Anda di halaman 1dari 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI BILANGAN


BERPANGKAT KELAS 9 SMP WAHIDIYAH SEMESTER I TAHUN AJARAN
2020/2021

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sering sekali disebut sebagai ibu dari cabang-cabang ilmu lain,

namun masih banyak siswa yang rendah pemahamannya dalam pelajaran

matematika. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak menyukai pelajaran

matematika, dan hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada pelajaran

matematika menjadi rendah. Pemikiran sebagian besar siswa ketika pelajaran

matematika sudah langsung merasa malas belajar dan pusing karena selalu tidak

paham ketika pelajaran berlangsung. Karena menurut mereka matematika adalah

pelajaran yang sangat rumit dan harus berfikir keras.

Hal ini sebenarnya disebabkan karena siswa kurang memahami konsep dasar

suatu materi matematika tersebut. Kebanyakan siswa dipusingkan dengan rumus-

rumus yang ada. Mereka kurang memahami konsep dasarnya sehingga mereka

sulit untuk memahami rumus-rumus yang ada didalam matematika. selama ini

pembelajaran matematika dalam menyampaikan materi langsung ditunjukkan

rumus yang sudah ada dan sudah ditetapkan. Karena hal tersebut siswa terbebani

dengan menghafalkan banyak rumus dan siswa kurang memahami konsep

dasarnya karena berpacu pada rumus yang mereka hafalkan. Maka dari itu

perlunya perubahan pembelajaran agar siswa lebih memahami konsep dasar

materi dalam matematika sehingga siswa juga tidak perlu selalu berpacu pada
rumus yang ada karena mereka sendiri dapat menemukan rumus dari materi

tersebut.

Selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlunya perubahan proses

pembelajaran ini agar siswa mampu mencari, menemukan, menyimpulkan,

mengkomikasikan pengetahuannya dengan temannya sehingga para siswa

menjadi siswa yang aktif dan mampu berpikir kritis. Dan juga untuk merubah

pemikiran siswa tentang pelajaran matematika yang menurut mereka matematika

adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Perlunya perubahan proses

pembelajaran ini agar siswa lebih senang dan antusias pada pelajaran matematika.

Oleh karena itu pada penelitian kali ini saya akan menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning pada materi Bilangan Berpangkat.

Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran

dengan pemecahan masalah. Model discovery menekankan pentingnya

pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui

keterlibatan siswa secara aktif didalam pembelajaran. Siswa didorong untuk

belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan

konsep-konsep, prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki

pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan prinsip untuk diri mereka

sendiri.( Kadri, M., & Rahmawati, M., 2015)

Dengan model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu memahami dengan

baik materi yang ada dan tidak berpacu dengan penghafaln rumus, tetapi lebih

kepada pemahaman konsep dasar. Karena dengan pemahaman konsep siswa akan
lebih mudah menerapkan ketika dia berhadapan dengan berbagai macam soal

dibandingkan dia harus menghafalkan banyak rumus.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti melakukan penelitian “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Discovery Learning pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP

Wahidiyah Semester I Tahun ajaran 2020/2021”

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana menyusun perencanaan tindakan dalam upaya meningkatkakan

hasil belajar Matematika dengan menggunakan Model Discovery Learning

pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP Wahidiyah Semester I Tahun

Ajaran 2020/2021 ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Matematika dengan menggunakan

Model Discovery Learning pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP

Wahidiyah Semester I Tahun Ajaran 2020/2021 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkakan hasil belajar Matematika dengan menggunakan Model

Discovery Learning pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP

Wahidiyah Semester I Tahun Ajaran 2020/2021.

2. Melihat bagaimana pengaruh hasil belajar Matematika dengan menggunakan

Model Discovery Learning pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP

Wahidiyah Semester I Tahun Ajaran 2020/2021.

D. Manfaat dan Hasil


1. Peserta Didik : hasil penelitian ini dapat meningkatkakan hasil belajar

Matematika dengan menggunakan Model Discovery Learning pada Materi

Bilangan Berpangkat Kelas 9 SMP Wahidiyah Semester I Tahun Ajaran

2020/2021.

2. Bagi Guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

pedoman sebagai upaya yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses

belajar mengajar untuk terwujudnya mutu Pendidikan.

3. Bagi Sekolah : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

atau masukan, inovasi pembelajaran dalam meningkatkkan kualitas sekolah

dan mendukung penilaian akreditasi.

4. Bagi Peneliti : hasil penelitian ini dapt dijadikan sumber informasi untuk

melihat dan mengkaji pelaksanaan proses belajar mengajar.

II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pebelajaran

Pembelajaran adalah perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat

dikekalkan tetapi tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Perubahan yang

dipanggil pembelajaran diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku; dengan

membandingkan tingkah laku seseorang individu sebelum didedahkan kepada

situasi pembelajaran dengan tingkah lakunya selepas didedahkan dengan

situasi pembelajaran.( Robert M Gagne, 1979)


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam

suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru

sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang bermasalah.

Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang

mampu mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambah dalam

mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru

mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan

setiap peserta didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”,

maka hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”.( Syaiful Bahri Djamarah &

Aswan Zain,2006)

2. Pembelajaran Discovery Learning

Discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang tidak

asing lagi. Discovery learning merupakan metode memahami konsep, arti, dan

hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu

kesimpulan. Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung

meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah


hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut

(Saifuddin, 2014:108)

Melalui model ini siswa diajak untuk menemukan sendiri apa yang dipelajari

kemudian mengkonstruk pengetahuan itu dengan memahami maknanya.

Dalam model ini guru hanya sebagai fasilitator. Ciri utama dari model

discovery learning adalah; 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk

menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; 2) berpusat

pada siswa; 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan

pengetahuan yang sudah ada.

Model discovery learning membiarkan siswa-siswa mengikuti minat mereka

sendiri untuk mencapai kompeten dan kepuasan dari keingintahuan mereka.

Guru sebaiknya mendorong siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah

mereka sendiri daripada mengajar mereka dengan jawabanjawaban guru.

Menurut Bruner (Wicaksono, dkk, 2015: 190) “Discovery learning bermanfaat

dalam; 1) peningkatan potensi intelektual siswa; 2) perpindahan dari

pemberian reward ekstrinsik ke intrinsik; 3) pembelajaran menyeluruh melalui

proses menemukan; 4) alat untuk melatih memori”.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan

proses pembelajaran. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui

sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut.

Dimyati dan Mudjiono (2009 : 200) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan tingkat keberhasilan yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti

suatu kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan nilai. Ali (1996.26)

mengemukakan hasil belajar adalah penilaian keberhasilan siswa dalam

mencapai perilaku yang berasa di dalam dirinya yang tergantung pada tingkah

laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna. Sedangkan

Gagne (dalam njamarah. 2002.22) mengatakan hasil belajar merupakan

kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang

dikategorikan dalam empat macam, yaitu:

1. Keterampilan motorik dalam hal ini perlu adanya koordinasi dari beberapa

gerak badan.

2. Invormasi verbal, seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara,

menulis, menggambar, dalam hal ini untuk mengemukakan sesuatu perlu

intelegensi.

3. Kemampuan intelektual, seseorang mampu berinteraksi dengan dunia luar

dan diri sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol atau dalam bentuk

representasi.

4. Strategi kognitif, adalah keterampilan intelektual khusus yang berkenaan

dengan tingkah laku seseorang apa yang telah dipelajarinya.


5. Sikap, sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar

tidak akan berhasil dengan baik.

Dapat disimpulan hasil belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang setelah melakukkan proses pembelajaran dan hasil belajar menjadi

tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitia ini

adalah :

1. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan

hsil belajar siswa.

2. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan

keaktifan dan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran.

C. Indikator Keberhasilan

Indicator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar

matematika, keaktifan dan berpikir kritis siswa pada materi bilangan berpangkat

kelas 9 SMP Wahidiyah. Peningkatan keaktifan dan berpikir kritis siswa dilihat

dari aktivitas selama proses pembelajran berlangsung. Sedangkan peningkatan

hasil belajar siswa dilihat dari nilai yang mereka peroleh setelah mengerjakan

latihan soal dengan ketentuan nilai minimun yang telah ditentukan sekolah yaitu

70.

III. Metode Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMP Wahidiyah Kota Kediri pada semester I Tahun

Ajaran 2020/2021 mulai bulan Juli sampai Agustus. Dengan menyesuaikan jam

pelajaran matematika 9B SMP Wahidiyah.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 9B SMP Wahidyah Tahun Ajaran

2020/2021 dengan jumlah siswa 38, siswa perempuan 20 dan siswa laki-laki 18.

Sedangkan obyek penelitian ini adalah penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model

Kurt Lewin. Pada model ini tindakan (acting) dan obsevasi (observing) dijadikan

sebagai satu kesatuan karena mereka menganggap bahwa kedua komponen

tersebut merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan.

Berikut ini adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart Ahya

(2012, hlm. 1). Menurut Kemmis dan Mc Taggart Wardani (2013, hlm. 52):

Penelitian tindakan digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana

keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus

dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselaikan dengan

sendirinya,tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang

menyangkut perencanaan, tindakan, observasi, dan refeksi.

Pada penelitian ini digunakan PTK model Kemmis dan Mc Taggart (satu siklus)

sama dengan satu kali pembelajaran artinya hanya komponen tindakan dengan
pengamatan dijadikan sebagai satu kesatuan dimana ketika seorang peneliti

melakukan tindakan dalam melakukan pengamatan, karena kegiatan itu dilakukan

dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan. Jadi pada intinya model ini terdiri

dari beberapa tahapan-tahapan diantaranya: (1) perencanaan (planning). (2)

tindakan (action), (3) obsevasi (observation), (4) refleksi (reflection).

D. Tahapan Penelitian

a. Tahapan Penelitian Siklus I

- Perencanaan

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :

 Menyusun silabus yang berkaitan dengan materi bilangan

berpangkat.
 Menyususn skenario pembelajaran yang sesuai dengan

model Discovery Learning.

 Merancang alat pengumpulan data berup tes untuk

mengetahui kemampuan pemahaman siswa terhadap materi

bilangan berpangkat.

- Tindakan

Para siswa diberi penjelasan tentang tujuan dari penelitian tindak

kelas yang dilakukan sesuai dengan rencana sebelumnya. Kegiatan

dalam penelitian tindak kelas ini meliputi : memberikan penjelasan

secara umum tentang pokok pembahsan yang akan diberikan

dengan model Discovery Learning, memdorong siswa yang belum

aktif untuk lebih aktif ketika pembelajaran, mengamati dan

mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,

mengumpulkan hasil yang diperoleh setelah siswa mengerjakan

tugas yang kita berikan, menanalisis hasil tes siswa.

- Observasi

Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi saat

proses pembelajaran berlangsung dan menanyakan kepada siswa

yang kurang aktif tentang kesulitan-kesulitannya dalam mengikuti

pembelajaran.

- Refleksi

Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi

yang dilakukan pada siswa guna melakukan langkah selanjutnya.


b. Tahapan Penelitian Siklus II

Melihat hasil dari siklus pertama dan mengevaluasi kegiatan

pembelajarannya untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I

c. Tahapan Penelitian Siklus III

Melihat dan mengevalusi siklus ke II untuk dijadikan kegiatan selanjutnya

di siklus ke III.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Observasi

Dalam penelitian ini dua pedoman observasi yaitu keaktifan siswa dan observasi

pelaksanaan pembelajaan Discovery Learning. Observsi keaktifan siswa

difakuskan pada pengamatan saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan

observasi pelaksanaan pembelajaran Discoveri Learning difokuskan pada aktifitas

guru dan siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum ada

pada pedoman observasi ditulis pada lembar catatan lapangan.

b. Angket

Angket diberikan dan dibagikan kepada siswa guna mengetahui respon siswa

teerhadap pembelajaran dengan model Discovery Learning.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menanyakan kepada siswa dan guru mengenai

pembelajaran dengan model Discovery Learning.

d. Tes
Tes yang digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui

kemampuan dan pemahanan siswa terhadap materi bilangan berpangkat set.elah

menggunakan pembelajaran Model Discovery Larning

e. Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar

wawancara, catatan lapangan dan foto-foto selama proses pembelajaran

berlangsung.

F. Analisis Data

Data penelitian yang akan dianalisis terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data sikap dan keterampilan siswa. Data

tersebut diperoleh saat pembelajaran berlangsung melalui instrumen penilaian.

Dalam setiap pertemuan, setiap siswa diamati sikap dan keterampilannya

menggunakan lembar instrumen penilaian dengan memberi tanda “ √“

(cheklist)jika sikap dan keterampilan yang dilakukan sesuai dengan indikator

yang telah ditentukan guru.

b. Aktivitas Siswa

Dari data yang diperoleh dari hasil belajar siswa yang telah mengikuti proses

pembelajaran. Data hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata tes

pengetahuan,

Aktivitas siswa pada setiap siklus. Nilai sikap diperoleh dengan rumus

JS
NA = X 100%
SM
Keterangan :

NA : Nilai sikap

JS : Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum dari aspek yang diamati

100 : Bilangan tetap

(sumber :Adopsi Aqib,dkk,2009:41)

Berdasarkan persentase pencapaian indikator dalam aktivitas,akan diketahui

tingkat aktivitas siswa sesuai kreteria sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kategori peningkatan aktivitas siwa berdasarkan ketercapaian

indikator.

No. Rentang Nilai Kriteria

1 P > 75 Aktif

2 50 < P ≤ 75 Cukup Aktif

3 25 < P ≤ 50 Kurang Aktif

4 P ≤ 50 Pasif

(sumber : modifikasi Purwanti,2008:78)

persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh melalui rumus

JUMLAH SISWA AKTIF


P= X 100%
JUMLAH SIWA

Tabel 1.2 Kategori Keaktifan Kelas dalam persen


No. Siswa Aktif Kategori

1 ≥ 80 Senang Aktif

2 60 – 79 Aktif

3 40 – 59 Cukup Aktif

4 20 – 39 Kurang Aktif

5 < 20 Sangat Kurang Aktif

(sumber : adaptasi Khotimah dalam Aqib,dkk 2009)

c. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yang telah mengikuti proses

pembelajaran. Data hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata tes

pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang terlampir setelah proses pembelajaran dilakukan

pada tiap siklus. Setelah hasil belajar siswa terkumpul, maka mencari

persentase

dan nilai rata-rata.

1. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

individu

digunakan rumus :

Skor yang diperoleh


NS = Skor Maksimal X 100

(modifikasi dari Sudijono,2011)


2. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus :

jumlah Xi
Rata-rata hitung nilai =
N

Keterangan :

N = Banyaknya Siswa

Xi = Nilai siswa

(Heriyanto,dkk. 2009:42)

3. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

klasikal

jumlah s iswa yang tuntas


Ketentuan Klasikal = x 100%
jumlah siswa seluruhnya

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika:

a) Sikap siswa dalam kategori minimal 70%

b) Keterampilan siswa dalam kategori terampil minimal 70%

c) Siswa yang tuntas belajar minimal 70% dari jumlah siswa dengan KKM

70.
DFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang Sistem

Pendidikan Nasional.

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Saifuddin. (2014). Pengelolaan Pembelajaran Teoretis dan Praktis. Yogyakarta: Deepublish.

Wicaksono,dkk. (2015). Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat). Yogyakarta:

Garudhawaca.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Alwi Suparman. 1996. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

Syaiful Bahri Djamarah, dkk. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta 

Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai