Anda di halaman 1dari 2

Tugas : UAS Media Etnografi

Nama : Waode Rhevi Silviani

Kelas : A

Menanggapi Video tentang Upacara Rambu Solo, Pemakaman termahal Khas tanah Toraja

Upacara Rambu Solo,adalah Tradisi Pemakaman termahal yang ada di Tanah Toraja,Tradisi
ini menjadi pro dan kontra Masyarakat karena dinilai sebagai pemborosan karena biayanya
mencapai ratusan hingga milyaran rupiah.

Pernyataan tersebut ditanggapi oleh Prisasri Sombo Datu,selaku Caleg DPR-RI Dapil 1,
Sulawesi Selatan.
Prisasri menjelaskan bahwa Upacara Rambu Solo bukanlah suatu hal yang dipaksakan,
melainkan sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing,selain itu upacara Rambu
Solo dianggap menjadi salah satu pemicu bagi generasi muda di Toraja untuk bekerja lebih
giat,agar suatu saat bisa memberikan penghormatan terakhir untuk keluarga ketika mereka
sudah tiada"

Jika di lihat dari Konsep Etnografi,Upacara Rambu Solo menggunakan konsep Kebudayaan
dalam hal ini menggunakan perspektif materialisme, perspektif materialisme adalah
perspektif yang melihat kebudayaan sebagai tingkah laku manusia,adat istiadat dan
pandangan hidup yang di observasi dari sebuah kelompok sosial.

Upacara Rambu Solo adalah Tradisi turun-temurun yang di lakukan oleh masyarakat
Toraja,masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah orang yang
meninggal tersebut akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang
ditinggalkannya. Orang yang meninggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih
harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan,
minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya.

Upacara pemakaman Rambu Solo adalah rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan.
Sementara menunggu upacara siap, tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan
disimpan di rumah leluhur atau tongkonan.

Khusus Rambu Solo, masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah
orang yang meninggal tersebut akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang
ditinggalkannya. Orang yang meninggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih
harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan,
minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya.

Jika di lihat dari pandangan Holistik,atau cara pandang untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang kelompok masyarakat.
Upacara pemakaman Rambu Solo adalah rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan.
Sementara menunggu upacara siap, tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan
disimpan di rumah leluhur atau tongkonan.
Puncak upacara Rambu Solo biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Saat itu
orang Toraja yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta
dalam rangkaian acara ini. Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula dengan kunjungan
wisatawan mancanegara.

Dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja (Aluk To Dolo) ada prinsip semakin tinggi
tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk sampai menuju nirwana.

Bagi kalangan bangsawan yang meninggal maka mereka memotong kerbau yang jumlahnya
24 hingga 100 ekor sebagai kurban (Ma’tinggoro Tedong). Satu di antaranya bahkan kerbau
belang yang terkenal mahal harganya. Upacara pemotongan ini merupakan salah satu
atraksi yang khas Tana Toraja dengan menebas leher kerbau tersebut menggunakan sebilah
parang dalam sekali ayunan. Kerbau pun langsung terkapar beberapa saat kemudian.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Media yang Memberitakan terkait Upacara Rambu
Solo adalah alat pemersatu bangsa,karena apa yang di sajikan dalam media tersebut cukup
membuat orang yang menyaksikannya tertarik untuk pada proses pelaksanaannya dan
cukup mengundang wisatawan mancanegara untuk ikut menyaksikan secara langsung tradisi
unik di tanah Toraja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai