Anda di halaman 1dari 102

Versi/Revisi Tanggal Berlaku Kode Dokumen

: 1/3 : 7 Maret 2011 : BP-P-BSPTPI-FK-3.5.15

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BLOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN PENYAKIT INFEKSI

oleh :
TIM BLOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN PENYAKIT INFEKSI

SEMESTER II

YOGYAKARTA 2011

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Edisi Pertama, Cetakan I, Maret 2006 Edisi Pertama, Cetakan II, Maret 2007 Edisi Pertama, Cetakan III, Maret 2008 Edisi Pertama, Cetakan IV, Maret 2009 Edisi Pertama, Cetakan V, Maret 2010 Edisi Pertama, Cetakan VI, Maret 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584 Telp. (0274) 898444 Fax. (0274) 898444 http://medicine.uii.ac.id Dicetak : 2 Maret 2011 Hak Cipta 2006 pada FK-UII dilindungi undang-undang

[ ii ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan ucapan alhamdulillah wa syukrulillah karena atas rahmat dan inayah-Nya maka buku panduan praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku panduan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan penunjang dalam blok yang bertujuan agar mahasiswa semakin mendalami materi yang telah dipelajari melalui kuliah atau diskusi tutorial, disamping melatih keterampilan praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum yang mendukung blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi terdiri atas praktikum Histologi, Patologi Klinik, Mikrobiologi, Parasitologi dan Patologi Anatomi. Semua kegiatan praktikum harus diikuti oleh mahasiswa sebaik-baiknya agar betul-betul menguasai materi yang diberikan dan memperoleh tanda lulus dari tiap-tiap departemen penyelenggara. Tanda lulus tersebut secara administratif merupakan syarat mengikuti ujian akhir blok. Adapun syarat memperoleh tanda lulus tersebut akan dijelaskan secara rinci oleh masingmasing departemen penyelenggara. Selamat mempelajari buku panduan ini, semoga bermanfaat. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. . Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, Maret 2011 Penyusun

Fakultas Kedokteran UII

[ iii ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Visi : Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan (keunggulan), risalah Islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran yang berkualitas di negara-negara maju.

Misi : FK UII sebagai Fakultas Kedokteran yang bermutu menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat, menguasai ilmu ke-Islaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islami serta berdaya saing tinggi, memiliki keunggulan dalam keislaman, kelimuan, kepemimpinan, keahlian, kemandirian dan profesionalisme.

[ iv ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

DAFTAR ISI
Halaman Sampul --------------------------------------------------------------- i Kata Pengantar -----------------------------------------------------------------iii Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------v Tim Blok --------------------------------------------------------------------------vi Praktikum Histologi ------------------------------------------------------------1 Praktikum Patologi Klinik -----------------------------------------------------23 Praktikum Mikrobiologi --------------------------------------------------------37 Praktikum Parasitologi --------------------------------------------------------55 Praktikum Patologi Anatomi -------------------------------------------------89 Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------95

Fakultas Kedokteran UII

[v]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

TIM BLOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN PENYAKIT INFEKSI TA 2010-2011


Penanggung jawab Ketua Anggota : : : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dr. Siti Istianah, M.Sc 1. dr. Hj. Linda Rosita, M.Kes, Sp.PK 2. dr. Hj. Utami Mulyaningrum, M.Sc 3. dr. Hj. Betty Ekawati Suryaningsih, Sp.KK 4. dr. Shofyatul Yumna Triana, M.Sc., M.ClinSc (Horn) 5. dr. Umatul Khoiriyah, MMedEd 6. dr. Asri Hendrawati

[ vi ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM

HISTOLOGI

Fakultas Kedokteran UII

[1]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[2]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

JARINGAN EPITEL
Jaringan adalah kelompok sel yang serupa secara struktural. Jaringan Epitel mempunyai susunan yang rapat, dan terikat pada membrana basalis (disatu sisi), dan sisi epitelium yang lain umumnya bersifat bebas dan menghadap cairan atau udara. Jaringan epitel ada dua yaitu epitel penutup atau pelapis dan epitel glandular atau kelenjar. Apa fungsi sel epitel pipih ini? 1. Epithelium simplex squamosum / epitel selapis pipih Organ yang dipakai : REN, pada corpusculum renale Teknik pewamaan : Hematoksilin-eosin (HE) Perhatikan : Pada cortex renale, bangunan bulat-bulat yang dikenal sebagai cospusculum renale. Capsula glomeruli paries extema pada corpusculum renale. Epitel berbentuk pipih selapis dengan nucleus pipih.

1 2 3 4 4 2

Gambar 1.HE Corpusculum renale dan tubulus ginjal 1.corpusculum renale 2. epitel pipih selapis, yang melekat pada membrana basalis 3. tubulus ginjal 4. epitel kuboid selapis 5. membrana basalis

Fakultas Kedokteran UII

[3]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

2.

Epithelium stratificatum squamosum noncornificatum / epitel berlapis pipih tidak menanduk Organ yang dipakai : Esofagus pada bagian tunica mucosa Teknik pewamaan : HE Perhatikan : Tunica mucosa yang membatasi lumen esofagus terdiri atas sel epite! yang berlapis-lapis. Jika diperhatikan secara keseluruhan, maka epitel tersusun oleh 3 lapisan. Stratum superficial / lapisan permukaan membatasi rongga usus (sel-sel nya dan nucleus berbentuk pipih) Stratum intermedium / lapisan tengah dengan sel-sel berbentuk polihedral (bersudut banyak). Stratum basale / lapisan dasar dengan sel-sel kuboid atau kolumner rendah, bersandar pada membrana basalis.

4 3 2 1 6
Gambar 2.pewarnaan HE Esofagus 1.lapisan superficial 2.lapisan intermedium 3.stratum basale 4.membrana basalis 5.jaringan ikat longgar 6. lumen

[4]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Epithelium stratificatum squamosum cornificatum / epitel berlapis pipih menanduk Organ yang dipakai : Kulit telapak tangan Teknik pewamaan : HE Perhatikan : Jika diperhatikan secara keseluruhan, maka epitel tersusun oleh 3 lapisan. Stratum korneum, paling luar tampak penandukan, tanpa ada sel. Dibawahnya tampak berbentuk pipih dengan nucleus berbentuk pipih Lapisan tengah dengan sel-sel berbentuk polihedral (bersudut banyak). Stratum basale / lapisan dasar dengan sel-sel kuboid atau kolumner rendah, bersandar pada membrana basalis.

1 2 3 4,5 6
Gambar.3. pewarnaan HE Kulit telapak tangan 1.lapisan korneum 2.lapisan superficial 3.lapisan intermedium 4.stratum basale 5.membrana basalis 6.jaringan ikat longgar

Fakultas Kedokteran UII

[5]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

4.

Epithelium pseudostratificatum columnare / epitel semu berlapis kolumner Organ yang dipakai : Testis pada ductus epididymidis Teknik pewamaan : HE Perhatikan : Ductus epididymidis merupakan saluran kecil-kecil dilapisi epitel pseudostratificatum columnare. Deretan sel epitel yang sebenamya satu lapis, namun karena ukuran tinggi sel tidak sama, maka tampak seakan-akan berlapis, lebih-Iebih jika diperhatikan letak nucleus yang berbeda-beda. Semua sel epitel berbentuk kolumner bersandar pada membrana basalis, namun tidak semua sel mencapai lumen ductus.

1 2 3 4

Epithelium stratificatum columnare / epitel berlapis kolumner No. Sediaan : E-7 5 Organ yang dipakai : Palpebra pada fornix conjunctivae Teknik pewamaan : HE Perhatikan - Carilah fornix conjunctivae palpebrae yang dilapisi sel epitel berlapis-Iapis Gambar aksis inti tegak berbentuk kolumner, memiliki inti berbentuk oval dengan 4. pewarnaan HE lurus permukaan epitel. Letak inti lebih dekat pada bagian basal sel. Epitel duktus epididimidis - Stratum intermedium terdiri atas sel berbentuk poligonal, dengan inti 1.stereosilia bulat. 2.sitoplasma sel epitel - Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kuboid atau kolumner 3.inti sel seperti berlapis, sebenarnya karena tingginya rendah.
tidak sama 4.membrana basalis 5.lumen bersisi spermatozoa

[6]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

5.

Epithelium stratificatum columnare / epitel berlapis kolumner Organ yang dipakai : Palpebra pada fornix conjunctivae Teknik pewamaan : HE Perhatikan Fornix conjunctivae palpebrae yang dilapisi sel epitel berlapis-Iapis berbentuk kolumner, memiliki inti berbentuk oval dengan aksis inti tegak lurus permukaan epitel. Letak inti lebih dekat pada bagian basal sel. Stratum intermedium terdiri atas sel berbentuk poligonal, dengan inti bulat. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kuboid atau kolumner rendah.

2
Gambar 5. pewarnaan HE Konjungtiva palpebra 1.epitel kolumner berlapis 2.sisi konjungtiva

Fakultas Kedokteran UII

[7]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

6.

Epithelium simplex columner / epitel selapis kolumer Teknik pewamaan : HE Perhatikan : Tunica mucosa yang membatasi lumen intestinum tenue. Tunica mucosa berbentuk tonjolan seperti jari yang disebut villi intestinalis. Permukaan villi intestinalis dilapisi sederetan sel, seragam ukurannya, membentuk epithelium simplex columnare, berbentuk bujur telur dengan aksis tegak lurus membrana basalis. Microvilli pada permukaan sel epitel merupakan tonjolan sel epitel Excrinocytus caliciformis atau sel piala tampak di antara sel epitel. Sel piala merupakan modifikasi sel epitel kolumner, mengandung mucin yang dengan teknik pewamaan HE tampak jernih, tidak terwarnai.

1 2 3 .

Gambar.6. pewarnaan PAS Villi intestinalis 1.sitoplasma sel epitel kolumner 2.deretan inti sel epitel (tampak lebih ungu) 3.membrana basalis(tempat melekat epitel) 4. jaringan ikat

[8]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Keterangan : Simplek : selapis Stratifikatum : berlapis Squamosum : pipih Kornifikatum : menanduk(punya lapisan korneum) Stratum : lapisan Pseudostratifikatum : Seperti berlapis (tampak 2 lapisan intisel, tetapi berasal dari satu lapisan epitel yang tidak sama tingginya) Epitel Epitelium simplek squamosum Epitelium simplek kuboideum Epitel simplek kolumner Epitel stratifikatum squamosum kornifikatum Bentuk inti pipih bulat Contoh organ Endotel kapiler, capsula glomeruli paries eksterna Glandula tiroid, tubulus ginjal Intestinum tenue Kulit Fungsi Melapisi dinding kapiler, melapisi dinding kapsula Menghasilkan hormon tirosin, reabsorbsi calon urin Absorbsi makanan Proteksi, pelapis kulit Gambar 1. 1.

kolum - stratum koneum : tidak tampak inti sel - stratum superficial : sel-sel inti pipih - stratum intermedium sel-sel bentuk polihedral inti bulat - stratum basale : selsel kuboid/ kolumer - sama diatas, hanya tidak terdapat stratum korneum Kolumner Kolumner yang berlapis

6. 3.

Epitel stratifikatum squamosum non kornifikatum Epitel Pseudo stratifikatum Epitel stratifikatum kolumner

Esofagus Duktus epididimidis Kelopak mata

Melapisi esofagus Absorbsi sisa sperma Melapisi kelopak mata

2. 4. 5.

Fakultas Kedokteran UII

[9]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

ORGAN LIMFOID
Tubuh kita senantiasa terpapar oleh benda asing, bakteri , virus dll, yang dapat merusak sel tubuh kita. Akan tetapi tubuh kita mampu melawannya. Siapa yang berperan dalam hal ini ? Sel apa saja? Organ yang mana yang berperan? 1. Nodus Lymphaticus Teknik pewarnaan : HE Perhatikan : a. capsula : Jaringan ikat ini mengandung: serabut-serabut kolagen. vasa lymphatica afferentia b. hilum : serabut kolagen tampak lebih tebal. c. cortex : disini terdapat banyak noduli lymphatici yang berderet-deret. Noduli limphatici merupakan kumpulan padat limfosit Di pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat limfosit B berproliferasi dan differensiasi menjadi sel plasma) d. trabeculae : berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli limphatici dan medulla. e. paracortex antara cortex dan medulla, tempat limfosit T f. medulla, lebih kedalam berwarna lebih pucat g. sinus lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik afferens.). Ada berbagai jenis: sinus lymphaticus capsularis (marginalis) : dibawah capsula sinus corticalis : di sepanjang trabeculla sinus medullaris : di medulla

2 3 4
Gambar.2.6. pewarnaan HE Nodus Limfatikus 1.kortek terdiri atas noduli limfatici-noduli limfatci 2. hilus, tempat keluar pembuluh darah dan limfe 3. paracortex 4. medula

[ 10 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

2.

Lien atau Spleen Pewarnaan : HE Perhatikan pada sediaan limfa ini: a. Selubung: tunica serosa : epitel ppipih selapis tunica fibrosa : mengandung serabut kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah sebagai trabecula b. Isi : Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis: Pulpa alba : tampak sebagai kelompok berpadatan, kebiru-biruan Arteria centralis terdapat dekat pusat pulpa alba. Pulpa rubra : tampak sebagai jaringan tidak teratur.

1 2 3

Gambar.2.7. pewarnaan HE Limfa 1.pulpa alba 2.arteri sentralis 3.pulpa rubra

Fakultas Kedokteran UII

[ 11 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Thymus Pewarnaan : HE Perhatikan : a. capsula : berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus thymi b. cortex : penuh dengan limfositus thymicus atau thymocytus, berpadatan, kebiru-biruan. Merupakan tempat produksi limfosit c. medulla : berwarna lebih pucat.limfositus lebih sedikit banyak limfoblastus dan retikulositus terdapat corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung: sel epitel teratur konsentris. cellula gigantica atau sel raksasa.

1 2 3 5 4 6

Gambar.2.8. pewarnaan HE Timus 1.kortek 2.capsula 3.medulla 4.1 lobulus 5.badan hasal 6.trabekula

[ 12 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

4.

Tonsil Pewarnaan : HE Perhatikan: a. capsula : berupa jaringan ikat sebagai pembungkus, capsula membentuk septum internodulare ke arah pusat. b. epithelium squamosum stratificatum : melapisi permukaan bebas. banyak mengalami infiltrasi oleh limfosit berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris. c. noduli lymphatici : bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris

3 1 2

Gambar.2.9.pewarnaan HE Tonsil 1.noduli limfatici 2.kripta 3.epitel gepeng berlapis

Fakultas Kedokteran UII

[ 13 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

5.

Sumsum Tulang Teknik pewarnaan : HE Perhatikan : Textus connectivus reticularis sebagai jaringan dasar yang dengan pewarnaan HE serabutnya tidak tampak. Megakariosit merupakan sel raksasa dengan nucleus relatif besar, dan sitoplasma berwama merah Normoblas memiliki sitoplasma berwarna kemerah-merahan, nucleus biru letak di tengah. Haemocytoblastus, adipocytus.

1 2 1 3 3

Gambar 1.10.pewarnaan HE Sum-sum tulang 1.sel lemak 2.megakariosit 3.normoblas dan mieloblas

[ 14 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Keterangan Noduli limfatici : adalah kumpulan sel-sel limfosit, dipusat terdapat sentrum germinale(tampak lebih pucat). Pada sentrum germinale limfosit B mengalami proliferasi/deferensisasi menjadi sel plasma. Organ Limfoid Nodus limfatikus Lokasi Di ketiak, selangkangan,le her, plak peyeri diusus (tanpa capsula),dll Diantara paru, sesudah pubertas involusi Fungsi Penyaringan benda asing sebelum ke sirkulasi Susunan Capsula (jaringan ikat & vasa limfatika) hilum dan trabekula Kortek (deretan noduli limfatici) Paracortex : Limfosit T medula (jaringan limfoid, sel plasma, makrofag) Capsula Kortek : kumpulan sel limfosit, makrofag Medulla : limfoblas, retikulosit Corpusculum thymikum /badan hasal Capsula berlanjut trabekula Pulpa alba : limfosit Pulpa rubra : sel darah, retikulosit, makrofag, sel plasma

1.

2.

Timus Bentuknya Berlobuslobus Limpa

Komponen sistem pertahanan tubuh Penyaringan benda asing dari darah, Penghancur trombosit, eritrosit tua /cacat Komponen sistem pertahanan tubuh Tempat pembentukan sel-sel darah

3.

Di abdomen kiri atas.

4.

5.

Tonsil Bentuk permukaan Berlekuklekuk Sum-sum tulang

Di mulut

Banyak noduli limfatici Dipermukaannya epitel stratifikatum squamosum

Didalam tulang

Calon sel-sel darah diantara sel-sel lemak Megakariosit : calon trombosit Normoblas calon eritrosit Mieoloblas calon lekosit polimorfonuklear

KOMPONEN PENILAIAN PRAKTIKUM HISTOLOGI Pre-test 40% Post-test 60% Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum Histologi apabila total keseluruhan nilai praktikum histologi 60 % Kelulusan dalam praktikum Histologi sebagai salah satu syarat keluarnya nilai blok

Fakultas Kedokteran UII

[ 15 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM HISTOLOGI BLOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN PENYAKIT INFEKSI
JARINGAN EPITEL
1. Epithelium simplex squamosum / epitel selapis pipih Gambarlah capsula glomeruli pars externa pada corpusculum renale.yang dilapisi oleh 1. Epitel berbentuk pipih selapis dengan nucleus pipih melekat pada 2.membrana basalis Gambar juga glomerulusnya.

2.

Epithelium simplex cuboideum / epitel selapis kuboid Gambarlah satu folikel Glandula thyroidea dengan massa koloid disusun oleh1. sel epitel berbentuk kuboid selapis memiliki sebuah nucleus berbentuk bulat, terletak di pusat sel. melekat pada 2.membrana basalis

[ 16 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Epithelium simplex columner / epitel selapis kolumer Gambarlah satu tonjolan seperti jari yang disebut villi intestinalis dilapisi sederetan sel, seragam ukurannya, membentuk epithelium simplex columnare,tegak lurus membrana basalis. Dengan microvilli diantaranya ada sel piala mengandung mucin tampak jernih, tidak terwarnai.

4.

Epithelium stratificatum squamosum noncornificatum Gambarlah sederetan sel epitel dengan Stratum superficial ( sel-sel nya dan nucleus berbentuk pipih) Stratum intermedium sel-sel berbentuk polihedral (bersudut banyak). Stratum basale (sel kuboid /kolumner rendah) membrana basalis.

Fakultas Kedokteran UII

[ 17 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

5.

Epithelium stratificatum squamosum cornificatum Gambarlah sederetan sel epitel Stratum korneum, paling luar tampak penandukan, tanpa ada sel. Stratum superficial (sel pipih dengan nucleus berbentuk pipih) Lapisan tengah dengan sel-sel berbentuk polihedral (bersudut banyak). Stratum basale (sel kuboid atau kolumner rendah, bersandar pada membrana basalis.

6.

Epithelium transitionale Gambarlah sederetan sel epitel Stratum superficial, terdiri atas sel berbentuk pipih. Stratum intermedium sel berbentuk seperti buah 'peer' Stratum basale (sel kuboid) bersandar membrana basalis

[ 18 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM HISTOLOGI BLOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN PENYAKIT INFEKSI
SISTEM LIMFATIKA
1. Sumsum Tulang Gambarlah dengan perbesaran 40 X10 dan tunjukkan Jaringan tulang, Megakariosit, normablastus, adiposit.

2.

Nodus Lymphaticum Gambarlah dengan perbesaran 10 X10 dan tunjukkan capsula, hilum, cortex, dengan noduli limphatici (kumpulan limfosit) sentrum germinale, trabecula, dan medulla

Fakultas Kedokteran UII

[ 19 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Lien atau Spleen Gambarlah dengan perbesaran 10 X10 dan tunjukkan tunika serosa, tunika fibrosa, pulpa alba dengan limfosit yang padat, arteri centralis dan pulpa rubra berisi misalnya sel darah, sel makrofag

4.

Thymus Gambarlah dengan perbesaran 10 X10 dan tunjukkan, septum interlobulare, lobus thymi, kortek yang penuh limfositus thymicus, medulla dengan corpusculum thymicum Corpusculum thymicum lebih jelas dengan perbesaran 40 X10

[ 20 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

5.

TONSILLA PALATINA atau ADENOIDEA Gambarlah dengan perbesaran 10 X10 dan tunjukkan, epitel squamosum stratificatum, crypta tonsilaris, dan noduli lymphatici

Fakultas Kedokteran UII

[ 21 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 22 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM

PAT. KLINIK

Fakultas Kedokteran UII

[ 23 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 24 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PENGANTAR PRAKTIKUM HEMATOLOGI


Pendahuluan Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh dokter dalam mengelola seorang pasien, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kegunaan pemeriksaan laboratorium antara lain adalah: 1) menegakkan atau menyingkirkan suatu diagnosis penyakit, 2) sebagai guidelines dalam terapi pasien, 3) menetapkan prognosis suatu penyakit, 4) sebagai alat skrining terhadap suatu penyakit, 5) memonitor hasil terapi Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain : kadar Hb, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, kecepatan enap darah (KED), hitung eritrosit, hitung trombosit, retikulosit, hematokrit, sediaan apus dan pemeriksaan hemostasis. Pada Blok Sistem Pertahanan Tubuh dan Penyakit Infeksi ini akan dilakukan pemeriksaan hematologi yang akan dilakukan adalah hitung jumlah lekosit (AL), hitung jenis lekosit (HJL) dan Kecepatan Enap darah (KED). Petanda laboratorium yang diyakini sebagai tanda adanya infeksi adalah pemeriksaan lekosit. Pemeriksaan lekosit meliputi jumlah (AL), jenis lekosit (HJL), rasio imatur dan matur sel lekosit. Ada petanda infeksi lain misalnya pemeriksaan terhadap beberapa protein fase akut misalnya: CRP (C-reactive protein) dan Procalcitonin (PCT). Supaya hasil pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk kepentingan klinik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : persiapan (penderita dan alat), cara pengambilan dan pengumpulan spesimen, cara pengiriman spesimen bila spesimen akan dirujuk. Lekosit Lekosit adalah salah satu jenis sel darah, yang memiliki peran utama sebagai pertahanan tubuh. Lekosit juga merupakan salah satu komponen dalam sistem imun non spesifik yang berperan pada awal terjadinya infeksi. Kecepatan Enap Darah Kecepatan Enap Darah merupakan petanda infeksi kronis yang telah lama dikenal, walaupun memiliki beberapa kelemahan karena dipengaruhi jumlah dan ukuran eritrosit Peralatan untuk Praktikum 1. a. Pemeriksaan Jumlah Lekosit (AL) Pipet lekosit

Merupakan sebuah pipa kapiler yang bergaris-bagi dan membesar pada salah satu ujung menjadi bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca putih. Pada batang kapiler terdapat garis-garis yang bertandakan 0,5 dan 1,0, sedangkan garis di atas bola diberi angka 11. Angka-angka tersebut hanya menandakan derajat pengenceran yang terjadi, bukan volume mutlak.

Fakultas Kedokteran UII

[ 25 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Gb. 1. Pipet untuk pemeriksaan hematologi b. Bilik hitung

Bilik hitung terdiri dari beberapa jenis. Yang dipakai di sini adakah Improved Neubauer.

Gb.2. Bilik Hitung Improved Neubauer Pada bilik hitung Improved Neubauer terdapat bidang besar yang bergaris bagi. Luas seluruh 2 bidang tersebut adalah 9 mm , dan bidang itu dibagi menjadi 9 kotak besar yang luasnya masing-masing 1 mm2. Ke-4 kotak besar di sudut masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak sedang, yang luasnya 1/4x1/4 mm2. Kotak besar yang letaknya di tengah dibagi menjadi 25 kotak, dan tiap kotak itu dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil, yang masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi bilik hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris dengan kaca

[ 26 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

penutup yang terpasang adalh 1/10 mm. Maka volume tiap-tiap kotak yang sudah disebut di atas menjadi sbb.: 1 kotak kecil = 1/20x1/20x1/10 = 1/4000 mm3 1 kotak sedang = 1/4x1/4x1/10 = 1/160 mm3 1 kotak besar = 1 x1 x1/10 = 1/10 mm3 seluruh bidang = 3 x3 x1/10 = 9/10 mm3 c. d. 2. Gelas tutup, merupakan gelas tipis berukuran 2,5x2,5 cm2 Mikroskop Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit (HJL)

Pemeriksaan Peralatan yang dipakai hanyalah gelas obyek, yaitu gelas dengan ukuran 75x25 mm2, mikroskop, dan cat (yang dipakai Wright) 3. Pemeriksaan Kecepatan Enap Darah (KED)

Ada 2 macam tabung : a. Tabung Westergren (yang akan dipakai dalam praktikum) Panjang pipa ini kira-kira 300 mm, dan diameter di dalamnya 2,5 mm. Pipa ini mempunyai skala 0-200 mm. Diperlukan statif untuk menegakkan tabung ini. b. Tabung Wintrobe Tabung ini dibuat dari kaca tebal, panjangnya kira-kira 12 cm, diameter dalam tabung 2,5 mm. Mempunyai skala 0-100 mm. Pengambilan dan Pengumpulan Spesimen Untuk pemeriksaan hematologi, biasanya dipakai darah kapiler atau darah vena. Sebelum pengambilan sampel, persiapkan dulu semua alat yang diperlukan. Darah Kapiler Pada orang dewasa, biasanya darah diambil dari ujung jari atau anak daun telinga, sedangkan pada bayi dan anak kecil, boleh juga tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih untuk pengambilan darah tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah, misalnya sianosis atau pucat. Darah vena Pengambilan darah melalui vena disebut juga pungsi vena (vena punction). Pada orang dewasa, lokasi pengambilan biasanya salah satu vena dalam fossa cubiti, sedangakan pada bayi dipakai vena jugularis superficialis atau darah dari sinus sagitalis posterior. Cara melakukan pungsi vena akan dipelajari dalam Blok Darah. Antikoagulansia untuk Pemeriksaan Hematologi Antikoagulansia merupakan zat yang dapat mencegah pembekuan darah. Ada beberapa macam antikoagulansia, namun tidak semuanya dapat dipakai, karena ada yang dapat mempengaruhi bentuk eritrosit dan lekosit yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulansia yang biasa dipakai adalah : 1. EDTA (Ethylenediaminetetraacetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk eritrosit, dan tidak juga terhadap bentuk lekosit. EDTA juga mencegah penggumpalan trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan pemebekuan 1 ml darah

Fakultas Kedokteran UII

[ 27 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

2. 3.

Heparin, berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan lekosit. Dalam praktek sehari-hari heparin jarang dipakai karena hargannya relatif mahal. Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya 10 ml darah. Natrium sitrat dalam larutan 3.8%, yaitu larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk pemeriksaan KED metode Westergren.

[ 28 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

MATERI PRAKTIKUM
HITUNG JUMLAH LEKOSIT (AL) Hitung Iekosit menyatakan jumlah sel-sel Iekosit per liter darah (System International Units = SI units) atau per 1 mmk darah (Unit konvensional). Nilai normalnya untuk 9 Dewasa: 4 -11 x 10 per L atau 4.000 -11.000/mmk. Bayi baru lahir : 10.0 30.0 (x 109/L), Anak dibawah 1 tahun : 6.0 17.0 (x 109/L) Untuk penetapan hitung Iekosit ada 2 metode, manual dan automatik. Pada umumnya metode automatik belum digunakan secara umum, mungkin baru di laboratorium besar sehingga cara manual masih memegang peranan penting dan merupakan kompetensi sebagai dokter umum. Metode Manual Dasar: Darah diencerkan dengan larutan asam lemah maka sel-sel eritrosit akan mengalami hemolisis serta darah menjadi encer, sehingga tinggallah sel-sel lekosit sehingga lebih mudah dihitung. Peralatan dan Pereaksi : Larutan pengencer dapat digunakan salah satu larutan berikut : 1. Turk : asam asetat glasial 3 ml gentian violet 1% 1 ml akuades 100 ml 2. HCL 1% 3. Asam asetat 2 % 4. Pipet Iekosit 5. Bilik hitung improved Neubauer dengan kaca tutupnya. 6. Mikroskop cahaya. Spesimen : darah EDTA atau darah kapiler. Cara kerja : 1. Pengencer darah : Dengan pipet Iekosit darah dihisap sampai tanda 0.5, bila lebih Ietakkan ujung pipet pada bahan yang tidak mmeresap, misal kuku/plastik sampai darah tepat pada tanda 0.5. Bersihkan bagian ujung luar pipet tersebut dari darah dengan kapas kering/tissue. Kemudian hisaplah larutan pengencer sampai tanda 11 (pengenceran 1 :20). Peganglah pipet Iekosit tersebut sedemikian rupa sehingga kedua ujung pipet terIetak di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Kocoklah selama 3 menit, agar semua eritrosit hemolisis. 2. Bersihkan bilik hitung dan kaca penutupnya dengan etanol 95%. Pasanglah penutupnya pada tempatnya. 3. Pengisian bilik hitung : Peganglah pangkal pipet dengan jari telunjuk, dan buanglah 4 tetes pertama dan letakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup dengan bilik sebelah atas sekaligus. Isikan ke dalam bilik hitung tersebut pada tetesan yang kelima dan biarkan selama 3 menit agar lekosit mengendap dalam bilik hitung . Pada pengisian bilik hitung yang perlu dihindari : terlalu banyak cairan sehingga mengisi parit bilik hitung, bilik hitung tidak terisi sepenuhnya, terdapat gelembung udara atau kotoran di dalam bilik hitung.

Fakultas Kedokteran UII

[ 29 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Cara menghitung : Letakkan bilik hitung tersebut di bawah mikroskop, gunakanlah perbesaran lemah (obyektif 10x). Carilah ke 4 kotak besar pada sudut-sudut bilik hitung di mana setiap kotak besar terbagi menjadi 16 kotak kecil. Lihat Gambar 1.

Gambar 1. Hitunglah sel-sel Iekosit pada ke-4 kotak besar bilik hitung. Pada setiap kotak sel-sel yang menempel pada sisi kiri/atas ikut dihitung sedang yang menempel di sisi kanan/bawah tidak dihitung. Hitung Lekosit/mmk = jumlah sel yang dihitung = volume yang dihitung jumlah sel yang dihitung = 0.4 Selain menggunakan Bilik Hitung, untuk menghitung lekosit dapat menggunakan perhitungan kasar dengan sediaan apus darah. Adapun estimasi tersebut adalah: Taksiran kasar/kesan jumlah per lapangan pandang perbesaran lemah (40x) 2-4 per LP 4-7 ribu / mmk 4-6 per LP 7-10 ribu / mmk 6-10 per LP 10-13 ribu / mmk 10-20 per LP 13-18 ribu / mmk > 20 per LP >18 ribu / mmk Jumlah lekosit diatas nilai normal disebut lekositosis, dan sebaliknya Lekopeni adalah jumlah lekosit dibawah normal. Lekositosis dapat ditemukan pada keadaan: i. Infeksi akut karena bacterial (biasanya disertai demam) ii. Perdarahan, hemolisis dan penyakit mieloproliperatif iii. Keracunan: eklamsia, asidosis, uremia, dan obat iv. Keganasan darah x 20

x pengenceran

[ 30 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Lekopeni dapat ditemukan pada keadaan: 1. Infeksi viral 2. Pengaruh obat-obatan: sulfa dan antibiotika 3. Radiasi 4. Penyakit hematologi: anemia aplastik

Sumber Kesalahan : 1. Alat : a. pipet kotor dan basah sehingga volume darah tidak tepat. b. bilik hitung kotor atau berminyak megakibatkan ketidaktepatan dan kesulitan menghitung. 2. Teknis : a. volume darah tidak tepat, oleh karena tanpa dibilas atau darah yang menempel di luar pipet tidak dibersihkan. b. tidak cocok sewaktu pengenceran. c. pengisian bilik hitung tidak benar. d. kesalahan cara ini 15% e. kelambatan menghitung setelah siap dalam bilik hitung, sehingga terjadi penguapan dan perhitungan tidak tepat. 3. Spesimen : a. jumlah sel yang dihitung terlalu sedikit dalam ke-4 kotak besar dari bilik hitung, pengencerannya diperkecil (darah dihisap sampai tanda angka 1) b. jumlah sel yang dihitung terlalu tinggi, pengencerannya diperbesar kalau perlu menggunakan pipet eritrosit.

Fakultas Kedokteran UII

[ 31 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

HITUNG JENIS LEKOSIT (HJL) Hitung jenis lekosit dilakukan untuk menetapkan persentase jenis lekosit yang ada di dalam darah per 100 lekosit yang ditemukan. Pada waktu yang sama juga dilakukan pemeriksaan morfologi eritrosit, lekosit dan trombosit. Selain itu juga dibuat taksiran kasar terhadap hitung lekosit dan trombosit. Pemeriksaan ini dapat juga digunakan untuk menaksir kandungan hemoglobin, ukuran, bentuk, serta struktur eritrosit. Pemeriksaan HJL sering disebut hemogram, difftel dan diffcount. Selain hitung jumlah lekosit, pemeriksaan HJL juga dapat mencerminkan terjadinya infeksi dan jenis infeksi. Infeksi akut biasanya terjadi peningkatan jumlah jenis lekosit muda (pergeseran ke kiri/shift to the left), pada infeksi kronis selalu terjadi peningkatan jumlah jenis lekosit tua (pergeseran ke kanan/shift to the right).

Shift to the left

Shift to the right

Hitung jenis lekosit biasanya dilakukan pada sediaan apus yang dibuat pada kaca obyek dengan pewarnaan tertentu. Peralatan dan pereaksi : 1. Kaca obyek dan kaca penutup 2. Batang pengaduk dari gelas 3. Rak pengamat 4. Pipet Pasteur 5. Regensia yang dipakai (Cat Romanowsky) Wright Leishman May Grunwald Giemsa (tdk dianjurkan WHO) 6. Cat Wright : (yang dipakai dalam praktikum ini) Bubuk cat Wright 1.0 g Methanol absolut 600 ml Penambahan methanol sedikit demi sedikit sambil dikocok dengan butiran gelas 10-20 butir. Tutuplah rapat agar tidak terjadi penguapan dan disimpan di tempat gelap selama 2-3 minggu, sambil sering dikocok. Sebelum digunakan hendaknya disaring terlebih dahulu. 7. Larutan penyangga fosfat pH 6,4 : KH2PO4 6.63 g Na2HPO4 2.56 g Akuades sampai 1000 ml

[ 32 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

8. 9.

Methanol Minyak imersi

Spesimen : Darah kapiler atau darah EDTA Cara kerja : Pembuatan sediaan apus : 1. Pilihlah kaca obyek yang tepinya rata untuk digunakan sebagai kaca pemulas (spreader). Pada sisi pendek kedua sudut dipatahkan secara diagonal sehingga sediaan yang dihasilkan tidak sampai ke tepi kaa obyek. 2. Ambil kaca obyek lainnya yang bersih. Letakkan setetes kecil darah dengan batang gelas pengaduk pada kira-kira 1 cm dari ujung kaca dan di tengah-tengah dari kedua sisi panjang. Letakkan kaca obyek tersebut di tempat yang rata dengan tetesan di sebelah kanan. 3. Peganglah sisi kiri kaca obyek dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Kaca pemulas dipegang dengan tangan kanan dan letakkan di depan tetesan darah serta membentuk sudut 25 dengan kaca obyek 4. Kaca pemulas digeser ke kanan sehingga setelah menyinggung tetesan darah, darah tersebut akan segera menyebar sepanjang sisi kaca pemulas. 5. Jagalah agar sudut kedua kaca obyek tetap 25, kemudian doronglah kaca pemulas dengan mantap dan cepat sepanjang kaca obyek. Ulangilah untuk beberapa sediaan. Keringkan di udara. Setelah kering siap untuk diwarnai. Pewarnaan sediaan apus : Untuk mendapatkan hasil pewarnaan yang baik, sediaan sudah harus dicat dalam waktu 1 jam sesudah dibuat. Bila pengecatan tertunda, sediaan apus harus difiksasi dahulu dengan methanol. Cara pewarnaan Wright : 1. Letakkan sedian apus di rak pewarnaan dengan sediaan menghadap ke atas. 2. Genangilah dengan cat Wright selama 5 menit dan kemudian tambahkan larutan penyangga sama banyak, biarkan selama 20 menit. 3. Cucilah di bawah air kran atau akuades, keringkan di udara. Pemeriksaan Sediaan Apus 1. Periksalah sediaan apus di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (obyektif 10 X) a. Cari bagian yang cukup tipis dan rata. Sel-sel lekosit sebaiknya merata penyebarannya b. Taksirlah kesan jumlah lekosit (jumlahnya per sejumlah eritrosit ). Sesuaikan dengan hitung lekosit, bila tidak sesuai maka hitung lekosit harus diulang. c. Periksalah sediaan dari daerah kepala sampai ke ekor. Pada umumnya bagian ekor selselnya lebih besar seperti monosit, netrofil. Sel-sel yang lebih kecil seperti limfosit ada di bagian kepala/badan. d. Pada pengamatan sepintas catatlah bila dijumpai adanya kelainan e. Pilihlah sediaan di bagian yang eritrositnya tidak saling menumpuk dan teteskan setetes minyak imersi serta dengan perbesaran kuat (obyektif 100 x) 2. Hitunglah macam-macam bentuk lekosit per 100 sel lekosit dalam bidang sempit (gb. 2) sepanjang sediaan apus. Laporkan hasilnya dalam %. Bila hitung lekositnya terlalu tinggi (misal lekemia), maka cara perhitungan tersebut ditinggalkan dan sel harus dihitung di bidang di mana jenis sel tersebut mudah diidentifikasi.

Fakultas Kedokteran UII

[ 33 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Gambar 2.

3. 4.

Cara menghitung macam-macam bentuk lekosit menggunakan alat yang disebut differential counter. Bila tidak tersedia buatlah kolom-kolom berikut : Macam sel (normal %) Basofil (0-1) Eosinofil (1-4) Batang (2-6) Segmen (55-65) Limfosit (25-33) Monosit (3-6) Jumlah Kolom I II III IV V VI VII VIII IX X Jml

100

[ 34 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

KECEPATAN ENAP DARAH Kecepatan enap darah (KED) atau Iaju endap darah (LED) mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam pIasma. Satuannya mm/jam. Cara pemeriksaan yang mendapat rekomendasi dari InternationaI Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) adalah cara Westergren. KED berlangsung dalam 3 tahap. Tahap 1 terdapat penyusutan Ietak seI-seI eritrosit (rouleaux formation ) di mana kecepatan sedimentasi sangat sedikit. Tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat dan tahap ke-3 kecepatannya sangat rendah. Metode WESTERGREN : Nilai normal untuk wanita 0-20 mm/jam, Iaki-Iaki 0-15 mm/jam. Peralatan dan Pereaksi : 1. Pipet Westergren lengkap dengan raknya. 2. Larutan Natrium-sitrat sebagai antikoagulan : tri-Natriumsitrat-dihidrat 32.08 9 akuades sampai 1,000 ml campurkan sampai larut dan saring. Simpanlah dalam suhu 4 dapat stabil beberapa bulan. Bila terjadi kekeruhan tidak d,apat digunakan lagi. 3. Larutan Natrium-chlorida 0.85% . Spesimen : Darah vena dengan antikoagulan Natrium-sitrat perbandingan 4 : 1 (1,6 ml darah + 0,4 ml Nasitrat) , darah-EDT A yang dicampur Natrium-sitrat dengan perbandingan 4 : 1, atau darah-EDT A yang djcampur dengan Natrium-chlorida 0.85 perbandingan 4 : 1. Cara kerja : 1. Campur sampai spesimen homogen dan jangan hemolisis. 2. Bersihkan tabung Westergren dan keringkan. 3. Isikan spesimen ke dalam tabung Westergren sampai tanda 0. 4. Letakkan tabung Westergren pada rak dengan posisi tegak lurus serta jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung. 5. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

Fakultas Kedokteran UII

[ 35 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 36 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Fakultas Kedokteran UII

[ 37 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 38 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PENGECATAN GRAM
Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur. Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. PERSIAPAN Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : 1) langsung dari penderita dapat berupa sputum (dahak), pus (nanah), discharge telinga, discharge hidung, urin dan cairan serebrospinal. Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. a. Pembuatan preparat

Alat dan bahan yang diperlukan adalah : Alat : Ose atau kapas lidi steril Gelas obyek Lampu spiritus Bahan : Bahan yang akan diperiksa. Untuk bahan yang berbeda, memerlukan cara pembuatan preparat yang berbeda pula. Berikut cara pembuatan preparat untuk berbagai sumber bahan. 1. Bahan langsung dari penderita Bahan disentrifuge terlebih dulu, kemudian endapannya dibuat preparat. Bahan yang berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Panaskan gelas obyek di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kirakira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Setelah kering, teteskan formalin 1 % tunggu selama 5 menit dan keringkan sekali lagi. Setelah betul-betul kering, preparat siap dicat. Bahan dari biakan cair Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya telah diaduk secara steril) dengan menggunakan ose steril, ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter

2.

Fakultas Kedokteran UII

[ 39 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

kira-kira 1-2 cm. Preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung. 3. Bahan dari media pertumbuhan padat Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Teteskan satu ose kaldu atau NaCl pada gelas obyek tersebut. Dengan ose steril, ambil satu koloni kuman dan ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 2 cm, campur dengan kaldu tadi sampai homogen kemudian tipiskan. Selanjutnya dikerjakan sebagaimana membuat preparat dengan bahan berasal dari penderita.

Prinsip yang selalu harus diingat dan dipatuhi adalah : Selalu mensterilkan ose, pada saat akan dipakai dan setelah dipakai. Letakkan ose pada tempatnya, jangan diletakkan di sembarang tempat (misal di atas meja) Jangan memegang mata (ujung) ose dengan tangan. Usahakan tidak banyak bicara pada saat kerja. b. Cat Gram

Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing cat Gram, adalah sebagai berikut : 1. Cat Gram A Cat ini terdiri atas : Kristal violet : 2 gram Etil alkohol 95 : 20 ml Ammonium oksalat : 0,8 gram Akuades : 80 ml Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat Gram A. Cat Gram B Cat ini terdiri atas : Yodium : 1 gram Kalium Yodida : 2 gram Akuades : 300 ml Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat). Cat Gram C Cat ini terdiri atas : Aseton : 50 ml Etil alkohol 95 % : 50 ml Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan : Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif. Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif. Cat Gram D Cat Gram D terdiri atas : Safranin : 0,25 gram

2.

3.

4.

[ 40 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Etil alkohol 95 % : 10 ml Akuades : 90 ml Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan : Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh mengikat cat Gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat Gram D. Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena cat sebelumnya telah dilunturkan oleh cat Gram C maka akan mampu mengikat cat Gram D. Dasar teori cat Gram Berdasarkan sifat terhadap cat Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan dasar perbedaan ini yaitu : 1. Teori Salton Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna. Bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan tetap berwarna ungu. 2. Teori permeabilitas dinding sel Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri Gram positif mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel kurang, dan kompleks kristal yodium tidak dapat keluar. Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks kristal yodium. CARA PENGECATAN GRAM Sebelum melakukan pengecatan Gram, siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pastikan semua alat dan bahan yang diperlukan serta tempat untuk mencuci terletak di tempat yang terjangkau. Jangan sampai terlalu jauh sehingga menyulitkan dan memakan waktu. Alat dan bahan yang diperlukan adalah : Alat : Rak pengecatan Kran/sumber air yang mengalir Bahan : Cat Gram A, B, C dan D Preparat yang telah siap untuk dicat

Fakultas Kedokteran UII

[ 41 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Skema cara pengecatan Gram : Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1 3 menit

Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir

Preparat digenangi cat Gram B selama 0,5 1 menit

Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir

Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan.

Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir

Preparat digenangi dengan cat Gram D selama 1 2 menit

Sisa cat dibuang lalu preparat dikeringkan di udara

Preparat siap diamati dibawah mikroskop

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGECATAN GRAM Kelebihan : 1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.

[ 42 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

2.

Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore.

Kekurangan : 4 Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 10 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.

Fakultas Kedokteran UII

[ 43 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PEMERIKSAAN STAFILOKOKKUS
Stafilokokkus (Staphylococcus) merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk kokus (coccus) atau bulat. Golongan bakteri Gram positif kokkus lainnya adalah Streptococcus, Enterococcus dan Peptostreptococcus. Pada media kultur, stafilokokkus biasanya tersusun dalam kelompok atau bergerombol tidak beraturan seperti buah anggur. Stafilokokkus tumbuh cepat pada banyak jenis media dan aktif secara metabolik yakni memfermentasi karbohidrat dan memproduksi pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning. Beberapa spesien stafilokokkus merupakan anggota flora normal di kulit dan membran mukosa manusia; spesies lainnya dapat menyebabkan supurasi (pembentukan nanah), pembentukan abses, infeksi piogenik bahkan sampai septikemia yang berakibat kematian. Stafilokokkus patogen dapat sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma dan memproduksi berbagai enzim dan toksin ekstra seluler. Bentuk keracunan makanan yang palilng sering ditemukan biasanya disebabkan oleh enterotoksin stafilokokkus. Genus stafilokokkus mempunyai paling tidak 30 spesies. Tiga spesies yang penting dalam dunia kedokteran (secara klinis) adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi bakterial yang paling sering, penyebab keracunan makanan dan sindroma syok toksik (toxic shock syndrome). Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab infeksi pada implant prostetik, misalnya kateter uretra. Staphylococcus saprophyticus merupakan penyebab infeksi saluran kemih, terutama sistitis (cystitis) pada wanita. BAHAN PEMERIKSAAN Bahan pemeriksaan diambil dari tempat infeksi yang sesuai dengan penyakit yang diderita. Bahan bisa diambil dari usapan tenggorok, aspirasi trakea, darah, pus, sputum, feses, urin dan cairan serebrospinal. Prinsip koleksi, transpor dan penyimpanan spesimen seperti prosedur umum, tidak diperlukan metode khusus karena stafilokokkus mudah diperoleh dari material klinik di tempat infeksi. JENIS PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan langsung Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan paling sederhana, cepat dan murah. Oleh karena bersifat pengujian pendahuluan, maka hasilnya harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan selanjutnya yakni kultur bahkan sampai identifikasi spesies. Pemeriksaan langsung merupakan pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram. Hasil pemeriksaan ini hanya dapat menentukan bentuk koloni, susunan koloni dan sifat pengecatan Gram. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan stafilokokkus dari kokkuskokkus Gram positif lainnya. Isolasi dan kultur Bahan pemeriksaan (spesimen) dikultur pada media agar darah dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37C. Hasilnya akan tampak gambaran koloni berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau-kilauan. Diameter koloni antara 1 3 mm, bahkan dapat mencapai 10 mm setelah inkubasi 5 hari. Hemolisis dan pembentukan pigmen biasanya timbul beberapa hari kemudian dan pada suhu yang optimal yakni 20-25C. Dengan adanya pigmen, koloni stafilokokkus dapat berwarna oranye, kuning, putih dan walaupun sangat jarang ada pula yang berwana ungu. Koloni Staphylococcus aureus cenderung berwarna kuning (aureus berarti keemasan (golden)) dan bersifat hemolitik.

2.

[ 44 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Untuk spesimen yang terkontaminasi dengan flora normal, dapat dikultur pada media yang mengandung NaCl 7,5 %. NaCl (garam) tersebut akan menghambat sebagian besar flora normal namun tidak menghambat S. aureus. Identifikasi spesies Ada beberapa tes atau pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan spesies Staphylococcus aureus atau bukan. Tes-tes tersebut antara lain : a. Tes koagulase Tes koagulase bertujuan untuk membedakan Staphylococcus aureus dari stafilokokkus spesies lain. Staphylococcus aureus menghasilkan 2 macam enzim koagulase yakni koagulase yang terikat dan yang bebas. Koagulase terikat atau faktor penjendal (clumping factor) terikat pada dinding sel bakteri. Bila suspensi bakteri dicampur dengan plasma, enzim ini mampu menggumpalkan fibrinogen. Koagulase bebas adalah enzim ekstraseluler yang berfungsi untuk menjendalkan koloni S. aureus dalam reaksinya dengan adanya fibrin. Produksi koagulase merupakan gambaran potensi invasif S. aureus. Stafilokokkus koagulase positif bersifat patogen bagi manusia. Infeksi yang diakibatkan oleh penggunaan prostetik biasanya disebabkan oleh stafilokokkus koagulase negatif yaitu S. epidermidis. b. Tes DNA-ase Tes ini bertujuan untuk membedakan Staphylococcus aureus dari stafilokokkus spesies lain. Sebagian besar S. aureus mempunyai enzim deoksiribonuklease sedangkan spesien lain sedikit sekali yang mempunyai enzim tersebut. DNA-ase adalah enzim ekstraseluler yang mengurai DNA menjadi beberapa nukleotida. Nukleotida dapat larut dalam asam sedangkan DNA tidak. Bila koloni pada agar DNA-ase kita genangi dengan asam maka di sekitar koloni kuman penghasil DNA-ase akan tampak jernih. c. Tes mannitol Tes ini dapat digunakan untuk menggantikan tes koagulase, walaupun tidak sebaik tes koagulase. S. aureus dapat mengadakan fermentasi mannitol dalam keadaan anaerob, sedangkan spesies lain jarang. Pada tes ini memerlukan media agar mannitol dalam tabung, tinggi media paling sedikit 8 cm. Tes ini juga dapat dikerjakan dengan menggunakan agar garam mannitol (mannitol salt agar).

CARA PEMERIKSAAN

1.

Pemeriksaan langsung dengan pengecatan Gram a. Alat dan bahan Alat : Gelas obyek Ose steril atau kapas lidi steril Lampu spiritus Rak pengecatan Bahan : Spesimen (sesuai dengan tempat infeksi) Cat Gram Formalin 1 %

Fakultas Kedokteran UII

[ 45 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

b.

Skema cara kerja Bahan pemeriksaan

Buat preparat mikroskopik di gelas obyek *

Lakukan pengecatan Gram*

Periksa/identifikasi di bawah mikroskop

* Keterangan : Cara membuat preparat mikroskopik dan pengecatan Gram, dibaca di petunjuk judul PENGECATAN GRAM

2.

Isolasi dan kultur a. Alat dan bahan Alat : Ose steril atau kapas lidi steril Lampu spiritus Inkubator Bahan : Bahan pemeriksaan Agar darah b. Skema cara kerja Bahan pemeriksaan

Dengan ose steril atau kapas lidi steril, spesimen ditanam di media agar darah

Inkubasi di inkubator pada suhu 37C selama 18-24 jam

Amati dan/atau lakukan pemeriksaan selanjutnya

3.

Identifikasi a. Tes koagulase Alat dan bahan : Alat : Ose steril

[ 46 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Gelas obyek Tabung reaksi Inkubator Bahan : Koloni hasil biakan/hasil kultur spesimen Plasma kelinci b. Skema cara kerja Tes slide Beberapa butir koloni dalam satu mata ose, dibuat emulsi pada gelas obyek sehingga menyerupai suspensi susu

Satu mata ose plasma kelinci ditambahkan dan dicampur dengan baik

Satu mata ose plasma kelinci ditambahkan dan dicampur dengan baik

Terjadi gumpalan tes positif (koagulase positif)

Tidak terjadi gumpalan negatif

tes

Lakukan tes tabung

Tes tabung Beberapa butir koloni dalam satu mata ose + 0,5 ml plasma kelinci

Terbentuk jendalan dalam plasma hasil positif INKUBASI selama 4 jam

Terbentuk suspensi seperti susu

Hasil negatif

Inkubasi ulang 1 malam


Fakultas Kedokteran UII [ 47 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

c.

Tes DNA-ase Alat dan bahan Alat : Ose steril Inkubator Bahan : Koloni hasil biakan spesimen Agar DNA-ase HCl 1 M Skema cara kerja Dengan ose steril, goreskan koloni kuman pada agar DNA-ase

Inkubasi pada suhu 35C selama 18-24 jam

Genangi dengan HCl 1 M

Terjadi daerah jernih di sekitar koloni kuman hasil positif

d.

Tes mannitol Alat dan bahan : Alat : Ose lurus steril Inkubator Bahan : Koloni kuman hasil kultur spesimen Agar mannitol atau MSA (mannitol salt agar) Skema cara kerja : Satu koloni kuman diinokulasikan pada agar dengan menusukkan ke bawah sepanjang tabung dengan ose lurus steril

Inkubasi pada suhu 35C selama 2 x 24 jam

Amati hasilnya. POSITIF jika terjadi perubahan warna menjadi kuning pada bagian atas dan bawah tabung Agar mannitol

[ 48 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PEMERIKSAAN STREPTOKOKKUS
Seperti halnya stafilokokkus, streptokokkus termasuk dalam kelompok yang sama yaitu Gram positif kokkus. Pada media kultur, bakteri ini berbentuk oval sampai bulat (sferis) dan tersusun dalam bentuk berpasangan atau rantai. Sebagian besar bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini memerlukan nutrisi yang lengkap, maka untuk isolasinya memerlukan media agar darah yang diperkaya dengan nutrisi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini bermacam-macam seperti infeksi di tenggorok dan kulit disebabkan oleh streptokokkus group A (Streptococcus pyogenes), kolonisasi di traktus genital yang menyebabkan sepsis neonatal disebabkan oleh streptokokkus grup B (Streptococcus agalactiae), endokarditis disebabkan oleh streptokokkus grup viridans dan pneumonia, meningitis serta otitis disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. BAHAN PEMERIKSAAN Bahan pemeriksaan bergantung pada tempat infeksi, yakni dapat berupa usap tenggorok (faring), hidung, kulit, darah, sputum, cairan serebrospinal, dll. a. Metode pengambilan

Pengambilan spesimen di tempat yang berbeda memerlukan teknik pengambilan yang berbeda pula. Untuk spesimen dari faring, mulut pasien harus dibuka dengan benar agar daerah faring mudah diusap. Tonsil dan faring diusap dengan kapas lidi steril atau dacron-tipped applicator (swab), jangan sampai menyentuh lidah dan uvula. Bila ada eksudat sebaiknya diambil dengan kapas lidi. Kultur hidung diambil dengan kapas lidi steril bertangkai lentur, sebelumnya telah dibasahi dengan salin atau akuades steril. Ujung hidung dipegang degan satu tangan, kemudian kapas lidi dimasukkan secara hati-hati sepanjang dinding rongga hidung, diputar perlahan sampai dinding faring tersentuh. Spesimen kulit terbaik adalah yang berasal dari lesi kulit dengan cara mengangkat kerak dari pustula atau membuka vesikel. Kapas lidi steril digosokkan dengan tekanan pada bagian dalam lesi. Teknik ini akan menimbulkan rasa sakit pada pasien namun ini sangat diperlukan untuk memperoleh streptokokkus secara maksimum. Spesimen darah diambil dari vena cubiti. Tekniknya dengan melakukan palpasi untuk mencari letak vena, lalu melakukan teknik aseptik dengan menggunakan alkohol 70 %. Volume yang diambil menyesuiakan kebutuhan, untuk dewasa berkisar 1020 ml, dan untuk anak-anak 1-5 ml. Spesimen sputum atau dahak diusahakan agar tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut. Oleh karena itu pasien diiminta berkumur dulu dengan akuades steril atau salin steril. Kemudian pasien diminta untuk batuk dalam-dalam, lalu sputum ditampung dalam tempat atau pot steril. Segera mungkin ditanam pada media yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Spesimen dari cairan serebrospinal diambil dengan cara pungsi lumbal dan dilakukan oleh dokter ahli. Prinsip yang selalu harus dipegang adalah sterilitas dan teknik pengambilan yang benar. b. Transpor

Metode transpor spesimen usapan ke laboratorium bergantung pada sumber spesimen, waktu yang diperlukan dan kecurigaan terhadap bakteri penyebab. Kadang-kadang memerlukan media transpor tertentu.

Fakultas Kedokteran UII

[ 49 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan transpor adalah sebagai berikut : Jika waktu tidak lebih dari 2 jam dari waktu pengambilan, tidak diperlukan penanganan khusus. Bakteri streptokokkus cukup tahan pada lingkungan kering. Spesimen berupa kapas lidi dapat dimasukkan ke dalam kantong kertas steril atau tabung steril untuk dibawa ke laboratorium. Jika membutuhkan waktu selama 24 jam (baru dikirim esok harinya) atau jika curiga terdapat kuman patogen lainnya, misalnya pada infeksi luka, sangat diperlukan media lain seperti media stuart atau amies. Jika transpor membutuhkan waktu lebih dari 1 hari, perlu silika gel atau sistem transpor dengan kertas filter kering. Sistem ini dapat digunakan untuk spesimen usapan kulit atau faring. JENIS PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan langsung

Seperti pemeriksaan stafilokokkus, pemeriksaan langsung dilakukan dengan cara membuat preparat mikroskopik dan pengecatan Gram. Streptokokkus adalah Gram positif. Namun kadangkadang bersifat Gram negatif karena bakteri sudah mati dan kehilangan kemampuan menyerap cat kristal violet sehingga tidak bersifat Gram positif. Bentuk bakteri ini bulat atau bulat telur dengan susunan khas berderet-deret seperti rantai panjang atau pendek. Sering tampak sebagai diplokokkus dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Bentuk koloni pada pemeriksaan usapan pus sering menampakkan gambaran kokus tunggal atau berpasangan, jarang yang berbentuk seperti rantai. Jika preparat apus dari pus menunjukkan streptokokkus namun dikultur tidak tumbuh, harus curiga mikroorganisme tersebut adalah anaerobik. Spesimen dari hidung dan kulit tidak bernilai untuk identifikasi streptokokkus patogen, karena streptokokkus non patogen merupakan penghuni tempat tersebut dan tidak dapat dibedakan dari yang patogen berdasarkan pengamatan mikroskopik, karena morfologi seluler tidak khas. Spesimen dari sputum sangat bernilai untuk identifikasi pneumococcus, jika ada informasi tentang jumlah sel lekosit polimorfonuklear. Sputum sebaiknya dihomogenasi dengan 1-2 ml salin steril. Homogenasi dapat dilakukan dengan menggunakan syringe kemudian dibubuhkan pada gelas obyek, dikeringkan dan dianginkan, difiksasi di atas lampu spiritus dan dicat Gram. 2. Isolasi dan kultur

Streptokokkus memerlukan media yang kaya nitrisi. Sebaiknya menggunakan media agar infusion dan kaldu seperti trptic soy heart infusion, todd hewitt atau proteosa pepton. Media harus bebas dari gula tereduksi, karena gula tersebut dapat menghambat hemolisis beta dari streptokokkus, pH medium sebaiknya 7,3 7,4. Oleh karena koloni Haemophylus haemolyticus tidak bisa dibedakan dari koloni streptokokkus beta hemolitik maka untuk kultur spesimen dari tenggorokan sebaiknya menggunakan darah domba karena darah domba tidak mengandung piridin nukleotida (faktor V) yang merupakan pendukung pertumbuhan Haemophylus haemolyticus. Perbedaan konsentrasi darah akan berpengaruh pada ukuran area kerusakan eritrosit (diameter zona hambatan) dan akan mempengaruhi penentuan tipe hemolisis. Jika menggunakan metode goresan plat agar (streak plate), konsentrasi darah yang rendah akan sulit membedakan hemolisis alfa dan beta. Namun jika konsentrasi darah terlalu tinggi akan menyebabkan strain hemolitik beta tampak non hemolitik. Plat agar yang ideal untuk isolasi primer adalah yang mengandung 5 % darah defribinasi dengan ketebalan kurang lebih 4 mm.

[ 50 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Identifikasi

Bermacam-macam pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi streptokokkus. Secara garis besar, streptokokkus dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan menghemolisis darah dan berdasarkan tes serologis. a. Sifat hemolitik Hemolisis adalah kemampuan melisiskan eritrosit sehingga pada pengamatan koloni pada agar darah akan tampak daerah jernih di sekitar koloni. Setelah inkubasi selama 18-24 jam, sifat hemolitik streptokokkus dapat diamati. Berdasarkan kemampuan hemolisis, streptokokkus dapat dikelompokkan menjadi : Streptokokkus hemolitikus. Pada media, tampak zona samar-samar di sekitar koloni sering disertai perubahan warna medium menjadi kehijau-hijauan atau kecoklatan. Lebar zona 1-2 mm, dengan tepi tidak jelas. Ini disebabkan lisis sebagian eritosit. Streptokokkus hemolitikus. Pada media tampak zona jernih tidak berwarna di sekitar koloni. Lebar zona 2-4 cm dengan tepi jelas. Ini akibat lisis sempurna eritrosit. Non hemolisis. Tidak tampak aktivitas hemolisis dan tidak terjadi perubahan di sekitar koloni. Alfa () primer atau wide zone hemolysis. Tampak zona kecil tepat di sekeliling koloni yang disebabkan lisis sebagian eritrosit, dengan zona hemolisis sempurna di sebelah luarnya. Secara makroskopis sukar dibedakan dari beta hemolitik. b. Serologik Banyak spesies streptokokkus mempunyai polisakarida pada dinding selnya yang disebut dengan karbohidrat-C, yang bersifat antigenik dan mudah diekstraksi dengan asam cair. Karbohidrat C terikat secara kovalen dengan peptidoglikan dinding sel bakteri. Oleh Lancefield, streptokokkus beta hemolitikus dikelompokkan ke dalam grup A sampai U berdasarkan karbohidrat C nya, dengan metode presipitasi. Secara klinis, grup beta hemolitikus yang paling penting adalah streptokokkus beta hemolitikus grup A dan B. Selain itu masih banyak lagi pemeriksaan penting untuk streptokokkus, yakni : Disk bacitracin : pemeriksaan untuk identifikasi steptokokkus grup A dengan menguji kepekaan terhadap bacitracin. Aglutinasi lateks : berdasarkan reaksi antigen-antibodi. Koaglutinasi : berdasarkan reaksi antigen-antibodi. Bile esculin : untuk membedakan streptokokkus grup D dari yang lain. Tes toleransi terhadap 6,5 % NaCl : untuk membedakan enterokokkus dari non enterokokkus. Bile solubility test : untuk membedakan S. pneumoniae dari S. viridans Tes kepekaan terhadap optochin : untuk membedakan S. pneumoniae dari S. viridans Tes pembengkakan kapsul (reaksi Quellung) : untuk identifikasi pneumokokkus CARA PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan langsung dengan pengecatan Gram a. Alat dan bahan Alat : Gelas obyek Ose steril atau kapas lidi steril Lampu spiritus Rak pengecatan

Fakultas Kedokteran UII

[ 51 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Bahan : Spesimen (sesuai dengan tempat infeksi) Cat Gram Formalin 1 % b. Skema cara kerja Bahan pemeriksaan

Buat preparat mikroskopik di gelas obyek *

Lakukan pengecatan Gram*

Periksa/identifikasi di bawah mikroskop c. Isolasi, kultur dan identifikasi koloni Alat dan bahan Alat : Ose steril atau kapas lidi steril Lampu spiritus Inkubator Bahan : Bahan pemeriksaan Agar darah Skema cara kerja Bahan pemeriksaan

* Keterangan : Cara membuat preparat mikroskopik dan pengecatan Gram, dibaca di petunjuk judul PENGECATAN GRAM

Dengan ose steril atau kapas lidi steril, spesimen ditanam di media agar darah

Inkubasi di inkubator pada suhu 37C selama 18-24 jam

Amati koloni dan tipe hemolisisnya

[ 52 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PEMERIKSAAN SEROLOGI
Pemeriksaan serologi sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan serologi tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi, hal ini sering dilakukan. Dengan pemeriksaan serologi dimungkinkan melakukan pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada proses presipitasi atau aglutinasi atau aktivasi komplemen. Di Indonesia, pemeriksaan serologik sederhana yang masih banyak dilakukan adalah Widal, sekalipun untuk di luar negeri pemeriksaan ini sudah banyak ditinggalkan. Pemeriksaan serologi lain yang lebih canggih di antaranya adalah ELISA ( Enzym Linked Immunosorbent Assay). Praktikum ini menitikberatkan pada pemeriksaan Widal. PEMERIKSAAN WIDAL Tujuan mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap bakteri Salmonella. Dasar pemeriksaan : Reaksi aglutinasi, yaitu ikatan antigen yang melekat pada permukaan partikel / sel (insoluble) dengan antibodi spesifik yang diamati sebagai gumpalan (clumping). Antigen yang digunakan : Antigen O dan H Ag O : bagian tertular dari LPS dinding sel Antigen somatik Tahan panas dan Alkohol Ag H : terdapat pada flagella Dirusak oleh panas dan alkohol TUJUAN PRAKTIKUM Memahami cara pemeriksaan Widal Memahami cara interprestasi hasil pemeriksaan Widal ALAT DAN BAHAN Bahan pemeriksaan : serum Tabung reaksi : 10 Pipet volume Mikropipet Slide NaCl 0,9% Water bath Kit pemeriksaan Widal / Micropath antigens (Omega diagnostics) RAPID SLIDE TEST Siapkan slide yang diberi 3 lingkaran Dengan mikropipet masukkan serum ke dalam masing-masing lingkaran dengan volume berturut-turut : 80 ul, 40 ul, dan 20 ul Tambahkan ke dalam masing-masing serum 1 tetes antigen (pengenceran 1:20, 1:40, dan 1:80) Campurkan dengan cara digoyang-goyangkan selama 1 menit Perhatikan aglutinasi yang terjadi. Setiap sampel yang menunjukkan aglutinasi sebaiknya dikonfirmasi dengan Tube Aglutination Test TUBE AGLUTINATION TEST Siapkan 10 tabung reaksi dan susunlah dalam 1 rak. Beri nomor 1 10 Dengan pipet masukkan 1,9 ml NaCl pada tabung 1

Fakultas Kedokteran UII

[ 53 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Dengan pipet masukkan 1 ml NaCl pada masing-masing tabung 2-10 Masukkan 0,1 ml serum pada tabung 1 dan campur hingga homogen Ambil 1 ml campuran tabung 1 dan masukkan tabung 2. Tabung 2 dicampur hingga homogen, dan ambil 1 ml untuk dimasukkan tabung 3 , dan seterusnya hingga tabung 9 Ambil 1 ml larutan pada tabung 9 dan dibuang Tambahkan setiap tabung 1 tetes antigen. Dengan demikian didapatkan pengenceran pada tabung 1 9 berturut-turut : 1/20, 1/40, 1/80, 1/160, 1/320, 1/640, 1/1280, 1/2560. Tabung 10 hanya berisi NaCl dan antigen, serta berfungsi sebagai kontrol Campur larutan hingga homogen dan inkubasikan sebagai berikut : Titrasi O : 50o C selama 4 jam Titrasi H : 50o C selama 2 jam Pada kontrol antigen harus tidak terdapat aglutinasi Hasil : Adanya aglutinasi menunjukkan adanya antibodi

INPRESTASI HASIL Titer O yang tinggi (> : 160) atau kenaikan titer menunjukkan infeksi aktif Titer H yang tinggi (> : 160) menunjukkan peran divaksinasi/pernah terinfeksi TUGAS PRAKTIKAN : Melakukan pemeriksaan Widal dengan metode Rapid Slide Test dan Tube Aglutination Test Mengamati contoh hasil pemeriksaan Widal dan menginterprestasikan

[ 54 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM

PARASITOLOGI

Fakultas Kedokteran UII

[ 55 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 56 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Learning Outcome Setelah mengikuti praktikum, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengidentifikasi plasmodium penyebab malaria 2. Mengidentifikasi mikrofilaria penyebab filariasis limfatik 3. Mengidentifikasi nyamuk yang berperan sebagai vektor malaria, filariasis dan demam berdarah dengue. Dalam prakteknya, praktikum dibagi menjadi tiga (3) kali kegiatan, yaitu : Praktikum I Praktikum II Praktikum III : : : Mempelajari tentang Plasmodia. 1. Mempelajari tentang mikrofilaria. 2. Menghitung parasitemia dalam sediaan darah malaria Mempelajari tentang Nyamuk.

Fakultas Kedokteran UII

[ 57 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM I 1. MEMPELAJARI PROTOZOA DARAH : PLASMODIA (PARASIT MALARIA)

Plasmodium merupakan agen penyebab penyakit malaria. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu, Plasmodium vibax, Plasmodium falsiparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Untuk memahami morfologi plasmodium perlu diketahui siklus hidup plasmodium. Siklus hidup plasmodium melibatkan badan nyamuk Anopheles (fase seksual eksogen/sporogoni) dan badan hospes vertebrata (fase aseksual/skizogoni).

Gambar 1. Siklus hidup parasit malaria (sumber CDC) Selama menghisap darah, nyamuk anopheles betina yang terinfeksi malaria memasukkan . Sporozoit menginfeksi sel hati sporozoit masak menjadi skizon sporozoit ke tubuh manusia , skizon pecah mengeluarkan merozoit . (pada plasmodium vivax dan ovale stadium dorman (hipnozoit)dapat tetap berada dalam hepar dan menyebabkan kekambuhan) Setelah mengalami pembelahan awal di hepar (exo-erythrocytic schizogony ), Parasit memasuki tahapan ). Merozoit menginfeksi eritrosit reproduksi aseksual di eritrosit (erythrocytic schizogony Tropozoit bentuk cincin mature menjadi skiizon, yang kemudian pecah dan menghasilkan . Berberapa parasit berdiferensiasi masuk ke stadium seksual di eritrosit (gametosit). merozoit . Stadium parasit selama di darah menyebabkan munculnya manifestasi klinis penyakit malaria.

[ 58 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Gametosit,jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit)tertelan oleh nyamuk selama menghisap darah manusial . Pembelahan parasit didalam tubuh nyamuk anopheles dikenal . Ketika didalam perut nyamuk, mikrogametosit mempenetrasi sebagia siklus sporogoni makrogametosit menghasilkan zigot . Zigot bertambah motil dan mengalami elongasi (ookinet) Ookinet menginvasi dinding usus nyamuk dan berkembang menjadi ookista . Ookista tumbuh, kemudian pecah dan menghasilkan sporozoit , sporozoit masuk dalam kelenjar ludah nyamuk. SEDIAAN DARAH TIPIS PLASMODIUM VIVAX Bentuk Trofozoit a. Trofozoit muda : Berbentuk cincin, intimerah, sitoplasma biru;didalamnya terdapat vakuol; Plasma yang berhadapan dengan inti menebal; Letak plasmodium sentral di dalam eritrosit, biasanya hanya satu dalam satu eritrosit. a. Trofozoit tua : Berbentuk amuboid; Sitoplasma tampak tidak teratur; Khas : tampak titik-titik Schuffner Bentuk Skizon a. Skizon muda : Berbentuk bulat, mengisi hampir separuh eritrosit, plasma padat tidak bervakuola. Inti sudah membelah;antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat disebut butir-butir hematin (pigment malaria); Terdapat juga titik-titik Schuffner. b. Skizon tua : Inti sudah terbelah menjadi 12-24; Tiap-tiap pembelahan inti diikuti pembelahan sitoplasma, sehingga tampak 12-24 buah merizoit; Mengisi penuh eritrosit; Di tengah-tengah terdapat pigmen malaria; Titik -titik schuffner tetap terdapat Bentuk Gametosit a. Mikrogametosit : Bentuknya bulat besar, lebih kecil dari makrogametosit; Inti besar pucat, tidak kompak (menyebar) dan terletak sentral; Plasma tampak pucat kelabu sampai merah muda; Pigmen malaria tersebar. b. Makrogametosit : Bentuk lonjong atau bulat, lebih besar dari mikrogametosit, mengisi hampir seluruh eritrosit; Inti tampak kecil kompak (padat), letak eksentris; Plasma tampak biru; Pigmen malaria terbesar.

Fakultas Kedokteran UII

[ 59 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PLASMODIUM FALCIPARUM Bentuk Trofozoit a. Trofozoit muda : Bentuk cincin kecil 0,1 0,3 kali eritrosit; Sitoplasma tampak halus kadang-kadang seperti cincin atau seperti burung terbang di pinggir eritrosit (bentuk accole); Inti terletak di pinggir eritrosit, kira-kira 2 m, warna merah, lebih tipis jika dibanding dengan P. Vivax, kadang-kadang ada 2 inti pada satu cincin (pada inveksi ganda). Bentuk Skizon a. Skizon muda : Mengisi kira-kira separuh dari eritrosit Bentuk agak membulat; Inti sudah membelah tetapi belum diikuti oleh sitoplasmanya; Pigmen malaria mulai tampak di antara inti; Titik- titik Maurer dalam eritrosit menghilang. b. Skizon masak : Sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit, kira-kira hanya nya; Inti sudah membelah menjadi 15-30 buah; Masing-masing belahan inti diikuti pembelahan sitoplasma sehingga tampak merozoitmerozoit; Pigmen malaria sudah menggumpal di bagian tengah sebelum skizon masak. Bentuk Gametosit a. Mikrogametosit : Bentuk pisang atau ginjal, tampak lebih gemuk; Plasma warna merah muda; Inti lebih besar tersebar, pucat; Pigmen malaria tersebar, diantara inrti; Ukuran 2-3 x 9-14 mikrometer. b. Makrogametosit : Bentuk langsing, seperti pisang ambon; Plasma warna biru; Inti kecil padat (kompak), letak ditengah-tengah; Pigmen malaria tersebar disekitar inti. SEDIAAN DARAH TEBAL PLASMODIUM VIVAX Stroma eritrosit yang sudah terhemolisis tampak berwarna lembayung muda; Diantaranya tampak sisa-sisa lekosit dengan inti yang berwarna biru lembayung; Seringkali tampak semua bentuk dari P. vivax ini, sehingga memberi gambaran tidak seragam; Disekitar parasit-parasit ini kecuali trofozoit muda, tampak daerah merah yaitu sisa-sisa titik Schuffner; Parasit lebih besar dari inti limfosit. PLASMODIUM FALCIPARUM Biasanya hanya terdapat bentuk trofozoit muda saja atau bentuk trofozoit dan gametosit; Gambaran ini akan tampak seragam seperti bintang-bintang di langit; ini terutama pada infeksi yang berat; Tidak tampak daerah merah di sekitar parasit; Parasit lebih kecil dari pada inti limfosit.

[ 60 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Tugas mahasiswa : 1. Melihat preparat dan mengisi lembar kerja 2. Diskusi dengan asisten tentang : a. Siklus hidup Plasmodium. b. Morfologi setiap stadium Plasmodium. c. Gejala klinis sesuai stadium Plasmodium. d. Pemberantasan malaria. 2. 1. 2. 3. MEMBUAT SEDIAAN DARAH MALARIA Perhatikan kebersihan alat-alat dan bahan pada pembuatan sediaan. Bahan : darah tepi (ujung jari atau daun telinga dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% lebih dahulu sebelum dilakukan penusukan. Alkohol berfungsi sebagai desinfektan dan pembersih zat lemak pada permukaan kulit). Penusukan kulit dengan lancet atau jarum franke secara cepat dan cukup dalam (jangan terlalu dalam) agar aliran darahnya lancar. Darah yang keluar akibat pemijitan jari akan bercampur dengan cairan jaringan sehingga terjadi pengenceran dan dapat menyulitkan pemeriksaan Darah yang keluar pertama dihapus dengan kapas, gunakan darah yang keluar ke dua untuk pembuatan sediaan darah. Pembuatan sediaan darah harus dilakukan secara cepat dan tepat karena darah yang keluar akan cepat membeku. Darah vena dapat dipakai dalam pembuatan sediaan darah malaria, yaitu dengan menambahkan zat anti-koagulan (misalnya : heparin), tetapi sediaan darah yang dibuat dengan cara ini sering berakibat distorsi parasit.

4. 5. 6.

Cara membuat SD tipis. 1. Satu tetes darah ditempatkan pada ujung sebelah kanan dari kaca sediaan 2. Segera dengan kaca sediaan yang lain (spreader) letakkan satu ujungnya disebelah kiri dari tetesan darah tadi. Geserkan kekanan spreader ini sampai menyentuh tetesan sehingga tetesan darah akan menempati pertemuan kedua kaca sediaan tersebut. 3. Lalu kedua kaca sediaan ini dibuat sudut 30-45 (lihat gambar) serta dengan kecepatan tetap kaca spreader digeser ke kiri, sehingga didapatkan sediaan darah yang cukup tipis dan merata (satu lapisan darah). 4. Keringkan pada temperatur kamar, selanjutnya dikerjakan pewarnaan. Perhatikan : 1. SD tipis yang baik terbentuk seperti ekor komet. 2. SD tipis harus benar-benar tipis dengan satu lapis sel-sel darah yang tersebar merata dan tidak saling menumpuk. 3. Pada SD tipis dapat dilihat bentuk-bentuk khas dari parasit malaria (plasmodium) secara baik, sedangkan pada SD tebal plasmodium tidak dapat dilihat secara rinci (detail). Cara membuat SD tebal : 1. Dua atau tiga tetes darah ditempatkan pada kaca sediaan yang bersih 2. Ratakan menjadi sebuah bulatan dengan diameter sekitar 1 cm. 3. Keringkan dalam temperatur kamar selama lebih kurang 1 jam, kemudian dilakukan pewarnaan. Perhatikan : 1. Dalam mengeringkan SD tidak boleh dipanasi, karena tindakan ini akan menyebabkan eritrosit sukar dihemolisis pada proses pewarnaan. 2. Sebaiknya sediaan darah tebal ini dilakukan pewarnaan tidak lebih dari 24 jam setelah kering. Karena jika terlalu lama didiamkan eritrosit sukar dihemolisis pada proses pewarnaannya.

Fakultas Kedokteran UII

[ 61 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Cara ini dipakai untuk memeriksa plasmodium secara kuantitatif karena sejumlah darah yang lebih banyak dapat diperiksa didalam daerah yang kecil (lebih sempit).

Pewarnaan dengan cat Giemsa Bahan-bahan yang diperlukan : 1. SD tipis/tebal yang sudah kering 2. Larutan Buffer (penyangga) untuk zat hemolisis eritrosit. 3. Metil alkohol murni untuk memfiksasi 4. Larutan Giemsa : dibuat dari cat Giemsa induk diencerkan 30-50 kali dengan larutan pengencer ph 7,2. campurkan zat giemsa induk satu bagian dalam 30-50 bagian larutan pengencer. 5. Larutan pencuci (air leiding). Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tipis. 1. SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan metil alkohol murni selama 1-5 menit. 2. Cuci dengan air mengalir (air pipa), kemudian keringkan pada temperatur kamar. 3. Letakkan SD pada rak yang datar untuk digenangi larutan giemsa selama 30-60 menit. 4. Cuci sebentar dengan air mengalir. Larutan giemsa jangan dibuang lebih dahulu tetapi sebelumnya harus dihanyutkan dengan air mengalir, supaya endapan yang terdapat pada larutan tersebut (yang mungkin melekat pada SD dan dapat mengganggu pemeriksaan) dapat dihilangkan 5. Keringkan pada temperatur kamar dan sediaan disandarkan miring pada sandaran. 6. Diperiksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 x, dan memakai minyak immersi (anisol) Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tebal. 1. SD tebal yang dibuat tidak boleh terlalu tebal dan harus sudah kering. Sediaan tidak difiksasi dahulu, langsung digenangi larutan penyangga selama 5 menit sampai sediaan menjadi bening terhemolisis. Keringkan pada temperatur kamar. 2. Genangi dengan larutan Giemsa selama 30-60 menit. 3. Setelah itu dicuci dengan air mengalir secara hati-hati. 4. Keringkan dalam temperatur kamar. 5. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 x, dan memakai minyak immersi (anisol) Pada sediaan darah tebal yang baik dengan pewarnaan yang baik akan tampak : 1. Eritrosit berwarna merah muda 2. Lekosit berwarna lembayung muda 3. Protoplasma plasmodium menjadi biru 4. Butir-butir kromatin dalam inti plasmodium berwarna merah karmin. Perbedaan Sediaan Darah Tipis dan Tebal Sediaan Darah Tipis Volume darah yang lebih sedikit diperiksa Jumlah parasit perlapangan pandang Morfologi parasit lebih sedikit lebih jelas, bisa menentukan spesies dan stadium parasit tampak jelas, batas sitoplasma nyata, warna sitoplasma biru dan kromatin merah Sediaan Darah Tebal lebih banyak, sehingga lebih banyak kesempatan, lebih mudah dan cepat untuk menemukan parasit; Kehadiran parasit 20 x lebih banyak dalam satu lapangan penglihatan. Eritrosit hemolisis, maka bentuk parasit tidak seperti dalam SD tipis. Parasit lebih kecil, batas sitoplasma tidak nyata. Titik maurer dan titik ziemenn (P. malariae) biasanya hilang.

[ 62 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Sediaan Darah Tipis

Eritrosit

Lekosit

Trombosit

eritrosit merah lembayung muda, perubahan eritrosit sesuai spesies lekosit tampak jelas, granulosit bisa dibedakan : netrofil, eosinofil dan basofil trombosit lembayung muda

Sediaan Darah Tebal Titik Schuffner sering dapat dilihat sebagai daerah merah. Bentuk cincin tampak sebagai tanda seru, koma, atau burung terbang (terutama P.falciparum). Pigmen malaria tampak pada bentuk trofozoit yang sudah agak lanjut. Skizon tampak jelas Eritrosit berwarna merah muda

inti lekosit biru lembayung tua, granula tak tampak, hanya eosinofil. trombosit lembayung muda, sering berkelompok

Beberapa pegangan untuk mendiagnosis plasmodium di SD tebal. Plasmodium falciparum 1. Hanya ditemukan bentuk trofozoit muda (cincin, koma dan sebagainya), meskipun tidak ditemukan bentuk lain-lain. 2. Mungkin ditemukan bentuk trofozoit yang agak besar, sehingga bentuk trofozoit yang tua (sudah mendekati bentuk skizon) sering tidak ada; 3. Sering jumlah parasit besar, terdiri dari banyak trofozoit muda sehingga tampaknya merupakan gambaran langit penuh bintang, 4. Skizon mungkin ditemukan pada penyakit yang berat, dan karena itu ditemukan bersamaan dengan gambaran langit penuh bintang; Skizon ini tampak kecil, padat dan agak bulat; 5. Gametosit kadang-kadang tampak, tidak berbentuk pisang tatapi agak bulat, makro dan mikrogametosit sering tidak dapat dibedakan satu sama lain. Plasmodium vivax : 1. Gambaran memberikan kesan tidak seragam, trofozoit muda tampak sebagai cincin, koma dan sebagainya, sukar dibedakan dari P. falciparum; 2. Bentuk trofozoit amuboid tampak sebagai gerakan amuboid dari sitoplasmanya, ini khas untuk P. vivax; 3. Gambaran Skizon tampak lebih besar dari jenis lain; 4. Gametosit besar, bulat dengan pigmen malaria tersebart diseluruh parasit; 5. Jumlah parasit tidak bagitu besar seperti pada P.Falciparum. Plasmodium Malariae 1. Trofozoit muda sukar dibedakan dari P. vivax dan P. Falciparum; 2. Trofozoit yang lebih tua khas : sitoplasma padat, berwarna tua, vakuola tidak nyata, pirmen jelas, bentuk pita tidak tampak; 3. Skizon tampak, lebih kecil dari P. vivax, banyak sebagai roset; 4. Gametosit padat, bulat, banyak pigmen, inti satu; 5. Jumlah parasit jauh lebih sedikit dari pada P. vivax. Untuk diagnosis malaria dengan SD tebal perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Diagnosis tidak dapat ditegakkan jika dalam seluruh sediaan hanya ditemukan 1-2 parasit; 2. Bila dalam 10 bidang penglihatan didapatkan : a. hanya satu parasit, penilaian : sangat ringan; b. Kurang dari 1 parasit, dalam satu bidang pemandangan , penilaian : ringan;

Fakultas Kedokteran UII

[ 63 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3. 4.

c. 1-9 parasit dalam satu bidang pemandangan, penilaian : sedang; d. 10-24 parasit dalam satu bidang pemandangan, penilaian : setengah berat; e. 25-100 parasit dalam satu bidang pemandangan, penilaian : berat; f. Lebih dari 100 parasit dalam satu bidang penglihatan, penilaian : sangat berat. Dalam SD tebal yang tidak didapatkan parasit dalam 100 bidang penglihatan (atau 200 bidang penglihatan dalam penderita demam) : dinyatakan negatif. Dihitung jumlah parasit (bentuk seksual/aseksual) terhadap jumlah lekosit per mm3 darah tepi: bila infeksi berat tiap 100 lekosit, sedangkan pada infeksi ringan tiap 500 lekosit.

Cara menghitung : Jumlah parasit aseksual 500 lekosit

x jumlah lekosit / mm3 darah

Jumlah parasit seksual x jumlah lekosit / mm3 darah 500 lekosit Contoh : Jumlah parasit aseksual = 840 Jumlah lekosit = 8000/mm3 darah Jumlah parasit dalam darah = 840 3 x 8000 = 13.440 / mm dara 500 Cara ini dipakai (misalnya) untuk evaluasi hasil pengobatan penderita malaria. Untuk diagnosis malaria dengan SD tipis Dihitung jumlah parasit (bentuk seksual/aseksual) terhadap jumlah eritrosit per mm3 darah, dengan menghitung jumlah parasit per 1000 eritrosit. Cara menghitung : Jumlah parasit aseksual / seksual 1000 eritrosit

3 x jumlah eritrosit / mm darah

Tugas Mahasiswa : 1. Membuat sediaan darah tebal dan tipis dan pewarnaannya. 2. Mengisi lembar kerja 3. Diskusi dengan asisten meliputi: Mendiskripsikan ciri-ciri sediaan darah tipis yang baik Mendiskripsikan ciri-ciri sediaan darah tebal yang baik Menyebutkan perbedaan sediaan darah tipis dan tebal

[ 64 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM II A. MEMPELAJARI NEMATODA JARINGAN

Dalam praktikum ini dipelajari mikrofilaria penyebab filariasis limfatik. Yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Wuchereria bancrofti merupakan parasit manusia, sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori selain ditemukan pada manusia, ditemukan pula pada binatang. Mikrofilaria hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja (periodisitas). Pada umumya mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat periodisitas nokturna. Siang hari mereka bersembunyi di kapiler alat dalam (paru-paru, jantung, ginjal dan sebagainya). Nyamuk berperan sebagai vektor perantara filariasis, yaitu Culex quenquefasciatus (perkotaan), Aedes dan Anopheles (pedesaan). Species Wuchereria bancrofti Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia malayi Brugia timori Lokasi geografi Tropik/subtropik Pacifik SE Asia and SW India Indonesia Indonesia Periodisitas Nokturnal Subperiodik diurnal Nokturnal Subperiodik nokturnal Nokturnal Waktu koleksi 12 malam 16 jam 12 malam 21 jam 12 malam

Siklus hidup filaria limfatik dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. Siklus hidup parasit filaria limfatik (sumber CDC)

Fakultas Kedokteran UII

[ 65 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Deteksi parasit dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria. Cacing dewasa dapat ditemukan pada kelenjar dan saluran limfe jaringan yang dicurigai sebagai tumor. Mikrofilaria dapat dibedakan pada pemeriksaan darah tepi. Wuchereria bancrofti Panjang : 250-300 Lebar : 7-8 Lekuk badan : halus Sarung : pucat Ruang kepala : panjang = lebar Badan : mempunyai inti teratur Ujung ekor : kosong Brugia malayi Panjang : 200-260 Lebar : 8 Lekuk badan : kaku Sarung : merah Ruang kepala : panjang = 2x lebar Badan : mempunyai inti tidak teratur Ekor : ada 1-2 inti tambahan Brugia timori Panjang : 280-310 Lebar : 7 Lekuk badan : agak kaku Sarung : pucat Ruang kepala : panjang = 3x lebar Badan : mempunyai inti tidak teratur Ekor : ada 2 inti tambahan

Tugas mahasiswa : 1. Melihat preparat. 2. Mengisi lembar kerja. 3. Diskusi dengan asisten tentang : a. Siklus hidup cacing filaria. b. Membedakan mikrofilaria ke 3 spesies. c. Gejala klinis filariasis. d. Cara pemeriksaan darah untuk deteksi mikrofilaria e. Pemberantasan fialriasis. B. PEMBUATAN SEDIAAN DARAH FILARIASIS

Untuk menegakkan diagnosis filariasis, dilakukan pemeriksaan darah. Ada dua macam pemeriksaan, yaitu : 1. Cara langsung Bahan : darah dari ujung jari (finger prick) Ada 2 macam, yaitu : a. Sediaan darah segar Cara ini bersifat kualitatif, yaitu untuk menunjukan adanya mikrofilaria dalam darah tepi, namun tidak dapat identifikasi spesies. Bahan dan alat : a) Lancet b) Gelas benda dan gelas tutup c) Mikroskop d) Kapas dan alkohol 70 % Cara kerja : Satu tetes darah diletakkan pada gelas benda, lalu ditutup dengan gelas penutup. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10 x). apabila SD positif maka terlihat mikrofilaria bergerak-gerak aktif dalam tetesan darah tersebut. b. Sediaan darah tebal (dengan pengecatan) Cara ini bersifat kuantitatif. Bahan dan alat : a) kapas dan alcohol 70 %

[ 66 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

b) c) d) e) f) g)

mikropipet (kapiler) gelas benda staining jar cat giemsa larutan Buffer ( pH = 7,2) methanol

cara kerja : Diukur darah yang keluar dari jari dengan mikropipet sebanyak 60 mikroliter, lalu dibuat SD tebal berbentuk oval pada gelas benda. Ini dibiarkan sampai kering untuk dilakukan pengecatan. Dari SD tebal yang telah dicat spesies filarial yang ditemukan dapat diidentifikasi. Pengecatan ada dua cara : a) Cara baku - SD yang telah kering (minimal pengeringan 3 jam) diatur dalam gelas pengecatan - Cat Giemsa sebanyak 1-2 ml ditambah dengan 100 ml larutan buffer-fosfat ( pH 7,2) dimasukkan dalam gelas pengecatan sampai SD tercelup seluruhnya. - Gelas ditutup dan dibiarkan sampai satu jam - Untuk meniadakan cat pada SD, gelas pengecatan dialiri air sampai semua cat hilang. Pencucian diteruskan dengan akuades. Sediaan dibiarkan sampai kering, lalu diperiksa dibawah mikroskop. b) Cara cepat : - SD tebal dikeringkan minimal dalam waktu 30 menit atau sampai 1 malam. - Dehemoglobinasi dengan air leiding selama 2 menit lalu dikeringkan - Sediaan diberi beberapa tetes methanol untuk fiksasi (selama 15 menit) - Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (1 bagian Giemsa + 9 bagian akuabides) selama 10 menit. - Dicuci dengan air mengalir sampai bersih, dikeringkan dan diperiksa dengan mikroskop 2. Cara konsentrasi Pemeriksaan darah filariasis dengan teknik membran nukleopor (dennis & kean, 1971). Bahan dan alat : a. Vacutainer + heparin b. Disposible syringe 10 ml c. Tabung holder dengan membran nukleopor d. Gelas benda e. Mikroskop f. Larutan garam fisiologis g. Methanol h. Akuades i. Larutan cat Giemsa Cara kerja : a. diambil darah vena sebanyak 1 ml, lalu ditampung dalam vacutainer yang telah diberi heparin. b. Darah diambil dari vacutainer dan dalam disposible syringe 10 ml, lalu diencerkan dengan 9 ml larutan garam fisiologis c. Darah tersebut disemprotkan perlahan-lahan melalui membran nukleopor yang telah dilekatkan pada tabung holder. (ukuran membran nukleopor : lubang 5 mikron, diameter 25 mm). d. Diulangi dengan garam fisiologis 10 ml, disemprotkan perlahan-lahan.

Fakultas Kedokteran UII

[ 67 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

e. f. g. h. i.

Disemprotkan udara 5-10 ml perlahan-lahan melalui membran Dengan hati-hati holder dilepas, membran nukleopor diambil dan diletakkan diatas gelas benda, selanjutnya dibiarkan sampai kering Membran difiksasi dengan methanol selama 30 detik lalu dicuci dengan mencelupkannya kedalam akuades. Di cat dengan Giemsa yang telah diencerkan (Giemsa standard) Segera diperiksa dengan mikroskop.

[ 68 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM III MEMPELAJARI NYAMUK Nyamuk dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya. Selain itu, nyamuk juga berperan sebagai vektor penyakit pada manusia maupun binatang. Taksonomi nyamuk dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, pupa dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air. Sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia dan binatang, hal ini karena nyamuk betina memerlukan darah untuk pembentukan telur.

Gambar 3. Siklus hidup nyamuk (sumber EnchantedLearning.com)

Fakultas Kedokteran UII

[ 69 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

ANOPHELES Nyamuk Anopheles berperan sebagai vektor malaria, dan juga filariasis. Diketahui kurang lebih 60 spesies Anopheles (di Indonesia 17 spesies) berperan sebagai vektor malaria. Sehubungan dengan perannya sebagai vektor malaria, dibedakan tempat perindukan nyamuk dalam 3 zona yaitu zona pantai (An. sundaicus, An. subpictus, An. letifer, dll), zona pedalaman (An. aconitus, An. barbirostris, An. nigerrimus, An. sinensis, dll), dan zona pegunungan (An. balabacensis, An. maculatus, dll). AEDES Aedes dikenal sebagai vektor demam dengue (Aedes aegypti dan Aedes albopictus), Chikungunya (Aedes aegypti), demam kuning (Aedes aegypti). Aedes juga berperan sebagai vektor filariasis. CULEX Culex berperan sebagai vektor perantara filariasis (Culex quinquefasciatus) dan Japanesse B. Encephalitis yang disebabkan oleh virus (Culex tritaeniorrhhynchus dan Cx. gelidus). MANSONIA Mansonia berperan sebagai vektor filariasis, terutama filariasis malayi. MORFOLOGI Secara rinci, sifat dan morfologi nyamuk dipaparkan dalam tabel berikut : ANOPHELINI CULICIDAE Anopheles Aedes Culex Telur Satu persatu di Satu persatu di Saling permukaan air tepi permukaan berlekatan air membentuk rakit di permukaan air Bentuk lonjong, kedua ujung meruncing, terdapat pelampung

Larva

Bentuk lonjong, Bentuk lonjong pada dinding seperti peluru, tampak garis ujung tumpul garis yang membentuk gambaran menyerupai anyaman kain kasa Terdiri atas kepala, toraks dan abdomen. Abdomen bagian caudal digunakan sebagai pembeda masing masing genus/spesies. Mengapung sejajar Badan mengapung pada permukaan air dengan dengan permukaan air. membentuk sudut. Abdomen bagian lateral Sifon pendek, Sifon panjang, Sifon ditumbuhi bulu palma. bulu sifon lebih bulu sifon lebih berujung Tidak mempunyai sifon dari satu pasang. dari satu runcing dan atau pendek sekali. Pelana tidak pasang. bergerigi Bagian posterior menutupi Pelana menutup terdapat lubang segmen anal. seluruh segmen Aedes aegypti : pernapasan (spirakel) anal dan tergal plate di tenga Gigi sisir(anal

Mansonia Saling berlekatan membentuk roset di balik daun Bentuk lonjong, satu ujung meruncing, ujung yang lain melekat pada daun

[ 70 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Pupa

Dewasa

Kepala

Toraks/Ab domen

Sayap

CULICIDAE Aedes Culex Mansonia comb) dengan duri samping Aedes albopictus : Gigi sisir tanpa duri samping Tidak makan, masih bernafas melalui breathing trumpet Breathing trumpet panjang tanpa celah Breathing trumpet pendek lebar dengan celah pada salah satu sisinya Ukuran 4-13 mm Terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen. Kepala mempunyai proboscis untuk menghisap darah atau cairan tumbuhan Di kiri dan kanan proboscis terdapat palpus yang terdiri atas 5 ruas, dan sepasang antena (15 ruas). Antena nyamuk jantan berambut lebat (plumose), sedang nyamuk betina berambut jarang (pilose) (dapat membedakan spesies). Mesonotum (bagian thorax) diliputi bulu halus. Posterior mesonotum terdapat skutelum (dapat membedakan spesies) Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang ditumbuhi sisik sayap (wing scales). Pinggir sayap ditumbuhi rambut halus (fringe) (dapat membedakan spesies) Abdomen berbentuk silinder, terdiri atas 10 ruas, di mana 2 ruas terakhir menjadi alat kelamin. Kaki 3 pasang (heksapoda) melekat pada toraks, terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus. Jantan : Jantan : Antena plumose Antena plumose Palpi sama panjang Palpi sama panjang/lebih panjang dari proboscis Betina : dengan proboscis, ujung palpus membesar Antena pilose (club forming) Palpi lebih pendek dari proboscis Betina : Antena pilose Palpi sama panjang dengan proboscis Aedes aegypti Culex Ujung abdomen sedikit Ujung quenquefasciat abdomen melancip. Warna hitam, us dengan belang tumpul dan belang putih Warna cokelat terpancung pada abdomen muda (truncated) dan kaki Abdomen Abdomen berujung tumpul berujung lancip Mesonotum (pointed) tanpa tanda Mesonotum khas dengan gambar 'lyre' / harpa putih Sayap pada bagian Sisik sayap Sisik sayap Sisik sayap pinggir (kosta dan vena sempit panjang sempit panjang lebar I) ditumbuhi sisik sisik asimetris sayap yang berkelompok

ANOPHELINI Anopheles dorsal

Fakultas Kedokteran UII

[ 71 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Posisi menggigit

ANOPHELINI Anopheles membentuk gambaran belang hitam-putih. Kepala dan badan membentuk garis lurus

Aedes

CULICIDAE Culex

Mansonia

Kepala dan badan membentuk sudut

Gambar 4 . Morfologi nyamuk (sumber http://www.who.int)

[ 72 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Tugas mahasiswa : 1. Melihat preparat makroskopis dan mikroskopis. 2. Mengisi kertas kerja 3. Diskusi dengan asisten tentang : b. Siklus hidup nyamuk. c. Membedakan spesies nyamuk tiap stadium. d. Peran nyamuk sebagai vektor penyakit. e. Pemberantasan penyakit terkait vektor.

Fakultas Kedokteran UII

[ 73 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

LEMBAR KERJA

[ 74 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM I 1. SEDIAAN DARAH TIPIS

Plasmodium vivax

Trofozoit muda : .a ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

Trofozoit tua : .b ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ......................................................

Fakultas Kedokteran UII

[ 75 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Skizon muda : .c ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

Skizon tua : .d ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... Mikrogametosit : .e ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

[ 76 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Makrogametosit : .f ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

Plasmodium falsiparum

Trofozoit muda : .a ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

Fakultas Kedokteran UII

[ 77 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Trofozoit Tua .b ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... Skizon muda : .c ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... Skizon masak : .d ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

[ 78 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Mikrogametosit : .e ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... Makrogametosit : .f ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ........................................................ 2. SEDIAAN DARAH TEBAL Plasmodium vivax ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

Fakultas Kedokteran UII

[ 79 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Plasmodium falsiparum ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... ....................................................... .......................................................

[ 80 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM II MIKROFILARIA 1. Wuchereria bancrofti

........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................

2.

Brugia malayi ...................................................................................

........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................

3.

Brugia timori ...................................................................................

........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................ ........................................................................................

Fakultas Kedokteran UII

[ 81 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

........................................................................................ ........................................................................................

[ 82 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM III 1. Aedes aegypti

Telur

Larva

Pupa

asaDew

Kepala jantan

Kepala betina

Fakultas Kedokteran UII

[ 83 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

2.

Aedes albopictus

Telur

Larva

Pupa

Dewasa

Kepala jantan

Kepala betina

[ 84 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

3.

Culex

Telur

Larva

Pupa

Dewasa

Kepala jantan

Kepala betina

Fakultas Kedokteran UII

[ 85 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

4.

Anopheles

Telur

Larva

Pupa

Dewasa

Kepala jantan

Kepala betina

[ 86 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

5.

Mansonia

Telur

Larva

Fakultas Kedokteran UII

[ 87 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 88 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PRAKTIKUM

PAT. ANATOMI

Fakultas Kedokteran UII

[ 89 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 90 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI


1. Degenerasi hialin Diambil dari jaringan myoma uteri pada wanita, 25 tahun, Indonesia. Perbesaran lemah : Selain jaringan myoma terdapat jaringan yang mengalami degenerasi hialin, dengan inti yang sedikit. Perbesaran kuat : Inti terlihat fusiform, jumlah sedikit. Degenerasi hidropik Diambil dari jaringan mola hydatidosa Perbesaran lemah / kuat : Terlihat villi chorialis dengan degenerasi hidropik, yaiotu stroma di dalam villi yang mencair. Degenerasi musinosa/mukoid Perbesaran lemah / kuat : terdapat sel-sel yang mengandung vacuola dalam protoplasma vacuola ada yang masih kecil, tapi banyak juga yang besar sehingga mendesak inti sel ke tepi. Kadang-kadang dalam protoplasma terlihat lebih dari satu vacuola yang kecil-kecil, vacuola ini tampak seperti kosong tetapi sebenarnya berisi bahan mukoid. Vacuola ini terus membesar oleh karena timbunan mukoid makin lama makin besar dan lambat laun menjadi vacuola yang besar dan mendesak inti sel ke tepi, sehingga sel-sel tersebut berbentuk seperti cincin stempel. Sel-sel yang demikian ini akhirnya akan mati karena desakan, dan mukoid yang ada di dalamnya akan tertimbun di sekitarnya. Degenerasi amiloid Perbesaran lemah / kuat : Di bawah epitel skuamous kompleks dari konjunctiva yang agak menebal tampak gambaran bulat yang berwarna merah homogen tanpa struktur. Dengan pengecatan khusus untuk amiloid, sarang bulat ini memberi reaksi positif. Coba bandingkan dengan degenerasi hialin. Kalsifikasi distrofis Diambil dari benjolan di dalam mulut, sebesar buah duku, tidak terasa sakit, kadang-kadang berdarah, pada seorang perempuan, 18 th. Perbesaran lemah / kuat : Di bawah epitel skuoamous berlapis tampak jaringan ikat fibrosa, di antaranya terdapat perkapuran ( tampak berwarna ungu ). Radang akut Organ : appendiks Perbesaran Lemah : Seluruh dinding appendiks tidak normal lagi, penuh infiltrasi sel-sel radang. Tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa sembab ( edema ). Pembuluh-pembuluh darah dalam tunika serosa sangat melebar, berisi penuh dengan darah ( hiperemia ). Tunika mukosa utuh Dalam lumen appendiks terdapat timbunan sel-sel radang

2.

3.

4.

5.

6.

Fakultas Kedokteran UII

[ 91 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Perbesaran Kuat : Terlihat nyata bahwa tunika mukosa masih utuh, akan tetapi penuh dengan leukositleukosit. Kumpulan sel-sel dalam lumen appendiks ternyata leukosit. Tunika submukosa terlihat sangat sembab, dengan pembuluh-pembuluh darah yang melebar, terdapat infiltrasi yang merata oleh leokosit-leukosit dan di sana-sini terdapat perdarahan kecil-kecil ( hemoragi ). Tunika muskularis terlihat sembab dengan infiltrasi merata oleh leukosit polimorfonuklear. Pada beberapa tempat tampak adanya degenerasi berat sampai nekrosis dari jaringanjaringan otot polos. Tunika serosa tampak sembab dengan pembuluh-pembuluh darah yang melebar, pada beberapa tempat terdapat degenerasi sampai nekrosis. 7. Radang kronis ( granuloma piogenikum / granuloma teleangiektatikum ) Klinis : Benjolan di bibir atas. Perbesaran Lemah : Lapisan epitel skuamous sudah tidak menutupi seluruh permukaan lagi. Pada tempat-tempat yang tidak berepitel terdapat jaringan yang nekrosis / ulkus. Di bawah epitel skuamous dan jaringan nekrotik terdapat jaringan ikat longgar sampai padat yang mengandung banyak pembuluh darah. Tampak adanya edema pada jaringan ikat longgar tersebut. Pada jaringan ikat longgar tersebut terdapat infiltrate yang merata oleh sel-sel berukuran kecil. Perbesaran Kuat : Terlihat infiltrasi ringan oleh llimfosit-limfosit, sedikit leukosit dan sedikit sel plasmapad jaringan ikat. Di dalam jaringan ikat terdapat sel-sel jenis jaringan ikat yang telah membuat kolagen. Sel-sel endotel pembuluh darah kebanyakan membengkak dan membulat bentuknya. Di dalam jaringan ikat yang longgar terlihat nyata adanya edema. 8. Thopus Perbesaran lemah : Terlihat sarang-sarang bulat dan hamper bulat dengan bagian-bagian yang merupakan bagian yang tidak berstruktur seluler dan di bagian tepinya dikelilingi oleh suatu jaringan dengan selsel yang besar dan kecil. Perbesaran kuat : Bagian yang tidak berstruktur ternyata adalah jaringan yanbg nekrotis dan diantaranya terdapat bahan yang homogen. Semua ini dikelilingi oleh jaringan yang terdiri atas sel-sel raksasa tipe benda asing. Limfadenitis tuberkulosa Klinis : Penderita perempuan, 40 tahun, sejak dua tahun belakangan ini badan sering panas dan kumat-kumatan, foto roentgen paru bersih, sejak 4 tahun belakangan terdapat merongkol kecil-kecil pada leher di sebelah kiri. Perbesaran lemah : Jaringan kelenjar getah bening, hamper seluruhnya mengalami nekrosis, hanya di bagian tepi masih terlihat adanya jaringan kelenjar getah bening sebagai lapisan tipis, sedangkan di dalamnya terlihat tuberkel-tuberkel epiteloid, ada yang mengandung nekrosis di dalamnya, ada juga yang tidak. Di dalam tuberkel terdapat sel-sel raksasa Langhans.

9.

[ 92 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

Perbesaran kuat : Tidak menunjukkan struktur lagi ( perkejuan ) Pada tepi bagian perkejuan terdapat tuberkel epiteloid, ada yang dengan atau tanpa perkejuan. Dapat terlihat dengan nyata adanya sel-sel raksasa tipe Langhans Perhatian : Tuberkel tidak mengandung pembuluh darah Tepi tuberkel dikelilingi timbunan limfosit.

Fakultas Kedokteran UII

[ 93 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 94 ]

Fakultas Kedokteran UII

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

DAFTAR PUSTAKA
Nirwati, Hera, _______, Pembuatan Preparat dan Pengecatan dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Strohl, William A, Rouse,H, Fisher, BD, 2001, Lippincotts Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA Brooks,GF, Butel,JS, Morse,SA, 2004, Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical Microbiology, 23rd ed., McGraw Hill, USA Saleh,Suparwoto _______, Pemeriksaan Staphylococcus dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Strohl, William A, Rouse,H, Fisher, BD, 2001, Lippincotts Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA Brooks,GF, Butel,JS, Morse,SA, 2004, Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical Microbiology, 23 ed., McGraw Hill, USA
rd

Saleh,Suparwoto _______, Pemeriksaan Streptococcus dalam Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Strohl, William A, Rouse,H, Fisher, BD, 2001, Lippincotts Illustrated Reviews: Microbiology, Lippincott William & Wilkins, USA

Fakultas Kedokteran UII

[ 95 ]

Buku Panduan Praktikum

Blok SPT-PI

[ 96 ]

Fakultas Kedokteran UII

Anda mungkin juga menyukai