Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GINEKOLOGI

ASUHAN KEBIDANAN GENETALIA DAN PENYAKIT

Dosen Pengampu : Visti Delvina, S.ST, M.Keb

Disusun Oleh :

Fela Sartika (2115302079)


Olyvia Tifanny Syafitri (2115302087)
Niken Fadila Putri (2115302084)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS FOR DE KOCK BUKITTINGGI
PRODI D-IV KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul "Asuhan Kebidanan Genetalia dan Penyakit" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai
tugas dari mata kuliah Genekologi
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radang Genetalia Eksternal...............................................................................4


2.2 Radang Genetalia Interna...................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 SOAP...............................................................................................................13

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................16


4.2 Saran ...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sehat baik secara

fisik, mental, maupun sosial secara utuh, tidak sekedar terbebas dari penyakit

atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Pemenuhan hak kesehatan reproduksi melalui pelayanan kesehatan yang

aman, efektif, dan terjangkau antara lain yaitu reproduksi berbantu, aborsi

dengan indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas

larangan aborsi, upaya kesehatan ibu, dan kehamilan di luar cara alamiah.

Berdasarkan International Conference Population and Development

(ICPD) tahun 1994 di Kairo, pelayanan kesehatan reproduksi meliputi

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan

infeksi menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), kesehatan reproduksi

remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan

penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker

saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan

seksual, sunat perempuan, dan sebagainya.

Perilaku pemeliharaan kebersihan organ genitalia eksternal dapat

meningkatkan derajat kesehatan seorang perempuan. Cara menjaga kebersihan

organ genitalia yang benar dan dilakukan secara terus-menerus akan

bermanfaat dalam menjaga saluran reproduksi yang sehat dan terhindar dari

berbagai macam penyakit kelamin seperti kanker seviks, keputihan, iritasi

1
kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih. Kuman penyebab

infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit (Depkes, 2010).

Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan vagina agar

mencegah kuman-kuman tersebut masuk kedalam alat kelamin, yang pada

akhirnya dapat menimbulkan penyakit.

Menjaga organ reproduksi pada wanita sangatlah penting dalam upaya

kesehatan reproduksi, apabila kebersihan organ reproduksi diabaikan maka

dapat menimbulkan gangguan dan keluhan serta menimbulkan terjadinya

infeksi saluran reproduksi (Galuh, 2014). Masalah kesehatan reproduksi

wanita tidak hanya permasalahan menstruasi saja, tetapi ada beberapa

permasalahan kewanitaan lain yang juga menjadi momok tersendiri bagi kaum

hawa, mulai dari keputihan, bau tak sedap, peradangan vagina, hingga

peradangan pada kandung kemih (Widyasari, 2016). Sering kali keadaan

tersebut dapat mengganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam

aktifitas sehari-hari.

Untuk pemenuhan pelaksanaan kegiatan kesehatan reproduksi di

masyarakat, yang salah satunya adalah pencegahan dan penanganan infeksi

menular seksual, diperlukan suatu kegiatan pemeriksaan ginekologi.

Pemeriksaan ginekologi dilakukan oleh seorang dokter spesialis Obstetri dan

Ginekologi dengan menggunakan alat spekulum yang dimasukkan ke dalam

vagina untuk menampilkan kondisi di dalam rongga vagina dan serviks (leher

rahim). Dengan pemeriksaan ginekologi akan didapatkan informasi tentang

bagaimana keadaan vagina dan serviks, apakah ditemukan adanya benjolan,

adakah keputihan, adakah ditemukan erosi/perlukaan di daerah portio.

2
Pemeriksaan ginekologi juga dilakukan pada saat dilakukannya pemeriksaan

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan Pap Smear.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa Saja Radang Genetalia Eksternal ?

b. Apa Saja Radang Genetalia Interna ?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa saja radang genetalia eksternal

b. Untuk mengetahui apa saja radang genetalia interna

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radang Genetalia Eksternal

A. Bartolinis

Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis

juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.

Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai

tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada

kelamin yang memerah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan

laboratorium, vullva, dan in speculo.

Pengobatan adalah dengan memberikan antibiotika golongan

cefadroxyl 500 mg dan asam mefenamat 500 mg diminum 3×1 sesudah

makan, selama sedikitnya 5-7 hari, untuk meredakan rasa nyeri dan

pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.

B. Vaginitis

Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. vulvitis

adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Gejala

yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari

vagina (jumlah sangat banyak dan tampak kental, bau menyengat disertai

gatal- gatal dan nyeri). Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil

pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina.

Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan pap

smear. Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap

pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan. Jika

4
penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-

virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Jika akibat infeksi labia

(lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama

lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.

C. Vulva vaginitis

Vulva vaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan

vagina. Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab

atas vulva gatal tapi perlu diketahui bahwa tidak semua rasa gatal

disebabkan oleh jamur ragi.

2.2 Radang Genetalia Interna

A. Cervicitis

1. Pengertian

Servisitis (radang serviks) merupakan infeksi pada serviks

uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan

yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seks

(Manuaba,2010: 553).

Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis

servikalis. Karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya

terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi

dibanding selaput lendir vagina. Terjadinya servisitis dipermudahkan

oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.

Servisitisnya juga merupakan :

 Infeksi non spesifik dari serviks

5
 Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler (permukaan kasar ),

erosi folikuler ( kistik )

 Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior (Fauziyah,2012)

2. Penyebab

Servisitis dapat disebabkan oleh infeksi khusus seperti

gonokokus, chlamydia, trichomonas vaginalis, candida dan

mycoplasma atau disebabkan mikroorganisme endogen vagina yang

bersifat aerob dan anaerob termasuk streptokokus, enterokokus,

escherichia coli serta stapilokokus (servisitis non spesifik) (Robbins

& Cotran,2009). Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan

serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat

kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi dan lain-lain

( Fauziyah,2012).

3. Gejala Klinis

 Flour atau keputihan hebat, biasanya kental atau purulent dan

biasanya berbau.

 Sering menimbulkan erusi (erythroplaki ) pada portio yang

tampak seperti daerah merah menyala.

 Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour

yang purulent keluar dari kanalis servikalis.

 Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.

 Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam

daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini

disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar

6
serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari

luka serviks atau karena peradangan.

 Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan

gangguan kemih.

 Perdarahan saat melakukan hubungan seks (Fauziyah,2012).

4. Klasifikasi

a. Servisitis Akut

1) Pengertian

Infeksi ini dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea)

sebagai salah satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi

setelah keguguran dan persalinan disebabkan oleh

stafilokokus dan streptokokus.

2) Gejala

Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim,

pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat

menjalar ke sekitarnya.

3) Pengobatan

Pengobatan pada infeksi ini dengan memberi antibiotika

dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan

(Manuaba,2009).

b. Servisitis kronika (Menahun)

1) Pengertian

Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang

pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks

7
karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-

kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu

menyebabkan infeksi menahun (Prawirohardjo,2008).

2) Gejala

Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau

banyak, dapat terjadi perdarahan saat hubungan seks

(Manuaba,2009).

3) Pengobatan

Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan

setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks

dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan

cairan al-butil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar

dengan pisaulistrik, termokauter, mendinginkannya

(cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat

penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan

pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas

(Manuaba,2009).

B. Endometritis

1. Pengertian

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari

rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks

atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.

8
2. Gejala Klinis

 nyeri abdomen bagian bawah

 mengeluarkan keputihan (leukorea)

 kadang-kadang terjadi perdarahan

 dapat terjadi penyebaran pada meometritis, parametritis, salpingitis,

oofiritis, dapat terjadi sepsis, pembentukan pernanahan sehingga

terjadi abses pada tuba atau indung telur.

 terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan dimana bekas

implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan

terlantar dan persalinan dengan tindakan, pada saat terjadi

keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis.

3. Macam-Macam Endometritis

a. Endometritis Akut

Endometritis ini biasanya terjadi sesudah melahirkan atau abortus

(terutama abortus kriminalis) yang dapat meluas sampai ke

myometrium, dan berakhir sampai sepsis puerperalis. Abortus

yang dilakukan tanpa alas an yang layak dengan cara memasukkan

berbagai macam alat yang jauh dari standar steril, maka akan

membawa kuman masuk ke dalam cavum uteri.

b. Endometritis Kronik

Radang ini jarang dijumpai, namun biasanya terjadi pada wanita

yang masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan

basalis yang tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometrium

kronik primaria dapat terjadi sesudah menopause, dimana radang

9
tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium lain.

Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan

keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid

seperti menorhagea dan metrorrhagia.

4. Pengobatan

Pengobatan pada endometritis akut yaitu dengan terapi pemberian

uterotonika, istirahat, posisi/letak Fowler, dan pemberian antibiotika.

Pada endometritis kronik perlu dilakukan kuretase. Kuretase juga

bersifat terapeutik.

C. Miometritis

1. Pengertian

Miometritis/Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah

infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab

terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi

merupakan lanjutan dari endometritis.

2. Klasifikasi

a. Metritis Akut

Biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum.

Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang

(endometritis) dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit

ini, myometrium menunjukkan reaksi radang berupa

pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat

terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofelitis dan kadang-

kadang dapat terjadi abses.

10
b. Metritis Kronik

Diagnosa dengan uterus yang lebih besar dari biasanya, sakit

pinggang dan leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada

seseorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan

jaringan ikat akibat kelamin. Bila pengobatan terlambat akan

terjadi abses pelvic, peritonis, syok septic, dispareunia,

thrombosis vena yang dalam, emboli pulmona, infeksi pelvic

yang menahun dan penyumbatan tuba dan infertilitas.

3. Penatalaksanaan

 Tranfusi bila dibutuhkan. Berikan packed red cell.

 Antibiotik spektrum luas (Ampisilin 2 g iv / 6 jam,

Gentamisin 5 mg/kgbb dan Metronidasol 500 mg iv / 8 jam)

 Pertimbangkan pemberian profilaksi antitetanus.

D. Parametritis

1. Pengertian

Parametritis adalah peradangan pada parametrium (jaringan ikat

yang berdekatan dengan rahim).

2. Manifestasi Klinis

 suhu tinggi dengan demam menggigil

 nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum sperti muntah

 parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam

nifas

 nadi cepat

11
3. Penanganan

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan USG, biopsi endometrium

dan laparaskopi. Terapi dapat dilakukan dengan pemberian

antibiotik.

12
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 SOAP

Tempat Yankes : PMB Sri Kusuma Wardani, SST


Tgl/Pukul Masuk :29 januari 2022

A. DATA SUBJEKTIF
1. BIODATA
Nama ibu : Ny. R Nama Suami : Tn.R
Umur : 29 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Lintas Alamat : Jl. Lintas
No. Hp : 0274653XXX No. Hp :0274653XXX

Keluhan Utama : Ibu mengatakan sudah 2 hari badan panas dingin, nyeri perut bagian
bawah, pagi ini keliuar darah kotor dari vagina bau busuk seperti nanah. ibu melahirkan
pada tanggal 24 januari 2022 perdarahan normal, ibu melahirkan ditolong oleh dukun
tidak dampingi tenaga kesehatan.
2. RIWAYAT PENYAKIT LALU
Ibu belum pernah mengalami infeksi sebelumnya, ibu juga tidak mengalami pecah
ketuban sebelum waktunya.
3. RIWAYAT KEHAMILAN
Selama hamil pernah mengalami keputihan berbau menyengat atau berwarna kuning
kehijauan.

4. RIWAYAT PERSALINAN, NIFAS YANG LALU


No Tgl/ Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan

13
Thn Kehami anak
Partus Persalinan Persalinan sekarang
Partus lan
Laki- sehat
Tidak
1. 2022 rumah aterm normal dukun laki /
ada
3kg

5. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


Pola seksual ibu mengatakan sakit saat berhubungan seksual pada daerah panggul.
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Composmentis
b. TTV :
- TD : 90/60 mmHg
- Suhu : 39oC
- P : 24x/menit
- N :110 x/menit
c. Mata
- Sklera : Tidak Ikterik
- Konjungtiva : pucat
d. Muka : Tidak terdapat udema
e. Payudara: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Abdomen: Bekas operasi tidak ada
g. Ekstremitas : Tidak mengalami Udema
2. Palpasi
TFU : setinggi pusat. ( pertengahan sympisis pusat)
Abdomen : Nyeri tekan dan terasa sakit pada perut bagian bawah. kontraksi lemah
3. Ano-Genitalia :
Lochea busuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HB : 10,4 gr%
Golongan darah : O
C. ASSESMENT

14
1. Ibu : P1 A 0 H 1 , postpartum hari ke 5 dengan metritis
Masalah : keluar darah banyak dan berbau, perut semakin nyeri dan demam
D. PLAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi saat ini, dan meminta inform
consent untuk merujuk
2. berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas dari demam selam 48 jam.
- ampicilin 2gr IV setiap 6 jam
- gentamicin 5mg/kg BB secara IV tiap 24 jam
- metronidazol 500mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
- antibiotika oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan
3. jika diduga ada sisa plasenta lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa
kotiledon
4. memasang infus RL dengan 20 tetes/i
5. menganjurkan pada ibu untuk minum 8 gelas/hari
6. menganjurkan makan yang cukup dengan gizi yang baik
7. mengobservasi perdarahan
8. menganjurkan istirahat yang cukup
9. mempersiapkan ibu untuk dilakukan rujukan

15
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia

interna, yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang

endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara

perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara homogen ataupun akibat penularan

secara hubungan seksual. Salah satu infeksinya adalah cervicitis, endometritis,

miometritis, dan parametritis.

4.2. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami materi tentang asuhan

kebidanan Ginekologi dan Penyakit maternal dan neonatal sehingga mahasiwa

dapat mempraktikkan sesuai dengan standar yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakiy Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG

Ralph, C. Benson, dkk. 2018. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Bina
Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A plus Books

Scoot, J. 2012. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Supriyadi, Teddy, dkk. 2014. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :


ECG

Anda mungkin juga menyukai