Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

“GASTRITIS”

TRIWULANSYAH
BT2001028
TINGKAT 2 A

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Nirwana, S.Kep A.Artifasari, S.Kep,Ns,M,Kep

AKPER BATARI TOJA WATAMPONE

2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “M”

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “GASTRITIS”

DI RUANGAN PERAWATAN MULTAZAM

RUMAH SAKIT HAPSAH KAB. BONE

TRIWULANSYAH
BT2001028
TINGKAT 2 A

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Nirwana, S.Kep A.Artifasari, S.Kep.,Ns.,M.Kes

AKPER BATARI TOJA WATAMPONE

2022/2023
I. KONSEP MEDIK

A. Definisi
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (local).Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan
gastritis atropik kronis (Hardi.K & Huda.A.N, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,
peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung
sampai terlepasnya epitel, pelepasan epitel merangsang timbulnya
proses inflamasi pada lambung(Sunarmi, 2018).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pemakaian obat antiinflamasi
Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam
mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non
steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung, karena
terjadinya difusi balik ion hidrogen ke epitel lambung
2. Konsumsi alkohol
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak
sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan
terjadinya iritasi pada mukosa lambung (Rahayuningsih, 2010).
3. Terlalu banyak merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus
yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga
suplai darah ke lambung mengalami penurunan.
4. Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme
didalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal
uremik). Perubahan ini dapat memicu kerusakan epitel mukosa
lambung (Rahayuningsih, 2010).
5. Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar merusak sel yang
pertumbuhannya abnormal, perusakan ini ternyata dapat juga
mengenai sel inang pada tubuh manusia.Pemberian kemoterapi
dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa
lambung.
6. Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan
merangsang peningkatan laju metabolik yang berdampak pada
peningkatan aktivitas lambung dalam mencerna makanan.
Peningkatan HCl lambung dalam kondisi seperti ini dapat meicu
timbulnya perlukaan pada lambung.
7. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa
Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, thiner, obat-
obatan serangga dan hama tanaman, jenis kimia ini dapat merusak
lapisan mukosa dengan cepat sehingga sangat beresiko terjadi
perdarahan.
8. Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan
saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab
gangguan kebutuhan jaringan lambung
9. Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang
pelepasan gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti
bakteri Helycobacter pylori.
10. Stress berat
Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.
Peningkatan HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang
dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.

C. Patofisiologi
Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari
pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan
perlindungan ini ketika mukosa barier rusak maka timbul peradangan
pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamin dan
stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke
dalam mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan
mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada
lambung.Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai
penghambat difusi barier.Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada
gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema, peradangan sel
supervisial.Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan.
Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan
dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis
dan mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik
menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk.

D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa
pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut
dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri
epigastrum, mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan
Lusiabah, 2010).
Tanda dan gejala gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan..
2. Gastritis Kronis.
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan
pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

E. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis antara lain :
1. Pendarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan
medis.
2. Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.
3. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.
4. Anemia pernisiosa, keganasan lambung.

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik sebagai berikut :
1. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.
2. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
3. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
4. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk
perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau
derajat ulkus jaringan atau cidera.
5. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan
asam hidroklork dan pembentukan asam noktura.
7. Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak
meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
8. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat
mengganggu metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah
lengkap dan jumlah besar diberikan.
9. Natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh.
10. Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster
berat atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium
dapat terjadi setelah trasfusi darah.
11. Amilase serum : Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan pada gastritis meliputi :
1. Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
2. Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai
gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati
dengan antasida dan istirahat.
3. Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat
pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi
lambung.
4. Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi.
5. Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6. Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan secara sistematisdalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari pasien
(data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada (data
tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat
catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis
yaitu sebagai berikut:
1. Identitas klien : Meliputinama klien, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status pernikahan, alamat, pekerjaan, nomor RM,
tanggal masuk rumah sakit serta identitas orangtua.
2. Keluhan utama: klien dengan penyakit gastritis biasanya merasakan
nyeri pada abdomen
3. Riwayat kesehatan sekarang: Meliputi perjalanan penyakitnya,
awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan
secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, ketika
mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya
pengkajian, upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Pada klien
gastritis biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada
abdomen. Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST : P
(provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya
nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa
tajam, tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi
perjalanan nyeri.S (Severity), yaitu skala/ keparahan atau intensitas
nyeri.T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
4. Riwayat kesehatan lalu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.
5. Riwayat kesehtan keluarga: dihubungkan dengan kemungkinan
adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu
keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adalah keluarga yang
mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan
penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya
dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum-
minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan
pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan
rokok.
6. Riwayat psikososial : Meliputi mekanisme koping yang
digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana
motivasi kesembuhan dan cara klien menerimakeadaannya.
7. Pola kebiasaan sehari-hari. Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan
sehari- hari pada pasien gastritis, yaitu :
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola aktivitas/ latihan
e. Pola kognisi-perceptual
f. Pola toleransi-koping stress
g. Pola persepsi diri/ konsep koping
h. Pola seksual reproduktif i)Pola hubungan dan peran
i. Pola nilai dan keyakinan
8. Kebutuhan dasar
Kaji pola makan dan minum, pola istirahat dan tidur, eliminasi dan
kebersihan diri dan factor alergi.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskiltasi. Menurut Doengoes (2000), data dasar
pengkajian pasien gastritis meliputi :
a. Data Subjektif
1) Keadaan umum, tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
2) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
3) B1 (Breath) : Takhipnea
4) B2 (Blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kuli tpucat.
5) B3 (Brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
6) B4 (Bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
7) B5 (Bowel) : Anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri
uluhati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
8) B6 (Bone) : Kelelahan, kelemahan.
9) Kesadaran : Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari
cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai koma
(tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).
b. Data objektif
1) Kepala dan muka : Wajah pucat dan sayu (kekurangan
nutrisi), wajah berkerut.
2) Mata : Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis
(penurunan oksigen kejaringan), konjung tiva pucat dan
kering.
3) Mulut dan faring : Mukosa bibir kering (peurunan cairan
intrasel mukosa) bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut
tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal hygiene).
4) Abdomen
a. Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering,
lembab, besar dan bentuk abdomen rata atau menonjol.
Jika pasien melipat lutut sampai dada sering merubah
posisi, menandakan pasien nyeri.
b. Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
c. Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen yang
ditemukan hypertimpani (bising usus meningkat).
d. Palpasi : Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang.
Terdapat nyeri tekan pada region epigastik (terjadi karena
distruksi asam lambung)
5) Integumen : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada
jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit/membrane
mukosa berkeringan (menunjukkan status syok, nyeriakut,
respon psikologik)

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan
yaitu mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon
seorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Tujuan pencacatan diagnosa keperawatan yaitu
sebagai alat komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami
pasien saat ini dan merupakan tanggung jawab seorang perawat
terhadap masalah yang diidentifikasi berdasarkan data serta
mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
C. Penyimpanan KDM

(helipbacter pylori),pola
makan,autoimun

Mengganggu lapisan mukosa

Mengurangi prostat Obat-obatan,stres,alkohol,bakteri landin

Merusak pertahanan mukosa lambung

Iritasi lambung

GASTRITIS

Sekresi mukosa(berupa Hco2)

Asam mukosa Mukus yang melindungi


lambung mukosa lambung

Inflamasi mukosa lambung Nyeri


akut Perlindungan mukus

Erosi mukosa
Perubahan status Gangguan rasa
lambung
kesehatan nyaman

Gangguan pola tidur


Kurang informasi
kesehatan

Kurangnya Ansieta
pengetahuan s
D. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, dan memecahkan masalah yang tertulis (Bulechek,
2016).Intervensi keperawatan mengembangkan tujuan untuk
mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah umtuk
mengidentifikasi intervensi keperawatan untuk menetapkan priorotas
masalah menetapkan hasil yang akan diharapkan dan memilih
untervensi keperawatan untuk menghasilkan asuhan keperawatan.
(Abarca, 2021)
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
berhubungan dilakukan Observasi
dengan agen tindakan 1. Identifikasi
pencedera keperawatan lokasi,karakteristik,durasi,fre
fisiologi selama 1 x 8 jam kuensi,kualitas,intensitas
maka diharapkan nyeri
tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan 3. Identifikasi respon nyeri non
kriteria hasil : verbal
1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
2. Meringis memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Gelisah keyakinan tentang nyeri
menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
4. Kesulitan terhadap respon nyeri
tidur menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS,hipnosis,kompre
s hangat/dingin,terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisi
ngan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor,nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara cepat
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Ansietas Setelah Reduksi ansietas
berhubungan dilakukan Observasi
dengan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat
kurang keperawatan ansietas berubah (mis.
terpapar selama 1 x 8 jam Kondisi,waktu,stresor)
informasi maka diharapkan 2. Identifikasi kemampuan
tingkat ansietas mengambil keputusan
menurun dengan 3. Monitor tanda-tanda
kriteria hasil : ansietas (verbal dan
1. Verbalisasi nonverbal)
kebingungan Terapeutik
menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik
2. Verbalisasi untuk menumbuhkan
khawatir kepercayaan
akibat kondisi 2. Temani pasien untuk
yang dihadapi mengurangi kecemasan,jika
menurun memungkinkan
3. Perilaku 3. Pahami situasi yang
gelisah membuat ansietas
menurun 4. Dengarkan dengan penuh
4. Perilaku perhatian
tegang 5. Gunakan pendekatan yang
menurun tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,termasuk
sensasi yang mugkin
dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai
diagnosis,pengobatan,dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif,sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Gangguan Setelah Dukungan tidur
pola tidur dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Identifikasi pola aktivitas
dengan keperawatan dan tidur
hambatan selama 1 x 8 jam 2. Identifikasi faktor
lingkungan maka diharapkan pengganggu tidur (fisik
pola tidur dan/atau psikologis)
membaik dengan 3. Identifikasi makanan dan
kriteria hasil : minuman yang mengganggu
1. Keluhan sulit tidur (mis. Kopi, teh,
tidur alkohol, makanan mendekati
menurun waktu tidur, minum banyak
2. Keluhan tidak air sebelum tidur)
puas tidur 4. Identifikasi obat tidur yang
menurun dikonsumsi
3. Keluhan pola
tidur berubah Terapeutik
menurun 1. Modifikasi lingkungan (mis.
4. Keluhan Pencahayaan, kebisingan,
istirahat tidak suhu, matras, dan tempat
cukup tidur)
menurun 2. Batasi waktu tidur siang,jika
perlu
3. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis
psikologis, gaya hdup, sering
berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Gangguan Setelah Terapi relaksasi
rasa nyaman dilakukan Observasi
berhubungan tindakan 1. Identifikasi penurunan
dengan gejala keperawatan tingkat
penyakit selama 1 x 8 jam energi,ketidakmampuan
maka diharapkan berkonsentrasi,atau gejala
status lain yang mengganggu
kenyamanan kemampuan kognitif
meningkat 2. Identifikasi teknik relaksasi
dengan kriteria yang pernah efektif
hasil : digunakan
1. Keluhan tidak 3. Identifikasi kesediaan,
nyaman kemampuan, dan penggunaan
menurun teknik sebelumnya
2. Gelisah 4. Periksa ketegangan otot,
menurun frekuensi nadi, tekanan darah
3. Keluhan sulit ,dan suhu sebelum dan
tidur menurun sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain,jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
6. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi ( mis.napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)

E. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah fase Tindakan atau melakukan proses
keperawatan, dimana perawat melakukan intervensi yang telah
direncanakan. Pengakajian lanjutan pada pasien sebelum, selama dan
setelah intervensi adalah komponen dasar dalam implementasi
keperawatan.(Tarigan & Handiyani, 2019).

F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan dari pengkajian, diagnosis,
perencanaan dan implementasi. Klien adalah focus evaluasi, Langkah-
langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis
respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan atau kegagalan dan perencanaan untuk asuhan di masa
depan.(Purba, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Hardi. K & Huda A.N. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


giagnosa medis. Yogyakarta: Medication.

Sunarmi. 2018. Faktor-faktor yang Berisiko dengan Penyakit Gastritis di


Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Palembang Tahun 2018. Volume
8, Juni 2018. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan

Tarigan, R., & Handiyani, H. (2019). Manfaat Implementasi Dokumentasi Asuhan


Keperawatan Berbasis Komputerisasi Dalam Meningkatkan Mutu Asuhan
Keperawatan. 08(2), 110–116.
https://stikesmu-sidrap.ejournal.id/JIKP/article/view/126

Tim Pokja SDKI DPP, PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP, PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP, PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai