Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN AKUNTANSI SYARIAH DENGAN AKUNTANSI

KONVENSIONAL

KELAS : AKUNTANSI 3C
NAMA ANGGOTA : AZIZAH SERUNTING 11160820000098
AVIANI ANWAR 11160820000095
NIA FITRI KURNIAWATI 11160820000083
SANIA PRICILLYA GUNAWAN 11160820000100
HUSNUL KHOTIMAH 11160820000104
ALDY ALVIANSYAH HIDAYAT 11160820000108
ANDRIAN 11140820000010
PENGERTIAN AKUNTANSI
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang
berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang
yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan
suatu keputusan serta tujuan lainnya.

Di samping itu, akuntansi syariah mempraktekan kandungan surat Al-


Baqarah ayat 282, diantaranya :

o Yang dicatat yaitu muamalah tidak secara tunai untuk waktu


tertentu,
o Transaksi yang dilarang berupa riba, gharar, maisir, dan sebagainya.
KELEMAHAN AKUNTANSI KONVENSIONAL

a. Sekuler
Mengklaim sebagai praktik yang bebas nilai; terpisah dari nilai spiritual

b. Materialistik
informasi yang disajikan melalui laporan-laporan keuangan hanyalah informasi-
informasi dari kegiatan yang memiliki satuan moneter atau bernilai material

c. egoistik
praktik akuntansi yang berlaku saat ini hanya berfokus pada pemberian bagaimana
penyajian laporan keuangan akan dapat menyenangkan shareholder atau menarik
investor tanpa memperhatikan kepentingan pihak-pihak lain

d. kuantitatif
Informasi yang diberikan hanya sebatas informasi yang bersifat kuantitatif,sedangkan
informasi yang bersifat kualitatif tidak disampaikan
Kelemahan Akuntansi Konvensional (Harahap,2008)
• Masyarakat pengguna akuntansi keuangan adalah masyarakat dengan ideologi
sekuler, materialisme dan rasional semata, tidak mengakui keberadaan Tuhan
dan tidak percaya adanya pertanggungjawaban di akhirat;
• Tujuan laporan keuangan hanya untuk masyarakat Amerika atau yang
seideologi;
• Laporan keuangan mayoritas dipakai oleh perusahaan besar/go public;
• Laporan keuangan kapitalis hanya untuk tujuan informasi akumulasi kekayaan;
• Laporan keuangan bersifat historis;
• Bersifat umum bukan melayani kepentingan pihak khusus;
• Proses penyusunan bersifat taksiran dan pertimbangan subyektif;
• Hanya melaporkan informasi yang material;
• Mengabaikan informasi yang bersifat kualitatif

 
KEBUTUHAN AKAN AKUNTANSI ISLAM

1. Harahap
Dalam merealisasikan tujuan, Harahap (2001:120) membagi fungsi Akuntansi Syari’ah sebagai berikut: 1)
untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, 2) untuk memberikan informasi, 3) untuk melakukan
pencatatan, dan 4) untuk memberikan pertanggungjawaban.

Menurut Sofyan S. Harahap dalam ( Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi Islam hal 56 ) mendefinisikan
: “Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam
menjalankan syariah Islam.

Akuntansi syariah ada dua versi, yaitu:


2. Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana masyarakat menggunakan
sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.
3. Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai
( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem nilai Islam.
Kedua jenis akuntansi itu bisa berbeda dalam merespon situasi masyarakat yang ada pada masanya.
Tentu akuntansi adalah produk masanya yang harus mengikuti kebutuhan masyarakat akan informasi
yang disuplinya”

Dalam hal konsep akuntansi jika dilihat dalam perspektif Islam adalah berdasarkan Al-Quran dan Al-
Hadist. Semua aturan dan pedoman hidup sudah di ada di dalam Al-Quran dan di dukung oleh hadist-
hadist yang telah ada.

Sofyan Syafri Harahap (1991) mengemukakan bahwa akuntansi Islam itu pasti ada. Ia menggunakan
metode perbandingan antara konsep syariat Islam yang relevan dengan konsep dan prinsip akuntansi
kontemporer itu sendiri. Ia menyimpulkan bahwa nilai-nilai Islam ada dalam akuntansi dan akuntansi ada
dalam struktur hukum dan muamalat Islam.
2. Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993)
Dalam artikel mereka yang berjudul :”Religion : A Confounding Culture
element in the International Harmonization of Accounting “ mengemukakan
dua hal yaitu :
1) Bahwa Islam sebagai agama yang memiliki aturan-aturan khusus dalam
sistem ekonomi keuangan pasti memerlukan teori akuntansi yang khusus
pula yang dapat mengakomodasikan ketentuan syariah itu.
2) Bahwa aspek budaya yang bersifat lokal sangat banyak mempengaruhi
perkembangan akuntansi, maka Islam sebagai agama yang melampaui batas
negara tidak boleh diabaikan. Islam dapat mendorong  internasionalisasi
dan harmonisasi akuntansi.

Melalui keterangan tersebut diatas maka konsep dasar akuntansi islam itu
memang tampaknya hampir sama dengan konsep akuntansi kapitalis, namun
terdapat perbedaan besar pada landasan hukum yang digunakan dan hal-hal
lain sebagai berikut:
3) Sumber hukumnya adalah Allah melalui instrument Al-Quran dan sunnah.
4) Penekanan pada accountability, kejujuran, kebenaran dan keadilan
5) Permasalahan di luar itu diserahkan sepenuhnya kepada akal pikiran
manusia termasuk untuk kepentingan “decisison usefulness”
3. Yusoh dan Ismail,(2001) dalam Harahap(2001)

Akuntansi syariah diperlukan oleh masyarakat Islam sebagai instrument


pendukung menerapkan praktik ekonomi Islam dalam tata kehidupan sosial-
ekonominya dengan dasar pertimbangan berikut
1) Adanya konsep kepemilikan, yang diyakini oleh orang Islam bahwa harta dan
kekayaan adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah penerima amanah yang
harus mempertanggungjawabkan pemanfaatannya sesuai dengan syariah.
2) Adanya konsep personal accountability, yang harus dipatuhi oleh Islam
dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan menjalin
hubungan dengan sesame manusia (hablum minannas).
3) Adanya konsep distribusi kekayaan secara adil, yang harus dilaksanakan
oleh orang Islam yaitu melalui mekanisme kewajiban membayar zakat.
PERBEDAAN AK. KONVENSIONAL DAN AK. SYARIAH ISLAM
Menurut Haniffa dan Hudaib (2001); Muhammad (2002:16) Perbedaan Postulat
antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syari’ah, yang meliputi:

KONVENSIONAL SYARIAH ISLAM


mengakui adanya pemisahan antara entitas tidak memiliki kewajiban yang
entitas bisnis dan pemilik terpisah dari pemilik.
bisnis terus beroperasi sampai dengan kelangsungan usaha tergantung pada
tujuan tercapai kontrak dan kesepakatan yang
didasari oleh saling ridha
meskipun ada kesamaan dalam periodisasi bertujuan untuk
menentukan periode akuntansi selama penghitungan kewajiban zakat.
12 bulan (satu tahun) namun periode
dimaksudkan mengukur kesuksesan
kegiatan perusahaan
menggunakan unit moneter menggunakan harga pasar untuk
sebagai unit pengukuran barang persediaan, dan emas
sebagai alat ukur dalam
penghitungan zakat.
LANJUTAN..

Pengungkapan penuh (menye-luruh), pengungkapan penuh ditujukan untuk


ditujukan sebagai alat dalam memenuhi kewajiban kepada Allah
pengambilan keputusan, swt., kewajiban sosial, dan kewajiban
individu

Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, obyektivitas dimaknai dengan konsep


ketakwaan, yaitu pengeluaran materi
maupun non-materi untuk memenuhi
kewajiban,
ukuran materialitas dihubungkan mengakui materialitas berkaitan
dengan kepentingan relatif mengenai dengan pengu-kuran yang adil dan
informasi terhadap pengambilan pemenuhan kewajiban kepada Allah,
keputusan sosial, dan individu.

pencatatan dan pelaporan secara pencatatan dan pelaporan secara


konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip konsisten sesuai dengan prinsip
akuntansi yang diterima oleh umum, syari’ah

memilih teknik akuntansi yang paling memilih teknik akuntansi yang paling
memberikan pengaruh kecil terhadap mengun-tungkan (berdampak posistif)
pemilik bagi masyarakat
 

Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah


Menurut Baydoun dan Willet (1994:82)

No. Karakteristik Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari’ah

1 Sistem Akuntansi Ekonomi yang rasional Ketauhiddan (unity of God)

2 Prinsip Akuntansi Sekuler Syari’ah


Individualis Kepentingan umat

Memaksimalkan keuntungan Keuntungan yang wajar

Survival of the fittest Persamaan

Penekanan pada proses Rahmatan li al-‘alamin

3 Kriteria Berdasarkan pada hukum Berdasarkan pada etika yang ber-


perdaga-
ngan masyarakat kapitalis sumber pda hukum Al-Qur’an dan
modern
Sunnah

Penyajian informasi yang Full disclosure untuk memenuhi


sangat
Terbatas ketuhan informasi keuangan yang

sesuai dengan syari’ah dan memenuhi kebutuhan


Islamic
Financial Report User

 
KESIMPULAN

Akuntansi syari’ah islam harus sesuai dengan kebenaran hakiki (al-haq) atau
kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Di satu
sisi, akuntansi syari’ah islam juga harus merujuk pada standar tetapi standar
tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan yang dibuat sesuai
dengan standar tidak sepenuhnya benar menurut syari’ah islam, apabila
secara substansi laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syari’ah islam.
Akuntansi syari’ah islam mencoba menemukan apa yang seharusnya dibuat
sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), artinya akuntansi syari’ah islam tidak
hanya diikat agar berada pada koridor standar akuntansi tetapi diikat pula
dengan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).
SUMBER

https://luthfi2008.wordpress.com/mata-kuliah-2/akuntansi-syariah/prinsip-prinsip-
akuntansi-syariah-suatu-alternatif-menjaga-akuntabilitas-laporan-keuangan/
https://www.scribd.com/doc/285856730/kelemahan-akuntansi-konvensional

Anda mungkin juga menyukai