Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

31S3201
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Modul Praktikum:
Sistem Penukar Panas
Dosen : Nina Juliana Roberta Turnip, S.T.,M.T
Asisten : Rinaldi Putra Butar-Butar

Kelompok : LABTEK/2122/007
Liona Patricia Sijabat (31S19010)
Sumy Ester Hutasoit (31S19016)

Tanggal Praktikum:
20 April 2022

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
APRIL 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PENUKAR PANAS (HEX)

31S3201 Laboratorium Teknik Bioproses


Tahun Ajaran 2021/2022

Catatan Pengampu Modul

Telah diperiksa oleh,


Dosen Pengampu Modul

Nina Juliana Roberta Turnip, S.T.,M.T


Tanggal :________________
LEMBAR PENUGASAN

INSTITUT TEKNOLOGI DEL


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI LABORATORIUM
PROGRAM STUDI TEKNIK TEKNOLOGI
BIOPROSES BIOPROSES

LEMBAR PENUGASAN

Semester : Genap
Tahun Ajaran : 2021/2022
Kode Modul : HE
Nama Modul : Sistem Penukar Panas

Penugasan ini diberikan kepada kelompok 7 :

NIM 31S19010 Nama Liona Patricia


NIM 31S19016 Nama Sumy Ester

Tanggal Praktikum : 20 April 2022


Rincian Penugasan:
Tipe Aliran : Aliran Counter Current dan Co-Current
Tipe HEX : Shell and Tube
Laju Alir Panas : 2 L/menit
Laju Alir Dingin : 2 L/menit
Temperatur Panas : 40oC dan 60oC

Sitoluama, 20 April 2022

(Nina Juliana Roberta Turnip, S.T.,M.T.)


ABSTRAK

Transfer panas merupakan sebuah proses perpindahan panas yang didasarkan karena adanya
perbedaan tingkat energi termal antara 2 buah sistem yang diakibatkan oleh driving force.
Adapun praktikum yang telah digunakan menggunakan sistem penukar panas tipe STE (Shell
and Tube Heat Exchanger) dengan laju alir fluida panas dan fluida dingin adalah sama sama
2 L/menit. Adapun variasi yang diberikan pada penugasan adalah suhu fluida panas yang akan
dialirkan adalah 40℃ dan 60℃. Selain suhu fluida panas, pola aliran juga divariasikan yaitu
co-current dan counter-current. Tahapan yang dilakukan adalah mempersiapkan air panas
sesuai dengan penugasan. Fluida panas terlebih dahulu dialirkan ke dalam tube lalu
dilanjutkan dengan mengalirkan fluida dingin ke dalam shell. Keduanya dialirkan dengan laju
alir yang sama yaitu 2 L/menit. Selama praktikum berlangsung, variable yang perlu diamati
adalah suhu fluida dingin dan fluida panas yang keluar setelah proses transfer panas
berlangsung. Keduanya ditinjau pada Sensor Temperature (ST) yang telah disediakan pada
sistem penukar panas.
Setelah mendapatkan kedua variable tersebut, dapat diperoleh bahwa nilai qloss yang diperoleh
untuk sistem penukar panas jenis STE adalah negative, yang menunjukkan bahwa fluida dingin
masih dapat menerima panas yang lebih besar dari panas yang dikeluarkan oleh fluida panas.
Nilai qloss yang paling tinggi diperoleh dari variasi pola aliran counter-current-Thot in 40℃
yaitu sebesar -1151,7471. Untuk nilai keefektivitasan sistem penukar panas tersebut,
menggunakan metode NTU, dimana nilai NTU berbanding lurus dengan nilai efektivitas.
Hasilnya adalah nilai efektivitas pada pola aliran co-current lebih tinggi daripada counter-
current karena pada pola aliran yang searah, sistem penukar panas bekerja lebih baik dalam
menghantarkan panas dibandingkan dengan pola aliran yang kompleks yang menghasilkan
nilai qloss yang tinggi.

Kata Kunci : Sistem Penukar Panas Tipe STE, Aliran Co-current, Aliran Counter-current
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Umum Percobaan


Percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat :
1. Memahami dan menganalisis proses transfer panas dan berbagai jenis alat penukar
panas dengan skema aliran yang berbeda.
2. Menganalisis pengaruh dari konfigurasi aliran dan jenis penukar panas terhadap
kinerja penukaran panas.
3. Mengevaluasi fenomena transfer panas dari berbagai alat penukar panas.

I.2 Tujuan Khusus Percobaan


Adapun tujuan khusus percobaan yang perlu dicapai praktikan adalah :
1. Menganalisis proses transfer panas dengan jenis alat penukar panas yaitu STE (Shell &
Tube Exchanger)
2. Menganalisis proses tranfer panas dan pengaruh dari konfigurasi aliran counter current
dan cross flow
3. Menganalisis proses transfer panas dengan laju alir fluida panas yaitu 2 L/min dan laju
alir fluida dingin yaitu 2 L/min.
4. Menganalisis pengaruh dari konfigurasi aliran counter current dan cross flow dan jenis
penukar panas STE (Shell & Tube Exchanger) terhadap 2 temperatur air panas yaitu
40℃ dan 60℃
BAB II
TEORI DASAR

II.1 Heat Exchanger


Heat exchanger merupakan sebuah proses penukar kalor yang bertujuan dalam memindahkan
panas antara 2 fluida yang memiliki perbedaan temperatur dan dipisahkan oleh sebuah sekat
pemisah. Pertukaran panas ini dapat berupa proses pemanasan (heating) dan proses
pendinginan (cooling). Hal terpenting dari sebuah heat exchanger adalah proses perpindahan
panas ini akan selalu melibatkan 2 media berupa fluida (cair maupun gas) yang ingin
ditukarkan panasnya.
Panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari tempat yang satu ke
tempat yang lain. Pertukaran energi panas ini dapat berlangsung melalui 2 cara yaitu :
● Secara tidak langsung, dimana terdapat bidang atau permukaan perpindahan kalor yang
memisahkan kedua fluida. Adanya pertukaran energi panas ini menyebabkan
perubahan temperatur fluida atau digunakan untuk proses perubahan fasa.
● Secara langsung, dimana panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin
melalui permukaan kontak langsung. Adanya pertukaran energi panas secara kontak
langsung ini dilakukan melalui interface atau penghubung antara kedua fluida.
Mekanisme dasar perpindahan panas terdiri dari 2, yaitu :
● Konduksi, yaitu proses perpindahan panas yang terjadi antar molekul yang saling
berdekatan, tetapi tidak diikuti oleh perpindahan molekul secara fisik. Pada mekanisme
ini, molekul benda yang bertemperatur tinggi lebih cepat bergetar dibandingkan dengan
molekul benda yang bertemperatur rendah. Karena adanya getaran ini, maka akan
memberikan panas.
Karena driving force pada mekanisme ini adalah perbedaan temperature, maka
hambatan termal dapat didefinisikan ke dalam persamaan berikut :
𝑟2
∆𝑥 𝑙𝑛
𝑟1
𝑅= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅 =
𝑘𝐴 𝑘𝜋𝐿

● Konveksi, yaitu proses perpindahan panas yang terjadi antara bagian panas dan dingin
dari suatu fluida karena adanya proses pencampuran atau karena ada pergerakan
medium. Mekanisme ini juga dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Natural convection, dimana pergerakan medium ini terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis atau temperature dari medium tersebut.
b. Forced convection, dimana pergerakan medium ini terjadi karena adanya bantuan
dari lingkungan sistem, misalnya karena ada pengadukan. Untuk hambatan
perpindahan panas pada mekanisme ini dapat dinyatakan ke dalam persamaan
berikut :
1
𝑅 = ℎ𝐴

Pada sebuah alat heat exchanger, terdapat beberapa tipe alirannya yaitu :
● Counter current flow (berlawanan arah)
Untuk jenis aliran ini, fluida yang satu masuk pada satu ujung penukar kalor, sedangkan
fluida yang satu lagi akan masuk pada ujung penukar panas yang lain dan masing
masing fluida mengalir menurut arah yang berlawanan. Akan tetapi, tipe aliran ini
memberi panas yang lebih baik jika dibandingkan dengan aliran searah.

Gambar 2.1.1. Skema Pola Aliran Counter- Current


● Co-current flow (searah)
Untuk jenis aliran ini, kedua fluida masuk pada penukar ujung panas yang sama dan
kedua fluida mengalir searah menuju ujung penukar panas yang lain.

Gambar 2.1.2. Skema Pola Aliran Co-current

II.2 Koefisien Perpindahan Panas


Koefisien perpindahan panas ini mendefinisikan seberapa mudah atau tidaknya panas dapat
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin. Selain itu, koefisien ini juga menyatakan aliran
menyeluruh dari proses konduksi dan konveksi. Semakin baik sistem, maka akan semakin
tinggi pula koefisien panas yang dimiliki. Adapun laju transfer panas dapat didefinisikan pada
persamaan berikut :
𝑞 = 𝑈𝐴∆𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛
Sementara itu, untuk laju transfer panas akan sama dengan jumlah panas yang ditukarkan dari
fluida panas ke fluida dingin, dengan persamaan sebagai berikut :
𝑞 = 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 𝐶𝑝,𝑐𝑜𝑙𝑑 ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 𝐶𝑝,ℎ𝑜𝑡 ∆𝑇ℎ𝑜𝑡
Perpindahan panas ini dapat digambarkan berlangsung secara seri, dan dapat dirangkai pada
gambar berikut :

Gambar 2.2.1. Skema Proses Perpindahan Panas Secara Seri


Oleh karena itu, laju transfer panas pada sebuah sistem heat exchanger adalah :
𝑇∞,ℎ𝑜𝑡 −𝑇∞,𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑞= 1 ∆𝑥 1
( + + )
ℎ1 𝐴1 𝑘𝐴 ℎ2𝐴2

Adapun pengaruh setiap variabel terhadap besarnya laju perpindahan panas yang dihasilkan
adalah :
● Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), dimana semakin besar koefisien
perpindahan panas menyeluruh, maka laju perpindahan panas yang terjadi antara dua
fluida juga akan semakin besar
● Luas permukaan (A), dimana semakin luas permukaan HEX, maka akan semakin besar
juga laju perpindahan panas dan tergantung pada diameter dalam pipa.
● Beda suhu rata-rata, dimana semakin besar beda suhu rata-rata antara fluida, maka akan
semakin besar pula laju perpindahannya.

II.3. Faktor Penentu Kemampuan Menerima Panas


a. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada sebuah sistem heat exchanger, perhitungan heat transfer bergantung pada beda
temperature. Tetapi, beda temperature akan bervariasi di sepanjang heat exchanger.
Maka, untuk mengatasi masalah ini, digunakan sebuah konsep bernama Log Mean
Temperature Difference (LMTD), yang akan ditunjukkan untuk setiap aliran dengan
menggunakan persamaan neraca energi :

Gambar 3.a.1. Skema Profil Temperatur Shell & Tube Heat Exchanger
● untuk aliran co-current :
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 )−(𝑇ℎ1 −𝑇𝑐1 )
𝐿𝑀𝑇𝐷 = ln((𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 )/(𝑇ℎ1 −𝑇𝑐1 )

● untuk aliran counter-current :


(𝑇ℎ1 −𝑇𝑐2 )−(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐1 )
𝐿𝑀𝑇𝐷 = ln ((𝑇ℎ1 −𝑇𝑐2 )/(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐1 ))

b. Koefisien Overall Perpindahan Panas ( U )


Koefisien ini menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.

c. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas


Luas perpindahan panas pada sebuah alat heat exchanger tidak konstan, sehingga dalam
praktek dipilih luas perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.

II.4 Jenis Jenis Heat Exchanger


1. Double Pipe Heat Exchanger (DPHE)
Jenis heat exchanger ini memiliki 2 buah pipa dengan ukuran diameter yang berbeda,
dimana pipa dengan diameter lebih kecil berada di dalam pipa (disebut dengan tube)
dan pipa dengan diameter lebih besar. Kedua pipa ini disusun secara konsentris
(sesumbu). Jenis penukar panas ini hanya dapat digunakan untuk luas perpindahan
panas yang kecil dan digunakan untuk gas-liquid atau gas-gas.
Gambar 2.4.1 Double-pipe Heat Exchanger

2. Shell & Tube Heat Exchanger (STE)


Jenis penukar panas ini memiliki banyak pipa-pipa kecil (tube) yang tersusun dalam
sebuah pipa besar (shell). Shell & tube ini memiliki penampang perpindahan panas yang
lebih besar dibandingkan dengan tipe yang lain sehingga banyak digunakan dalam
industri besar, seperti minyak dan gas bumi.

Gambar 2.4.1 Shell & Tube Heat Exchanger

3. Plate & Frame Heat Exchanger (PFE)


Jenis penukar panas ini terdiri dari paket pelat-pelat tegak lurus, bergelombang atau
profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak yang terbuat dari
karet. Pelat pelat dan sekat disatukan dalam suatu perangkat penekan yang pada setiap
sudut pelat terdapat lubang pengalir fluida. Dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan
keluar pada sisi yang lain dan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang di
sisi sebelahnya karena ada sekat.
Gambar 2.4.1 Skema Plate & Frame Heat Exchanger
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
Tabel 3.1.1 Daftar Alat yang Digunakan
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 EdibonTM kode STE (shell & tube - 1 set
heat exchanger)
2 Piknometer 25 mL 1 buah
3 Gelas kimia 250 mL 1 buah
4 Gelas kimia 2L 2 buah
5 Keranjang alat - 1 buah
6 Termometer - 1 buah
7 Kacamata google - 1 buah
8 Hotplate - 1 buah

Gambar 3.1.1. Perangkat Sistem Penukar Panas Shell & Tube EdibonTM
III.1.2 Bahan
Tabel 3.1.2 Daftar Bahan yang Digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades 30 mL
2 Air keran secukupnya

III.1.3 MSDS
Tabel 3.1.3 MSDS Bahan yang Digunakan
Bahan MSDS
Aquades Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Bentuk : Cair
Warna : Tidak Berwarna
Titik didih : 100 oC
Densitas : 1,00 g/cm3 pada 20℃
Viskositas 0,952 mPa.s pada 20℃
III.2 Prosedur Percobaan
III.2.1 Perhitungan Densitas Air
Penentuan Volume Air
Mulai

Piknometer 25 ml

Dicuci dan dikeringkan

Ditimbang piknometer kosong dan dicatat massanya

Dimasukkan aquades ke dalam piknometer hingga penuh dan


diukur suhu aquades

Ditutup piknometer dengan rapat dan keringkan semua tumpahan yang


ada dengan menggunakan tisu

Ditimbang piknometer yang berisis aquades

Massa piknometer + aquades

Ditentukan volume aquades

Volume Aquades

Selesai
Penentuan Densitas Air
Mulai

Piknometer 25 ml

Dicuci dan dikeringkan

Ditimbang piknometer kosong dan dicatat massanya

Dimasukkan aquades ke dalam piknometer hingga penuh

Ditutup piknometer dengan rapat dan keringkan semua tumpahan yang


ada dengan menggunakan tissue

Ditimbang piknometer yang berisis aquades

Massa piknometer + aquades

Dihitung densitas

Selesai
III.2.2 Pertukaran Panas pada Aliran Co-Current

Mulai

Dihubungkan semua pipa dengan katup


penghubung pada TIUS

Dihubungkan semua kabel pada sensor ST-1 sampai ST-4

Dipastikan tangki penampung air panas tertutup dan diisi


tangki dengan air sampai level switch AN-1

Dihubungkan sumber air dingin (air keran) dengan VR-2

Diatur posisi aliran. Untuk aliran air dingin V-2, V-5, V-9 dan V-10 harus terbuka
dan V-3, V-4 harus tertutup. Aliran air panas V-7, V-8 harus terbuka.

Dihubungkan TIUS dengan power supply

Dinyalakan tombol power dan diatur temperatur pemanas air


Dialirkan air panas dengan menyalakan pompa AB-1 dan diatur
laju alirnya

Dialirkan air dingin dengan menyalakan keran air dan diatur


laju alirnya

Diamati temperatur hingga temperatur konstan

Diperoleh data nilai temperatur

Dimatikan tombol power dan dicabut kabel dari power supply.


Dikosongkan semua bagian pada TIPL, TIUS dan TICT

Selesai
III.2.3 Pertukaran Panas pada Aliran Counter-Current

Mulai

Dihubungkan semua pipa dengan katup


penghubung pada TIUS

Dihubungkan semua kabel pada sensor ST-1 sampai ST-4

Dipastikan tangki penampung air panas tertutup dan diisi


tangki dengan air sampai level switch AN-1

Dihubungkan sumber air dingin (air keran) dengan VR-2

Diatur posisi aliran. Untuk aliran air dingin V-3, V-4, V-9 dan V-10 harus terbuka
dan V-2, V-5 harus tertutup. Aliran air panas V-7, V-8 harus terbuka.

Dihubungkan TIUS dengan power supply

Dinyalakan tombol power dan diatur temperatur pemanas air

Dialirkan air panas dengan menyalakan pompa AB-1 dan diatur


laju alirnya
Dialirkan air dingin dengan menyalakan keran air dan diatur
laju alirnya

Diamati temperatur hingga temperatur konstan

Diperoleh data nilai temperatur

Dimatikan tombol power dan dicabut kabel dari power supply.


Dikosongkan semua bagian pada TIPL, TIUS dan TICT

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, jenis penukar panas yang digunakan ialah penukar panas Shell and Tube.
Pengamatan dilakukan terhadap variasi temperatur fluida panas yang masuk pada penukar
panas, yaitu 40 ℃ dan 60 ℃ dengan variasi tipe aliran adalah Counter Current dan Co-Current.
Pada praktikum ini, untuk laju alir fluida dingin dan laju alir fluida panas adalah sama yaitu 2
L/menit. Pengambilan data dilakukan dengan mencatat suhu fluida panas dan fluida dingin,
baik input maupun output pada jenis sistem penukar panas Shell & Tube Heat Exchanger tiap
5 menit dalam 1 jam. Apabila sudah didapat 4 kali dalam 4 × 3 menit pencatatan suhu yang
konstan, maka pengambilan data dapat dihentikan.

IV.1 Penentuan Nilai qloss Menggunakan Persamaan Neraca Energi Global


Heat Exchanger merupakan alat yang difungsikan untuk mengakomodasikan perpindahan
panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan adanya perbedaan temperatur. Karena panas
yang dipertukarkan terjadi di dalam sebuah sistem dimana kehilangan panas dari suatu zat akan
sama dengan zat yang diterima oleh benda lain. Pada sistem penukar panas, pertukaran panas
akan terjadi pada fluida dingin. Dalam sistem penukaran panas dengan keadaan isolasi sangat
sulit tercapai, karena panas yang dikeluarkan oleh fluida tidak sepenuhnya berpindah ke fluida
dingin dan tidak sepenuhnya diterima oleh fluida dingin. Sehingga panas tersebut akan di lepas
ke lingkungan yaitu pada dinding tube. Panas yang berpindah ke lingkungan inilah yang
disebut dengan 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 .
Untuk menentukan nilai qloss, maka digunakan persamaan Neraca Energi Global sebagai
berikut :
𝑇2,ℎ𝑜𝑡 𝑇2,𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 ∫ 𝐶𝑝,ℎ𝑜𝑡 𝑑𝑡 − 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 ∫ 𝐶𝑝,𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑑𝑡
𝑇1,ℎ𝑜𝑡 𝑇1,𝑐𝑜𝑙𝑑

𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑞ℎ𝑜𝑡 − 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑


Tabel 4.1 Pengamatan Temperature pada Shell and Tube
Jenis Aliran Temperatur Laju Alir Laju Alir Variabel Temperature
Fluida Fluida Panas Fluida
Panas Dingin
𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 40 ℃
40 ℃ 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 36 ℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 28 ℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 32 ℃
Co-Current 2 L/menit 2 L/menit
𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 60 ℃
60 ℃ 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 48℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 31℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 38℃
𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 40 ℃
40 ℃ 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 36 ℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 29 ℃
Counter- 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 33 ℃
Current 2 L/menit 2 L/menit
𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 60 ℃
60 ℃ 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 46 ℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 32 ℃
𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 39 ℃

Tabel 4.2 Perhitungan 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 pada Shell and Tube dengan Aliran Co-Current dan Counter
Current
Jenis Jenis Temperatur Laju Laju Alir 𝑞ℎ𝑜𝑡 (𝐽) 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 (𝐽) 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 (𝐽)
Penukar Aliran Fluida Alir Fluida
Panas Panas Fluida Dingin
Panas
Shell Co- 40 ℃ 2 2 L/menit 37360,4608 38525,7597 -1165,2989
and Current 60 ℃ L/menit 36098,4781 38860,8149 -2762,3368
Tube Counter 40 ℃ 2 2 L/menit 37360,4608 38512,2079 -1151,7471
Current 60 ℃ L/menit 35851,7825 38847,1164 -2995,3339

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel, dapat dilihat bahwa nilai 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 adalah bernilai
positif. Nilai 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 yang bernilai positif menunjukkan adanya panas yang diterima fluida dingin
dari fluida panas. Nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 yang diperoleh pada sistem penukar panas Shell and Tube adalah
bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa fluida dingin masih dapat menerima panas yang
lebih besar dari panas yang dikeluarkan oleh fluida panas. Sementara, jika nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 bernilai
positif, maka fluida panas mengeluarkan panas yang lebih besar daripada panas yang diterima
oleh fluida dingin. Nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 ini dapat dipengaruhi oleh laju alir fluida dan temperatur inlet
fluida. Namun pada percobaan ini, tidak ada variasi dari laju alir melainkan variasi temperatur
inlet fluida dan jenis alirannya. Dari kedua jenis aliran, dapat dilihat temperatur inlet
berbanding terbalik dengan nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 . Semakin tinggi temperatur inlet fluida panas, maka nilai
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 akan semakin menurun.

IV.2 Penentuan Selisih Temperatur Rata-Rata Logaritmik (Logarithmic Mean


Temperatur Difference / LMTD)
Temperatur fluida di dalam sistem penukar panas biasanya tidak konstan, tetapi berbeda dari
titik ke titik yang lain ketika panas mengalir. LMTD merupakan rata-rata logaritmik dari
perbedaan temperatur antara fluida panas dan fluida dingin. Metode ini didasari pada perbedaan
suhu rata-rata dari fluida yang melalui proses dalam sistem penukar panas dengan
membandingkan temperatur fluida disetiap akhir perpindahan panas. Metode ini digunakan
jika diketahui temperatur fluida saat masuk dan keluar, sehingga dapat ditentukan koefisien
dari perpindahan panas.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai LMTD adalah sebagai berikut..
∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝐿𝑀 =
ln(∆𝑇1 / ∆𝑇2 )
Dimana :
Untuk Aliran Co-Current :
∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡

∆𝑇2 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛


Untuk Aliran Counter Current :
∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡

∆𝑇2 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛

Tabel 4.3 Perhitungan LMTD pada Sistem Penukar Panas Shell and Tube
Jenis Jenis Temperatur Laju Alir Laju Alir ∆𝑇1 (𝐾) ∆𝑇1 (𝐾) ∆𝑇𝐿𝑀 (𝐾)
Penukar Aliran Fluida Fluida Fluida
Panas Panas Panas Dingin
Shell and Co- 40 ℃ 2 L/menit 2 L/menit 277 285 280,981
Tube Current 60 ℃ 283 302 292,3971
Counter 40 ℃ 2 L/menit 2 L/menit 280 280 0
Current 60 ℃ 294 287 290,4859
SHELL & TUBE CO-CURRENT
40 ℃
60

40

20

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Hot Fluid Cold Fluid


Linear (Hot Fluid) Linear (Cold Fluid)

Gambar 4.2.1 Profil Temperatur Aliran Co-Current pada Shell and Tube untuk Temperatur
Fluida Masuk 40℃

SHELL & TUBE VARIASI co current


60 ℃
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Hot Fluid Cold Fluid


Linear (Hot Fluid) Linear (Cold Fluid)

Gambar 4.2.2 Profil Temperatur Aliran Co-Current pada Shell and Tube untuk Temperatur
Fluida Masuk 60℃

SHELL & TUBE COUNTER


CURRENT 40 ℃
60

40

20

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Hot Fluid Cold Fluid


Linear (Hot Fluid) Linear (Cold Fluid)

Gambar 4.2.3 Profil Temperatur Aliran Counter Current pada Shell and Tube untuk
Temperatur Fluida Masuk 40℃
SHELL & TUBE COUNTER CURRENT
60 ℃
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Hot Fluid Cold Fluid


Linear (Hot Fluid) Linear (Cold Fluid)

Gambar 4.2.1 Profil Temperatur Aliran Counter Current pada Shell and Tube untuk
Temperatur Fluida Masuk 60℃
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa suhu dapat mempengaruhi nilai nilai ∆𝐿𝑀 .
Semakin tinggi suhu fluida yang masuk, maka nilai ∆𝐿𝑀 juga akan semakin meningkat. Selain
dari suhu, jenis aliran juga dapat mempengaruhi nilai ∆𝐿𝑀 . Dari kedua jenis aliran, selisih
temperatur pada Counter Current tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan aliran Co-
Current. Pada aliran Counter Current, fluida mengalir secara berlawanan, sehingga perbedaan
antara fluida panas yang masuk dan fluida dingin yang keluar tidak jauh berbeda.

IV.3 Penentuan Koefisien Transfer Panas Konveksi (h) pada Sistem Penukar Panas Shell
and Tube
Koefisien panas konvektif merupakan koefisien perpindahan panas secara konveksi.
Perpindahan panas konveksi menyatakan besarnya laju perpindahan panas yang terjadi pada
permukaan fluida. Nilai konveksi dapat ditentukan melalui hubungan antara bilangan yang tak
berdimensi yaitu Reynold (Re), Prandlt (Pr), dan Nusselt (Nu). Bilangan Reynold merupakan
parameter yang tak berdimensi yang digunakan untuk menentukan apakah aliran yang terjadi
laminar atau turbulen. Untuk Bilangan Nusselt menggambarkan proses perpindahan panas
pada suatu aliran. Dan Bilangan Prandlt merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan
untuk menghitung rasio lapis batas kecepatan dan lapis batas termalnya.
Tabel 4.4 Perhitungan koefisien Konveksi pasa Shell
Jenis Jenis T Laju Laju Alir T Rata- 𝑁𝑅𝑒 𝑁𝑃𝑟 𝑁𝑁𝑢 ℎ0
Penukar Aliran fluida Alir Fluida rata 𝑊
Panas Panas Fluida Dingin ( 2 )
𝑚 𝐾
Panas
Shell Co- 40 ℃ 2 2 L/menit 30 ℃ 325,82 5,415 14,405 60,151
and Current 60 ℃ L/menit 34.5 ℃ 353,97 4,924 14,653 61,810
Tube Counter 40 ℃ 2 2 L/menit 31 ℃ 331,71 5,305 14.459 60,513
Current 60 ℃ L/menit 35.5 ℃ 360,96 4,816 14,713 62,202

Tabel 4.5 Perhitungan koefisien Konveksi pasa Tube


Jenis Jenis T Laju Laju T Rata- 𝑁𝑅𝑒 𝑁𝑃𝑟 𝑁𝑁𝑢 ℎ𝑖
Penukar Aliran Fluida Alir Alir rata 𝑊
Panas Panas Fluida Fluida ( 2 )
𝑚 𝐾
Panas Dingin
Shell Co- 40 ℃ 2 2 38 ℃ 367,978 4,549 4,090 321,679
and Current 60 ℃ L/menit L/menit 54 ℃ 481,889 3,369 4,638 374,634
Tube Counter 40 ℃ 2 2 38 ℃ 367,978 4,549 4,090 321,679
Current 60 ℃ L/menit L/menit 53 ℃ 475,803 3,419 4,611 371,992

Koefisien nilai konvektif ini dipengaruhi oleh temperatur fluida panas yang masuk. Hal ini
dapat mempengaruhi Bilangan Reynold dan Bilangan Nusselt. Jika temperatur inlet semakin
tinggi maka Bilangan Reynold dan Bilangan Nusselt juga akan semakin tinggi.

Dari data tersebut juga diperoleh bahwa nila konveksi pada tube lebih besar dibandingkan nilai
konveksi pada shell. Hal ini terjadi karena adanya driving force pada konveksi yaitu adanya
perbedaan temperatur. Dimana, fluida panas mengalir melalui tube dan fluida dingin mengalir
melalui shell. Dalam hal ini, fluida panas lebih banyak memberi panas ke fluida dingin pada
sisi shell dibandingkan fluida dingin untuk mendinginkan fluida panas pada sisi tube.

IV.4 Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Sistem Penukar Panas
Koefisien perpindahan panas overall (U) merupakan sebuah nilai yang menyatakan mudah atau
tidaknya suatu berpindah dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Koefisien ini juga menyatakan koefisien hambatan termal total
menuju perpindahan panas diantara dua fluida dengan temperatur yang berbeda. Dengan kata
lain, koefisien ini merupakan hasil gabungan proses konduksi dan konveksi dengan
memperhitungkan hambatan diantara dua fluida yang dipisahkan oleh lapisan komposit dan
dinding silinder.
Sebuah proses perpindahan panas dipengaruhi oleh sistem penukar panas tersebut, dimana
semakin baik sistem bekerja, maka nilai koefisien perpindahan panas overall juga akan
semakin meningkat. Berdasarkan literatur, salah satu faktor yang mempengaruhi nilai koefisien
ini adalah laju alirnya. Saat laju alir divariasikan, maka laju alir fluida yang lebih tinggi akan
memiliki nilai koefisien perpindahan panas overall yang tinggi juga. Hal ini disebabkan karena
saat laju alir fluida tinggi, maka perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin akan
semakin cepat sehingga akan dihasilkan nilai koefisien perpindahan panas overall yang lebih
tinggi.
Praktikum yang telah dilakukan sebelumnya meninjau tentang bagaimana pengaruh suhu
terhadap nilai koefisien perpindahan panas overall yang dihasilkan. Adapun hasil yang telah
diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari praktikum ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall (U)
Jenis Aliran Thotin A (m2) qhot (J) ∆𝑇𝑙𝑚 (𝐾) U
(℃) (W/m2K)

40 0,2985 37360,46082 280,9810 445,4417


Co-current
60 0,2985 36098,47809 292,3971 413,5913
40 0,2985 37360,46082 0 0
Counter-current
60 0,2985 35851,78251 290,4859 413,4674

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh di tabel 4.4., sistem penukar panas dengan pola aliran
co-current memiliki nilai koefisien perpindahan panas overall yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aliran counter-current. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan literatur
(Cengel & Yunus, 2003) bahwa pola aliran counter current kurang baik menukarkan kalor
karena temperatur fluida dingin yang keluar tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang
keluar dari alat penukar panas. Begitu sebaliknya untuk pola aliran co-current, temperatur
fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas dapat lebih tinggi dibandingkan temperatur
fluida panas yang keluar. Oleh karena itu, nilai koefisien ini dapat dibandingkan dengan nilai
LMTD, yaitu semakin tinggi nilai LMTD yang didapatkan, maka nilai U yang didapatkan akan
lebih rendah. Hubungan U dan LMTD yang bersifat berbanding terbalik ini sesuai dengan
persamaan matematika koefisien perpindahan panas overall (U) yaitu :
𝑞
𝑈 = 𝐴.∆𝑇𝑙𝑚
IV.5 Penentuan Efektivitas dengan Metode NTU (Number Transfer of Units) pada Sistem
Penukar Panas
Hubungan keefektivitasan suatu sistem penukar panas secara khusus dapat melibatkan besaran
tanpa dimensi,yaitu NTU, yang merupakan parameter jumlah unit transfer. Adapun persamaan
matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑈𝐴
𝑁𝑇𝑈 = 𝐶
𝑚𝑖𝑛

dimana U merupakan koefisien perpindahan panas overall yang telah didapatkan sebelumnya,
A merupakan luas permukaan perpindahan panas pada sistem penukar panas dan Cmin dilihat
dari nilai yang lebih kecil antara Chot dan Ccold. Setelah didapatkan nilai NTU, diperoleh nilai
keefektivitas dari sebuah sistem penukar panas, dimana nilai ini merupakan parameter kondisi
kerja alat dengan membandingkan antara kondisi nyata dan kondisi maksimum yang dapat
dicapai oleh sebuah sistem penukar panas.
Tabel 5.5. Hasil Penentuan Efektivitas (𝜀) Dengan Metode NTU (Number Transfer Of Units)
Jenis Aliran Thotin A (m2) Cmin (J/sK) U (W/m2K) NTU 𝜀
(℃)
40 0,2985 139,0822 445,4417 0,9560 0,4885
Co-current
60 0,2985 138,7886 413,5913 0,8895 0,4703
40 0,2985 139,0332 0 0 0
Counter-current
60 0,2985 138,7397 413,4674 0,8896 0,4705

Pada praktikum yang telah dilakukan, laju alir yang digunakan fluida panas dan dingin adalah
2 L/menit. Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat diperoleh pernyataan bahwa semakin tinggi suhu
fluida panas yang masuk, maka nilai NTU serta efektivtasnya akan semakin kecil. Dapat juga
diaktakan bahwa nilai NTU dan efektivitas berbanding lurus, sehingga jika nilai NTU yang
didapat tinggi, maka nilai efektivitas yag didapat juga semakin tinggi. Tingkat keefektivitasan
sebuah sistem penukar panas sangat jarang mencapai 100%. Hal ini disebabkan oleh adanya
panas yang dilepaskan ke lingkungan. Hal yang dapat diambil dari tabel 5.5 adalah nilai
efektivitas pada pola aliran co-current lebih tinggi daripada pola aliran counter-current,
dikarenakan pada pola aliran co-current, sistem penukar panas bekerja lebih baik dalam
menghantarkan panas daripada pola aliran yang lebih kompleks.
IV.6 Perbandingan Aliran Counter Current dengan Co-Current
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 teori dasar, disebutkan bahwa pada aliran co-current,
karakter yang utama adalah temperatur fludia dingin yang keluar dari alat penukar panas tidak
dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari sistem penukar panas. Adapun profil
temperatur yang didapatkan pada aliran co-current dengan laju alir fluida dingin dan panas
sebesar 2 L/menit akan berbentuk seperti berikut :

Gambar 6.2 Profil Temperatur Pola Aliran Co-current


Hasil yang didapatkan pada praktikum juga sama dengan gambar diatas dan telah ditampilkan
pada Gambar 4.2.1 dan 4.2.2. Sementara untuk pola aliran counter-current, profil temperatur
yang didapatkan sama dengan gambar berikut ini :

Gambar 6.2 Profil Temperatur Pola Aliran Counter-current


Untuk meninjau keefektivitasan kedua variasi pola aliran, maka dapat dilihat pada gambar dan
tabel berikut :
Tabel 6.6.1. Efektivitas Rata-Rata Tiap Jenis Pola Aliran
Jenis Aliran Thotin 𝜀 𝜀 rata-rata
(℃)
40 0,4885
Co-current 0,4794 = 47,94 %
60 0,4703
40 0
Counter-current 0,2352 = 23,52 %
60 0,4705

Gambar 6.6.1. Grafik Perbandingan Efektivitas Pola Aliran Co-Current & Counter-Current
Pada Shell & Tube Heat Exchanger

Dari hasil yang telah didapat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada pola aliran co-
current, nilai efektivitas yang didapat lebih tinggi daripada pola aliran counter-current. Hal ini
dapat ditinjau dari nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang telah didapat
sebelumnya, bahwa nilai U yang lebih tinggi menandakan bahwa perpindahan panasnya juga
lebih baik. Dari hasil yang telah didapat, nilai U yang lebih tinggi adalah pola aliran co-current
dibandingkan dengan pola aliran counter-current. Hanya saja perlu beberapa pertimbangan
bahwa pada perpindahan panas aliran co-current, temperaturnya bersifat fluktuatif karena
fluida dingin dan fluida panas memiliki arah aliran yang sama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
1. Nilai qloss sistem penukar panas dengan pola aliran counter-current lebih besar
dibandingkan dengan pola aliran co-current. Adapun hasil yang diberikan adalah
bernilai negative, yang menunjukkan bahwa fluida dingin masih dapat menerima panas
yang lebih besar Semakin tinggi temperature inlet fluida panas, maka nilai qloss akan
semakin menurun.
2. Suhu mempengaruhi nilai ∆LM , dimana semakin tinggi suhu fluida yang masuk maka
nilai ∆LM akan semakin meningkat. Untuk perbedaan nilai LMTD ynag dihasilkan
antara kedua pola aliran juga tidak terlalu jauh. Nilai LMTD pada pola aliran co-current
lebih besar dari pola aliran counter-current. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem
penukar panas dengan tipe aliran co-current lebih baik daripada pola aliran counter-
current.
3. Nilai konveksi pada tube lebih besar dibandingkan nilai konveksi pada shell. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan temperature pada konveksi. Fluida pana syang
mengalir pada tube lebih banyak memberikan panas ke fluida dingin pada sisi shell
dibandingkan dengan fluida dingin untuk mendinginkan fluida panas pada sisi tube.
4. Nilai koefisien perpindahan panas overall (U) dipengaruhi oleh laju alir. Semakin tinggi
laju alir, maka perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dan sebaliknya akan
semakin cepat sehingga dihasilkan nilai koefisien perpindahan panas overall yang
tinggi. Selain itu, nilai U juga dipengaruhi nilai LMTD, dimana jika nilai LMTD
semakin tinggi, maka nilai U yang didapatkan lebih rendah.
5. Nilai efektivitas didasarkan pada nilai NTU dan temperature fluida yang masuk. Jika
suhu fluida semakin tinggi,maka nilai NTU dan efektivitasnya akan semakin kecil.
Untuk alasan nilai efektivitas sebuah sistem penukar panas yang jarang mendekati
100%, dikarenakan masih terjadinya panas yang dilepaskan ke lingkungan.
6. Untuk perbandingan pola aliran co-current dan counter-current dapat dilihat dari nilai
U, dimana nilai U yang lebih tinggi menandakan bahwa perpindahan panasnya juga
bekerja dengan baik. Dari perhitungan nilai U, pola aliran co-current memiliki nilai U
yang lebih tinggi daripada pola aliran counter-current. Sehingga, dapat disimpulkan
juga bahwa Sistem Penukar Panas Shell & Tube (STE) dengan pola aliran co-current
memiliki keefektivitasan yang lebih besar daripada pola aliran counter-current. Untuk
nilainya, efektivitas Sistem Penukar Panas Shell & Tube (STE) dengan pola aliran co-
current adalah sebesar 47,94 %, sementara untuk pola aliran counter-current adalah
sebesar 23,52 %.

III.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam pengambilan data suhu yang berada di display
Sensor Temperature (ST). Pada saat pengambilan data juga harus dilakukan dengan
tepat sesuai dengan rentang waktu yang telah ditentukan agar data yang diperoleh lebih
baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur atau buku pedoman lainnya.
2. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengatur laju alir fluida panas dan fluida dingin.
Bola putih yang terdapat di rotameter cairan harus tepat berada di bawah angka yang
menjadi laju alirnya.
3. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam memperhatikan konfigurasi valve untuk jenis
tiap aliran yang akan digunakan dan juga keberadaan gelembung di dalam sistem
penukar panas.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. (2015, September 3). Efektivitas Alat Penukar Kalor Pada Sistem Pendingin
Generator PLTA. Makalah Ilmiah, 185-193.
Atikayanti, M. (2019). Analisis Perbandingan Heat Exchanger Tipe Plate-Frame & Shell-Tube
Pada Intercooler. Seminar Nasional Teknik Mesin, 119-129.
Cengel, Y. (2003). Heat Transfer A Practical Approach (2nd ed.). Singapore: Mc. Graw - Hill
Book.
Cervera, J. (2021, September). Computer Controlled Heat Exchangers Training System with
SCADA and PID Control.
Geankoplis, C. (2003). Transport Processes and Separation Process Principles (3rd ed.).
Upper Saddler River, New Jersey: Pearson Education.
Kern, D. (1965). Process Heat Transfer. New York: Mc Graw - Hill Book.
Septian Bary, A. (2021, April 1). Desain & Rancang Bangun Alat Penukar Kalor (Heat
Exchanger) Jenis Shell & Tube. Jurnal Baut & Manufaktur, 03, 53-60.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Densitas (𝝆) , Kapasitas Panas (Cp), Viskositas (𝝁) & Konduktivitas Termal (k)
Tabel A.1 Berbagai Data Densitas,Kapasitas Panas, Viskositas dan Konduktivitas Termal
𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝑔 𝑊
T (℃) Cp (𝑘𝑔 𝐾) 𝜇.103 (Pa.s atau 𝑠) k (𝑚 𝐾)
𝜌 ( 3) 𝑚
𝑚

20 998,2 4,182 1,006 0,597


22 998 4,181 0,897 0,601
27 997,009 4,179 0,855 0,613
30 995,7 4,178 0,801 0,618
40 992,2 4,178 0,656 0,632
50 988,07 4,181 0,549 0,643
60 983,24 4,183 0,478 0,651

A.2 Posisi Thermocouple (Sensor Temperatur) Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.2 Berbagai Posisi Sensor Temperature (ST) pada STE
Jenis Sistem Penukar Panas Sensor Temperatur (ST) Posisi (m)
ST 1 0
ST 2 0,5
ST 3 0
Shell & Tube Heat ST 4 0,125
Exchanger ST 5 0,5
ST 6 0,375
ST 7 0,5

A.3 Diameter Dalam & Luar Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.3 Nilai diameter dalam dan luar STE
Diameter Shell Tube
ID (m) 0,148 0,008
OD (m) 0,160 0,010
A.4 Luas Permukaan Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.4 Luas Permukaan Tipe STE
Tipe HEX A (m2)
STE 0,2985
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan Massa Jenis Fluida menggunakan Piknometer


Perhitungan massa jenis dilakukan dengan menggunakan data massa piknometer kosong,
piknometer berisi aquades dan piknometer berisi air keran. Berikut perhitungan penentuan
massa jenis air keran sebagai fluida kerja :
Massa piknometer kosong : 20,4560 gram
Massa Piknometer + Aquades : 44,9033 gram
Massa Piknometer + Air Keran : 44, 9936 gram
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = (𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠) − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
= 44,9033 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 20,4560 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 24,4473 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 = (𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛) − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑖𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
= 44,9936 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 20,4560 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 24,5376 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dibagian ini, contoh perhitungan yang akan dilakukan yaitu pada laju alir fluida panas dan
dingin adalah 2 L/menit dengan Thot adalah 36oC pada penukar panas Shell and Tube.
Perhitungan dilakukan dengan metode interpolasi :
40 − 36 992,2 − 𝑥
=
36 − 30 𝑥 − 995,7
4 992,2 − 𝑥
=
6 𝑥 − 995,7
4(𝑥 − 995,7) = 6(992,2 − 𝑥)
4𝑥 − 3982,8 = 5953,2 − 6𝑥
10𝑥 = 9936
𝑘𝑔 𝑔
𝑥 = 993,6 3
= 0,9936
𝑚 𝑚𝑙

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 24,4473 𝑔


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = = 0,9936 𝑔/𝑚𝐿 = 24,605 𝑚𝐿
𝜌 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

Volume Aquades = Volume Air Keran


Maka, massa jenis air keran :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 24,5376 𝑔 𝑔 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 = 24,605 𝑚𝐿 = 0,9973 𝑚𝐿 0,9973 𝐿
Perhitungan pada laju alir fluida panas dan dingin adalah 2 L/menit dengan Tcold adalah 32oC
pada penukar panas Shell and Tube
Perhitungan dilakukan dengan metode interpolasi :
40 − 32 992,2 − 𝑥
=
32 − 30 𝑥 − 995,7
8 992,2 − 𝑥
=
2 𝑥 − 995,7
8(𝑥 − 995,7) = 2(992,2 − 𝑥)
8𝑥 − 7965,6 = 1984,4 − 2𝑥
10𝑥 = 9950
𝑘𝑔 𝑔
𝑥 = 995 = 0,995
𝑚3 𝑚𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 24,4473 𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = = 0,995 𝑔/𝑚𝐿 = 24,57 𝑚𝐿
𝜌 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

Volume Aquades = Volume Air Keran


Maka, massa jenis air keran :
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 24,5376 𝑔 𝑔 𝑘𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑛 = = 0.999 𝑚𝐿 = 0.999 𝑚𝐿
24,57 𝑚𝐿

B.2 Perhitungan Nilai qloss Menggunakan Persamaan Neraca Energi Global


Neraca energi dari sistem penukar panas :
𝑇2,ℎ𝑜𝑡 𝑇2,𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 ∫ 𝐶𝑝,ℎ𝑜𝑡 𝑑𝑡 − 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 ∫ 𝐶𝑝,𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑑𝑡
𝑇1,ℎ𝑜𝑡 𝑇1,𝑐𝑜𝑙𝑑

𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑞ℎ𝑜𝑡 − 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑


Penentuan nilai 𝑚ℎ𝑜𝑡 , 𝐶𝑝,ℎ𝑜𝑡 , 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 dan 𝐶𝑝,𝑐𝑜𝑙𝑑 adalah sebagai berikut.
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 𝑄 ( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑄( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
Untuk nilai Cp diperoleh dari data literaur pada Lampiran A dengan menggunakan metode
interpolasi.
Contoh perhitungan :
Untuk fluida panas yang masuk ke dalam sistem penukar panas dengan laju alir 2L/menit dan
𝑘𝑔
Thot 36 oC pada Shell and Tube dengan massa jenis air keran 0,9973 dan laju alir air dingin
𝐿

2 L/menit dengan Tcold 32 oC. Maka massa jenis air keran adalah 0,995 𝑘𝑔/𝐿
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 𝑄 ( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 2 ( ) × 0,9973 ×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 0,0332423 𝑘𝑔/𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑄 ( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 2 ( ) × 0,995 ×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 0,0332892 𝑘𝑔/𝑠
Kemudian untuk menentukan ∆𝑇ℎ𝑜𝑡 dan ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 dengan laju alir fluida panas dan dingin adalah
sama ialah 2L/menit sebagai berikut:

∆𝑇ℎ𝑜𝑡 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛

∆𝑇ℎ𝑜𝑡 = 36℃ − 40℃

∆𝑇ℎ𝑜𝑡 = −4℃ = 269 𝐾

∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 − ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛

∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 = 32℃ − 28℃

∆𝑇ℎ𝑜𝑡 = 4℃ = 277 𝐾

Kemudian, ditentukan nilai Cp dengan metode interpolasi pada laju alir fluida dingin dan laju
alir fluida panas 2L/menit.

Cp pada 𝑇ℎ𝑜𝑡 = 36℃

40 − 36 4,178 − 𝑥
=
36 − 30 𝑥 − 4,178

𝑘𝐽
𝑥 = 4,178 𝐾
𝑘𝑔

Cp pada 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 = 32℃

40 − 32 4,178 − 𝑥
=
32 − 30 𝑥 − 4,178

𝑘𝐽
𝑥 = 4,178 𝐾
𝑘𝑔

Penentuan nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 adalah sebagai berikut.


𝑇2,ℎ𝑜𝑡 𝑇2,𝑐𝑜𝑙𝑑
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 ∫ 𝐶𝑝,ℎ𝑜𝑡 𝑑𝑡 − 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 ∫ 𝐶𝑝,𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑑𝑡
𝑇1,ℎ𝑜𝑡 𝑇1,𝑐𝑜𝑙𝑑

𝑘𝑔 𝑚2 𝑘𝑔 𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0,0332423 . 4178 2 . 269 𝐾 − 0,0332892 . 4178 2 . 277 𝐾
𝑠 𝑠 𝐾 𝑠 𝑠 𝐾

𝑘𝑔𝑚2 𝑘𝑔𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 37360,46082 2 − 38525,75969 2
𝑠 𝑠

𝑘𝑔𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = −1165,299 2
𝑠

B.3 Penentuan Selisih Temperatur Rata-Rata Logaritmik (LMTD)


Pada laju alir fluida panas dan laju alir fluida dingin adalah 2L/menit dengan aliran Co-Current
pada suhu masuk fluida panas 40℃ dapat dihitung ∆𝑇𝐿𝑀 dengan cara :

∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 = 36℃ − 32℃ = 7℃ = 277 𝐾

∆𝑇2 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 = 40℃ − 28℃ = 7℃ = 285 𝐾

∆𝑇1 − ∆𝑇2 277 𝐾 − 285 𝐾


∆𝑇𝐿𝑀 = = = 280,981 𝐾
ln(∆𝑇1 / ∆𝑇2 ) ln 0,972

Pada laju alir fluida panas dan laju alir fluida dingin adalah 2L/menit dengan aliran Counter-
Current pada suhu masuk fluida panas 40℃ dapat dihitung ∆𝑇𝐿𝑀 dengan cara :
∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 = 40℃ − 32℃ = 8℃ = 281 𝐾

∆𝑇2 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑜𝑢𝑡 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑖𝑛 = 36℃ − 28℃ = 8℃ = 281 𝐾

∆𝑇1 − ∆𝑇2 280 𝐾 − 280 𝐾


∆𝑇𝐿𝑀 = = =0𝐾
ln(∆𝑇1 / ∆𝑇2 ) ln 1

B.4 Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Sistem Penukar Panas
Penentuan koefisien transfer panas overall dilakukan dengan menggunakan transfer panas
global :

𝑞ℎ𝑜𝑡 = 𝑈𝐴∆𝑇𝐿𝑀

Dimana : A adalah Luas Permukaan Shell and Tube yaitu 0,2985 m2


Maka koefisien transfer panas overall dapat dihitung dengan cara :
𝑞ℎ𝑜𝑡
𝑈=
𝐴∆𝑇𝐿𝑀

𝑘𝑔𝑚2
37360,46082
𝑈= 𝑠2 = 0 𝑊
0,2985𝑚2 . 0 𝐾 𝑚2 𝐾

B.5 Penentuan Efektivitas (𝜺) dengan Metode NTU pada Sistem Penukar Panas

Hubungan antara keefektifan dan NTU untuk aliran Counter Current.

𝐶
1 − exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥
𝜀=
𝐶 𝐶
1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 . exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑥

Untuk nilai NTU dapat dihitung dengan :

𝑈𝐴
𝑁𝑇𝑈 =
𝐶𝑚𝑖𝑛

Untuk menentukan nilai 𝐶𝑚𝑖𝑛 dapat dilihat dari 𝐶ℎ𝑜𝑡 dan 𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 yang paling kecil.

𝐶ℎ𝑜𝑡 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 𝑥 𝐶𝑝

𝑘𝑔 𝐽
𝐶ℎ𝑜𝑡 = 0,0332423 𝑥4179
𝑠 𝑘𝑔𝐾

𝐽
𝐶ℎ𝑜𝑡 = 138,8865
𝑠𝐾

𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑥 𝐶𝑝

𝑘𝑔 𝐽
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 0,0332892 𝑥4178
𝑠 𝑘𝑔𝐾

𝐽
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 139,0822
𝑠𝐾

Maka, nilai 𝐶𝑚𝑖𝑛 :


𝐽
𝐶𝑚𝑖𝑛 = 139,0822
𝑠𝐾
Nilai NTU :

𝑈𝐴 2658,814.0,05
𝑁𝑇𝑈 = = = 0,9683
𝐶𝑚𝑖𝑛 137,29
Selanjutnya untuk menentukan nilai efektivitas sistem penukar panas adalah sebagai berikut.

𝐶
1 − exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥
𝜀=
𝐶 𝐶
1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 . exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑥

139,0822
1 − exp [−0 (1 − )]
138,8865
𝜀=
139,0822 139,0822
1− . exp [−0,9683 (1 − )]
138,8865 138,8865

𝜀=0

B.6. Penentuan Nilai Konveksi Untuk Shell

Penentuan koefisien transfer panas konvektif ini berasal dari analisis dimensional dengan
menggunakan bilangan yang tidak berdimensi, yaitu Pr (Prandtl) dan Re (eynolds). Pada heat
exchanger jenis Shell and Tube dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

ℎ𝑑
𝑁𝑢 =
𝑘

Untuk memperoleh bilangan Nu dapat menggunakan persamaan sistematis sebagai berikut :

Untuk Shell

𝑁𝑢 = 0,36 𝑅𝑒 0,55 𝑃𝑟 0,3

Untuk Tube

𝑁𝑢 = 0,023 𝑅𝑒 0,8 𝑃𝑟 𝑛

Dimana :

n = 0,4 untuk pemanasan

n = 0,3 untuk pendinginan


B.6.1 Penentuan Nilai Konveksi untuk Shell

Penentuan koefisien konveksi untuk air dingin yang mengalir di shell dengan laju 2 L/menit
pada aliran Co-Current. Untuk membantu perhitungan diperlukan data sebagai berikut.

No Variabel Nilai
1. PT 0.025 m
2 C 0.015 m
3. B 0.1 m
4. L 0.566 m
5. Nt 21 buah
6. D0 0.01 m2
7. Dic 0.148 m
8. A 0.00888 m2
9. Deq 0.069617 m

𝐷𝑖𝑐 𝐶𝐵
𝑎𝑐 =
𝑃𝑇

0.148 𝑚 × 0.015 𝑚 × 0.1 𝑚


𝑎𝑐 = = 0,00888 𝑚2
0.025 𝑚
𝑚𝑐
𝐺𝑐 =
𝑎𝑐

0,0332892 𝑘𝑔/𝑠
𝐺𝑐 = = 3,7488
0.00888 𝑚2

𝜋𝐷𝑜2
4 (𝑃𝑇2 − )
4
𝐷𝑒𝑞 =
𝜋𝐷0

4(0.000625 − 0.0000785)
𝐷𝑒𝑞 = = 0.06962
0.0314

𝐺𝑐 × 𝐷𝑒𝑞
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

Dengan nilai 𝜇, adalah :


40 − 31 0.000656 − 𝜇
=
31 − 30 𝜇 − 0.000801

𝜇 = 0.00079 𝑃𝑎. 𝑠

Maka,

3,74746 × 0.06962
𝑁𝑅𝑒 = = 331,71
0.000079 𝑚

𝐶𝑝 × 𝜇 4178 × 0.00079
𝑁𝑃𝑟 = = = 5,3051
𝑘 0,6194

Dengan nilai k, adalah :

40 − 31 0,632 − 𝜇
=
31 − 30 𝑘 − 0,618

𝑘 = 0,6194

Maka, nilai 𝑁𝑢 adalah

𝑁𝑢 = 0,36 𝑅𝑒 0,55 𝑃𝑟 0,3

𝑁𝑢 = 0,36 (331,71)0,55 (5,3051)0,3

𝑁𝑢 = 14,459

𝑁𝑢. 𝑘
ℎ=
𝐷𝑖

14,459 × 0,6194 𝑊
ℎ= = 60,513 2 𝐾
0,148 𝑚
B.6.2 Penentuan Nilai Koveksi untuk Tube

Berikut data yang dibutuhkan untuk perhitungan nilai konveksi untuk Tube dengan laju alir 2
L/menit pada aliran Co-Current.

No Variabel Nilai
1. Di 0.008 m
2. Nt 21
3. A’t 0.00005024 m2
4. at 0.001055 m2

𝐷𝑖 2
𝑎𝑡′ = 𝜋 ( 2 )
2

0.0000642
𝑎𝑡′ = 3.14 ( ) = 0.00005024 𝑚2
22

𝑁𝑡 × 𝑎𝑡′
𝑎𝑡 =
𝑛

21 × 0.00005024
𝑎𝑡 = = 0.001055 𝑚2
1
𝑚𝑡
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡

0,0332 31.5081𝑘𝑔
𝐺𝑡 = =
0.001055 𝑚2 𝑠

𝐺𝑡 × 𝐷𝑖
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

31.5081𝑘𝑔
× 0.148
𝑁𝑅𝑒 = 𝑚2 𝑠 = 367,978
0.000685

𝐶𝑝 × 𝜇
𝑁𝑃𝑟 =
𝑘

4178 × 0,000685
𝑁𝑃𝑟 = = 4,549
0,6292

Maka, nilai Nu adalah :


𝑁𝑢 = 0,023 𝑅𝑒 0,8 𝑃𝑟 0.3

𝑁𝑢 = 0,023 (367,978)0,8 (4,549)0.3

𝑁𝑢 = 4,090

𝑁𝑢. 𝑘
ℎ=
𝐷𝑖

4,090 × 0,6292 𝑊
ℎ𝑖 = = 321,679 2 𝐾
0,008 𝑚
LAMPIRAN C
DATA MENTAH

C.1 Tekanan dan Temperatur Laboratorium

Tabel C.1 Tekanan dan temperatur laboratorium


Tanggal P (mmHg) T (oC)
71 mmHg ± 0,1 24℃ ± 1
20 April Masuk
2022 Keluar 71,1 mmHg ± 0,1 28℃ ± 1

C.2 Percobaan Pada Aliran Co-Current dengan Thot-in = 40℃

Tabel C.2 Percobaan Pada Aliran Co-Current dengan Thot-in = 40℃


Waktu (menit) T- hot in T-hot out T-cold in T-cold out
(℃) (ST1) (℃) (ST2) (℃) (ST3) (℃) (ST7)
0 40 36 28 32
5 40 36 28 32
10 40 36 28 32
15 40 36 28 32
20 40 36 28 32
25 40 36 28 32
30 40 36 28 32
35 40 36 28 32
40
45
50
55
60

C.3 Percobaan Pada Aliran Co-Current dengan Thot-in = 60℃

Tabel C.3 Percobaan Pada Aliran Co-Current dengan Thot-in = 60℃


Waktu (menit) T- hot in T-hot out T-cold in T-cold out
(℃) (ST1) (℃) (ST2) (℃) (ST3) (℃) (ST7)
0 60 46 31 36
5 60 48 31 38
10 60 49 31 39
15 60 49 31 40
20 60 48 31 38
25 60 48 31 38
30 60 48 31 38
35 60 48 31 38
40
45
50
55
60
C.4 Percobaan Pada Aliran Counter-Current dengan Thot-in = 40℃

Tabel C.4 Percobaan Pada Aliran Counter-Current dengan Thot-in = 40℃


Waktu (menit) T- hot in T-hot out T-cold in T-cold out
(℃) (ST1) (℃) (ST2) (℃) (ST7) (℃) (ST3)
0 40 36 29 32
5 40 36 29 32
10 40 36 29 32
15 40 36 29 32
20 40 36 29 32
25 40 36 29 32
30 40 36 29 32
35 40 36 29 32
40
45
50
55
60

C.5 Percobaan Pada Aliran Counter-Current dengan Thot-in = 60℃

Tabel C.5 Percobaan Pada Aliran Co-Current dengan Thot-in = 60℃


Waktu (menit) T- hot in T-hot out T-cold in T-cold out
(℃) (ST1) (℃) (ST2) (℃) (ST7) (℃) (ST3)
0 60 45 32 38
5 60 47 32 40
10 60 48 32 41
15 60 48 32 42
20 60 45 32 37
25 60 46 32 39
30 60 44 32 38
35 60 46 32 39
40 60 46 32 39
45 60 46 32 39
50
55
60

C.6 Data Untuk Penentuan Massa Jenis Fluida Menggunakan Piknometer

Massa Piknometer Kosong = 20,4560 gram


Massa Pikometer + Aquades = 44,9033 gram
Massa Piknometer + Air Keran = 44,9963 gram

Anda mungkin juga menyukai