zat tersebut dalam jumlah yang lebih untuk membandingkan khasiat beberapa jenis
madu tersebut terhadap dismenore primer.
Pengaruh Madu terhadap Kualitas Hidup tersebut meningkatkan kualitas hidup subjek.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian pada
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa madu mahasiswa kedokteran Mahidol University
dapat menurunkan intensitas nyeri (p = 0,000) yang menunjukkan terdapat perbedaan kualitas
dan grade dismenore (p = 0,001), sehingga hal hidup yang signifikan pada kelompok yang
mengalami dismenore ringan dan dismenore
Pengaruh Madu Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore dan Kualitas Hidup….. (Nurfitri Bustamam,
sedang-berat.31 Pada penelitian ini juga pemberian madu pada siklus pertama, siklus
diketahui bahwa madu mengurangi gangguan kedua dan seterusnya. Selain itu, penelitian ini
dismenore secara signifikan terhadap aktivitas tidak memiliki kelompok kontrol yang
secara umum, suasana hati, kemampuan diberikan obat analgetik yang biasa digunakan
berjalan, pekerjaan, hubungan dengan orang (misalnya asam mefenamat) sehingga khasiat
lain, tidur, dan menikmati hidup. Diduga madu tidak dapat dibandingkan dengan obat
berkurangnya tingkat nyeri pada saat minum analgetik tersebut.
madu berdampak terhadap berkurangnya
gangguan yang ditimbulkan. Hasil penelitian
di India menunjukkan bahwa penurunan gejala KESIMPULAN
sistemik yang menyertai nyeri dismenore,
misalnya nyeri kepala, fatigue, nausea, dan
muntah berhubungan dengan peningkatan Minum madu sebanyak dua sendok makan
kualitas hidup.32 Pada penelitian ini didapatkan setiap hari yang dimulai dua hari sebelum
terjadi penurunan gejala sistemik dan menstruasi hingga hari ketiga menstruasi (total
penurunan gangguan dismenore pada saat 5 hari) dapat menurunkan intensitas nyeri dan
subjek minum madu. grade dismenore. Minum madu juga dapat
mengurangi gangguan dismenore terhadap
aktivitas secara umum, suasana hati,
Hasil penelitian yang membandingkan kemampuan berjalan, pekerjaan, hubungan
pengaruh pemberian ekstrak Prasaplai dan dengan orang lain, tidur, dan menikmati hidup.
asam mefenamat pada mahasiswa dengan
dismenore primer menunjukkan bahwa ekstrak
Prasaplai dapat meningkatkan kualitas hidup SARAN
yang sebanding dengan asam mefenamat. Pada
penelitian tersebut digunakan kuesioner short
form-36 (SF-36) Thai version 2 untuk Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
mengevaluasi kualitas hidup berkaitan dengan kepada perempuan dengan dismenore primer
kesehatan mencakup aspek fisik dan mental.33 untuk minum madu sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Mengingat
terdapat sejumlah keterbatasan dalam
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
penelitian ini, disarankan untuk melakukan
yaitu pada penelitian madu hanya diberikan
penelitian lebih lanjut untuk membandingkan
pada satu siklus menstruasi, sedangkan pada
pengaruh pemberian madu dengan obat
penelitian pemberian suplemen tertentu
analgetik (misalnya asam mefenamat),
dilakukan lebih dari satu siklus. Pada
mengetahui pengaruh pemberian madu dalam
penelitian pengaruh pemberian bee propolis
2-6 siklus menstruasi, dan membandingkan
terhadap dismenore primer, bee propolis
khasiat sejumlah madu dari Indonesia untuk
diberikan dalam dua siklus menstruasi. 15 Pada
mengatasi dismenore primer.
penelitian lainnya tentang pengaruh pemberian
ekstrak Prasaplai terhadap kualitas hidup,
ekstrak tersebut diberikan dalam enam siklus
UCAPAN TERIMAKASIH
menstruasi.33 Oleh karena itu, penelitian ini
memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat
mengetahui efek pemberian madu dalam Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
jangka panjang atau membandingkan efek Fahira Alia Natassha yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian.