Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DISUSUN OLEH :
Nama:Restiyawati
Nim:G2A021121
Kelas:S1 keperawatan c

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2021/202
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga banyak menghadapi tantangan seperti pengaruh kesehatan masyarakat,
mengasuh dan membesarkan anak, perubahan struktur dinamika keluarga serta pelayanan
orang tua yang mencapai lansia (Ford-Gilboe, 2002;Hanson,et al.,2005 dalam Potter &
Perry, 2009).
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah
sakit. Sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Karena itu, perawat
sebagai ujung tombak pemberi pelayanan di rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan professional sesuai dengan perkembangan
IPTEK kesehatan serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami diri
orang lain, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik
keperawatan. Konsep caring pun mengalami perkembangan yang pesat, karena caring
merupakan suatu sikap universal yang dapat dilakukan di dalam berbagai kehidupan
manusia. Caring harus tercermin dalam sepuluh faktor kuratif, yaitu pembentukan sistem
nilai humanisme dan altruistik, memberikan kepercayaan dan harapan dengan memfasilitasi
dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, menumbuhkan rasa sensitif terhadap
diri sendiri dan orang lain, mengembangkan hubungan saling percaya, meningkatkan dan
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien, penggunaan sistematis metode
penyelesaian masalah.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Menurut Al
assaf (2009) mutu dapat dicapai jika layanan yang terjangkau dapat diberikan dengan cara
yang pantas dan hemat biaya. Layanan yang bermutu adalah layanan yag berorientasi pada
pelanggan, tersedia, terjangkau dan mudah didapat. Untuk mencapai mutu pelayanan yang
baik bagi pasien diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari seorang perawat.
Caring dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup teman, orang
tua ataupun sahabat. Karena dengan sedikit kepedulian akan memberikan suasana hati yang
menyenangkan. Dalam keperawatan, caring merupakan inti dan dalam pelaksanaannya itu
juga harus bisa dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan. Sebagai perawat yang profesional sebaiknya harus bisa
mengaplikasikan caring dengan baik. Caring juga menjadi penilaian untuk pasien tentang
perawatan yang didapatkan selama dalam kondisi sakit dan masa pemulihan.
1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana aplikasi caring dalam keperawatan?


2. Bagaimana pengambilan keputusan etik keperawatan?
3. Bagaimana aplikasi caring pada lansia yang mengalami kesepian

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Memahami aplikasi caring dari keperawatan


2. Mengetahui tatacara pengambilan keputusan etik keperawatan
3. Mengetahui cara aplikasi caring pada lansia dengan kesepian

BAB II
PEMBAHASAN

A. APLIKASI CARING DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


Keperawatan merupakan profesi unik yang memiliki faktor utama pemberian
caring kepada pasien, yaitu dengan melakukan pendekatan dalam memenuhi semua
kebutuhan pasien.
Proses keperawatan adalah suatu gambaran antara hubungan perawat dengan pasien,
identitas dan profesionalitas perawat, serta pengembangan pengetahuan dan keterampilan
seorang perawat.
Ada 6 manfaat proses keperawatan antara lain :
a) Meningkatkan layanan kualitas keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses yang terstruktur dari keperawatan, apabila
seorang perawat menjalankan dengan baik dan benar maka proses akan berjalan
dengan baik dan akan meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan.
b) Meningkatkan citra profesi keperawatan
Dengan menjalankan proses keperawatan yang sistematis maka akan bisa mengubah
pula pandangan tentang keperawatan di masyarakat.
c) Menggambarkan otonomi dan tanggung jawab perawat
Memberikan asuhan keperawatan merupakan tugas dan tanggung jawab seorang
perawat, disamping melakukan kolaborasi dengan tim medis lain perawat juga
memiliki hak otonom dan keputusan mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien, misalkan dalam memberikan pelayanan kebutuhan dasar personal
hygiene perawat dituntut untuk mandiri bisa melakukan pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut.
d) Proses keperawatan memberikan arahan bagi perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan
Dimulai dari tahap pengkajian hingga tahap evaluasi dan masalah terselesaikan akan
memberikan arahan pada perawat dalam melakukan tindakan yang sudah sistematis.
e) Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan perawat
Proses keperawatan adalah kerangka berpikir kritis, dengan hal itu perawat dituntut
untuk bisa menyelesaikan masalah yang sedang dialami oleh klien dengan adanya itu
akan meningkatkan kemampuan perawat dalam menyelesaikan masalah dengan
melakukan tindakan yang benar sesuai dengan standar operasional.
f) Meningkatkan rasa solidaritas dan kesatuan antar perawat
Asuhan keperawatan merupakan suatu hal yang berkesinambungan, dengan adanya
hal itu akan membentuk rasa kebersamaan antar perawat dengan adanya pertukaran
informasi dan kolaborasi yang baik.

Adapun teori yang menjelaskan praktek caring dalam keperawatan yaitu :


1. Menurut Watson (2009) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Caring memberi kemampuan pada perawat untuk bisa memahami dan
menolong klien. Pada teori Watson (2012) Theory of Human Care menjelaskan
bahwa ada sepuluh faktor carative yang mencerminkan perilaku perawat, diantaranya
adalah :
a. Menciptakan sistem humanistik altruksik, yaitu perawat memberikan belas kasih
sayang pada pasien dengan selalu memberikan perhatian penuh pada pasien dan
selalu ada saat pasien membutuhkan bantuan.
b. Menanamkan keyakinan dan harapan, yaitu dengan melakukan pendekatan
dengan pasien dan selalu menawarkan bantuan pada psien sehingga pasien
memberi kepercayaan pada perawat untuk membantunya memenuhi kebutuhan
ADLs.

c. Mengembangkan sensitivitas untuk dirinya dan orang lain, yaitu dengan


memahami dan mau menerima segala yang terjadi dalam hidupnya dan menerima
kondisi yang dialami pasien dengan menunjukkan sikap terbuka pada pasien.
d. Membina hubungan saling percaya dan memberi pertolongan, yaitu dengan cara
memberikan perhatian tulus dan selalu menjaga komunikasi yang baik antar
pasien serta selalu menjaga privasi pasien dan selalu memberikan pertolongan
pada pasien.
e. Meningkatkan penerimaan perasaan positif dan negatif, yaitu senantiasa
memberikan dukungan dan menguatkan pasien untuk bisa menerima kondisi
apapun yang sedang dialami oleh pasien.
f. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis, yaitu dengan
menerapkan proses keperawatan sesuai dengan standar operasional yang berlaku
dalam menangani masalah dan melakukan tindakan.
g. Meningkatkan belajar mengajar interpersonal, yaitu memberikan pengetahuan
pada pasien cara meningkatkan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar sendiri
dengan memperhatikan toleransi aktivitas yang bisa dijangkau.
h. Menyediakan lingkungan yang melindungi, mendukung, memperbaiki mental
dan sosiokultural, yaitu dengan membentuk suasana yang aman dan
menyenangkan baik fisik dan nonfisik untuk pasien.
i. Membantu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan dasar yang tidak bisa dilakukan oleh pasien secara langsung.
j. Mengembangkan faktor spiritual, yaitu dengan memberikan pengertian bahwa
fenomena spiritual juga ikut mempengaruhi kondisi pasien atas ijin Tuhan dan
campur tangan Sang Kuasa.
2. Teori Swanson (1991) menjelaskan bahwa proses caring ada 5 proses caring yaitu :
a. Maintaining belief (mempertahankan kepercayaan), membentuk suatu
kepercayaan antara pasien dan perawat bahwa pasien harus yakin kalau perawat
mampu untuk membantu pasien dalam melalui masa sakitnya dengan
memberikan pelayanan penuh perhatian hingga menemukan arti yang bermakna
dan senantiasa menemani pasien.
b. Knowing, yaitu perawat yang mengerti dan mengetahui kondisi pasien dan
meningkatkan lingkungan kenyamanan dan keamanan untuk pasien dengan cara
menghindari asumsi yang buruk, perawat menilai kondisi pasien secara
menyeluruh dengan mencari petunjuk yang ada dan perawat hanya fokus pada
pasien dan mengikat diri antara perawat dengan pasien.
c. Being with, yaitu kehadiran perawat bersama dengan pasien tidak hanya dari segi
fisik tetapi juga hadir dalam emosional pasien dengan saling bertukar informasi,
dalam melakukan tindakan tidak membebankan pasien, menunjukkan kesediaan
perawat dalam menangani pasien serta menunjukkan kemampuan merawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
d. Doing for, yaitu memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien dengan
menunjukkan keterampilan perawat, melindungi pasien dari ancaman, menjaga
martabat pasien dan dengan menciptakan kenyamanan untuk pasien.
e. Enabling, yaitu membantu dan memfasilitasi pasien dalam meningkatkan
perawatan terhadap diri sendiri dengan memberikan dukungan dan informasi,
memberikan umpan balik atas kerjasama pasien serta membantu pasien untuk
tetap fokus menjalani pengobatan.
Tingkat kepuasan pasien dalam menerima layanan kesehatan tentu tidak sama,
adapun faktor yang mempengaruhi yaitu pemahaman pengguna jasa tentang
pelayanan yang akan diterima. Dalam hal ini komunikasi sangat penting. Dan adapun
beberapa hal yang menjadikan pelayanan kesehatan itu menjadi penting yaitu :
a. High personel contact, yaitu tenaga kesehatan menjadi kontak profesional yang
memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien sesuai dengan standar dan kriteria
kondisi pasien dan melakukannya denngan sikaap yang profsional
b. Empati yaitu merupakan kepedulian atau caring yang diberikan petugas untuk
pasien
c. Cost yaitu biaya perawatan yang didapat dari pembayaran yang dilakukan pasien
menjadi tanda bahwa pelayanan kesehatan memang benar dilaksanakan dan
diterima oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan
d. Kerapian petugas yaitu menjadikan salah satu ciri khas petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan pada pasien dengan penampilan rapi dan sopan
e. Tangibility,kondisi kebersihan dan kenyamanan pasien, dalam setiap ruangan pun
didesain senyaman munngkin untuk ditempati pasien selama beberapa hari untuk
menciptakan suasana nyaman pasien
f. Assurance yaitu jaminan keamanan yaang ditunjukkan petugas untuk pasien
g. Reliability, yaitu kemampuan dan keahlian dalam memberikan perawatan pada
pasien
h. Responsivness, yaitu kecepatan petugas dalam menanggapi keluhan pasien
selama sakit
i. Ketepatan jadwal kunjungan dokter, setiap pasien pasti selalu menunggu
kunjungan dokter maka dari itu ketepatan jam kunjungan dengan tepat jadwal
juga akan mempengaruhi kepuasan pasien. (Rahman, 2020)

B. APLIKASI CARING PADA PSIEN LANSIA DENGAN KESEPIAN


1. Pengertian lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan satu proses yang alami, setiap manusia pasti akan
mengalami proses menua yang menjadi masa terakhir hidup manusia dimana manusia
akan mengalami penurunan baik dari segi fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Azizah, 2011). Lanjut usia merupakan sekumpulan orang yang sedang mengalami
satu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu yang telah ditentukan
(Notoatmojo, 2010). Adapun pengertian lansia menurut UU No. 13 tahun 1998
tentang kesehatan dijelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih.
2. Klasifikasi dan batasan usia
Hurlock (2002) dalam Basuki (2015) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri lansia
antara lain :
a. Usia lansia merupakan periode kemunduran, kemunduran pada lansia sebagian
besar datang dari faktor fisik maupun psikologis. Kemunduran pada lansia akan
semakin cepat bila mendapat motivasi rendah.
b. Proses menua membutuhkan peran, perubahan peran tersebut dilakukan sebab
lansia mulai mengalami kemunduran dalam berbagai hal.
c. Lansia memiliki status minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
kurang menyenangkan dengan adanya pendapat-pendapat buruk pada lansia.
d. Terdapat penyesuaian yang buruk pada lansia, pada lansia yang mendapat
perlakuan buruk akan mengembngkan konsep diri yang lebih buruk.
Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia antara lain:
a. Masa pralansia, yaitu usia antara 49-59 tahun
b. Masa lansia seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia dengan resiko tinggi yaitu lansia yang berusia 70 tahun atau lebih
d. Lansia potensial yaitu lansia yang mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan sesuatu
e. Lansia non potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah dan sudah
bergantung pada orang lain.

Menurut WHO (World Health Organization) ada beberapa batasan umur lansia antara
lain :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (fidely) usia 60-74 tahun
c. Lansia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Sangat tua (very old) usia lebih dari 90 tahun
3. Proses menua
Menurut Constantanides dalam Muhith (2016) menyatakan penuaan merupakan
proses penurunan secara perlahan akan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau
mengganti serta mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
jika terjadi infeksi dan memperbaiki kerusakan tesebut.
4. Konsep kesepian
Kesepian yaitu keadaan yang menyakitkan yang akan muncul jika seorang merasa
diacuhkan dari kelompoknya, terisolasi dari lingkungan, tidak diperhatikan oleh
orang-orang disekitarnya, tidak memiliki pilihan, dan tidak memiliki orang sebagai
tempat berbagi pengalaman (Suadirman, 2011).
Robert Weiss dalam Dayaskini (2009) menjelaskan jika ada dua jenis kesepian yaitu
a. Emitional solation (isolasi emosional) merupakan keinginan seseorang akan
hubungan yang mendalam namun tidak memiliki hubungan itu.
b. Isolasi sosial, yaitu seseorang yang ingin memiliki hubungan sosial namun tidak
memiliki teman, sahat dan yang lainnya.

Nashori (2012) menybutkan ada beberapa hal penyebab kesepian pada lansia antara
lain :
a. Adanya kelonggaran dalam mengasuh anak meeka karena anak mereka sudah
dewasa
b. Kurangnya aktivitas sehingga waktu luang bertambah
c. Kurangnya realsi diluar rumah dan lingkungan
d. Meninggalnya pasangan hidupnya
e. Ditinggalkan oleh anak-anaknya
f. Anak-anaknya sudah memiliki keluarga sendiri
Mubarok dalam Ikasi dan Hasnah (2010) menjelaskan ada tiga faktor yang
mempengaruhi kesepian antara lain :
a. Faktor budaya dan situasional, yaitu faktor yang dipengaruhi oleh perubahan
tatanan cara hidup dan berbudaya, keluarga yang harusnya merawat lebih memilih
menempatkan lansia di panti jompo.
b. Faktor psikologis, yaitu lansia dengan harga diri rendah dan munculnya perasaan
negatif
c. Faktor spiritual, yaitu seseorang dapat menghilangkan kecemasan dan seseorang
yang menghilangkan kegiatan spiritual akan lebih mudah merasa kesepian.
5. Caring perawat untuk lansia yang merasa kesepian
Panti Werdha merupakan panti lansia, banyak lansia yang memilih tinggal disana
ataupun dititipkan dari anaknya. Menurut Ariyani (2013) menjelaskan bahwa lansia
yang memilih tinggal dipanti werdha memiliki alasan bahwa adanya pelayanan
kesehatan dari dokter dan juga perawat dianggap sebagai nilai tambahan yang akan
mereka dapatkan selama dipanti. Hal ini juga bisa dijadikan pendekatan yang dinamis
dimana perawat berusaha untuk lebih meningkatkan rasa kepeduliannya terhdap
lansia.
Adapun menurut Eskimez, er al (2019) menyatakan bahwa tingkat kesepian lansia
akan menurun dengan meningkatkan kepedulian perawat dan dukungan sosial yang
diberikan untuk lansia.
Menurut Nashori (2012) menjelaskan bahwa tingkat kesepian lansia mengalami
penurunan setelah diberikan terapi bermain kelompok yang 62 dilakukan oleh peneliti
bersama perawat setempat, lansia mengatakan bahwa merasa senang dan hilang rasa
bosan setelah mengikuti kegiatan bermain.
Menurut Eindle, Francis dan Coomber (2011) mengatakan bahwa untuk menangani
kesepian pada lansia jauh lebih efektif menggunakan terapi kelompok dibandingkan
dengan terapi individu, karena dalam kelompok lansia dapat berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lansia lainnya.
Jadi hal-hal yang bisa dilakukan perawat dalam menemani lansia yang kesepian
dengan cara-cara yaitu :
a. Selalu menemani lansia
b. Memberikan dukungan dan motivasi pada lansia
c. Meningkatkan rasa kepedulian perawat pada lansia
d. Mengajak lansia bermain
e. Selalu memperhatikan dan memahami kondisi lansia
f. Memberikan perawatan pada lansia yang lebih banyak mengajak lansia
berkomunikasi
(WICAKSONO, 2019)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Caring merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berfikir dan bertindak (Dwidiyanti, 2007; Sitorus, 2007). Kegiatan caring ini seperti sikap peduli
kepada orang lain, saling membantu, serta kasih sayang sesama teman sekitar atau orang sekitar.
Dalam pengaplikasian caring dalam praktik keperawatan memiliki faktor utama yaitu dengan
melakukan pendekatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Selain itu, caring memberikan
kemampuan pada perawat untuk bisa memahami dan menolong pasien (Watson,2009). Kode etik
keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan untuk pedoman perilaku
perawat dan menjadi kerangka pekerjaan untuk menciptakan keputusan. Salah satu tujuan dari
kode etik perawat adalah sebagai dasar untuk mengatur hubungan sesama perawat, pasien,
masyarakat dan unsur antar profesi, baik dalam profesi keperawatan atau luar profesi
keperawatan. Dalam aplikasi caring pada lansia mencakup beberapa hal, yaitu memusatkan
kepedulian pada lansia, sering mengajak lansia berkomunikasi, memberikan dukungan dan
motivasi untuk lansia dalam menjalani kehidupan serta mengajak lansia bermain dalam
kelompok.
2. Saran
Dalam pengaplikasian caring baik dalam kehidupan sehari-hari kita harus senantiasa
memberikan kepedulian sebagai bentuk saling menghargai satu sama lain, begitupun dengan
perawat harus memberikan caring sepenuhnya pada pasien dengan tetap menggunakan kode etik
keperawatan sesuai dengan standar yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, N. (2013). UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU
KESEHATAN. HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA. http://eprints.ums.ac.id/27204/16/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf diakses
27/9/2021
Rahman, F. (2020). Proses Keperawatan dan Perilaku Caring Dalam Keperawatan. PROSES
KEPERAWATAN DAN PERILAKU CARING DALAM KEPERAWATAN.
https://doi.org/10.31219/OSF.IO/MG62H diakses 27/9/2021
Tri Wahyuni Ismoyowati, S.Kep., Ns., M.Kep dan Mei Rianita Elfrida Sinaga, S.Kep., Ns., M.
K. (2021). MODUL KONSEP DASAR KEPERAWATAN I. MODUL KONSEP DASSAR
KEPERAWATAN 1. http://repo.stikesbethesda.ac.id/916/1/Modul Konsep Dasar
Keperawatan %28KDK I%29 Maret 2021.pdf diakses 27/9/2021

WICAKSONO, W. P. (2019). SKRIPSI HUBUNGAN CARING PERAWAT DENGAN


TINGKAT KESEPIAN LANSIA DI WILAYAH KERJA DINAS SOSIAL SURABAYA.
HUBUNGAN CARING DENGAN TINGKAT KESEPIAN LANSIA DIWILAYAH KERJA
DINAS SOSIAL SURABAYA. http://repository.stikeshangtuahsby-library.ac.id/291/1/1.
Wahyu Putro W. 1510057 - SKRIPSI Caring Dan Kesepian.pdf diakses 29/9/2021

Anda mungkin juga menyukai