Anda di halaman 1dari 16

PROBLEMA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Pembiayaan Pendidikan
Dosen pengampu: Oda Kinata Banurea., M.Pd.

Disusun oleh:
PAI-5 / Semester VI

Win Ryansyah Ramadhan 0301192197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022

BAB I

PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan bangsa dan negara. Karena
pendidikan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia supaya mampu bersaing di tengah kompetisi kehidupan berbangsa yang semakin
majudan modern. Pendidikan adalah investasi jangka panjang dan menjadi kunci utama untuk
masa depan yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya
pendidikan yang memadahi dan berkualitas, maka bangsa Indonesia akan semakin tertingal
dengan Negara lain. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila negara yang memiliki penduduk
dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat ekonomi yang pesat.
Menurut Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada semua tingkatan penyelenggaraan pendidikan pembiayaan merupakan hal yang


sangat penting untuk turut menjamin terlaksananya pendidikan. Pendidikan tidak akan
berjalan tanpa adanya biaya. Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang
mahal. Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakekatnya akan
memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai sektor publik yang dapat
melayani masyarakat dengan berbagai pengajaran, bimbingan dan latihan yang dibutuhkan
oleh peserta didik. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 membawa
implikasi terhadap perlunya disusun standar pembiayaan yang meliputi standarisasi
komponen biaya pendidikan yang meliputi biaya operasional, biaya investasi dan biaya
personal. Selanjutnya dinyatakan bahwa standar biaya-biaya satuan Pendidikan ini ditetapkan
dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP).
Standar pembiayaan Pendidikan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan di setiap Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertaman (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di seluruh Indonesia.(Sudarmono et al. 2021)
Oleh karena Pembiayaan pendidikan merupakan suatu konsep yang seharusnya ada
dan tidak dapat dipahami tanpa mengkaji konsep-konsep yang mendasarinya. Ada anggapan
bahwa pembicarakan pembiayaan pendidikan tidak lepas dari persoalan ekonomi pendidikan.
Johns dan Morphet Mengemukakan bahwa “pendidikan itu mempunyai peranan vital

2
terhadap ekonomi dan negara modern. Berikut pada makalah ini akan menjelaskan apa saja
yang menjadi problematika dalam pembiayaan Pendidikan .

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja problema yang ada dalam pembiayaan pendidikan ?

3
BAB II

Kajian Teoritis

A. Konsep Pembiayaan Pendidikan

1. Pengertian Pembiayan Pendidikan

Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembiayaan merupakan salah
satu sumber daya yang secara langsung dapat menunjang keefektifan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan.

Menurut Supriyono biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa. Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran, dalam
istilah ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya.

Menurut Yahya yang dikutip oleh Mulyono pembiayaan adalah bagaimana mencari dana
atau sumber dana dan bagaimana menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana
biaya standar, memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan masa yang akan
datang akan uang. Pembiayaan pendidikan merupakan proses yang dimana pendapatan
dan sumber daya tersedia digunakan untuk menyusun dan menjalankan program kegiatan
sekolah.

Menurut Nanang Fattah biaya pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji
guru, peningkatan profesional peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat
tulis kantor (ATK), kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi
pendidikan.

Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masingmasing


negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi
sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara.(Kurniawan 2019)

4
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah dana yang diberikan kepada
sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di sekolah, dan
berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan.

2. Jenis Biaya Pendidikan

(W. P 2013)Beberapa jenis dan golongan biaya Pendidikan ;

Pertama, biaya langsung (direct cost) diartikan sebagai pengeluaran uang yang secara
langsung membiayai penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat . (Anwar M. I., 2004) Biaya langsung juga diartikan sebagai biaya yang
secara langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan. Sebagai contoh biaya untuk gaji
guru dan pengadaan fasilitas belajar-mengajar. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik berupa pembelian
alatalat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, dan gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
Pemerintah, orang tua, maupun peserta didik sendiri. 1

Kedua, biaya tidak langsung (indirect cost) dapat dimaknai sebagai biaya yang
umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan ,
bebasnya beban pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba bebasnya sewa perangkat
sekolah yang tidak dipakai secara langsung dalam proses pendidikan serta penyusutan
sebagai cermin pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama dipergunakan 2

Ketiga, monetary cost adalah semua bentuk pengeluaran dalam bentuk uang, baik langsung
maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan.

Keempat. non monetary Cost adalah semua bentuk pengeluaran yang tidak dalam bentuk
uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung
yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Nasional

1 Gaffar, M. Fakry. Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan. Bandung :Mimbar Pendidikan . 1991, No. 1 Tahun X,
56 –60.
2 Fattah, Nanang. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira. 2000

5
Pendidikan (SNP) Pasal 62 disebutkan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal . Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja
tetap. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai; dan biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Adapun biaya personal meliputi biaya
Pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengukuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan .

Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan (Pasal 7 sampai dengan Pasal 30), pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan pemerintah daerah yang terdiri atas 5 (lima) jenis, yaitu: 1) biaya
investasi satuan pendidikan,meliputi: a) biaya investasi lahan pendidikan dan b) biaya
investasi selain lahan pendidikan; 2) biaya investasi penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan, meliputi: a) biaya investasi lahan dan b) biaya investasi selain lahan; 3) biaya
operasi satuan pendidikan, meliputi: a) biaya personalia dan b) biaya nonpersonalia; 4) biaya
operasi penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,yang meliputi: a) biaya personalia
dan b) biaya nonpersonalia; serta 5) bantuan biaya pendidikan dan beapeserta didik .
(Arwildayanto, Lamatenggo, and Sumar 2017)

Dalam perkembangannya, kebutuhan pendanaan pendidikan merupakan salah satu


permasalahan yang cukup pelik untuk dikelola secara efektif dan efisien. Permasalahan
pendanaan pendidikan erat kaitannya dengan keperluan operasionalisasi penyelenggaraan
pendidikan. Biaya tersebut, antara lain: 1) biaya operasional pendidik dan tenaga
kependidikan (gaji dan honor/insentif/tunjangan); 2) proses pembelajaran dan penilaian; 3)
pengadaan, perawatan, dan perbaikan/perawatan sarana-prasarana pendidikan; dan 4)
manajemen.

Fungsi pembiayaan tidak dapat terpisahkan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Oleh karena itu, pembiayaan menjadi masalah sentral dalam pengelolaan penyelenggaraan
Pendidikan yang harus disikapi dan dicarikan berbagai alternatif solusinya. Ketidakmampuan
Lembaga penyelenggara pendidikan untuk menyediakan pendanaan pendidikan akan
menghambat proses operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Namun
demikian, bukan jaminan manakala tersedia biaya pendidikan yang memadai akan menjamin
penyelenggaraan pendidikan berhasil lebih baik. Dalam memahami permasalahan

6
pembiayaan pendidikan di Indonesia, perlu memahami permasalahan apa saja yang timbul
serta alternatif penyelesaiannya .

Berdasarkan uraian klasifikasi biaya pendidikan, maka jelaslah bahwa biaya Pendidikan
memiliki pengertian yang luas. Hal ini sebagaimana dipertegas oleh Anwar bahwa hampir
segala pengeluaran yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan dianggap sebagai
biaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dalam melakukan klasifikasi biaya
Pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua pihak yaitu kesuksesan pelaksanaan
pendidikan.

7
BAB III

PEMBAHASAN

PROBLEMA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

A. Masalah Umum Dalam Pembiayaan Pendidikan

(Matin 2014)Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua Siswa, masyarakat,


dan pemerintah. Ketiga unsur ini saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Anggaran belanja pendidikan selain berasal dari pemerintah juga dari
orang tua siswa dan masyarakat umum secara perorangan maupun melalui
lembaga/organisasi, baik untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang dikelola
pemerintah (sekolah negeri) maupun yang dikelola oleh masyarakat (sekolah swasta).

Orang tua siswa adalah sumber pembiayaan pendidikan yang cukup potensial di luar
pemerintah. Orang tua siswa pada umumnya tidak keberatan menyediakan sebagian biaya
penyelenggaraan pendidikan dengan harapan bahwa anaknya akan memperoleh pelayanan
pendidikan yang layak dengan kualitas baik. Sikap orang tua siswa yang demikian sangat
menguntungkan karena dapat membantu pemerintah dalam pembiayaan pendidikan,
mengingat pemerintah memiliki banyak keterbatasan dalam hal pembiayaan pendidikian.

Biaya pendidikan yang berasal dari orang tua, bukan saja berupa uang tetapi juga
berupa peralatan atau fasilitas Iainnya. Hal ini sulit untuk didata, kecuali yang secara formal
menjadi kewajiban mereka. Jenis-jenis pembiayaan pendidikan yang berasal dari orang tua
Siswa ialah Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), Sumbangan Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (SBP3), dan sumbangan-sumbangan Iainnya.

1. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)

SPP adalah merupakan kewajiban orang tua dalam membiayai penyelenggaraan


pendidikan anak-anaknya yang dibayar setiap sebulan sekali . SPP merupakan salah satu
bentuk kewajiban setiap siswa yang masih aktif disekolah tersebut. Dana iuran bulanan
tersebut akan dialokasikan oleh sekolah yang bersangkutan untuk membiayai berbagai

8
keperluan atau kebutuhan sekolah supaya kegiatan belajar mengajar disekolah dapat berjalan
lancar dengan adanya bantuan dari dana iuran tersebut.

2. Sumbangan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan(SBP3)

BP3 adalah organisasi persatuan orang tua siswa Persatuan Orang Tua Murid dan
Guru (POMG) yang dapat membantu penyelenggaraan pendidikan bagi Uang yang
disumbangkan oleh BP3 atau POMG tidak boleh melebihi besarnya kategori SPP yang
diberlakukan dalam sekolah yang bersangkutan. Namun kadang-kadang sekolah memungut
lebih besar berdasarkan sumbangan sukarela. Sumbangan semacam ini sulit ditelusuri baik
jumlah mau penggunaannya.

3. Sumbangan Lain-lain

Di samping SPP dan SBP3 atau SPOMG, ada juga sumbangan dari orang tua siswa
yang bersifat insidental, baik berupa uang maupun berupa barang. Misalnya mengeluarkan
biaya untuk keperluan praktikum, praktik keterampilan, kegiatan ekstrakurikuler, peralatan
laboratorium, pembangunan pagar seko peralatan pelajaran, dan lain-lain. Sumbangan seperti
ini san sulit ditelusuri dan didata. Dalam perencanaan biaya pendidi kadang-kadang kurang
atau belum diperhitungkan.

Di samping dari pemerintah dan dari orang tua siswa, biaya pendidikan dapat pula
diperoleh dari sumbangan masyarakat, sumbangan dari anggota masyarakat secara
perorangan maup sumbangan melalui organisasi yang ada di dalam maupun di negeri.
Sumbangan biaya pendidikan dari masyarakat biasan dalam bentuk barang peralatan dan jasa
yang sifatnya tid mengikat. Sumbangan ini sulit untuk didata, dan selalu kur diperhitungkan
dalam perencanaan pembiayaan pendidikan.3

B. Permasalahan Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia

Perekonomian Indonesia semakin tak menentu, krisis yang terus membelenggu negara
kita tak kunjung ada ujungnya, kehidupan masyarakat semakin menderita. Segala jenis
kebutuhan sudah ak terjangkau lagi oleh masyarakat miskin. Kelaparan terjadi dibanyak
tempat di Indonesia, masalah kesehatan, pendidikan juga merupakan masalah bangsa yang

3 Dr. Martin,M.Pd . Manajemen Biaya Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya . (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada . 2014). Hal.16

9
belum dapat ditentukan solusinya. Biaya untuk kesehatan dan pendidikan semakin mahal,
untuk menjadikan Negara kita sebagai Negara maju, berhasil ditentukan generasi penerus
yang sehat berwawasan luas. Pendidikan sebagai salah satu elemen yang sangat penting
dalam mencetak generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yang diharapkan. Masalah
disana-sini masih sering terjadi. Namun yang paling jelas adalah masalah mahalnya biaya
pendidikan sehingga tidak terjangkau bagi masyarakat dikalangan bawah.

(Roji 2010)Pendidikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan Negara kita adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini mempunyai konsekuensi bahwa Negara harus
menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran
dan pendidikan yang layak. Maka tentu saja Negara dalam hal ini Pemerintah harus
mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan
merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya pendidikan sekarang
ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Mahalnya
biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga biaya
pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah
sudah mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi
biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu. Pendidikan di Indonesia masih
merupakan investasi yang mahal sehingga diperlukan perencanaan keuangan serta disiapkan
dana pendidikan sejak dini.

Solusi dari permasalahan bahwa dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan yang
bermutu dan berkualitas baik harus ada keseimbangan antara aspek yang mempengaruhi dari
sistem pendidikan itu sendiri. Dari sini dalam sistem pendidikan bahwa perhatian pemerintah
juga berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Diharapkan bagi semua pihak baik
itu pemerintah maupun masyarakat mampu bekerja sama dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di dalam sistem pendidikan ini.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan
(RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas
memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu
Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya
kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun
berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah

10
beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada
melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit. (Budaya 2017)

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya
sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih,
namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang
biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih.
Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks
pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu
diwajibkan oleh pendidik yang bersangkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah


waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di
Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Impian masyarakat akan
datangnya pendidikan gratis yang telah ditunggu-tunggu dari sejak zaman kemerdekaan
Republik Indonesia telah muncul dengan seiring datangnya fenomena pendidikan gratis untuk
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena pendidikan gratis ini
memang sangat ditunggu-tunggu, pasalnya Pemerintah mengeluarkan dana BOS (Biaya
Operasional Sekolah) untuk menutupi harga-harga buku yang kian hari kian melambung,
sumbangan , gaji guru yang tidak cukup dan biaya-biaya lainnya.(Dr. H.A. Rusdiana 2019)

Pemberlakuan sekolah gratis bukan berarti penurunan kualitas pendidikan, penurunan


minat belajar para siswa, dan penurunan tingkat kinrerja guru dalam kegiatan belajar
mengajar di dunia pendidikan. Untuk itu bukan hanya siswa saja yang diringankan dalam hal
biaya, namun kini para guru juga akan merasa lega dengan kebijakan pemerintah tentang
kenaikan akan kesejahteraan guru. Tahun 2011 ini pemerintah telah memenuhi ketentuan
UUD 1945 pasal 31 tentang alokasi APBN untuk pendidikan sebesar 20%. Sehingga
tersedianya anggaran untuk menaikkan pendapatan guru, terutama guru pegawai negeri sipil
(PNS) berpangkat rendah yang belum berkeluarga dengan masa kerja 0 tahun,
sekurangkurangnya berpendapatan Rp. 2 juta.

Dari dana BOS yang diterima sekolah wajib menggunakan dana tersebut untuk
pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, sumbangan pembiayaan

11
pendidikan (SPP), pembelian buku teks pelajaran, biaya ulangan harian dan ujian, serta biaya
perawatan operasional sekolah.

Dari berbagai masalah yang diungkap diatas maka harus ada solusi bagaimana agar
pendidikan dapat berjalan dengan baik ,terjangkau oleh masyarakat dan tetap sebanding
dengan mutu pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat. Karena hak mendapatkan fasilitas
biaya pendidikan murah (gratis) merupakan hak masyarakat sebagai pembayar pajak.

Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dari jajaran birokrasi
pendidikan,untuk mengimplementasikan anggaran pendidikan pada program pembiayaan
pendidikan Gratis (Murah) bagi masyarakat.

Kedua,dalam sekolah (dunia pendidikan)harus dibersihkan dari berbagai biaya


pungutan, seperti biaya LKS,biaya seragam,biaya uang gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh
karena itu harusnya,program pemberantasan korupsi harus bisa menyentuh dunia pendidikan
terutama disekolah-sekolah. Ketiga, kebijakan dari bidang pendidikan yang menyepakati
program kapasitasi pendidikan harus diberhentikan/dihapus.

Selanjutnya untuk mengatasi anggapan masyarakat yang menganggap bahwa


mahalnya biaya pendidikan karena adanya praktik korupsi yang dilakukan pejabat dan
birokrasi sekolah solusi yang kiranya perlu dilakukan oleh sekolah adalah di setiap akhir
tahun sekolah perlu menyampaikan laporan tentang keuangan kepada wali murid (orang tua
siswa) baik uang masuk maupun pengeluaran uang sekolah. Dalam penyampaian laporan
perlu disertai bukti atau kwitansi yang jelas (sah),sehingga wali murid (orang tua siswa)
dapat percaya bahwa tidak ada penyelewengan dana.

Dalam biaya pendidikan, efisiensi hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam
mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input
pendidikan yang dapat memacu prestasi belajar siswa.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) merupakan suatu


rancangan pembiayaan pendidikan di sekolah dalam rangka mengatur dan mengalokasikan
dana pendidikan yang ada sumbernya dan sudah terkalkulasi jumlah dan besarannya baik
yang merupakan dana rutin bantuan dari pemerintah berupa Dana Bantuan Operasional atau
dana lain yang berasal dari sumbangan masyarakat atau orang tua siswa.

12
Dalam merancang dan menyususn Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya masalah efektivitas pembiayaan sebagai
salah satu alat ukur efisiensi. Efektivitas pembiayaan merupakan faktor penting yang
senantiasa diperhitungkan bersamaan dengan efisiensi, artinya suatu program kegiatan tidak
hanya menghitung waktu yang singkat tetapi tidak memperhatikan anggaran yang harus
dikeluarkan seperti biaya operasional dan dana pemeliharaan sarana yang mengarah pada
pemborosan. Jadi dalam hal ini Kepala Sekolah bersama-sama guru dan Komite Sekolah
dalam menentukan anggaran pembelajaran harus berdasarkan kebutuhan yang riil dan
benarbenar sangat dibutuhkan untuk keperluan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
proses pembelajaran yang bermutu.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan proses dalam rangka meningkatkan, memperbaiki, mengubah


pengetahuan, keterampilan dan sikap serta perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat
guna mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Makna pendidikan berimplikasi
pentingnya pendidikan bagi semua orang (education for all). Untuk mendapatkan hasil
pendidikan yang memadai bagi semua orang secara berkualitas, maka dibutuhkan
pengeluaran atau yang disebut dengan‖investasi atau biaya pendidikan.
Mulyono menjelaskan bahwa dalam upaya setiap pencapaian tujuan pendidikan baik
bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang sangat
menentukan. Oleh karena itu, pendidikan tanda didukung biaya yang memadai, proses
pendidikan di lembaga pendidikan tidak akan berjalan sesuai harapan. Hal senada dijelaskan
Al Kadri bahwa hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya yang memadai. Untuk itu dalam pengelolaan pendidikan instrument biaya
menjadi urat nadi organisasi/institusi/lembaga pendidikan yang perlu dikelola dengan baik
dan professional. Para pengelola tentu diharapkan memahami pembiayaan Pendidikan secara
menyeluruh (holistik)

B. Saran

Penulis meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
selaku penulis memohon maaf dan memohon kritik yang bersifat membangun dari Bapak
dosen pengampu serta pembaca, agar makalah ini dapat lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga para pembaca sekalian. Aamiin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto, Nina Lamatenggo, and Wami Tune Sumar. 2017. 110 Journal of Chemical Information
and Modeling . Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan Pendidikan.

Budaya, Budi. 2017. “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar Yang Efektif.”
LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 18(1).

Dr. H.A. Rusdiana, MM. 2019. Pembiayaan Pendidikan

Kurniawan, Luthfia Yuli. 2019. “Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan.”

Matin. 2014. “Manajemen Biaya Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya.” : 1–221.

Roji, Muhammad. 2010. “Problematika Pembiayaan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah Di


Indonesia.” Demokrasi 09(01): 1–16.

Sudarmono, Sudarmono, Lias Hasibuan, Kasful Anwar Us, and Sekolah Menengah. 2021.
“Pembiayaan Pendidikan.” Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial 2(1): 266–80.

W. P, Ferdi. 2013. “Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis.” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan 19(4): 565.

Gaffar, M. Fakry. 1991 . Konsep dan Filosofi Biaya Pendidikan. Bandung :Mimbar Pendidikan . No.
1 Tahun X.

Fattah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira.

Dr. Martin,M.Pd . 2014. Manajemen Biaya Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya . Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada .

15
16

Anda mungkin juga menyukai