Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MEMAHAMI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI

DOSEN PEMBIMBING :

RAHMAD YULMIANDO, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

DEWI NUR KHASANAH NIM : 501191010010

RIO FEBRIANTO NIM : 501191010021

PROGRAM STUDI PENJASKESREK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI HILIR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunianya sehingga makalah yang ditugaskan dapat
terselesaikan degan baik. Dalam kesempatan ini saya akan membahas
sebuah judul yaitu “ Melompat”. Penulis makalah merupakan salah
satu contoh pembelajaran untuk bisa lebih memahami secara
mendalam tentang materi dari mata kuliah yang akan dipelajari.

Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan
keritikan dan saran dari dosen pembimbing atau pun teman-teman
yang bersifat membangun. Agar makalah kedepannya bisa menjadi
lebih baik. Semoga makalah yang saya sajikan ini bisa bermanfaat
bagi kita semua Amin.

Tembilahan, 04 juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan jasmani.........................................................................3


B. Kondisi Pendidikan jasmani saat ini.................................................................4
C. Upaya meningkatkan pendidikan jasmani........................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Filsafat merupakan salah satu sumber kebenaran yang dapat dijadikan


sebagai pedoman dalam brfikir, bersikap dan bertindak, baik untuk
menjalankan rutinitas kegiatan keseharian, maupun untuk memecahkan suatu
permasalahan termasuk permasalahan dalam Dikjasor.

Penerapan filsafat pada pendidikan jasmani dan olahraga merupakan


suatu hal yang sangat vital. Dengan nilai filosofis yang diyakini
kebenarannya, fakta-akta disoroti untuk melahirkan dasar-dasar yang akan
dipakai sebagai acuan atau pedoman dalam mengembangkan dan
menjalankan program pendidikan jasmani dan olahraga.

Pendidikan Jasmani (penjas), Olahraga, dan Bermain menurut teori


para ahli. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan
jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan
pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk
mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani.

        Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan
mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di
dalamnya tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus
disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan,
sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan
olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar
pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif
perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Permasalahan pendidikan jasmani di Indonesia ini menjadi hal yang penting
untuk kita perbaiki karna pendidikan jasmani sangat diperlukan dan menjadi
kebutuhan bagi orang atau masyarakat Indonesia.

1
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu pendidikan jasmani di indonesia?
b. Bagaimana kondisi pendidikan jasmani saat ini di indonesia?
c. Bagaimana upaya untuk peningkatan pendidikan jasmani di Indonesia?

3. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pendidikan jasmani di Indonesia
b. Untuk mengetahui kondisi pendidikan jasmani saat ini di Indonesia
c. Untuk mengetahui upaya untuk peningkatkan pendidikan jasmani di
indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

            Pengertian pendidikan jasmani sering disamakan dengan konsep lain,
dimana pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan
yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body
building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (pysical
activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu
memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani
yang sebenarnya. walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai
tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka
kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.

Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan


fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan
secara umum (general education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan
sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan.

Menurut para ahli:

- Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani


didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang
berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan
dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut. Dauer
dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah
fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi,
terutama melalui pengalaman gerak untuk pertumbuhan dan perkembangan
secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai
pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara
yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan
program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan
memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif,
dan afektif.

3
- Bucher (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses
pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan
emosional.
- Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan
jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,
intelektual dan emosional.

2. Kondisi Pendidikan Jasmani Saat Ini

Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia,


hingga saat ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di
sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang
memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan
tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa
pengamat pendidikan jasmani dan olahraga (Cholik Mutohir, 1990a: 1990b,
1993: Mujiharsono, 1993; Soediyarto, 1992, 1993). Kondisi ini disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan  guru
pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk
mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani (cf. Cholik Mutohir, 1990a;
1990b, 1993: Soediyarto, 1992, 1993).  

Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan
lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam
melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil
melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik
melalui pendidikan jasmani. Tampak pendidikan jasmani belum berhasil
mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik
fisik, Mental maupun intelektual (Kantor Menpora, 1983). Hal ini benar
mengingat bahwa kebanyakan guru pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah
bukan guru khusus yang secara normal mempunyai kompetensi dan
pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan jasmani. Mereka
kebanyakan adalah guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata
pelajaran yang salah satunya adalah pendidikan jasmani.

4
Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan
jasmani cenderung tradisional. Model metode-metode praktik dipusatkan pada
guru (Teacher Centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik
berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut
hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif
sendiri (Student Centered).

Guru pendidikan jasmani tradisional cenderung menekankan pada


penguasaan keterampilan cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti
halnya pendekatan pelatihan olahraga. Dalam pendekatan ini, guru menentukan
tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti
melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak
optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan
dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya.

3. Upaya peningkatan Mutu Pendidikan Jasmani


Dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai usaha telah dilakukan
oleh pemerintah Indonesia dengan membuat kebijakan-kebijakan baru guna
meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani. Kurikulum baru (1994) yang
mencakup pendidikan jasmani bagi sekolah dasar dan menengah telah dibuat
dan diputuskan. Demikian pula kurikulum baru bagi program Diploma II,
dimana guru-guru sekolah dasar yang didalamnya terdapat mata kuliah
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan telah dipersiapkan sebagai penyempurnaan
kurikulum lama. Upaya pembaharuan kurikulum tersebut, seharusnya diikuti
dengan upaya peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pengadaan fasilitas pendukungnya.
hingga dewasa ini usaha-usaha yang dilakukan guru pendidikan jasmani dan
menyediakan fasilitas yang mendukung program-program pendidikan jasmani
belum dilakukan secara optimum. Apabila kondisi seperti ini terjadi terus,
maka dapat diperkirakan bahwa inovasi-inovasi kurikulum yang dilakukan
tidak dapat direalisasikan dengan efektif. Kurikulum sebagai salah satu
komponen pendidikan tidak akan berarti, makalah para guru atau dosen yang
melaksanakan kurikulum dalam kondisi yang kurang menguntungkan, baik
dalam kemampuan mengajar maupun fasilitas yang mendukungnya. Mereka
akhirnya melaksanakan tugas mengajar pendidikan jasmani cenderung secara
rutin dan tradisional. Akibatnya, sering berbagai upaya inovasi yang telah
dilancarkan, mengalami berbagai kendala dan hambatan. Untuk itu, jika
implementasi kurikulum pendidikan jasmani harus bisa dicapai dan berhasil,
maka harus ada keinginan yang besar untuk meningkatkan kemampuan guru
dan menambah fasilitas yang sesuai. 

5
Keefektifan pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah
pada beberapa tahun terakhir telah menjadi isu nasional yang menarik. Isu
tersebut sering dibicarakan secara serius dalam forum diskusi atau seminar
tingkat nasional oleh berbagai kalangan termasuk para pakar dan praktisi
pendidikan jasmani. Berbagai saran dan rekomendasi sering diajukan dalam
upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah-sekolah
termasuk perbaikan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan
lapangan dan fasilitasnya. Sesungguhnya upaya unt4uk meningkatkan mutu
pelaksanaan pendidikan jasmani telah mendapat perhatian sebagaimana
tertuang dalam amanat GBHN 1983 sebagai berikut:
Pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan dan di masyarakat
sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota
masyarakat. Selanjutnya perlu ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana
pendidikan jasmani dan olahraga, termasuk pendidik, pelatih dan
penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat (Sumber, Yayasan Pelita, 1983:104).
Pada tahun 1983 itu juga Presiden Suharto mengamanatkan agar
pendidikan jasmani di sekolah mulai Taman Kanak-Kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi perlu lebih digiatkan dan dikembangkan. Kebijaksanaan
telah jelas dan arah pengembangan pendidikan jasmani sesungguhnya telah
jelas. Kini yang menjadi permasalahan pokok adalah seberapa jauh tingkat
keberhasilan strategi dan pelaksanaan pembangunan pendidikan jasmani dan
olahraga di masyarakat khususnya dalam pendidikan jasmani di setiap tingkat
sekolah.  Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih
dari sekedar mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada
hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada
pengembangan  pribadi anak seutuhnya.
Sejarah pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia menunjukkan,
bahwa aspek politik dari olahraga pada umumnya masih dominan. Bahkan
dewasa ini, prestasi olahraga tetap dipandang sebagai “alat” untuk
menunjukkan dan sekaligus mengingat  martabat bangsa, terutama di forum
internasional. Akibatnya, perhatian yang begitu besar terhadap pencapaian
prestasi masuk ke dalam kurikulum pendidikan jasmani. Isi kurikulum
pendidikan jasmani misalnya, meskipun ada pilihan, mengarah ke penguasaan
cabang olahraga. Meskipun kurikulum tersebut dirancang dengan
memperhatikan faktorsosio-anthropologis, sosio kultural  dan geografis, tetapi
pengaruh dari kelompok-kelompok peminat dan pemerhati, terutama dari
kalangan politisi tak dapat dihindarkan.

6
Hal ini tercermin, misalnya dalam “gerakan 4-5” yakni 4-5 cabang olahraga
(atletik, senam, pencaksilat, dan permainan) yang dipromosikan di bawah
payung pembinaan olahraga usia dini.

Berkenaan hal di atas, tampaknya telah terjadi miskonsepsi pembinaan


olahraga usia dini di Indonesia. Miskonsepsi itu bukan saja berkaitan dengan
tujuan tetapi juga pelaksanaannya. Pembinaan olahraga usia dini dipahami
sebagai fase pembinaan untuk mengenal dan menguasai suatu cabang olahraga
dengan penekanan pada penguasaan keterampilan khusus, sebagai spesialisasi
dalam rangka pencapaian prestasi. Sebagai akibat terlalu mendewakan prestasi,
pembinaan olah raga di kalangan anak usia muda disalah gunakan, dan bahkan
dalam praktiknya sering bertentangan dengan norma-norma pendidikan. Anak-
anak yang seharusnya tumbuh dengan wajar, sering memperoleh perlakuan
diluar batas kemampuannya. Sering anak dipaksa harus berlatih dengan beban
yang berlebihan. Sering anak dipaksa harus berlatih dengan beban yang
berlebihan. Kasus penggunaan obat terlarang pada anak usia dini dan pencurian
umur dalam arena kejuaraan kelompok umur dalam arena kejuaraan kelompok
umur merupakan pengalaman yang negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak.
Idealnya, sesuai dengan pandangan hidup (filsafat) dan konsep
pendidikan jasmani yang kita anut, pembinaan olahraga usia dini itu diarahkan
pada pengenalan dan penguasaan keterampilan dasar suatu cabang olahraga
yang dilengkapi dengan pengembangan keterampilan serta kemampuan fisik
yang bersifat umum. Sementara itu, dalam konteks pendidikan jasmani, seperti
pada kelas-kelas awal, penekanannya pada pengembangan keterampilan gerak
secara menyeluruh.

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pendidikan jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan dan di masyarakat
sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota
masyarakat. Selanjutnya perlu ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana
pendidikan jasmani dan olahraga, termasuk pendidik, pelatih dan
penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat (Sumber, Yayasan Pelita, 1983:104).
Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari
sekedar mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada
hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada
pengembangan  pribadi anak seutuhnya. Gaya mengajar yang dilakukan oleh
guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model metode-
metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana para siswa
melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru.
Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai
dengan inisiatif sendiri (Student Centered).

2. Saran
a. Seorang pendidik harus bisa menguasai tentang apa yang akan diajarkan
terutama pendidikan jasmani
b. Seorang pendidik harus memberikan pengajaran yang inovatif kepada
siswa untuk pembelajaran pendidikan jasmani
c. Seorang pendidik harus memberikan model metode-metode yang diberikan
kepada siswa.

8
Daftar Pustaka

(Cholik Mutohir, 1990a: 1990b, 1993: Mujiharsono, 1993; Soediyarto, 1992,


1993).

Bagi Anak. Jumal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol.2, NO.1. Yogyakarta:


Fakultas

Caly Setiawan.(2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalam Pendidikan Jasmani.

DjokoPekik Irianto.(2005).BermainSebagai Upaya DiniMeletakkan Dasar


Kebugaran

IImu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Jumal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol.1, No.1. Yogyakarta: Fakultas IImu

Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai