Anda di halaman 1dari 2

3.

Peneliti Persepsi : George Berkeley (1685-1753)

George berkeley hidup sampai paruh pertama abad ke 18. Dia adalah orang kelahiran
irlandia . dia belajar di kilkenny school dan tinity college dan di pandang sebagai seorang mahasiswa
yang brilian , sehingga dalam usia muda dia sudah memberi kuliah dalam bahasa yunani di trinity
college. Meskipun pengaruh dia menjadi pemimpin agama katholik anglikan, dia menerapkan
kebijakan toleransi kepada para penganut katholik roma di irlandia.

Kritik Atas Locke

Meskipun sangat kental di pengaruhi locke, berkeley mengkritik pengandaian-pengandaian dasar


locke. Dia menolak adanya idea-idea abstrak yang di tarik dari objek-objek konkret. Misalnya, idea
lingkaran di simpulkan dari lingkaran-lingkaran konkret.

Esse est Percipi

Berbeda dari locke , berkeley tidak percaya akan adanya idea-idea dari luar pemikiran kita. Dengan
konsep kualitas primer locke mendukung anggapan itu. Menurut berkeley , suatu objek ada berarti
objek itu dapat di persepsi oleh pemikiran kita.

Pandangan berkeley ini sekilas seperti rasionalisme karena memutlakkan subjek. Akan tetapi bila di
perhatikan lebih lanjut pandangan ini termasuk empirisme, sebab pengetahuan subjek itu diperoleh
lewat pengalaman, nukan prinsip-prinsip dalam rasio. Meskipun pengalaman itu adalah pengalaman
batin.

4. Sang Skeptikus Radikal : David Hume (1711-1776)

David hume sebenarnya termasuk dalam para filsuf zaman pebcerahan yang akan di
bicarakan sesudah bab 4 ini. Akan tetapi , alasan cukup untuk membicarakan hume dalam bab ini,
yaitu bahwa dia adalah seorang filsuf empiris. Bahkan boleh dikatakan dalam filsafat hume,
empirisme inggirs menjadi radikal. Hume menulis sebuah karya yang snagat termahsyur, A treatise
of human nature.

Pertempuran Filosofis dalam Pikiran Hume

Banyak orang menyalahpahami pandangan-pandangan hume, seolah-olah dia ingin menghancurkan


filsafat. Sebetulnya ingin melengkapi filsafat dengan sebuah metode ilmiah yang rigorus dan dalam
usaha berani dia mengambil sikap skeptis. Skeptisisme mendasar dalam pikiran hume dapat
dilukiskan sebagai serangan terhadap tiga font pemikiran . pertama , hume igni melawan ajaran-
ajaran rasionalitas tentang idea-idea bawaan serta anggapannya bahwa jagad terdiri dari sebuah
keseluruhan yang saling bertautan. Kedua, hume menyerang pemikiran –pemikiran religius, entah
dari katolik , anglikan , maupun dari penganut deisme yang percaya bahwa Allah membiarkan alam
semesta berjalan mekanis tanpa campur tangannya. Ketiga, diarahkan kepada empirisme sendiri
yang masih percaya pada adanya substansi.

Kritikan atas ‘substansi’ dan ‘kesadaran diri’

Didalam rasionalisme diyakini adanya substansi material diluar diri kita. John locke, meskipun mulai
mempersoalkan pendekatan rasionalitas, tetap mengandaikan adanya substansi dengan
membedakan antara persepsi dan objek. Hume tidak setuju dengan pendirian locke itu. Katanya,
yang bisa diketahui pikiran hanyalah persepsi bukanlah objek.

Selanjutnya hume berusaha menjelaskan bagaimana kita berpikiran bahwa substansi itu ada.
Menurutnya, pikiran mengamati ciri-ciri yang senantiasa adanya bersama-sama.

Masalah Kausalitas

Sejak lama dalam filsafat , bahkan juga dalam agama, diyakini adanya hubungan sebab akibat atau
kuasalitas yang terjadi di jagad raya ini. Agama memetafisikan kuasalitas sebagai sebuah kenyataan
akhir yang di sebut Allah, dan filsafat menanganinya sebagai masalah tentang dunia luar. Dalam
konsep kuasalitas diandaikan bahwa kalau ada peristiwa A terjadi lalu B terjadi, di simpulkan bahwa
ada hubungan niscaya antara A dan B .

Dengan menyerang konsep kuasalitas, hume sebenarnya juga mengkritik metode induksi yang
dirintis sejak francis bacon. Metode ini didasarkan pada pengamatan atas gejala khusus yang satu
disusul oleh gejala khusus yang lain.

Skeptisisme Terhadap Agama

Sikap skeptis hume condong pada agnotisisme , yaitu anggapan bahwa kita tidak bisa tahu apakah
tuhan itu ada atau tidak. Terhadap ajaran tentang keabadian atau immortalitas, hume juga
melontarkan kritiknya. Orang kebanyakan berpendapat bahwa kita berbuat baik di dunia ini karena
percaya adanya keabadian , jadi keabadian menjadi dasar sistem moral.

Dalam kritiknya atas agama hume juga mengkritik ajaran tentang mukjizat. Ada lima argumen yang
dilontarkannya. Pertama, sepanjang sejarah tak tak pernah ada mukjizat yang disaksikan secara
kolektif oleh orang-orang cerdas. Kedua, adalah kecenderungan tetap manusia meyakini peristiwa
peristiwa luar biasa. kedua, dalam sejarah mukjizat hanya terjadi ketika manusia ini balum maju
dalam ilmu pengetahuan . ketiga, dalam sejarah mukjizat hanya terjadi ketika manusia ini belum
maju dalam ilmu pengetahuan . keempat, segala agama wahyu mempunyai kalimnya sendiri aras
mukjizatnya masing-masing. Kelima, semakin ilmiah penelitian historis , semakin ragulah si
sejarawan terhadap peristiwa-peristiwa mukjizat.

Kecenderungan kritis atas agama dan metafisika menggejala dalam sebuah zaman dan masyarakat
yang di tandai oleh kemajuan-kemajuan ilmu pngetahuan . di eropa abad ke 18 , kecenderungan
macam itu terjadi dalam zaman yang di sebut zaman pencerahan

Anda mungkin juga menyukai