31S3201
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES
Modul Praktikum:
Sistem Penukar Panas
Dosen : Nina Juliana Roberta Turnip, S.T.,M.T
Asisten : Rinaldi Putra Butar-Butar
Kelompok : LABTEK/2122/007
Liona Patricia Sijabat (31S19010)
Sumy Ester Hutasoit (31S19016)
Tanggal Praktikum:
20 April 2022
LEMBAR PENUGASAN
Semester : Genap
Tahun Ajaran : 2021/2022
Kode Modul : HE
Nama Modul : Sistem Penukar Panas
Transfer panas merupakan sebuah proses perpindahan panas yang didasarkan karena adanya
perbedaan tingkat energi termal antara 2 buah sistem yang diakibatkan oleh driving force.
Adapun praktikum yang telah digunakan menggunakan sistem penukar panas tipe STE (Shell
and Tube Heat Exchanger) dengan laju alir fluida panas dan fluida dingin adalah sama sama
2 L/menit. Adapun variasi yang diberikan pada penugasan adalah suhu fluida panas yang akan
dialirkan adalah 40℃ dan 60℃. Selain suhu fluida panas, pola aliran juga divariasikan yaitu
co-current dan counter-current. Tahapan yang dilakukan adalah mempersiapkan air panas
sesuai dengan penugasan. Fluida panas terlebih dahulu dialirkan ke dalam tube lalu
dilanjutkan dengan mengalirkan fluida dingin ke dalam shell. Keduanya dialirkan dengan laju
alir yang sama yaitu 2 L/menit. Selama praktikum berlangsung, variable yang perlu diamati
adalah suhu fluida dingin dan fluida panas yang keluar setelah proses transfer panas
berlangsung. Keduanya ditinjau pada Sensor Temperature (ST) yang telah disediakan pada
sistem penukar panas.
Setelah mendapatkan kedua variable tersebut, dapat diperoleh bahwa nilai qloss yang diperoleh
untuk sistem penukar panas jenis STE adalah negative, yang menunjukkan bahwa fluida dingin
masih dapat menerima panas yang lebih besar dari panas yang dikeluarkan oleh fluida panas.
Nilai qloss yang paling tinggi diperoleh dari variasi pola aliran counter-current-Thot in 40℃
yaitu sebesar -1151,7471. Untuk nilai keefektivitasan sistem penukar panas tersebut,
menggunakan metode NTU, dimana nilai NTU berbanding lurus dengan nilai efektivitas.
Hasilnya adalah nilai efektivitas pada pola aliran co-current lebih tinggi daripada counter-
current karena pada pola aliran yang searah, sistem penukar panas bekerja lebih baik dalam
menghantarkan panas dibandingkan dengan pola aliran yang kompleks yang menghasilkan
nilai qloss yang tinggi.
Kata Kunci : Sistem Penukar Panas Tipe STE, Aliran Co-current, Aliran Counter-current
BAB I
PENDAHULUAN
● Konveksi, yaitu proses perpindahan panas yang terjadi antara bagian panas dan dingin
dari suatu fluida karena adanya proses pencampuran atau karena ada pergerakan
medium. Mekanisme ini juga dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Natural convection, dimana pergerakan medium ini terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis atau temperature dari medium tersebut.
b. Forced convection, dimana pergerakan medium ini terjadi karena adanya bantuan
dari lingkungan sistem, misalnya karena ada pengadukan. Untuk hambatan
perpindahan panas pada mekanisme ini dapat dinyatakan ke dalam persamaan
berikut :
1
𝑅 = ℎ𝐴
Pada sebuah alat heat exchanger, terdapat beberapa tipe alirannya yaitu :
● Counter current flow (berlawanan arah)
Untuk jenis aliran ini, fluida yang satu masuk pada satu ujung penukar kalor, sedangkan
fluida yang satu lagi akan masuk pada ujung penukar panas yang lain dan masing
masing fluida mengalir menurut arah yang berlawanan. Akan tetapi, tipe aliran ini
memberi panas yang lebih baik jika dibandingkan dengan aliran searah.
Adapun pengaruh setiap variabel terhadap besarnya laju perpindahan panas yang dihasilkan
adalah :
● Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), dimana semakin besar koefisien
perpindahan panas menyeluruh, maka laju perpindahan panas yang terjadi antara dua
fluida juga akan semakin besar
● Luas permukaan (A), dimana semakin luas permukaan HEX, maka akan semakin besar
juga laju perpindahan panas dan tergantung pada diameter dalam pipa.
● Beda suhu rata-rata, dimana semakin besar beda suhu rata-rata antara fluida, maka akan
semakin besar pula laju perpindahannya.
Gambar 3.a.1. Skema Profil Temperatur Shell & Tube Heat Exchanger
● untuk aliran co-current :
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 )−(𝑇ℎ1 −𝑇𝑐1 )
𝐿𝑀𝑇𝐷 = ln((𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 )/(𝑇ℎ1 −𝑇𝑐1 )
Gambar 3.1.1. Perangkat Sistem Penukar Panas Shell & Tube EdibonTM
III.1.2 Bahan
Tabel 3.1.2 Daftar Bahan yang Digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1 Aquades 30 mL
2 Air keran secukupnya
III.1.3 MSDS
Tabel 3.1.3 MSDS Bahan yang Digunakan
Bahan MSDS
Aquades Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Bentuk : Cair
Warna : Tidak Berwarna
Titik didih : 100 oC
Densitas : 1,00 g/cm3 pada 20℃
Viskositas 0,952 mPa.s pada 20℃
III.2 Prosedur Percobaan
III.2.1 Perhitungan Densitas Air
Penentuan Volume Air
Mulai
Piknometer 25 ml
Volume Aquades
Selesai
Penentuan Densitas Air
Mulai
Piknometer 25 ml
Dihitung densitas
Selesai
III.2.2 Pertukaran Panas pada Aliran Co-Current
Mulai
Diatur posisi aliran. Untuk aliran air dingin V-2, V-5, V-9 dan V-10 harus terbuka
dan V-3, V-4 harus tertutup. Aliran air panas V-7, V-8 harus terbuka.
Selesai
III.2.3 Pertukaran Panas pada Aliran Counter-Current
Mulai
Diatur posisi aliran. Untuk aliran air dingin V-3, V-4, V-9 dan V-10 harus terbuka
dan V-2, V-5 harus tertutup. Aliran air panas V-7, V-8 harus terbuka.
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, jenis penukar panas yang digunakan ialah penukar panas Shell and Tube.
Pengamatan dilakukan terhadap variasi temperatur fluida panas yang masuk pada penukar
panas, yaitu 40 ℃ dan 60 ℃ dengan variasi tipe aliran adalah Counter Current dan Co-Current.
Pada praktikum ini, untuk laju alir fluida dingin dan laju alir fluida panas adalah sama yaitu 2
L/menit. Pengambilan data dilakukan dengan mencatat suhu fluida panas dan fluida dingin,
baik input maupun output pada jenis sistem penukar panas Shell & Tube Heat Exchanger tiap
5 menit dalam 1 jam. Apabila sudah didapat 4 kali dalam 4 × 3 menit pencatatan suhu yang
konstan, maka pengambilan data dapat dihentikan.
Tabel 4.2 Perhitungan 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 pada Shell and Tube dengan Aliran Co-Current dan Counter
Current
Jenis Jenis Temperatur Laju Laju Alir 𝑞ℎ𝑜𝑡 (𝐽) 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 (𝐽) 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 (𝐽)
Penukar Aliran Fluida Alir Fluida
Panas Panas Fluida Dingin
Panas
Shell Co- 40 ℃ 2 2 L/menit 37360,4608 38525,7597 -1165,2989
and Current 60 ℃ L/menit 36098,4781 38860,8149 -2762,3368
Tube Counter 40 ℃ 2 2 L/menit 37360,4608 38512,2079 -1151,7471
Current 60 ℃ L/menit 35851,7825 38847,1164 -2995,3339
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel, dapat dilihat bahwa nilai 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 adalah bernilai
positif. Nilai 𝑞𝑐𝑜𝑙𝑑 yang bernilai positif menunjukkan adanya panas yang diterima fluida dingin
dari fluida panas. Nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 yang diperoleh pada sistem penukar panas Shell and Tube adalah
bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa fluida dingin masih dapat menerima panas yang
lebih besar dari panas yang dikeluarkan oleh fluida panas. Sementara, jika nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 bernilai
positif, maka fluida panas mengeluarkan panas yang lebih besar daripada panas yang diterima
oleh fluida dingin. Nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 ini dapat dipengaruhi oleh laju alir fluida dan temperatur inlet
fluida. Namun pada percobaan ini, tidak ada variasi dari laju alir melainkan variasi temperatur
inlet fluida dan jenis alirannya. Dari kedua jenis aliran, dapat dilihat temperatur inlet
berbanding terbalik dengan nilai 𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 . Semakin tinggi temperatur inlet fluida panas, maka nilai
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 akan semakin menurun.
Tabel 4.3 Perhitungan LMTD pada Sistem Penukar Panas Shell and Tube
Jenis Jenis Temperatur Laju Alir Laju Alir ∆𝑇1 (𝐾) ∆𝑇1 (𝐾) ∆𝑇𝐿𝑀 (𝐾)
Penukar Aliran Fluida Fluida Fluida
Panas Panas Panas Dingin
Shell and Co- 40 ℃ 2 L/menit 2 L/menit 277 285 280,981
Tube Current 60 ℃ 283 302 292,3971
Counter 40 ℃ 2 L/menit 2 L/menit 280 280 0
Current 60 ℃ 294 287 290,4859
SHELL & TUBE CO-CURRENT
40 ℃
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Gambar 4.2.1 Profil Temperatur Aliran Co-Current pada Shell and Tube untuk Temperatur
Fluida Masuk 40℃
Gambar 4.2.2 Profil Temperatur Aliran Co-Current pada Shell and Tube untuk Temperatur
Fluida Masuk 60℃
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Gambar 4.2.3 Profil Temperatur Aliran Counter Current pada Shell and Tube untuk
Temperatur Fluida Masuk 40℃
SHELL & TUBE COUNTER CURRENT
60 ℃
80
60
40
20
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Gambar 4.2.1 Profil Temperatur Aliran Counter Current pada Shell and Tube untuk
Temperatur Fluida Masuk 60℃
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa suhu dapat mempengaruhi nilai nilai ∆𝐿𝑀 .
Semakin tinggi suhu fluida yang masuk, maka nilai ∆𝐿𝑀 juga akan semakin meningkat. Selain
dari suhu, jenis aliran juga dapat mempengaruhi nilai ∆𝐿𝑀 . Dari kedua jenis aliran, selisih
temperatur pada Counter Current tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan aliran Co-
Current. Pada aliran Counter Current, fluida mengalir secara berlawanan, sehingga perbedaan
antara fluida panas yang masuk dan fluida dingin yang keluar tidak jauh berbeda.
IV.3 Penentuan Koefisien Transfer Panas Konveksi (h) pada Sistem Penukar Panas Shell
and Tube
Koefisien panas konvektif merupakan koefisien perpindahan panas secara konveksi.
Perpindahan panas konveksi menyatakan besarnya laju perpindahan panas yang terjadi pada
permukaan fluida. Nilai konveksi dapat ditentukan melalui hubungan antara bilangan yang tak
berdimensi yaitu Reynold (Re), Prandlt (Pr), dan Nusselt (Nu). Bilangan Reynold merupakan
parameter yang tak berdimensi yang digunakan untuk menentukan apakah aliran yang terjadi
laminar atau turbulen. Untuk Bilangan Nusselt menggambarkan proses perpindahan panas
pada suatu aliran. Dan Bilangan Prandlt merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan
untuk menghitung rasio lapis batas kecepatan dan lapis batas termalnya.
Tabel 4.4 Perhitungan koefisien Konveksi pasa Shell
Jenis Jenis T Laju Laju Alir T Rata- 𝑁𝑅𝑒 𝑁𝑃𝑟 𝑁𝑁𝑢 ℎ0
Penukar Aliran fluida Alir Fluida rata 𝑊
Panas Panas Fluida Dingin ( 2 )
𝑚 𝐾
Panas
Shell Co- 40 ℃ 2 2 L/menit 30 ℃ 325,82 5,415 14,405 60,151
and Current 60 ℃ L/menit 34.5 ℃ 353,97 4,924 14,653 61,810
Tube Counter 40 ℃ 2 2 L/menit 31 ℃ 331,71 5,305 14.459 60,513
Current 60 ℃ L/menit 35.5 ℃ 360,96 4,816 14,713 62,202
Koefisien nilai konvektif ini dipengaruhi oleh temperatur fluida panas yang masuk. Hal ini
dapat mempengaruhi Bilangan Reynold dan Bilangan Nusselt. Jika temperatur inlet semakin
tinggi maka Bilangan Reynold dan Bilangan Nusselt juga akan semakin tinggi.
Dari data tersebut juga diperoleh bahwa nila konveksi pada tube lebih besar dibandingkan nilai
konveksi pada shell. Hal ini terjadi karena adanya driving force pada konveksi yaitu adanya
perbedaan temperatur. Dimana, fluida panas mengalir melalui tube dan fluida dingin mengalir
melalui shell. Dalam hal ini, fluida panas lebih banyak memberi panas ke fluida dingin pada
sisi shell dibandingkan fluida dingin untuk mendinginkan fluida panas pada sisi tube.
IV.4 Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Sistem Penukar Panas
Koefisien perpindahan panas overall (U) merupakan sebuah nilai yang menyatakan mudah atau
tidaknya suatu berpindah dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang
temperaturnya lebih rendah. Koefisien ini juga menyatakan koefisien hambatan termal total
menuju perpindahan panas diantara dua fluida dengan temperatur yang berbeda. Dengan kata
lain, koefisien ini merupakan hasil gabungan proses konduksi dan konveksi dengan
memperhitungkan hambatan diantara dua fluida yang dipisahkan oleh lapisan komposit dan
dinding silinder.
Sebuah proses perpindahan panas dipengaruhi oleh sistem penukar panas tersebut, dimana
semakin baik sistem bekerja, maka nilai koefisien perpindahan panas overall juga akan
semakin meningkat. Berdasarkan literatur, salah satu faktor yang mempengaruhi nilai koefisien
ini adalah laju alirnya. Saat laju alir divariasikan, maka laju alir fluida yang lebih tinggi akan
memiliki nilai koefisien perpindahan panas overall yang tinggi juga. Hal ini disebabkan karena
saat laju alir fluida tinggi, maka perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin akan
semakin cepat sehingga akan dihasilkan nilai koefisien perpindahan panas overall yang lebih
tinggi.
Praktikum yang telah dilakukan sebelumnya meninjau tentang bagaimana pengaruh suhu
terhadap nilai koefisien perpindahan panas overall yang dihasilkan. Adapun hasil yang telah
diperoleh dari pengolahan data yang didapat dari praktikum ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall (U)
Jenis Aliran Thotin A (m2) qhot (J) ∆𝑇𝑙𝑚 (𝐾) U
(℃) (W/m2K)
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh di tabel 4.4., sistem penukar panas dengan pola aliran
co-current memiliki nilai koefisien perpindahan panas overall yang lebih tinggi dibandingkan
dengan aliran counter-current. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan literatur
(Cengel & Yunus, 2003) bahwa pola aliran counter current kurang baik menukarkan kalor
karena temperatur fluida dingin yang keluar tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang
keluar dari alat penukar panas. Begitu sebaliknya untuk pola aliran co-current, temperatur
fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas dapat lebih tinggi dibandingkan temperatur
fluida panas yang keluar. Oleh karena itu, nilai koefisien ini dapat dibandingkan dengan nilai
LMTD, yaitu semakin tinggi nilai LMTD yang didapatkan, maka nilai U yang didapatkan akan
lebih rendah. Hubungan U dan LMTD yang bersifat berbanding terbalik ini sesuai dengan
persamaan matematika koefisien perpindahan panas overall (U) yaitu :
𝑞
𝑈 = 𝐴.∆𝑇𝑙𝑚
IV.5 Penentuan Efektivitas dengan Metode NTU (Number Transfer of Units) pada Sistem
Penukar Panas
Hubungan keefektivitasan suatu sistem penukar panas secara khusus dapat melibatkan besaran
tanpa dimensi,yaitu NTU, yang merupakan parameter jumlah unit transfer. Adapun persamaan
matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑈𝐴
𝑁𝑇𝑈 = 𝐶
𝑚𝑖𝑛
dimana U merupakan koefisien perpindahan panas overall yang telah didapatkan sebelumnya,
A merupakan luas permukaan perpindahan panas pada sistem penukar panas dan Cmin dilihat
dari nilai yang lebih kecil antara Chot dan Ccold. Setelah didapatkan nilai NTU, diperoleh nilai
keefektivitas dari sebuah sistem penukar panas, dimana nilai ini merupakan parameter kondisi
kerja alat dengan membandingkan antara kondisi nyata dan kondisi maksimum yang dapat
dicapai oleh sebuah sistem penukar panas.
Tabel 5.5. Hasil Penentuan Efektivitas (𝜀) Dengan Metode NTU (Number Transfer Of Units)
Jenis Aliran Thotin A (m2) Cmin (J/sK) U (W/m2K) NTU 𝜀
(℃)
40 0,2985 139,0822 445,4417 0,9560 0,4885
Co-current
60 0,2985 138,7886 413,5913 0,8895 0,4703
40 0,2985 139,0332 0 0 0
Counter-current
60 0,2985 138,7397 413,4674 0,8896 0,4705
Pada praktikum yang telah dilakukan, laju alir yang digunakan fluida panas dan dingin adalah
2 L/menit. Berdasarkan tabel 5.5 diatas, dapat diperoleh pernyataan bahwa semakin tinggi suhu
fluida panas yang masuk, maka nilai NTU serta efektivtasnya akan semakin kecil. Dapat juga
diaktakan bahwa nilai NTU dan efektivitas berbanding lurus, sehingga jika nilai NTU yang
didapat tinggi, maka nilai efektivitas yag didapat juga semakin tinggi. Tingkat keefektivitasan
sebuah sistem penukar panas sangat jarang mencapai 100%. Hal ini disebabkan oleh adanya
panas yang dilepaskan ke lingkungan. Hal yang dapat diambil dari tabel 5.5 adalah nilai
efektivitas pada pola aliran co-current lebih tinggi daripada pola aliran counter-current,
dikarenakan pada pola aliran co-current, sistem penukar panas bekerja lebih baik dalam
menghantarkan panas daripada pola aliran yang lebih kompleks.
IV.6 Perbandingan Aliran Counter Current dengan Co-Current
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 teori dasar, disebutkan bahwa pada aliran co-current,
karakter yang utama adalah temperatur fludia dingin yang keluar dari alat penukar panas tidak
dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari sistem penukar panas. Adapun profil
temperatur yang didapatkan pada aliran co-current dengan laju alir fluida dingin dan panas
sebesar 2 L/menit akan berbentuk seperti berikut :
Gambar 6.6.1. Grafik Perbandingan Efektivitas Pola Aliran Co-Current & Counter-Current
Pada Shell & Tube Heat Exchanger
Dari hasil yang telah didapat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada pola aliran co-
current, nilai efektivitas yang didapat lebih tinggi daripada pola aliran counter-current. Hal ini
dapat ditinjau dari nilai koefisien perpindahan panas overall (U) yang telah didapat
sebelumnya, bahwa nilai U yang lebih tinggi menandakan bahwa perpindahan panasnya juga
lebih baik. Dari hasil yang telah didapat, nilai U yang lebih tinggi adalah pola aliran co-current
dibandingkan dengan pola aliran counter-current. Hanya saja perlu beberapa pertimbangan
bahwa pada perpindahan panas aliran co-current, temperaturnya bersifat fluktuatif karena
fluida dingin dan fluida panas memiliki arah aliran yang sama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
1. Nilai qloss sistem penukar panas dengan pola aliran counter-current lebih besar
dibandingkan dengan pola aliran co-current. Adapun hasil yang diberikan adalah
bernilai negative, yang menunjukkan bahwa fluida dingin masih dapat menerima panas
yang lebih besar Semakin tinggi temperature inlet fluida panas, maka nilai qloss akan
semakin menurun.
2. Suhu mempengaruhi nilai ∆LM , dimana semakin tinggi suhu fluida yang masuk maka
nilai ∆LM akan semakin meningkat. Untuk perbedaan nilai LMTD ynag dihasilkan
antara kedua pola aliran juga tidak terlalu jauh. Nilai LMTD pada pola aliran co-current
lebih besar dari pola aliran counter-current. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem
penukar panas dengan tipe aliran co-current lebih baik daripada pola aliran counter-
current.
3. Nilai konveksi pada tube lebih besar dibandingkan nilai konveksi pada shell. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan temperature pada konveksi. Fluida pana syang
mengalir pada tube lebih banyak memberikan panas ke fluida dingin pada sisi shell
dibandingkan dengan fluida dingin untuk mendinginkan fluida panas pada sisi tube.
4. Nilai koefisien perpindahan panas overall (U) dipengaruhi oleh laju alir. Semakin tinggi
laju alir, maka perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dan sebaliknya akan
semakin cepat sehingga dihasilkan nilai koefisien perpindahan panas overall yang
tinggi. Selain itu, nilai U juga dipengaruhi nilai LMTD, dimana jika nilai LMTD
semakin tinggi, maka nilai U yang didapatkan lebih rendah.
5. Nilai efektivitas didasarkan pada nilai NTU dan temperature fluida yang masuk. Jika
suhu fluida semakin tinggi,maka nilai NTU dan efektivitasnya akan semakin kecil.
Untuk alasan nilai efektivitas sebuah sistem penukar panas yang jarang mendekati
100%, dikarenakan masih terjadinya panas yang dilepaskan ke lingkungan.
6. Untuk perbandingan pola aliran co-current dan counter-current dapat dilihat dari nilai
U, dimana nilai U yang lebih tinggi menandakan bahwa perpindahan panasnya juga
bekerja dengan baik. Dari perhitungan nilai U, pola aliran co-current memiliki nilai U
yang lebih tinggi daripada pola aliran counter-current. Sehingga, dapat disimpulkan
juga bahwa Sistem Penukar Panas Shell & Tube (STE) dengan pola aliran co-current
memiliki keefektivitasan yang lebih besar daripada pola aliran counter-current. Untuk
nilainya, efektivitas Sistem Penukar Panas Shell & Tube (STE) dengan pola aliran co-
current adalah sebesar 47,94 %, sementara untuk pola aliran counter-current adalah
sebesar 23,52 %.
III.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam pengambilan data suhu yang berada di display
Sensor Temperature (ST). Pada saat pengambilan data juga harus dilakukan dengan
tepat sesuai dengan rentang waktu yang telah ditentukan agar data yang diperoleh lebih
baik dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan literatur atau buku pedoman lainnya.
2. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam mengatur laju alir fluida panas dan fluida dingin.
Bola putih yang terdapat di rotameter cairan harus tepat berada di bawah angka yang
menjadi laju alirnya.
3. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam memperhatikan konfigurasi valve untuk jenis
tiap aliran yang akan digunakan dan juga keberadaan gelembung di dalam sistem
penukar panas.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. (2015, September 3). Efektivitas Alat Penukar Kalor Pada Sistem Pendingin
Generator PLTA. Makalah Ilmiah, 185-193.
Atikayanti, M. (2019). Analisis Perbandingan Heat Exchanger Tipe Plate-Frame & Shell-Tube
Pada Intercooler. Seminar Nasional Teknik Mesin, 119-129.
Cengel, Y. (2003). Heat Transfer A Practical Approach (2nd ed.). Singapore: Mc. Graw - Hill
Book.
Cervera, J. (2021, September). Computer Controlled Heat Exchangers Training System with
SCADA and PID Control.
Geankoplis, C. (2003). Transport Processes and Separation Process Principles (3rd ed.).
Upper Saddler River, New Jersey: Pearson Education.
Kern, D. (1965). Process Heat Transfer. New York: Mc Graw - Hill Book.
Septian Bary, A. (2021, April 1). Desain & Rancang Bangun Alat Penukar Kalor (Heat
Exchanger) Jenis Shell & Tube. Jurnal Baut & Manufaktur, 03, 53-60.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A.1 Densitas (𝝆) , Kapasitas Panas (Cp), Viskositas (𝝁) & Konduktivitas Termal (k)
Tabel A.1 Berbagai Data Densitas,Kapasitas Panas, Viskositas dan Konduktivitas Termal
𝑘𝑔 𝑘𝐽 𝑘𝑔 𝑊
T (℃) Cp (𝑘𝑔 𝐾) 𝜇.103 (Pa.s atau 𝑠) k (𝑚 𝐾)
𝜌 ( 3) 𝑚
𝑚
A.2 Posisi Thermocouple (Sensor Temperatur) Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.2 Berbagai Posisi Sensor Temperature (ST) pada STE
Jenis Sistem Penukar Panas Sensor Temperatur (ST) Posisi (m)
ST 1 0
ST 2 0,5
ST 3 0
Shell & Tube Heat ST 4 0,125
Exchanger ST 5 0,5
ST 6 0,375
ST 7 0,5
A.3 Diameter Dalam & Luar Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.3 Nilai diameter dalam dan luar STE
Diameter Shell Tube
ID (m) 0,148 0,008
OD (m) 0,160 0,010
A.4 Luas Permukaan Shell & Tube Heat Exchanger
Tabel A.4 Luas Permukaan Tipe STE
Tipe HEX A (m2)
STE 0,2985
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
2 L/menit dengan Tcold 32 oC. Maka massa jenis air keran adalah 0,995 𝑘𝑔/𝐿
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 𝑄 ( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 2 ( ) × 0,9973 ×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝑚ℎ𝑜𝑡 = 0,0332423 𝑘𝑔/𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑄 ( )×𝜌( )×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝐿 𝑘𝑔 1 𝑚𝑖𝑛
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 2 ( ) × 0,995 ×
𝑚𝑖𝑛 𝐿 60 𝑠
𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 = 0,0332892 𝑘𝑔/𝑠
Kemudian untuk menentukan ∆𝑇ℎ𝑜𝑡 dan ∆𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑 dengan laju alir fluida panas dan dingin adalah
sama ialah 2L/menit sebagai berikut:
∆𝑇ℎ𝑜𝑡 = 4℃ = 277 𝐾
Kemudian, ditentukan nilai Cp dengan metode interpolasi pada laju alir fluida dingin dan laju
alir fluida panas 2L/menit.
40 − 36 4,178 − 𝑥
=
36 − 30 𝑥 − 4,178
𝑘𝐽
𝑥 = 4,178 𝐾
𝑘𝑔
40 − 32 4,178 − 𝑥
=
32 − 30 𝑥 − 4,178
𝑘𝐽
𝑥 = 4,178 𝐾
𝑘𝑔
𝑘𝑔 𝑚2 𝑘𝑔 𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 0,0332423 . 4178 2 . 269 𝐾 − 0,0332892 . 4178 2 . 277 𝐾
𝑠 𝑠 𝐾 𝑠 𝑠 𝐾
𝑘𝑔𝑚2 𝑘𝑔𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = 37360,46082 2 − 38525,75969 2
𝑠 𝑠
𝑘𝑔𝑚2
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = −1165,299 2
𝑠
Pada laju alir fluida panas dan laju alir fluida dingin adalah 2L/menit dengan aliran Counter-
Current pada suhu masuk fluida panas 40℃ dapat dihitung ∆𝑇𝐿𝑀 dengan cara :
∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑜𝑡,𝑖𝑛 − 𝑇𝑐𝑜𝑙𝑑,𝑜𝑢𝑡 = 40℃ − 32℃ = 8℃ = 281 𝐾
B.4 Penentuan Koefisien Perpindahan Panas Overall pada Sistem Penukar Panas
Penentuan koefisien transfer panas overall dilakukan dengan menggunakan transfer panas
global :
𝑞ℎ𝑜𝑡 = 𝑈𝐴∆𝑇𝐿𝑀
𝑘𝑔𝑚2
37360,46082
𝑈= 𝑠2 = 0 𝑊
0,2985𝑚2 . 0 𝐾 𝑚2 𝐾
B.5 Penentuan Efektivitas (𝜺) dengan Metode NTU pada Sistem Penukar Panas
𝐶
1 − exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥
𝜀=
𝐶 𝐶
1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 . exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑥
𝑈𝐴
𝑁𝑇𝑈 =
𝐶𝑚𝑖𝑛
Untuk menentukan nilai 𝐶𝑚𝑖𝑛 dapat dilihat dari 𝐶ℎ𝑜𝑡 dan 𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 yang paling kecil.
𝐶ℎ𝑜𝑡 = 𝑚ℎ𝑜𝑡 𝑥 𝐶𝑝
𝑘𝑔 𝐽
𝐶ℎ𝑜𝑡 = 0,0332423 𝑥4179
𝑠 𝑘𝑔𝐾
𝐽
𝐶ℎ𝑜𝑡 = 138,8865
𝑠𝐾
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 𝑚𝑐𝑜𝑙𝑑 𝑥 𝐶𝑝
𝑘𝑔 𝐽
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 0,0332892 𝑥4178
𝑠 𝑘𝑔𝐾
𝐽
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑑 = 139,0822
𝑠𝐾
𝑈𝐴 2658,814.0,05
𝑁𝑇𝑈 = = = 0,9683
𝐶𝑚𝑖𝑛 137,29
Selanjutnya untuk menentukan nilai efektivitas sistem penukar panas adalah sebagai berikut.
𝐶
1 − exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥
𝜀=
𝐶 𝐶
1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 . exp [−𝑁𝑇𝑈 (1 − 𝐶𝑚𝑖𝑛 )]
𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑥
139,0822
1 − exp [−0 (1 − )]
138,8865
𝜀=
139,0822 139,0822
1− . exp [−0,9683 (1 − )]
138,8865 138,8865
𝜀=0
Penentuan koefisien transfer panas konvektif ini berasal dari analisis dimensional dengan
menggunakan bilangan yang tidak berdimensi, yaitu Pr (Prandtl) dan Re (eynolds). Pada heat
exchanger jenis Shell and Tube dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
ℎ𝑑
𝑁𝑢 =
𝑘
Untuk Shell
Untuk Tube
𝑁𝑢 = 0,023 𝑅𝑒 0,8 𝑃𝑟 𝑛
Dimana :
Penentuan koefisien konveksi untuk air dingin yang mengalir di shell dengan laju 2 L/menit
pada aliran Co-Current. Untuk membantu perhitungan diperlukan data sebagai berikut.
No Variabel Nilai
1. PT 0.025 m
2 C 0.015 m
3. B 0.1 m
4. L 0.566 m
5. Nt 21 buah
6. D0 0.01 m2
7. Dic 0.148 m
8. A 0.00888 m2
9. Deq 0.069617 m
𝐷𝑖𝑐 𝐶𝐵
𝑎𝑐 =
𝑃𝑇
0,0332892 𝑘𝑔/𝑠
𝐺𝑐 = = 3,7488
0.00888 𝑚2
𝜋𝐷𝑜2
4 (𝑃𝑇2 − )
4
𝐷𝑒𝑞 =
𝜋𝐷0
4(0.000625 − 0.0000785)
𝐷𝑒𝑞 = = 0.06962
0.0314
𝐺𝑐 × 𝐷𝑒𝑞
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
𝜇 = 0.00079 𝑃𝑎. 𝑠
Maka,
3,74746 × 0.06962
𝑁𝑅𝑒 = = 331,71
0.000079 𝑚
𝐶𝑝 × 𝜇 4178 × 0.00079
𝑁𝑃𝑟 = = = 5,3051
𝑘 0,6194
40 − 31 0,632 − 𝜇
=
31 − 30 𝑘 − 0,618
𝑘 = 0,6194
𝑁𝑢 = 14,459
𝑁𝑢. 𝑘
ℎ=
𝐷𝑖
14,459 × 0,6194 𝑊
ℎ= = 60,513 2 𝐾
0,148 𝑚
B.6.2 Penentuan Nilai Koveksi untuk Tube
Berikut data yang dibutuhkan untuk perhitungan nilai konveksi untuk Tube dengan laju alir 2
L/menit pada aliran Co-Current.
No Variabel Nilai
1. Di 0.008 m
2. Nt 21
3. A’t 0.00005024 m2
4. at 0.001055 m2
𝐷𝑖 2
𝑎𝑡′ = 𝜋 ( 2 )
2
0.0000642
𝑎𝑡′ = 3.14 ( ) = 0.00005024 𝑚2
22
𝑁𝑡 × 𝑎𝑡′
𝑎𝑡 =
𝑛
21 × 0.00005024
𝑎𝑡 = = 0.001055 𝑚2
1
𝑚𝑡
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
0,0332 31.5081𝑘𝑔
𝐺𝑡 = =
0.001055 𝑚2 𝑠
𝐺𝑡 × 𝐷𝑖
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
31.5081𝑘𝑔
× 0.148
𝑁𝑅𝑒 = 𝑚2 𝑠 = 367,978
0.000685
𝐶𝑝 × 𝜇
𝑁𝑃𝑟 =
𝑘
4178 × 0,000685
𝑁𝑃𝑟 = = 4,549
0,6292
𝑁𝑢 = 4,090
𝑁𝑢. 𝑘
ℎ=
𝐷𝑖
4,090 × 0,6292 𝑊
ℎ𝑖 = = 321,679 2 𝐾
0,008 𝑚
LAMPIRAN C
DATA MENTAH