Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI

INDONESIA
NILAM CAHAYA
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Tadulako
nilamcahaya527@gmail.com

Pendahuluan
Meningkatkan program pembangunan di segala bidang sebagai sarana
menyampaikan informasi secara sempurna dan melibatkan semua orang secara
meluas dengan memanfaatan teknologi digital menjadi harapan pengelolaan
pemerintahan daerah masa kini dan masa depan (Sandiasa & Agustana, 2017:4)
Perkembangan pengelolaan keuangan daerah mengalami masa reformasi yang
besar. Langkah ini merupakan kemajuan yang besar dalam pengelolaan keuangan
khususnya sistem pemerintahan. Hal ini membuktikan bahwa yang dulunya sistem
pengelolaan keuangan pemerintah adalah terpusat dimana keuangan tersebut
dimonitoring langsung oleh pusat dalam penggunaan keuangan. Dan sekarang
kewenangan pengelolaan keuangan menjadi tangguh jawab setiap daerah sehingga
orientasinya mampu dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan
kesejahteraan daerah dalam pengelolaan sumber-sumber daerah yang mampu
dimanfaatkan secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Pemberian
kewenangan dan tanggung jawab atau desentralisasi kepada kabupaten dan kota
memberikan peningkatan bagi setiap daerah dalam melakukan pembaharuan dalam
sstem pengelolaan keuangan dan anggaran daerah. Dalam pengelolaan keuangan
daerah, pemerintah daerah dituntut untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah
yang berorientasi pada kepentingan publik (public oriented) (Mardiasmo, 2002).
Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat pengelola keuangan daerah yang
melakukan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
Keuangan Daerah Pelaksanaan tugas dan wewenang Pengelola keuangan Daerah
dapat melibatkan informasi, aliran data, penggunaan dan penyajian dokumen yang
dilakukan secara elektronik.
Dengan dikeluarkannya Permendagri No. 77 Tahun 2020 yang otomatis
menggantikan Permendagri sebelumnya yaitu Permendagri NO. 13 Tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dan seluruh SKPD termasuk Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) sudah tidak menggunakan aplikasi
SIMDA lagi, melainkan untuk sekarang ini menggunakan aplikasi SIPD (Sistem
Informasi Pemerintah Daerah) yang diatur dalam Permendagri No. 77 Tahun 2020
tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan daerah
Anggaran memiliki fungsi sebagai alat perencanaan dan sebagai alat
pengendalian. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan sumber
pendanaan yang digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja/lembaga
pemerintah, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat dapat berperan sebagai
pengendali terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah. Tugas Pemerintahan daerah
Mengajukan rancangan Perda, Menetapkan Perda yang sudah mendapat persetujuan
dari DPRD,Mengajukan Rancangan Perda tentang APBD terhadap DPRD.
Membahas rancangan Perda tentang APBD Bersama DPRD Mengupayakan
terlaksananya kewajiban daerah, Mewakili daerahnya diluar atau didalam Asas
Pemerintahan Daerah. Pemerintah Kota Medan Merupakan salah satu daerah yang
telah menerapkan Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD). Sistem Informasi
Pemerintah Daerah (SIPD) adalah aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat
bantu pemerintah daerah untuk meningkatkan efektivitas implementasi dari berbagai
regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah. Dalam rangka melakukan pengelolaan
keuangan daerah secara transparan dan akuntabel, pemerintah memanfaatkan
perkembangan teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat, teknologi dalam
bidang keuangan tersebut merupakan Sistem Informasi Pemeritah Daerah (SIPD).
Kebijakan ini ditujukan untuk memberikan fasilitas dan mendorong
terwujudnya sistem data dan informasi pembangunan, informasi keuangan serta
informasi pemerintahan lainnya bagi pengambilan keputusan baik di daerah maupun
di pusat. Sistem ini juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah
melalui kerjasama berbasis teknologi sehingga dapat membangun database yang ada
di daerah serta dapat menggambarkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki oleh
daerah dalam mendukung pengembangan sistem informasi pengelolaan daerah yang
valid dan akurat.
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah atau disingkat SIPD merupakan sistem
informasi yang memuat perencanaan pembangunan daerah, keuangan daerah, serta
pembinaan dan pengawasan pemerintahan daerah. SIPD berfungsi juga sebagai
jejaring dalam pengumpulan data secara nyata dan cepat dengan menggunakan
teknologi informasi, sebagai dukungan dalam perencanaan program dan kegiatan
serta evaluasi pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Sistem ini
pula dapat digunakan untuk mendukung integrase pemanfaatan data terkait dengan
perkembangan pembangunan pada masing-masing instansi pemerintah.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut.Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungiawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah
Dalam melaksanakan kekuasaan Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan
Daerah kepada Pejabat Perangkat Daerah dengan memperhatikan sistem
pengendalian internal yang didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara
yang memerintahkan, menguji, dan menerima atau mengeluarkan uang
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


SAMPAI DENGAN TERBIT PERMENDAGRI NO 77 TAHUN 2020

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggung iawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.

Arah kebijakan dari pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan


permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan
daerah. Kebijakan pemerintahan daerah sampai dengan terbitnya Permendagri No 77
tahun 2020 sebagai berikut

A. PP No 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah


Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578). Pertimbangan
penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 293 dan Pasal
330 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah merupakan dinamika dalam perkembangan Pemerintahan Daerah dalam
rangka menjawab permasalahan yang terjadi pada Pemerintahan Daerah. Perubahan
kebijakan Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan dampak yang cukup besar bagi
berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemerintahan
Daerah, termasuk pengaturan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah.
Selain mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pengaturan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah juga
mengacu pada ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya, yaitu Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah ini disusun untuk menyempurnakan
pengaturan Pengelolaan Keuangan Daerah yang sebelumnya diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
berdasarkan identifikasi masalah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah yang terjadi
dalam pelaksanaannya selama ini. Penyempurnaan pengaturan tersebut juga
dilakukan untuk menjaga 3 (tiga) pilar tata Pengelolaan Keuangan Daerah yang baik,
yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka Peraturan Pemerintah ini mencakup


pengaturan mengenai perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, dan pertanggungjawaban keuangan Daerah, dengan penjelasan
sebagai berikut

a. Perencanaan dan Penganggaran

Proses perencanaan dan penganggaran dalam Pemerintahan Daerah


menggunakan pendekatan Kinerja. Pendekatan ini lebih menggeser penekanan
penganggaran dari yang berfokus kepada pos belanja/pengeluaran pada Kinerja
terukur dari aktivitas dan Program kerja. Terdapatnya tolak ukur dalam
pendekatan ini akan mempermudah Pemerintah Daerah dalam melakukan
pengukuran Kinerja dalam pencapaian tujuan dan Sasaran pelayanan publik.
Karakteristik dari pendekatan ini adalah proses untuk mengklarifikasikan anggaran
berdasarkan Kegiatan dan juga berdasarkan unit organisasi. Anggaran yang telah
terkelompokkan dalam Kegiatan akan memudahkan pihak yang berkepentingan
untuk melakukan pengukuran Kinerja dengan cara terlebih dahulu membuat
indikator yang relevan.
Peraturan Pemerintah ini menentukan proses penyusunan APBD, dimulai dari
pembuatan KUA dan PPAS, kemudian dilanjutkan pembuatan RKA SKPD oleh
masing-masing SKPD. RKA SKPD ini kemudian dijadikan dasar untuk membuat
rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD.
Rancangan Perda dan rancangan Perkada yang telah disusun oleh Kepala Daerah
kemudian diajukan kepada DPRD untuk dibahas sehingga tercapai kesepakatan
bersama. Rancangan Perda dan rancangan Perkada tersebut kemudian diajukan
kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk kabupaten/kota atau
Menteri untuk provinsi guna dievaluasi. Hasil evaluasi yang menyatakan
rancangan Perda dan rancangan Perkada sudah sesuai dengan dokumen yang
mendukung, dijadikan dasar oleh Kepala Daerah untuk menetapkan rancangan
Perda menjadi Perda tentang APBD dan rancangan Perkada menjadi Perkada
tentang penjabaran APBD.

b. Pelaksanaan dan penatausahaan

Proses pelaksanaan anggaran merupakan proses yang terikat dengan banyak


peraturan perundang-undangan yang juga sudah banyak mengalami perubahan,
maka Peraturan Pemerintah ini disusun dalam rangka melakukan penyesuaian
dengan perkembangan yang terjadi.
Proses pelaksanaan dan penatausahaan dalam praktiknya juga harus
memperhitungkan Kinerja yang sudah ditetapkan dalam APBD. Proses ini harus
sejalan dengan indikator Kinerja yang sudah disepakati dalam dokumen APBD.
Dengan demikian, anggaran yang direncanakan bisa sejalan sebagaimana mestinya
dan jumlah kesalahan dalam proses pelaksanaan dan penatausahaan bisa
diminimalisir.
Peraturan Pemerintah ini juga mempertegas fungsi verifikasi dalam SKPD,
sehingga pelimpahan kewenangan penerbitan SPM kepada SKPD atau Unit SKPD
yang merupakan wujud dari pelimpahan tanggung jawab pelaksanaan anggaran
belanja dapat sesuai dengan tujuan awal yaitu penyederhanaan proses pembayaran
di SKPKD.
Peraturan Pemerintah ini juga mengembalikan tugas dan wewenang bendahara
sebagai pemegang kas dan juru bayar yang sebagian fungsinya banyak beralih
kepada Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK). Pemisahan tugas antara pihak
yang melakukan otorisasi, pihak yang menyimpan uang, dan pihak yang
melakukan pencatatan juga menjadi fokus Peraturan Pemerintah ini. Pemisahan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kecurangan selama Pengelolaan Keuangan
Daerah serta meningkatkan kontrol internal Pemerintah Daerah.
Proses pelaksanaan dan penatausahaan ini harus meningkatkan koordinasi antar
berbagai pihak dalam penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Dokumen
pelaksanaan dan penatausahaan juga harus mengalir sehingga bisa mendukung
pencatatan berbasis akrual. Basis akrual ini merupakan basis yang baru untuk
Pemerintah Daerah sehingga dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak di
Pemerintahan Daerah diperlukan untuk menciptakan kesuksesan penerapan basis
akuntasi akrual.

c. Pertanggungjawaban keuangan daerah


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah diwujudkan dalam bentuk laporan
keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan wujud dari penguatan
transparansi dan akuntabilitas. Terkait dengan pertanggungjawaban Keuangan
Daerah, setidaknya ada 7 (tujuh) laporan keuangan yang harus dibuat oleh
Pemerintah Daerah yaitu, neraca, laporan realisasi anggaran, laporan operasional,
laporan perubahan saldo anggaran lebih, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Penambahan jumlah laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah
Daerah merupakan dampak dari penggunaan akuntansi berbasis akrual.
Pemberlakuan akuntansi berbasis akrual ini merupakan tantangan tersendiri bagi
setiap Pemerintah Daerah karena akan ada banyak hal yang dipersiapkan oleh
Pemerintah Daerah salah satunya yaitu sumber daya manusia.
Selain berbentuk laporan keuangan, pertanggungjawaban Keuangan Daerah
juga berupa laporan realisasi Kinerja. Melalui laporan ini, masyarakat bisa melihat
sejauh mana Kinerja Pemerintah Daerahnya. Selain itu, laporan ini juga sebagai
alat untuk menjaga sinkronisasi dari proses perencanaan hingga
pertanggungjawaban yang dilakukan Pemerintah Daerah. Melalui laporan ini
Pemerintah Daerah bisa melihat hal yang harus diperbaiki untuk kepentingan
proses penganggaran dan perencanaan di tahun berikutnya.

B. PP No 13 Tahun 2019 tentang laporan evaluasi penyelenggaraan


pemerintah daerah
a. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disingkat
LPPD adalah laporan yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada
Pemerintah Pusat yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas pembantuan selama 1 (satu)
tahun anggaran
b. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban yang selanjutnya disingkat LKPJ
adalah laporan yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang memuat hasil penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menyangkut pertanggungjawaban kinerja yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran.
c. Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya
disingkat RLPPD adalah informasi yang disampaikan oleh Pemerintah
Daerah kepada masyarakat yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran.
d. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya disingkat
EPPD adalah evaluasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/ kota dalam
rangka penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
e. Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah hasil kerja dari suatu
keluaran yang dapat diukur dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
sesuai dengan tanggung jawab kewenangan dalam waktu yang telah
ditentukan.
f. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai laporan dan evaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti
dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

C. PP No 12 tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelanggaraan


Urusan Pemerintahan Konkuren
a. Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan Pcmerintahan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah usaha, tindakan,
dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah berjalan secara cfisicn dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah
inspektorat jenderal kcmenterian, unit pengawasan lembaga pemerintah non
kementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat kabupaten/ kota.
d. Pemerintah Pusat adalah presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
e. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pcmcrintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Rcpublik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
f. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
g. Dewan Perwalilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan ralqyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
h. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri.
i. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urus€u1
pemerintahan dalam negeri.

Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan


Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah wajib
mendasarkan pengaturannya pada Peraturan Pemerintah ini.

D. PP No 18 tahun 2016 jo PP72 tahun 2019 tentang perangkat daerah


1. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
2. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu gubernur dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi
3. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu bupati/wali kota
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
4. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
6. Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah otonom.
7. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara
dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
8. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah.
9. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
10. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah provinsi

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan dalam


negeri Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, untuk pertama kali,
penetapan pedoman nomenklatur Perangkat Daerah oleh kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian dan pelaksanaan pemetaan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian diselesaikan paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak Peraturan
Pemerintah ini diundangkan.

Pengisian kepala Perangkat Daerah dan kepala unit kerja pada Perangkat
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk pertama kalinya dilakukan
dengan mengukuhkan pejabat yang sudah memegang jabatan setingkat dengan
jabatan yang akan diisi dengan ketentuan memenuhi persyaratan kualifikasi dan
kompetensi jabatan.
E. PERMENDAGRI NO. 86 TAHUN 2017 tentang revisi Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Ranperda Tentang RJPD Dan RPJMD, Serta Tata Cara Perubahan
RPJPD, RPJMD, Dan RKPD
Pada tanggal 18 September 2017, Menteri Dalam Negri Tjahjo Kumolo telah
menandatangani Permendagri no. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata cara Evaluasi RRPJPD dan
RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD dan RKPD. Peraturan ini
telah diundangkan oleh Kemenkumham tanggal 25 September 2017 dengan Berita
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1213.
Dengan demikian, Permendagri no. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 No. 517) tidak berlaku
lagi.
Penyusunan rancangan awal Renstra Perangkat Daerah, disajikan dengan
sistematika paling sedikit memuat : (Pasal 111)
1. Pendahuluan
2. Gambaran pelayanan perangkat daerah
3. Permasalahan dan isu strategis perangkat daerah
4. Tujuan dan sasaran
5. Strategi dan arah kebijakan
6. Rencana Program dan kegiatan serta anggaran
7. Kinerja penyelenggaraan bidang urusan
8. Penutup.
F. Permendagri No. 99 Tahun 2018 Pembinaan dan Pengendalian Penataan
Perangkat Daerah
Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 99 tahun 2018 tentang
Pembinaan dan Pengendalian Penataan Perangkat Daerah pada dasarnya bertujuan
memberikan pedoman kepada daerah dalam dan penataan kelembagaan. Evaluasi
perangkat daerah dilakukan tiga tahun setelah Pemerintah Daerah melakukan
penataan struktur perangkat daerah, baik berupa pembentukan baru, penambahan,
penggabungan atau pengurangan jumlah perangkat daerah atau unit kerja pada
perangkat daerah.

Evaluasi kelembagaan perangkat daerah sangat penting dilakukan karena beban


kerja bisa berubah secara dinamis, dengan Visi, misi dan strategi kepala daerah yang
baru terdapat beberapa data indikator yang masih memerlukan validitas. Dengan
evaluasi juga dapat diketahui dengan pasti efisiensi struktur perangkat daerah dan
tingkat kematangan perangkat daerah dalam melaksanakan proses bisnis yang
menjadi tugas dan fungsinya sehingga susunan organisasi di Pemerintah Kabupaten
Bogor menjadi proporsional, tepat fungsi, tepat ukuran yang disusun sesuai prinsip
organisasi yang mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Permendagri No. 70 Tahun 2019 Sistem Informasi Pemerintah Daerah

Sistem Informasi Pemerintahan Daerah menurut Permendagri Nomor 70 Tahun


2019 Tentang Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) adalah pengelolaan
informasi pembangunan daerah, informasi keuangan daerah, dan informasi
Pemerintahan Daerah lainnya yang saling terhubung untuk dimanfaatkan dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah.

H. Permendagri No. 90 Tahun 2019 Klasifikasi, Kodefikasi & Nomenklatur


Perencanaan Pembangunan & Keuangan Daerah

Dengan terbitnya Permendagri No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,


Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah
dan ditegaskan lagi oleh Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 130/763/SJ
tanggal 27 Januari 2020 perihal Percepatan Implementasi Sistem Informasi
Pemerintahan Daerah, maka setiap provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia
harus melakukan pemetaan program kegiatan tahun 2021 disesuaikan dengan
Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah di Permendagri No. 90 Tahun 2019.

Terkait hal tersebut, Bappeda Provinsi Sumbar bersama TAPD lainnya, pada
bulan Februari 2020 sudah melaksanakan pemetaan program kegiatan terhadap
Permendagri No. 90 Tahun 2019. Semua OPD lingkup Provinsi Sumatera Barat
menyesuaikan Klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur program kegiatan sesuai
dengan Permendagri No. 90 Tahun 2019. Dalam proses pemetaan tersebut, ada opsi
dari Permendagri No. 90 Tahun 2019 yang memberi kesempatan kepada pemerintah
daerah untuk mengusulkan kegiatan yang dibutuhkan daerah tapi belum ada dalam
klasifikasi Permendagri No. 90 Tahun 2019. Pengusulan program kegiatan ini
menjadi referensi dalam proses istilah pemutakhiran Permendagri No. 90 Tahun
2019

Pada minggu ke dua bulan Oktober 2020, hasil pemutakhiran Permendagri


No. 90 Tahun 2019 telah terbit. Terkait dengan terbitnya hasil pemutakhiran
Permendagri No. 90 Tahun 2019 ini, pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui
Bappeda dan TAPD lainnya melakukan penyesuaian hasil pemetaan yang telah
dilakukan sebelumnya dengan hasil pemutakhiran Permendagri No. 90 Tahun 2019.
Kegiatan ini disebut dengan pemutakhiran Permendagri No. 90 Tahun 2019.

Persiapan pemutakhiran ini dilakukan melalui rapat TAPD secara online pada
tanggal 14 Oktober 2020 yang di pimpin oleh Kepala Bidang Sosial Budaya, Yudha
Prima, S.STP, M.Si dan diikuti oleh anggota TAPD lainnya. Kepala Bidang Eko-
PW, Winny Sayori, ST, MMP, juga terlibat aktif dalam rapat persiapan ini dengan
mengikutsertakan kasubid dan beberapa staf teknis dari Bidang Eko-PW.
Kabid Sosbud dalam arahannya menyampaikan kegiatan pemutakhiran
tersebut dilaksanakan karena adanya perubahan nomenklatur kegiatan sehingga
muncul kegiatan dan sub kegiatan baru dan juga ada kegiatan yang dihapuskan serta
ada penggantian kode rekening sesuai Permendagri No. 90 Tahun 2019. Secara
umum hasil pemutakhiran Permendagri Np. 90 Tahun 2019, ada kegiatan yang tetap
tidak berubah, ada kegiatan baru yang dimunculkan berdasarkan referensi dari
daerah, ada penggantian nomenklatur dengan kode tetap, ada penggantian kode
dengan nomenklatur tetap, ada penggantian kode dan nomenklatur, serta ada
kegiatan yang dihapus. Konsekuensi dari pemutakhiran ini, pemerintah daerah harus
melakukan aksi memilih sub kegiatan yang sama, input kegiatan baru jika
diperlukan, memilih kegiatan yang sesuai, atau melakukan penghapusan kegiatan.
Semua proses pemutakhiran ini dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi
Perencanaan Daerah (SIPD).

I. Permendagri 18 Tahun 2020 Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan


Pemerintahan Daerah

PERMENDAGRI No. 18 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan


Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan DaeraH Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
selanjutnya disingkat LPPD adalah laporan yang disampaikan oleh pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas pembantuan selama 1 (satu) tahun
anggaran.Laporan Keterangan Pertanggungjawaban yang selanjutnya disingkat LKPJ
adalah laporan yang disampaikan oleh pemerintah daerah kepada dewan perwakilan
rakyat daerah yang memuat hasil penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menyangkut laporan pertanggungjawaban kinerja yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah selama 1 (satu) tahun anggaran.

Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya


disingkat RLPPD adalah informasi yang disampaikan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
selama 1 (satu) tahun anggaran.Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
selanjutnya disingkat EPPD adalah evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
rangka penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.Indikator Kinerja
Kunci yang selanjutnya disingkat IKK adalah indikator kinerja yang menggambarkan
keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah


pejabat fungsional pada inspektorat jenderal kementerian, unit pengawasan lembaga
pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi dan inspektorat
kabupaten/kota.Reviu adalah penelusuran bukti suatu kegiatan untuk memberikan
keyakinan terbatas bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan.Verifikasi adalah
pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, data keuangan dan
sebagainya.Tim Nasional adalah tim yang membantu Presiden dalam melaksanakan
evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional.

J. Permendagri No. 77 Tahun 2020 Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan


Daerah

Dalam Permendagri No. 77 tahun 2020 terdapat 5 isu pengeloaan keuangan


daerah yaitu:

1.Pemahaman atas tugas dan kewenangan pengelola keuangan daerah yaitu


tentang Optimalisasi peran pengguna Anggaran, Pelimpahan KPA yang
bersifat pilihan (tidak wajib), saat terjadi pelimpahan kepada KPA maka
tanggung jawab keuangan berpindah dari PA, Optimalisasi peran PPTK dalam
administrasi kinerja dan bukti keuangan termasuk administrasi pengadaan
barang & jasa, Optimalisasi peran PPK-SKPD dalam melaksanakan fungsi
akuntansi & penyusunan laporan keuangan SKPD, Mengembalikan peran
bendahara sebagai mitra PA bukan bawahan PPTK/PPK-SKPD dan
Optimalisasi koordinasi & komunikasi TAPD.

2.Pemahaman dalam Penerapan Pengelola Keuangan Daerah dalam Struktur


Perangkat Daerah di SKPD yaitu Mendudukan tugas dan fungsi jabatan
struktural pada perangkat daerah dalam meletakkan jabatan pengelola
keuangan daerah, menyelesaikan permasalahan kekosongan jabatan struktural
sebelum meletakkan jabatan pengelolaan keuangan daerah,
penetapan/penunjukan jabatan pengelolaan didasarkan kebutuhan setiap
SKPD yang bersifat dinamis, setiap Jabatan pengelolaan Keuangan Daerah
ditetapkan oleh Kepala daerah/Pengguna angaran/Kuasa pengguna anggaran
sesuai dengan kewenangannya

3.Pemahaman dalam penggunaan struktur APBD yaitu penggunaan atas


Pendapatan, Belanja & Pembiayaan sesuai dengan definisi & peruntukannya,
penggunaan Kode Rekening Sesuai Permendagri 90 dan pemutakhirannya,
hubungan antar Kode Rekening dalam APBD (LRA) terhadap penyajian
laporan keuangan (Neraca & LO)

4.Pemahaman Alur/Siklus Pengelolaan keuangan daerah

5.Penyajian Informasi Keuangan Daerah secara digital yaitu digitalisasi proses


kerja, digitalisasi aliran data, digitalisasi penyajian informasi.

Anda mungkin juga menyukai