Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GIZI ANAK, REMAJA DAN LANSIA


MATA KULIAH ILMU GIZI DAN DIET
Dosen : Ahmad Fahrudin SKM.,M.,Si

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Amanda Maria Regina (P21056)
2. Ana Rizkyani (P21057)
3. Dhyas Intan Permatasari (P21070)
4. Khoirunnsa Nur Rahma (P21080)
5. Maylani Eka Pradani (P21085)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua. Shalom.
Om Swastyastu. Nammo Buddhaya, dan Salam Kebajikan.
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah gizi dan diet ini tepat waktu. Makalah ini merupakan penugasan
kedua yang harus disusun mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan kelas P21B sebagai
penugasan kelompok dengan pembahasan mengenai gizi pada anak, remaja, dan lansia.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Ahmad Fahrudin SKM.,M.Si selaku dosen mata kuliah Gizi dan Diet yang telah
membagikan ilmunya kepada kami selaku mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan kelas P21B
dalam proses makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah gizi dan diet ini tentunya
masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami memohon kritik,
saran, serta bimbingannya demi kemajuan makalah gizi dan diet selanjutnya. Tidak lupa,
kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

KELOMPOK 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 2

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………. 2

1.4 Metode Penetilian……………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 3

2.1 Gizi…………………………………………………………………………………… 3

2.2 Zat Gizi………………………………………………………………………………. 3

2.3 Gizi Anak…………………………………………………………………………….. 5

2.4 Gizi Remaja………………………………………………………………………….. 7

2.5 Gizi Lansia………………………………………………………………………….... 9

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………... 13

3..1 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 13

3.2 Saran ………………………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia masih banyak dijumpai masalah gizi. Masalah gizi menjadi salah satu
penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah-masalah gizi ini terjadi selama siklus
kehidupan dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
Apabila sejak awal kehidupan balita tidak mendapatkan perilaku sadar akan pentingnya
gizi maka hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara positif
serta dapat menurunkan kondisi kesehatannya (Kepmenkes RI, 2007).
Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan yang terjadi akibat
ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan tubuh. Masalah gizi yang terjadi
pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa selanjutnya,
seperti masalah gizi yang terjadi pada masa anak-anak yang dapat mengakibatkan tubuh
mudah terserang penyakit.
Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
gizi, zat gizi, dan pemenuhan kebutuhan gizi pada anak, remaja, dan lansia. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa khususnya Prodi Diploma Tiga Keperawatan
dapat lebih memahami akan pentingnya kebutuhan gizi sebagai salah satu mata kuliah
keperawatan dan tujuan akhirnya mampu memberikan edukasi kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan gizi?
2. Apa yang dimaksud dengan zat gizi?
3. Apa yang dimaksud dengan gizi pada anak?
4. Bagaimana pemenuhan gizi pada anak?
5. Apa yang dimaksud dengan gizi pada remaja?
6. Bagaimana pemenuhan gizi pada remaja?
7. Apa yang dimaksud dengan gizi pada lansia?
8. Bagaimana pemenuhan gizi pada lansia?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi gizi
2. Untuk mengetahui definisi zat gizi
3. Untuk mengetahui definisi kebutuhan gizi pada anak
4. Untuk mengetahui dan memahami pemenuhan gizi pada anak

1
5. Untuk mengetahui definisi kebutuhan gizi pada remaja
6. Untuk mengetahui dan memahami pemenuhan gizi pada remaja
7. Untuk mengetahui definisi kebutuhan gizi pada lansia
8. Untuk mengetahui dan memahami pemenuhan gizi pada lansia
1.4 Metode Penetilian
Metode penelitian untuk penulisan makalah ini melalui metode pengumpulan data yang
didapatkan melalui internet, e-book, dan jurnal yang berhubungan dengan Gizi dan Diet.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gizi
Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar
dapat menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuh. Bahan-bahan dari
lingkungan hidup tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. Unsur gizi dapat dipilah
menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
PENGERTIAN GIZI MENURUT PARA AHLI
 Menurut Tuti Sunardi
Pengertian gizi adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi proses perubahan
dari semua jenis makanan yang dapat masuk ke dalam tubuh, yang gunanya dapat
mempertahankan kehidupan kita.
 Menurut Ida Purnomowati, Diana H, Cahyo
Mendefinisikan bahwa gizi merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita
untuk membantu proses pertumbuhan, mempertahankan dan memperbaiki jaringan
yang ada di tubuh tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan menyediakan energi
guna untuk fungsi tubuh. Dan  dapat  juga diartikan sebagai komponen untuk
pembangun tubuh manusia.
 Menurut I Dewa Nyoman Suparisa dkk
Beliau menjelaskan bahwa gizi adalah suatu proses organisme yang
menggunakan makanan yang dimakan atau dikonsumsi secara normal melalui
tahapan proses degesti, absorpsi, dan transportasi. Dan penyimpanan, metabolisme
serta pengeluaran zat yang dianggap tidak digunakan untuk dapat mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari semua organ-organ serta
menghasilkan energi.
 Menurut Sunita Almatsier
Ia menjelaskan tentang zat-zat gizi yang dapat memberikan energi di dapat
dengan karbohidrat, lemak, dan protein, oksidasi yang terjadi di zat-zat gizi ini
menghasilkan energi yang dapat diperlukan tubuh untuk melakukan suatu kegiatan
atau aktivitas. Kemudian ketiga zat gizi merupakan termasuk zat organik yang
mengandung senyawa karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi tersebut yang
paling banyak terdapat dalam pangan dan ini disebut juga zat pembakar.
2.2 Zat Gizi
Zat gizi adalah senyawa dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi
fisiologis normal. Definisi yang luas ini mencakup senyawa yang digunakan langsung

3
untuk produksi energi yang membantu dalam metabolisme (koenzim), untuk
membangun struktur tubuh atau untuk membantu dalam sel tertentu.
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang dibutuhkan oleh setiap
individu, menurut Kementerian Kesehatan Indonesia. Kebutuhan gizi setiap orang
ditentukan oleh banyak faktor, yakni usia, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi
badan . Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan
kesehatan dan anemia, dan keadaan lingkungan kerja
Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin. Secara umum fungsi dari zat-zat makanan adalah:
Sumber energi atau tenaga berbagai manfaat dari zat gizi, di antaranya mengatur
metabolisme tubuh, memelihara dan mengganti jaringan tubuh, mendukung
pertumbuhan, serta berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh dan sebagainya
2.3 Gizi Anak
A. Gizi Anak Usia Pra-sekolah
Prasekolah adalah periode antara usia 3 dan 6 tahun. Ini adalah waktu
kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan fisik terus menjadi jauh
lebih lambat dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Peningkatan
perkembangan kognitif, bahasa, dan psikososial penting selama periode prasekolah.
Banyak tugas yang dimulai selama masa toddler dikuasai dan sempurna selama usia
prasekolah (Kyle dan Carman, 2015).
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah maka
asupan nutrisi dari makanan merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi
anak, oleh karena itu sangat dibutuhkan dukungan dari segi kesehatan, pendidikan,
serta lingkungan anak. Salah satu sisi kesehatan yang perlu dilihat adalah kecukupan
gizi anak. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang
tidak benar dan menyimpang. (Fitriana, 2015).
Menurut Kementrian Kesehatan (2014), Pada usia ini dengan anak bergerak
aktif bermain bersama teman-temannya, tertarik mempelajari hal baru, terus menerus
mempraktekkan hal yang baru didapat, diperlukan perhatian lebih agar kesehatan
anak tetap optimal. Salah satunya dengan memperhatikan pola makan anak. Tingkat
aktifitas yang cukup tinggi, maka diperlukan asupan yang tinggi juga agar tercapai
keseimbangan antara jumlah asupan dengan kalori yang dikeluarkan. Hal ini dapat
dicapai dengan pemenuhan nutrisi sesuai umur anak.
Beberapa masalah pola makan dan gizi yang kerap tejadi di rentang 3-5 tahun
antara lain adalah tidak suka sayuran, pilih-pilih makanan, dan cenderung menyukai
junk food atau makanan cepat saji. Adapun penelitian yang dilakukan oleh yang
dilakukan oleh Badjeber (2013) bahwa mengkonsumsi junk food minimal 3 kali per

4
minggu mempunyai risiko 3,28 kali menjadi gizi lebih. Apalagi anak usia prasekolah
merupakan usia yang rentan segala penyakit. Oleh karena itu perlu diusahakan untuk
meningkatkan dan mempertahankan status gizi anak agar tetap berada pada status gizi
baik.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan
riwayat diet (Koes Irianto, 2014).
Damayanti (2013) menjelaskan bahwa pola makan merupakan perilaku paling
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi, hal ini disebabkan karena kuantitas
dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi
sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal
sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan
balita, gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena
penyakit infeksi, produktifitas kerja meningkat serta terlidung dari penyakit kronis
dan kematian dini.Pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi
seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkat kesehatan individu dan
masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta
kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Gizi yang baik merupakan
landasan kesehatan, gizi mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap
penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan
menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian sehingga meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (Kemenkes, 2013).
Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat
ditanggulangi dengan pengobatan medis atau kedokteran.Saat ini telah diketahui
bahwa gejala klinis gizi kurang adalah akibat ketidak seimbangan antara manusia dan
lingkungannya.Lingkungan ini mencakup lingkungan alam, biologis, sosial budaya
maupun ekonomi. Masing-masing faktor tersebut mempunyai peran yang kompleks
dan berperan penting dalam etiologi penyakit gizi kurang. Gizi yang baik pada
umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi.
Sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
infeksi. Malnutrisi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah pada anak-anak di
Indonesia, jika keluarga-keluarga mematuhi pemberian makananyang baik,maka
anak-anak akan tumbuh sehat, kuat dan memiliki status gizi yang baik (Santoso &
dkk, 2005).

5
Masalah pola makan anak seakan persoalan yang tidak ada habisnya. Masa
tersulit itu biasanya ketika anak berusia satu sampai kira-kira tiga tahun. Anak-anak
membutuhkan waktu untuk memahami bahwa mereka butuh makanan ketika mereka
lapar. Tapi sayangnya, orang tualah yang tanpa sadar “Menurunkan” kebiasaan pola
makan yang salah pada anak sehingga mengganggu keseimbangan gizi anak.
Misalnya tanpa sadar orang tua sering menggunakan makanan sebagai hukuman atau
hadiah sehingga memberikan pesan bahwa makanan adalah kewajiban, seperti
mengatakan “Kalau nasi mu habis, nanti mama beri cokelat”. Makanan sebaiknya
jangan dijadikan alat untuk mendisiplinkan anak. (Irianto, 2014). Makan merupakan
hal yang kurang menyenangkan untuk anak karena pada usia ini yang
menggembirakan adalah bermain. Permainan merupakan media dan ajang
peningkatan keterampilannya. Saat bermain adalah waktu yang tepat untuk
menyuapkan makanannya. Anak akan tetap memperoleh asupan gizi ketika dia sedang
bermain, belajar dan bersosialisasi melalui permainan. Sejak usia ini mulai terlihat
adanya tanda-tanda sikap pribadi anak yang menyukai dan tidak menyukai makanan
tertentu. Menolak makanan terutama sayur sangat umum pada anak usia prasekolah.
Tidak ada satupun jenis makanan yang esensial sehingga jika satu jenis ditolak
tidak dapat diganti dengan jenis makanan lain yang nilai gizinya setara (Soenardi,
2006).Secara rinci permasalahan gizi yang sering timbul di masyarakat meliputi :
1. KKP (Kekurangan Kalori Protein)
Kekurangan kalori protein (KKP) pada umumnya dialami anak-anak dari
keluarga kurang mampu dengan status ekonomi kurang karena makanan
hewani relatif mahal sehingga tidak terjangkau.
2. KVA (Kekurangan Vitamin A)
Anak pada umumnya kurang menyukai sayuran dan buah-buahan yang
merupakan sumber vitamin utama sehingga sering menyebabkan
terjadinya avitaminose A.
3. AGB (Anemia Gizi Besi)
Zat besi banyak terdapat pada makanan hewani serta sayuran warna hijau
tua. Anak-anak dari keluarga kurang mampu dan mereka yang tidak
menyukai sayur akan berisiko kekurangan zat besi (anemia).
4. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)
Garam beryodium merupakan upaya untuk untuk menghindari masyarakat
dari kekurangan iodium.
Munculnya permasalahan gizi tersebut disebabkan oleh kurangnya
konsumsi makanan yang beraneka ragam, pemahaman yang keliru
terhadap jenis makanan, ketidakterkaitan pola makan serta gaya hidup.
(Irianto, 2014)

6
Konsumsi sayuran dan buah-buahan berperan dalam menjaga kenormalan
tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Konsumsi sayurdan buah yang cukup
juga akan menurunkan resiko sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan.
Hal ini menunjukan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut
berperan dalam pencegahan penyakit kronik. Konsumsi sayuran dan buah-buahan
yang cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi seimbang (Suswano,
2014).Beberapa jenis sayuran yang berwarna hijau tua (bayam, daun singkong dan
kangkung) dikenal sebagai sumber zat besi yang penting untuk pembentukan darah.
Bila kita kekurangan darah (anemia), maka akan cepat lelah dan kurang konsentrasi
karena darah tidak mampu mengangkut oksigen ke otak. Sayuran seperti sawi dan kol
bermanfaat untuk mencegah kanker.
Namun perlu juga diketahui sayuran jenis ini bersifat goitrogenic yang
menghambat penyerapan yodium. Oleh karena itu mengkonsumsi sawi dan kol
sebaiknya jangan terlalu sering. Mengkonsumsi sayuran dianjurkan dalam bentuk
matang. Dengan merebus sayuran, maka kontaminasi telur cacing (banyak dijumpai
pada sayuran mentah) dapat dihindari. Sebenarnya hanya proses perebusan hanya 10-
15% vitamin C yang rusak. Jadi, kehilangan sekian persen vitamin tidak menhadi
masalah asalkan tubuh tetap sehat tidak terinfeksi cacing (Khomsan, 2002).
(Khomsan, 2002).
Konsumsi buah dan sayur sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
berfungsi sebagai zat pengatur, mengandung zat gizi seperti vitamin dan mineral,
memiliki kadar air tinggi, sumber serat makanan, antioksidan dan dapat
menyeimbangkan kadar asam basa tubuh. Berbagai manfaat tersebut dapat mencegah
terjadinya berbagai penyakit. (Sekarindah & Titi, 2008)C. Angka Kecukupan Gizi
(AKG) Kebutuhan untuk bayi dan anak merupakan kebutuhan zat gizi yang
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak mendapat gizi
akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak
mendapat gizi akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan
terjadinya sel otak dengan konsekuensi sel yang lebih sedikit.
Sebaliknya anak yang mendapat gizi lebih tinggi akan memperoleh kalori
yang lebih tinggi juga. Dengan kata lain konsumsi yang melibihi kebutuhan akan
menyebabkan gizi lebih, sebaliknya konsumsi gizi yang kurang menyebabkan kondisi
kurang atau defisiensi.

B. Gizi Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak usia sekolah
dapat dikategorikan dalam fase pra-remaja, yaitu anak yang berada pada usia 9-11

7
tahun untuk perempuan dan 10-12 tahun untuk laki-laki. Pada masa ini anak akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara psikologis maupun kognitif.
Anak-anak usia sekolah membutuhkan energi yang tinggi untuk pertumbuhan dan
aktivitas, tetapi semakin banyak asupan makananyang masuk akan menyebabkan
kelebihan berat badan. Hal tersebut karena ketidakseimbangan antara kalori yang
masuk dengan pola aktivitas anak. Dewasa ini, anak-anak lebih menyukai permainan
di layar smartphone atau menonton video di channel internet dibandingkan melakukan
aktivitas fisik di luar ruangan.
Angka kecukupan gizi anak berasal dari rata-rata kebutuhan energi anak sehat
yang tumbuh secara memuaskan, sedangkan Angka Kecukupan Zat-zat Gizi
didasarkan atas beberapa hasil penelitian. Kebutuhan gizi anak usia sekolah relatif
lebih besar daripada anak dibawahnya, karena pertumbuhan lebih cepat terutama
penambahan tinggi badan. Perbedaan kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan
dikarenakan anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga
membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan perempuan sudah masuk masa baligh
sehingga membutuhkan protein dan zat besi yang lebih banyak. Berikut kebutuhan
gizi bagi anak usia sekolah, yaitu :
a. Protein : Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan,
perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Pada anak, fungsi
terpenting protein adalah untuk pertumbuhan. Bila kekurangan protein berakibat
pertumbuhan yang lambat dan tidak dapat mencapai kesehatan dan pertumbuhan yang
normal. Kecukupan protein juga esensial untuk membangun antibodi sebagai
pelindung dari penyakit infeksi
b. Lemak : Lemak merupakan zat gizi esensial yang berfungsi untuk sumber energi,
penyerapan beberapa vitamin dan memberikan rasa enak dan kepuasan terhadap
makanan. Selain fungsi tersebut, lemak juga sangat esensial untuk pertumbuhan,
terutama untuk komponen membran sel dan komponen sel otak. Lemak yang esensial
untuk pertumbuhan anak disebut asam lemak linolenat dan asam lemak alpha linoleat.
c. Vitamin dan Mineral : Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang
jauh lebih kecil daripada protein, lemak dan karbohidrat, tetapi sangat esensial untuk
tubuh. Keduanya mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara
keseluruhan. Beberapa mineral juga merupakan bagian dari jaringan tubuh.
Masalah Gizi Anak Usia Sekolah :
A. Kekurangan Gizi
Yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan
besar untuk kehidupan anak tersebut. Laporan analisis lanjut data Riskesdas 2010
menyatakan bahwa defisit energi populasi anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 294
kkal/hari. Sedangkan hasil review terhadap berbagai penelitian bidang gizi dan

8
kesehatan di Indonesia anak usia sekolah mengalami defisit asupan energi sebesar
35% dan defisit asupan protein sebesar 20% dari Angka Kecukupan Gizi.
Selain itu, 20% anak memiliki kebiasan makan kurang dari tiga kali sehari
(Analitical and Capacity Development, 2013). Analisis Riskesdas 2010 yang
dilakukan terhadap konsumsi pangan 35.000 anak sekolah dasar, menunjukkan 26,1%
anak hanya sarapan dengan minuman, dan 44,6% anak sarapan hanya memperoleh
asupan energi kurang dari 15% AKG .
Penyebab Anak Kurang Gizi :
1. Ketidaktahuan orang tua tentang gizi
2. Tingkat sosial ekonomi yang rendah
3. Kebersihan lingkungan yang buruk
4. Menderita penyakit tertentu
Cara Pemenuhan Gizi Anak :
a. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah
Pada saat jadwal sekolah anak sampai sore hari, maka makan siang harus
memenuhi syarat dari segi keamanan, jumlah dan keragamannya. Anak cenderung
akan jajan ketika tidak membawa bekal dari rumah, termasuk air minum. Sementara
itu banyak sekolah yang belum mampu menyediakan jajanan yang sehat dan aman.
b. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji
Jajanan dan makanan selingan yang manis,asin dan yang berlemakPerilaku
menyantap makanan cepat saji sudah menjadi bagian hidup masyarakat di perkotaan.
Makanan tersebut mengandung terlalu tinggi gula, garam dan lemak yang
berhubungan dengan penyakit kronis seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung. Sehingga konsumsi makanan cepat saji dan makanan jajanan
harus sangat dibatasi.
c. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari setelah makan
pagi dan sebelum tidur.
Sisa makanan di sela-sela gigi akan dimanfaatkan bakteri yang menghasilkan
asam, yang dapat menyebabkan kerusakan gigi. Membersihkan gigi setelah makan
dan sebelum tidur adalah upaya untuk menghindari pengeroposan atau kerusakan gigi.
d. Hindari merokok
Gejala perilaku merokok usia dini juga sudah mulai ditemukan pada anak
sekolah. Menghindari merokok sebaiknya dilakukan pada perokok aktif maupun
perokok pasif. Sehingga di lingkungan yang banyak anak sekolah harus dinyatakan
bebas dari asap rokok. Merokok dapat mengganggu kesehatan misalnya paru-paru dan
kesehatan reproduksi.
B. Kelebihan Gizi

9
Kelebihan berat badan yang terjadi akibat asupan energi yang masuk lebih
banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan disebut dengan kondisi gizi
lebih. Dampak gizi lebih pada anak terutama pada anak sekolah dasar menjadi sangat
serius karena dapat berisiko terhadap faktor pemicu berbagai penyakit tidak menular
yang timbul lebih cepat, seperti penyakit metabolik dan degeneratif, antara lain
diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung, hipertensi, osteoporosis15. Selain itu,
gangguan kesehatan lain yang dialami anak penderita gizi lebih, seperti masalah
pertumbuhan tungkai, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan
pernapasan.
2.4 Gizi Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang
ditandai dengan banyak perubahan, di antaranya pertambahan massa otot, jaringan lemak
tubuh, dan perubahan hormon. Perubahan tersebut memengaruhi kebutuhan gizi remaja.
Selain itu kebutuhan gizi kepada remaja juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan
sosial.Periode remaja merupakan periode kritis dalam pertumbuhan fisik. Psikis dan
perilakunya. Memasuki kelompok remaja umumnya gaya hidup dan kebiasaan makan
mulai berubah sesuai perubahan kebutuhan karena perubahan fisiknya. Zat gizi khusus
akan diperlukan berkaitan dengan kegiatannya yang dilakukan saat ini seperti olahraga,
merokok, alkohol, persiapan kehamilan dll.
Pada masa remaja, kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini
dikarenakan percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan
zat gizi yang lebih baik dan lebih banyak, Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan
menurun.Perkembangan remaja sama rumitnya dengan anak-anak,karena ada interaksi
yang kompleks diantara mereka yaitu pubertas, kematangan, neurokognitif, dan peran
social transisi. Selain peran kondisi kehidupan dan lingkungan, terutama di rumah,
kuncinya penyumbang perkembangan normal adalah nutrisi. Diperlukan konsumsi
makanan sehat, pertumbuhan dan perkembangan yang tepat selama masa pubertas, yang
membutuhnkan nutrisi makro dan mikro yang memadai.
Penyesuaian masukan energi dan zat gizi, serta semakin beragamnya aktivitas fisik
yang dilakukan oleh kelompok umur ini. Atas dasar berbagai faktor tersebut, kebutuhan
zat gizi perlu diutamakan. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik
secara kualitatif dan kuantitatif akan menyebabkan terjadinya gangguan proses
metabolisme tubuh, yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit, sehingga
dalam mengonsumsi makanan, yang perlu diperhatikan adalah “kecukupannya” agar
didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal.
Pada remaja perempuan, growth spurt terjadi pada 12-18 bulan sebelum menarche
(10-14 tahun). Pertumbuhan berlanjut selama 7 tahun atau saat remaja sampai pada usia

10
21 tahun. Selama masa ini terjadi percepatan pertumbuhan yang meliputi 45%
pertumbuhan tulang dan 15-25% pertambahan tinggi badan. Selama growth spurt,
sebanyak 37% total masa tulang terbentuk. Penambahan lemak lebih banyak pada remaja
perempuan sehingga lemak tubuh perempuan pada masa dewasa sebesar 22%
dibandingkan pada laki-laki dewasa yang hanya 15%.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada masa remaja perlu diperhatikan karena :
a) Terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikis.
b) Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja mempengaruhi
kebutuhan dan asupan zat gizi.
c) Kebutuhan zat gizi khusus perlu diperhatikan, terutama pada kelompok remaja
dengan aktivitas olahraga tinggi, kehamilan, gangguan perilaku makan, diet ketat,
konsumsi alkohol, dan obat-obatan.
Zat gizi memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayi, balita,
hingga remaja, dengan kebutuhan gizi pada masa remaja lebih besar dibandingkan dua
masa sebelumnya. Kebutuhan gizi pada remaja dipengaruhi oleh pertumbuhan pada masa
pubertas. Kebutuhan gizi yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat.
Nutrisi yang baik merupakan fondasi untuk kesehatan tubuh. Nutrisi ibu
secarakeseluruhan mencerminkan kesehatan masyarkatdan menjadi tantangan bagi
pemerintah karena nutrisi memberikan efek tidak hanya untuk kesehatan wanita, tetapi
juga generasi masa depan. Nutrisi yang buruk bagi remaja putri dan wanita dapat
membahayakan kesehatan reproduksi dan meningkatkan risiko kehamilan yang
berugikan bagi ibu dan anak. Investasi dalam nutrisi sangat penting untuk masa depan
upaya untuk meningkatkan kesehatan wanita, anak-anak, dan remaja, potensi keuntungan
manusia, social, dan ekonomi.
2.5 Gizi Lansia
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Effendi,
2009). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Menurut WHO (World Health Organization) lansia dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu :
 Usia pertengahan (45-59 tahun)
 Lanjut usia (60-74 tahun)
 Lansia tua (75-90 tahun)
 Usia sangat tua (> 90 tahun)
Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi :
 Pra lanjut usia (45-59 tahun)

11
 Lanjut usia (60-69 tahun)
 Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah
kesehatan)
Proses Menua berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Proses menua berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan.
yang menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh
sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Proses menua
sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses menua
adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit infeksi/degeneratif, higiene
sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga. Faktor eksternal lain yaitu
kemunduran psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan sendiri,
perubahan status sosial sangat mempengaruhi proses menua pada seseorang.
Asupan makanan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel
atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu
perubahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi status gizi.
Proses perubahan biologis pada lanjut usia ditandai dengan :
a) Pengurangan massa otot dan bertambahnya massa lemak dapat menurunkan
jumlah cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput
dengan garis-garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus.
b) Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan
perabaan menurun. Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan
kekurangan kadar zink menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lanjut usia.
Sensitifitas terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan
lanjut usia senang makan yang manis dan asin.
c) Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C
dan asam folat.
d) Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang
mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia.
e) Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan berkurang
pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapan zat- zat gizi juga
menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah mengurangi
kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Pada lambung, faktor yang
berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B 12 berkurang, sehingga dapat
menyebabkan anemia.

12
f) Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.
g) Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk
makan.
h) Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat
jangka pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutkan
sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari disebut dengan demensia/pikun.
i) Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang,
sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluaran urine diluar
kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi
minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
Kebutuhan Gizi pada Lansia
Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses
fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua.  Kebutuhan gizi lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh faktor :
1. Umur : pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50
tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan
protein, vitamin dan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan
antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak
sel.
2. Jenis kelamin : umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama
energi, protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas
permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe)
pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada
wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.
3. Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
berurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang.
Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari :
ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang
dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat gizi
yang lebih banyak.
4. Postur tubuh : postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak
dibandingkan postur tubuh yang lebih kecil.
5. Iklim/suhu udara : orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan)
memerlukan zat gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

13
6. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial) : kebutuhan gizi setiap individu
tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang
pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada
lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi
sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.
7. Lingkungan : lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi
(pabrik, industri, dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung
protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.
Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang.
Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk
mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan
gizi lanjut usia dihitung secara individu.
Perencanaan Makanan untuk Lansia
1. Makanan harus mengandung zat gizi yang cukup dari makanan yang beraneka ragam.
2. Perhatikan porsi makan, usahakan porsi kecil dan sering, kurang lebih 3 kali makan
utama dan 2-3 kali makanan
3. Banyak minum 6-8 gelas per hari dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin
agar tidak memperberat kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya
hipertensi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak, gorengan, dan makanan yang
berlemak seperti santan dan mentega.
5. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau ompong, makanan harus lunak /
lembek atau dicincang.
6. Konsumsi buah dan sayuran dianjurkan minimal 5 porsi (± 500   gram) per hari,
hindari konsumsi suplemen serat.
7. Konsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan produk olahannya, ikan, serta
kacang – kacangan untuk mencegah pengeroposan tulang.
8. Batas konsumsi kafein seperti minuman bersoda, kopi, cokelat atau teh.

14
BAB III

PENUTUP

3..1 Kesimpulan

Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang
diperlukan tubuh untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap energi
metabolisme basal. Bila tubuh mengalami kuranv energi maka kemampuan fisik untuk
melakukan aktivitas akan berkurang dan produktivitas kerja akan menurun.

Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-
bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar dapat
menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuh. Sedangkan zat gizi adalah senyawa
dari makanan yang digunakan tubuh untuk fungsi fisiologis normal. Definisi yang luas ini
mencakup senyawa yang digunakan langsung untuk produksi energi yang membantu dalam
metabolisme (koenzim), untuk membangun struktur tubuh atau untuk membantu dalam sel
tertentu. Gizi sangat diperlukan bagi seluruh manusia baik dari anak hingga lansia, berikut
adalah beberapa contoh gizi yang dibutuhkan manusia:

 Bagi anak
Usia anak-anak merupakan usia yang sangat suka beraktifitas. Oleh karena itu,
pemberian gizi sangat penting bagi anak-anak agar mereka dapat melakukan
aktifitas dengan baik, berikut adalah beberapa contoh gizi yang diperlukan anak:

- Protein
- Energi
- Lemak
- Vitamin dan mineral

15
 Bagi Remaja
Remaja juga merupakan umur yang sangat aktif dalam beraktifitas dikarenakan
mereka ingin mengatahui hal-hal baru dan juga merupakan masa peralihan yang
mengakibatkan banyak hal berubah dalam tubuhnya. Remaja memerlukan banyak
zat gizi dan juga perlu diimbangi dengan olahraga yang teratur agar tubuh mereka
semakin sehat.

 Bagi Lansia
Lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun, usia ini merupakan usia
yang sudah tidak muda lagi. Banyak sistem tubuh yang mulai bekerja dengan
lambat bahkan sudah tidak bekerja lagi. Oleh karena itu, lansia juga memerlukan
banyak zat gizi pada tubuhnya agar tetap dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Di usia lansia kita harus lebih memperhatikan porsi makan dan juga zat gizi yang
ada dalam makanan kita., perbanyak minum air putih dan makan sayuran serta
kurangi makanan manis agar gigi tidak keropos dan tidak terserang penyakit.

3.2 Saran

3.2.1 Untuk Anak Anak

Saya sarankan bagi para orangtua untuk lebih memperhatikan makanan serta zat gizi
yang terkandung dalam makanan anak-anak saudara. Dikarenakan agar anak-anak saudara
dapat bertumbuh dan berkembang lebih baik serta dapat melakukan segala aktifitas seperti
anak-anak yang sehat.

3.2.2 Untuk Remaja

Saya sarankan bagi remaja untuk lebih memperhatikan apa yang mereka makan
sendiri-sendiri. Lebih banyak makan makan bergizi daripada makan makanan cepat saji yang
kurang memiliki zat gizi yang kita perlukan. Dikarenakan sudah remaja kami mengharapkan
para remaja lebih peduli terhadap kesehatannya sendiri.

3.2.3 Untuk Lansia

Saya sarankan untuk anggota keluarga yang memiliki lansia dirumah diharapkan lebih
memperhatikan porsi makanan serta zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi
orangtua. Dan apabila orangtua memiliki gangguan kesehatan segera periksakan ke klinik
ataupun rumah sakit terdekat agar dapat segera ditangani.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3547/4/Chapter%20II.pdf

https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/630/gizi-untuk-lanjut-usia

https://rselisabeth.or.id/?p=221

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1333/4/Chapter 2.pdf

https://hellosehat.com/nutrisi/pengertian-akg/

https://www.emc.id/id/care-plus/gizi-seimbang-untuk-gaya-hidup-yang-sehat

17
https://health.kompas.com/read/2013/05/20/10415229/
Yuk..Mengenal.Sekilas.Tentang.Zat.Gizi?page=all

https://sardjito.co.id/2019/02/04/kecukupan-gizi-dalam-menunjang-produktivitas-kerja/

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3843/4/Chapter%202.pdf.pdf

https://www.academia.edu/31273976/Tugas_kespro_div_kebidanan_gizi_anak_pra_sekolah

18

Anda mungkin juga menyukai