Anda di halaman 1dari 18

A.

Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organism (makhluk hidup). Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organism,dan kemudian organism tersebut merespons,maka teori skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner
membedakan menjadi dua respons :
a. Respondent response yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation
karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap. Misalnya :
makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan. Respondent
respons ini mencakup perilaku emosional.
b. Operant respons yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforce karena memperkuat respons.
Misalnya : seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik
kemudian memperoleh penghargaan maka petugas kesehatan tersebut
akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Pembagian Perilaku berdasarkan Bentuk Respon terhadap Stimulus

1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran atau sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut dan belum bisa diamati oleh orang lain. Oleh sebab itu
disebut Covert Behaviour atau unobserveable behavior. Contoh misalnya
seorang ibu hamil yang tahu pentingnya pemeriksaan kehamilan.
2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata. Respon
terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dapat
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut overt
behavior. Contoh misalnya seorang ibu yang membawa anaknya ke posyandu
untuk diimunisasi.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning menurut Skiner :

a. Melakukan identifikasi mengenai hal-hal yang merupakan penguat


(reinforcer) dan hadiah (reward) untuk membentuk perilaku.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen pembentuk perilaku
yang dikehendaki. Kemudian disusun.
c. Menggunakan komponen-kompenen itu secara urut dan mengidentifikasi
hadiah untuk masing-masing komponen.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiah
diberikan. Ini juga berlaku untuk komponen dua dan seterusnya. Ini dilakukan
bertujuan agar perilaku (tindakan) seseorang cenderung sering dilakukan.

Contoh kasus :

Kita menghendaki agar seorang anak memiliki kebiasaan menggosok gigi sebelum
tidur, maka anak tersebut harus :

- Pergi ke kamar mandi sebelum tidur


- Mengambil sikat gigi dan odol
- Mengambil air dan berkumur
- Melaksanakan gosok gigi
- Menyimpan sikat gigi dan odol
- Pergi ke kamar tidur

Jika identifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) pada setiap komponen berhasil,
maka kebiasaan dapat terbentuk.

PERILAKU KESEHATAN

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Batasan perilaku kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan


Adalah usaha-usaha seseoranguntuk menjaga atau memelihara kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan apabila sakit. Oleh karena itu,
perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek, yaitu:
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Kesehatan itu dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang
sehat perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan seoptimal
mungkin.
c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi makanan
dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang dan menyebabkan penyakit. Hal ini tergantung dengan
perilaku orang terhadap makanan dan minuman.
2. Perilaku Pencariaan dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behaviour)
Merupakan upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaan. Tindakan perilaku ini dimulai dari mengobati diri sendiri
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah perilaku seseorang dalam merespon lingkungannya maupun


mengelola lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Contohnya mengelola tempat pembuangan, sanitasi, dan lain-lain.

Becker (1979), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan sebagai berikut:

a. Perilaku Hidup Sehat


Yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan seseorang. Perilaku tersebut mencakup:
1) Makan dengan menu seimbang (makan dengan gizi sesuai yang
dibutuhkan tubuh dan sesuai PGS).
2) Olahraga teratur.
3) Tidak Merokok.
4) Tidak minum minuman keras dan narkoba.
5) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk
bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga
dapat membahayakan kesehatan.
6) Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup
yang keras seperti diuraikan diatas. Kecenderungan stress akan meningkat pada
setiap orang. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak
menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau
mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan positif.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan dan sebagainya.

b) Perilaku Sakit (ilnes behaviour)

perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan
sebagainya

c) Perilaku Peran Sakit (the sick role behaviour)

dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) memilik peran yang mencakup hak-hak orang sakit
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui
oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya) yang selanjutnya disebut
perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi :

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan


2) Mengenali/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang
layak
3) Mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya
kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas medis)
Perilaku adalah suatu bentuk respon (tanggapan ) atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (manusia). Reaksi yang diberikan
seseorang terhadap suatu rangsangan tidaklah sama/berbeda. Hal ini disebabkan oleh
faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap setiap rangsangan.
Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
Determinan Perilaku.

Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa,


perilaku manusia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Kognitif ,
2. Afektif,
3. Psikomotorik

Kemudian dikembangkan menjadi 3 bentuk yaitu :

1. Pengetahuan
Adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan mencakup
domain kognitif dengan 6 tingkatan seperti tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi.
2. Sikap
Adalah suatu respon atau reaksi yang sifatnya masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek.
3. Tindakan
Adalah respon lanjutan dari seseorang kepada stimulus atau objek agar
dapat dilakukan secara nyata.

Menurut hasil pendidikan kesehatan menurut Bloom ada beberapa yang


mempengaruhi :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

a. Proses Adopsi Perilaku


Dari pengalaman dan penelitian dibuktikan jika hasil dari pengetahuan
lebih langgeng dibandingkan hasil perilaku yang tidak dilandasi oleh
pengentahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku pasti terjadi proses yang berurutan seperti :
1. Awareness ( kesadaran), yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation, (menimbang – nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.) hal ini berarti sikap
responden sudah baik lagi
4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, di penelitian selanjutnya Rogers menyatakan


perubahan perialu tifak tentu mengalami proses tersebut. Contoh nya ibu
– ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah atau ketua RT
tanpa mengetahui makna dan tujuan dari KB, maka mereka akan segara
keluar dari keikutsertaanya dalam KB setelah beberapa saat setelah
perintah itu diterima.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada
anak balita, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan
sarang nyamuk), dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi, cara memberantas penyakit
demam berdarah bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan
menguras) tetapi juga dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sabagainya
tempat-tempat penampungan air tersebut.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan
hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan, dapat
membuat perencanaan program kesehatan dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya. Misalnya dapat membedakan antara nyamuk Aedes
agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat digaram (flow chart) siklus hidup cacing kremi,
dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formasi-formasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan masalah yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas
dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek tertentu. Penilaian yang dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sendiri atau berdasarkan norma-norma yang telah berlaku di masyarakat. conroh
dari evaluasi yaitu:
a. Seorang perawat dapat membandingkan gejala apendiksitis dengan hepatitis.
b. Kemampuan untuk membandingkan antara anak yang terkena malnutrisi
dengan anak yang memiliki gizi baik.
c. Seorang bidan desa dapat menafsirkan tentang alasan ibu-ibu di tempatnya
bekerja tidak mau untuk mengimunisasikan anaknya.

1. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus. Sikap ini belum dapat dimanifestasikan secara nyata,
namun hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Campbell dalam Soekidjo (2010) mendefinisikan sikap dengan sederhana yaitu
“An Individual’s attitude is a syndrome of respons consistency with regard to
objek.” Dalam pernyataan tersebut dikatakan bahwa sikap merupakan suatu
sindrom dalam merespons stimulus, sehingga sikap melibatkan perasaan,
pikiran, perhatian dan gejala kejiwaan lain. Newcomb menyatakan bahwa
sikap bukan pelaksanaan melainkan adalah suatu tindakan. Komponen pokok
sikap menurut Alport (1954) yaitu:
a. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap objek. Maksudnya adalah pendapat
dan keyakinan seseorang terhadap objek, misalnya penyakit kusta.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, maksudnya
adalah bagaimana penilaian yang melibatkan faktor emosi seseorang
terhadap objek. Misalnya bagaimana orang menganggap penyakit kusta
apakah berbahaya atau biasa saja.
c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan komponen yang
mendahului tindakan. Misalnya tindakan apa yang akan diambil seseorang
apabila terkena penyakit kusta.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting.
Contoh: seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebab, akibat,
pencegahan, dll).
Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya
tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja
sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya
anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang
beupa penyakit polio.

B. Berbagai tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan :

1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan oleh objek. Misal : sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap segala hal tentang gizi termasuk
pencerdasan, seperti ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha, seseorang
dapat menjawab atau memberikan pertanyaan, selepas dari benar atau salah, orang
tersebut mampu mengutaran dan menerima ide.
3. Mengahargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indiksi sikap tingkat tiga. Misal : seorang ibu mengajak orang sekitarnya (ibu-
ibu, saudara, tetangga, untuk pergi membawa anaknya ke posyandu, hal itu
menunjukan bukti bahwa mereka peduli terhadap tumbuh kembang sang anak.
4. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya merupakan suatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misal : seorang
ibu mau menjadi akseptor KB meski dilarang oleh mertua atau sanak saudaranya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.


Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pertanyaan atau pendapat responden terhadap
suatu objek.

Praktik/ Tindakan (pratice)

Dalam pencapaian menjadi suatu tindakan, sikap haruslah memiliki faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain ada fasilitas. Fasilitas yang
dimaksudkan seperti proses imunisasi adanya pelayanan mengenai proses imunisasi.
Selain dari adanya fasilitas, dukungan (support ) juga diperlukan yaitu izin dari
suami, orang tua, mertua, maupun dari pihak lainnya.

Praktik mempunyai berbagai tingkatan :

A. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang
ibu dapat memilih makanan bergizi tinggi bagi anak balitanya.
B. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Dalam melakukan
praktik pada tingkatan ini masih mnggunakan tuntutan atau panduan.
Misalnya sesorang ibu dapat mamasak sayur dengan benar, mulai dari cara
mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya
dan seterusnya. Anak yang masih diingatkan oleh ibunya dalam hal
menggosok gigi.
C. Mekanisme (mecanism)
Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain. Seorang anak yang langsung gosok gigi tanpa
disuruh orang tuanya sebelum tidur.
D. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak
makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan
sederhana. Seorang yang tidak hanya melakukan sikat gigi tetapi juga
memperhatikan teknik-teknik yang benar.
Perubahan atau adopsi perilaku baru merupakan suatu proses yang kompleks

dan memerlukan waktu yang relatif lama. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh

Syarifudin (2009) menggungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness ( kesadaran ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus ( obyek ) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Secara teori perubahan perilaku ada tiga tahap dimana seseorang dapat
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya.

1. Pengetahuan

Sebelum mengadopsi perilaku, seseorang harus tahu terlebih dahulu


apa arti, tujuan ataupun manfaat perilaku tersebut. Pengetahuan merupakan
faktor predisposisi terhadap perubahan perilaku yang mengarahkan pada
peningkatan status kesehatan, termasuk perilaku itu dalam menangani dan
merawat bayinya yang terkena sariawan, selain faktor yang lain untuk
mencapai penanganan dan perawatan bayi yang terkena sariawan secara
optimal dan untuk mengoptimalkan pengetahuan individu diperlukan
pendidikan kesehatan melalui komunikasi ataupun dinamika kelompok
(Notoatmodjo, 2003). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lestiry). Indikator-
indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

- Penyebab penyakit
- Gejala atau tanda-tanda penyakit
- Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
- Bagaimana cara penularannya
- Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,


meliputi :

- Jenis-jenis makanan yang bergizi


- Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
- Pentingnya olahraga bagi kesehatan
-Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras,
narkoba, dan sebagainya
-Pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi, rekreasi bagi kesehatan dan
sebagainya

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

- Manfaat air bersih


- Cara-cara pembuangan limbah, termasuk kotoran dan sampah yang
sehat
- Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
- Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan
sebagainya.

2. Sikap

Sikap merupakan penilaian, bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulus


atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh
karena itu, indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan
kesehatan, yakni :

a. Sikap terhadap sakit dan Penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala


atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit,
cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara


memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan
lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga,
rekreasi atau istirahat cukup dan sebagainya bagi kesehatan.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan


pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian
terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi, dan sebagainya.

3. Praktik atau Tindakan

Praktik kesehatan atau perilaku kesehatan adalah seseorang yang mengetahui


stimulus/ objek kesehatan dan melakukan penilaian terhadap apa yang
diketahui dan selanjutnya melaksanakan/ mempraktikkan apa yang di ketahui
atau disikapinya (dinilai baik).

Indikator Praktik Kesehatan terdiri dari :

1. Tindakan sehubungan dengan penyakit .

Tindakan ini mencakup perilaku seperti :

a. Perilaku pencegahan penyakit meliputi :


- Seorang ibu yang mengimunisasikan anaknya ke posyandu untuk
mencegah penyakit polio, cacar,dsb
- Melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali untuk mencegah
penyakit Demam Berdarah.
- Menggunakan masker di tempat yang berdebu untuk mencegah penyakit
TB paru- paru atau penyakit yang dapat menyerang saluran pernafasan.
b. Perilaku penyembuhan penyakit meliputi :
- Minum Obat sesuai dengan petunjuk dokter
- Melakukan anjuran- anjuran dokter
- Berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

2. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Tindakan ini


mencakup perilaku seperti :
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang .
- Berolahraga secara teratur
- Tidak merokok atau tidak minum- minuman keras dan narkoba.

1. Tindakan kesehatan lingkungan. Tindakan ini mencakup perilaku seperti :


- Membuang air besar di jamban (WC)
- Membuang sampah di tempat sampah
- Menggunakan air bersih untuk mandi, memasak dan mencuci

Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru mengikuti


tahap- tahap yang telah disebutkan yaitu melalui proses perubahan :
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”.

cara mengukur indikator dan memperoleh informasi data tentang pengetahuan


dan sikap dengan melakukan wawancara baik secara terstuktur maupun
dengan wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD).
Mengumpulkan data perilaku dengan melakukan pengamatan/ observasi atau
dengan wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku
yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. Contohnya :
untuk mengetahui perilaku pemeriksaan kehamilan seorang ibu hamil
dinyatakan apakah ibu memeriksakan kehamilannya pada waktu hamil anak
yang terakhir.

Aspek Sosio Psikologi Perilaku Kesehatan

Proses pembentukan perilaku/ perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa


faktor yang berada dalam diri sendiri. Faktor – faktor tersebut meliputi :

1. Susunan saraf
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam perilaku
manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari
rangsangan yang masuk ke rangsangan yang dihasilkan. Perpindahan ini
dihasilkan oleh susunan saraf pusat dengan unit- unit dasar yang disebut
neuron. Neuron berfungsi untuk memindahakan energy di dalam impul
saraf, impul saraf terdiri dari indra pendengaran, penglihatan, penciuman.
2. Presepsi
Pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran,
penciuman.
3. Motivasi
Dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari
dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
4. Emosi
Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan
keadaan jasmani. Sedangkan, keadaan jasmani merupakan hasil
keturunan. Oleh karena itu, perilaku yang timbul karena emosi merupakan
perilaku bawaan.
5. Belajar
Suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktik- praktik dalam
lingkungan kehidupan.

Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku dapat


dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

1. Faktor intern : kecerdasan, persepsi, motivasi, minat,emosi dan sebagainya untuk


mengolah pengaruh-pengaruh dari luar.
2. Faktor ektern : objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan
sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan
lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima dilingkungannya, dan dapat
diterima oleh individu yang bersangkutan.

Perilaku sebagai konsep konsepsi bukanlah hal yang sederhana. Konsep perilaku
yang diterima secara luas adalah yang memandang perilaku sebagai variabel pencampur.
Menurut konsepsi ini maka perilaku adalah pengorganisasian proses-proses psikologi oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu
terhadap sesuatu kelas atau golongan objek-objek.

Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan, mempelajari


perilaku sangatlah penting. Karena pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku
individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat.

Setiap setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama
kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi angota-angota kelompok lain. Setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-
aturan dan norma-norma sosial tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok
berlangsung di dalam suatu jaringan normatif.
Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial

Interaksi Perilaku Kesehatan

Lingkungan Umum

Lingkungan Terbatas

Lingkungan Keluarga

Individu

Keterangan:

- Perilaku kesehatan individu : sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
- Lingkungan keluarga : kebiasaan – kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
- Lingkungan terbatas : tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan
dengan kesehatan.
- Lingkungan umum : kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-
undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Machfoedz, Eko Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi


Kesehatan. Yogyakarta: Firamaya

Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo,Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :


Rineka Cipta

Notoatmodjo,Sukidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta 2010.

Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta: EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai