Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadiran Allah Subhanahuwata’ala, Karna berkat


Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga Penuli dapat menyelesaikan tugas ini
sesuai waktu yang ditentukan.
Dengan tugas laporan tentang Soft tissue tumour serta asuhan/ resume
keperawatan gawat darurat diruangan OK rumah sakit daerah hajja andi depu
kab.polewali mandar. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga dan rasa hormat dengan
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik sangat kamu harapkan dari pembaca guna untuk
meningkatkan pembuatan laporan ini pada tugas lain dan waktu mendatang.

Nur fadila
Senin, 07 juni 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

1. latar belakang.......................................................................................
2. Tujuan..................................................................................................

BAB II KONSEP DASAR............................................................................

1. Defenisi.................................................................................................
2. etiologi..................................................................................................
3. kalrifikasi..............................................................................................
4. patofisiologi.........................................................................................
5. pemeriksaan penunjang........................................................................
6. patway..................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................


BAB IV RESUME KEPERAWATAN.........................................................
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................
2. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Soft tissue tumour adalah tumor atau benjolan pada jaringan lunak.
Kelainan ini sering dijumpai di klinik. Sebagian besar tumor jaringan lunak
bersifat jinak, dengan tingkat kesembuhan yang sangat tinggi setelah eksisi.
Sepertiga dari kasus soft tissue tumour adalah lipoma, sepertiga kasus
fibrohistiocytic dan tumor jaringan fibrosa, 10% merupakan tumor vaskular
dan 5% tumor selubung saraf. Etiologi soft tissue tumour belum diketahui
secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan, iradiasi, infeksi virus dan
kekebalan tubuh telah ditemukan berkaitan dengan perkembangan soft tissue
tumour. Lesi jinak terletak superfisial atau subkutan dan memiliki manifestasi
klinis khas namun kebanyakan tidak. Beberapa lesi tanpa metastasis, seperti
tipe desmoid fibromatosis atau hemangioma intramuskular, diperlukan wide
excision untuk menghindari kekambuhan. Biopsi diagnostik (sebelum terapi
definitif) dianjurkan untuk semua massa jaringan lunak >5 cm (kecuali massa
subkutan yang sangat jelas mengindikasikan lipoma) dan untuk semua massa
subfascia atau massa yang dalam berapapun ukurannya. Sebagian besar soft
tissue sarcoma pada ekstremitas dan badan tidak menimbulkan rasa nyeri,
tumor ditemukan secara tidak sengaja, yang tidak mempengaruhi status
generalis meskipun ukuran tumor besar. Lesi jaringan lunak superfisial yang
lebih besar dari 5 cm dan terletak dalam memiliki angka risiko tinggi (sekitar
10 persen) menjadi sarkoma dan pasien tersebut idealnya harus dirujuk ke
pusat tumor khusus untuk perawatan yang optimal. Oleh karena itu, deteksi
dini dan tatalaksana awal penting untuk mencegah keganasan dan prognosis
yang lebih baik.
B. TUJUAN
Untuk Mengetahui apa itu HHD (hipertensi heart disease), serta penyebab,
Tanda dan gejala, dan patofisiologi.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Defnisi
Soft tissue tumour adalah tumor atau benjolan pada jaringan lunak.
Sebagian besar tumor jaringan lunak bersifat jinak, dengan tingkat
kesembuhan yang sangat tinggi post eksisi. Neoplasma mesenkimal
maligna hanya berjumlah kurang dari 1% dari keseluruhan tumor ganas
namun mengancam jiwa dan menimbulkan tantangan diagnostik dan
terapeutik karena terdapat lebih dari 50 subtipe histologis dari soft tissue
tumour. Pemeriksaan fisik dan radiografi sangat penting untuk
mengevaluasi ukuran, kedalaman dan lokasi massa, serta keterlibatan
neurovaskular. Insidensi tahunan soft tissue tumour diperkirakan
mencapai 3000/ 1juta penduduk sedangkan soft tissue sarcoma mencapai
30/ 1 juta penduduk. Tidak ditemukan pengaruh geografis pada
epidemiologi (WHO, 2006).
Sepertiga dari kasus soft tissue tumour adalah lipoma, sepertiga kasus
fibrohistiocytic dan tumor jaringan fibrosa, 10% merupakan tumor
vaskular dan 5% tumor selubung saraf. Terdapat hubungan antara jenis
tumor, gejala, lokasi dan usia serta jenis kelamin pasien. Lipoma bersifat
tidak nyeri, jarang di tangan, kaki bagian bawah dan pedis serta sangat
jarang terjadi pada anak-anak. Angiolipoma multipel terkadang sangat
nyeri dan paling sering pada pria muda, angioleiomioma sangat nyeri dan
umumnya di kaki bagian bawah wanita paruh baya sedangkan setengah
dari tumor pembuluh darah terjadi pada pasien yang lebih muda yaitu 20
tahun. 99% soft tissue tumour bersifat superfisial dan 95% berdiameter
kurang dari 5 cm. Sarkoma jaringan lunak bisa terjadi dimana saja tapi ¾
kasus ditemukan pada ekstremitas (paling umum di paha. Soft tissue
sarcoma semakin meningkat dengan bertambahnya usia dengan usia rata-
rata 65 tahun. 1/3 penderita soft tissue sarcoma diketahui meninggal
karena metastasis paru (WHO, 2006).

B. Etiologi
Etiologi soft tissue tumour benigna ataupun maligna belum diketahui
secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan, iradiasi, infeksi virus dan
kekebalan tubuh telah ditemukan berkaitan dengan perkembangan soft
tissue tumour. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan insidensi soft
tissue sarcoma setelah paparan herbisida fenoksiasetik, klorofenol, dan
dioxin. Virus herpes memiliki peran kunci dalam perkembangan sarkoma
Kaposi. Virus Epstein-Barr berhubungan dengan tumor otot polos pada
pasien dengan imunodefisiensi (WHO, 2006).
Beberapa jenis soft tissue tumour diduga berkaitan dengan riwayat
penyakit keluarga. Namun laporan ini jarang dan terdiri dari jumlah tumor
yang tidak signifikan. Contoh yang paling umum adalah angiolipoma.
Desmoid tumor terjadi pada pasien dengan riwayat keluarga Sindrom
Gardner (termasuk adenomatous poliposis, osteomas dan kista epidermal).
Neurofibromatosis (tipe 1 dan 2) berhubungan dengan banyak tumor jinak
saraf (dan kadang juga nonneural tumor) (WHO, 2006).
Kurang dari 10% sarkoma ganas tulang dan jaringan lunak ditemukan
di kaki dan pergelangan kaki, dan tumor jinak jaringan lunak pada kaki
dan pergelangan kaki memiliki prevalensi 100 kali lipat daripada massa
jaringan lunak ganas kaki dan pergelangan kaki. Sehingga, disimpulkan
bahwa kemungkinan malignansi tumor jaringan lunak di kaki dan
pergelangan kaki adalah kurang dari 0,1% dari semua keganasan
(Goldberg, 2015).

C. Kalrifikasi
Klasifikasi soft tissue tumour berdasarkan WHO (2006) adalah
sebagai berikut.
 Tumor adiposit
a. Benigna : Lipoma, lipomatosis, angiolipoma
b. Intermediet (locally agressive): Atypical lypomatous tumour/ well
differentiated sarcoma
c. Maligna : Myxoid liposarcoma, dedifferentiated liposarcoma
 Tumor fibroblastik/ miofibroblastik
a. Benigna : Nodular fasciitis, fibroma of tendon sheath, giant cell
angiofibroma
b. Intermediet (locally agressive): Desmoid-type fibromatosis,
lipofibromatosis
c. Intermediet (rarely metastasizing): Infantile fibrosarcoma, inflammatory
myofibroblastic tumour
d. Maligna: Adult fibrosarcoma, sclerosing epithelioid fibrosarcoma
 So-Called Fibrohystiocytic Tumours
a. Benigna : Giant cell tumour of tendon sheath
b. Intermediet (rarely metastasizing): Giant cell tumour of soft tissue
c. Maligna : Undifferentiated pleomorphic sarcoma
 Tumor otot polos: Angioleiomyoma, leiomyosarcoma
 Tumor perisitik/ perivaskular: Myopericytoma
 Tumor otot rangka
a. Benigna : Rhabdomyoma
b. Maligna : Embryional rhabdomyosarcoma, alveolar rhabdomyosarcoma
 Tumor vaskular
a. Benigna : Epithelioid hemangioma, lymphangioma
b. Intermediet (locally agressive): Kaposiform haemangioendothelioma
c. Intermediet (rarely metastasizing): Retiform hemangioendothelioma,
kaposi sarcoma
d. Maligna : Angiosarcoma of soft tissue
 Tumor kondrooseus: Extraskeletal osteosarcoma, soft tissue
chondroma
 Tumours of uncertain differentiation
a. Benigna : Intramuscular myxoma, juxta-articular myxoma
b. Intermedit (rarely metastasizing): Angiomatoid fibrous histiocytoma
c. Maligna : Synovial sarcoma, epitheloid sarcoma

D. Patofisiologi
Patogenesis perkembangan soft tissue tumour belum diketahui secara
pasti. Massa jaringan lunak, secara umum, membentuk sekelompok lesi
beragam dan kompleks yang mungkin menampakkan berbagai derajat
diferensiasi mesenkim dan tidak diklasifikasikan menurut lokasi
anatomisnya. Sebagian besar bersifat sporadis dan tidak memiliki definisi
etiologi yang jelas. Namun, sebagian kecil lesi ini mungkin memiliki
faktor predisposisi genetik, sekunder akibat trauma, serta terkait kondisi
metabolik seperti diabetes melitus atau hiperlipidemia, mungkin terkait
dengan trauma tidak langsung atau yang terlokalisir, atau mungkin terkait
dengan paparan karsinogen, limfedema, atau terapi radiasi sebelumnya.
Gen EWSR1, juga dikenal sebagai EWS, merupakan salah satu gen yang
paling sering dilibatkan dalam translokasi sarkoma. Gen ini sebenarnya
juga terlibat dalam berbagai macam lesi mesenkim yang mencakup
sarkoma Ewing/ tumor neuroektodermal perifer, tumor sel bulat kecil
desmoplastik, sarkoma sel jernih, histiositoma fibrosa angiomatoid,
kondrosarkoma miksoid ekstraskeletal, dan subset dari liposarkoma
miksoid (Husain dan Verma, 2011; Goldberg; 2015).
Sarkoma jaringan lunak dengan kariotipe kompleks menyumbang
sekitar 50% sarkoma. Kategori sarkoma ini mencakup sebagian besar sel
spindel/ sarkoma pleomorfik (myxofibrosarcoma, liposarcoma
pleomorfik, dan lain-lain) serta leiomiosarcomas, tumor selubung saraf
perifer maligna, dan banyak neoplasma lainnya. Sarkoma dengan
translokasi non-EWS adalah tumor sel spindle, poligonal atau bulat kecil
dengan berbagai sifat, yang kebanyakan terjadi pada anak-anak atau
dewasa muda misalnya sarkoma sinovial, alveolar rhabdomyosarcoma,
alveolar soft part sarcoma, protuberan dermatofibrosarcoma, sarkoma
fibromyxoid derajat rendah, dan fibrosarcoma infantil. Dalam beberapa
tahun terakhir, translokasi karakteristik (X; 17) menghasilkan gen fusi
ASPL-TPE3 telah ditemukan pada sarkoma jaringan lunak alveolar dan
empedu (Husain and Verma, 2011).

E. pemeriksaan penunjang
a. MRI
MRI merupakan modalitas pilihan untuk mendeteksi, mengetahui ciri-ciri,
dan staging tumor jaringan lunak karena kemampuannya untuk
membedakan jaringan tumor dan otot atau lemak serta mengetahui adanya
hubungan dengan neurovaskular. Selain itu, MRI dapat membantu untuk
melakukan guiding biopsy, merencanakan pembedahan, mengevaluasi
respon terhadap kemoterapi, restaging, dan dalam tindak lanjut jangka
panjang untuk mendeteksi adanya kekambuhan lokal. Meskipun MRI
tidak selalu dapat memprediksi dengan tepat diagnosis histologis suatu
massa atau aktivitas biologis potensialnya, namun beberapa kondisi dapat
didiagnosis dengan tepat melalui ciri-ciri patologis, lokasi massa,
hubungan dengan struktur yang berdekatan, multiplisitas, dan riwayat
klinis. MRI secara akurat menentukan ukuran tumor, hubungan dengan
kompartemen otot, bidang fascia, dan struktur tulang dan neurovaskular.
MRI dapat membedakan jaringan normal dan abnormal daripada
pencitraan lainnya dengan lebih baik. Tumor jaringan lunak yang tidak
menunjukkan fitur spesifik tumor pada MRI harus dilakukan biopsi untuk
menyingkirkan kemungkinan keganasan (WHO, 2006).
b. CT Scan
CT scan telah lama digunakan untuk mengkarakterisasi komposisi dan
lokasi anatomi dari massa jaringan lunak serta untuk membedakan adanya
keganasan. CT scan lebih unggul dalam MRI dari segi waktu pemeriksaan
yang lebih cepat. Empat hal yang dievaluasi dari CT scan antara lain pola
mineralisasi, densitas massa, pola keterlibatan tulang, dan lesi vaskuler
(Subhawong dkk., 2010).

c. Biopsi
Biopsi diperlukan untuk mendeteksi keganasan, menilai klasifikasi
histologis, dan menentukan tipe histologis spesifik dari sarkoma. Rencana
terapi dibuat berdasarkan prediksi pola pertumbuhan lokal dari lesi, risiko
metastasis, dan kemungkinan metastasis. Penentuan cara insisi sangat
penting dalam biopsi. Besar sampel yang cukup dari area sarkoma yang
layak biasanya diperlukan untuk definitif. Perbandingan soft tisssue tumor
jinak terhadap sarkoma adalah 100 terhadap 1. Lesi jinak terletak
superfisial atau subkutan. Lesi jinak yang paling sering terjadi adalah
lipoma, yang sering tidak terobati. Beberapa lesi jinak memiliki
manifestasi klinis khas namun kebanyakan tidak. Beberapa lesi tanpa
metastasis, seperti tipe desmoid fibromatosis atau hemangioma
intramuskular, diperlukan wide excision untuk menghindari kekambuhan.
Biopsi diagnostik (sebelum terapi definitif) dianjurkan untuk semua massa
jaringan lunak > 5 cm (kecuali massa subkutan yang sangat jelas
mengindikasikan lipoma) dan untuk semua massa subfascia atau massa
yang dalam berapapun ukurannya. Sebagian besar soft tissue sarcoma
pada ekstremitas dan badan tidak menimbulkan rasa nyeri, tumor
ditemukan secara tidak sengaja, yang tidak mempengaruhi status
generalis meskipun ukuran tumor besar. Lesi jaringan lunak superfisial
yang lebih besar dari 5 cm dan terletak dalam memiliki angka risiko tinggi
(sekitar 10 persen) menjadi sarkoma dan pasien tersebut idealnya harus
dirujuk ke pusat tumor khusus untuk perawatan yang optimal (WHO,
2006).
Pemeriksaan biopsi mengklasifikasikan soft tissue tumour ke dalam empat
tipe histologis.
a. Benigna
Sebagian besar tumor jaringan lunak jinak tidak kambuh secara
lokal. Tumor yang berulang kali kambuh biasanya bersifat nondestruktif
dan hampir selalu dapat disembuhkan oleh eksisi lokal komplit. Sangat
jarang ditemukan adanya metastasis.
b. Intermediet (locally agressive)
Soft tissue tumour tipe ini seringkali kambuh secara lokal dan
berkaitan dengan pola pertumbuhan yang destruktif dan infiltratif. Lesi
pada kategori ini tidak mempunyai buki potensial untuk metastasis namun
diperlukan eksisi luas untuk mengontrol pertumbuhan lokal. Lesi prototip
kategori ini adalah fibromatosis desmoid.
c. Intermediet (rarely metastasizing)
Soft tissue tumour tipe ini bersifat locally agressive dan berpotensi
metastasis jauh. Resiko untuk bermetastasis <2% dan tidak dapat
dipastikan secara akurat hanya berdasarkan histomorfologi. Tempat
metastasis tersering yaitu di nodus limfe dan paru-paru. Lesi prototip
kategori ini adalah plexiform fibrohistiocytic tumour and so-called
angiomatoid fibrous histiocytoma.
d. Maligna
Selain potensi pertumbuhan destruktif lokal dan kekambuhan, tumor
jaringan lunak ganas (dikenal sebagai sarkoma jaringan lunak) memiliki
resiko signifikan adanya metastasis jauh, berkisar antara 20-100%
tergantung pada tipe histologis dan derajat. Beberapa sarkoma derajat
rendah memiliki resiko metastasis sebesar 2-10%, namun memiliki tingkat
kekambuhan lokal yang tinggi. Contohnya adalah miksofibrosarkoma dan
leiomiosarkoma (WHO, 2006).
F. Penatalaksanaan
a. Operatif
Operasi merupakan modalitas utama penanganan soft tissue
tumour. Tindakan operatif dapat dikombinasikan dengan radioterapi dan
kemoterapi dengan pertimbangan yang matang. Tujuan terapi adalah
untuk meminimalkan rekurensi sehingga menjamin kualitas hidup.
Secara umum, tindakan eksisi ditentukan oleh ukuran tumor, hubungan
anatomisnya dengan struktur normal (misalnya kumpulan neurovaskular
besar), dan fungsi yang akan hilang setelah operasi. Adanya resiko
kehilangan fungsi berat dapat dipertimbangkan untuk penggunaan
ajuvan/ neoajuvan radioterapi atau kemoterapi (WHO, 2006).

b. Kemoterapi ajuvan/ neoajuvan


Sarkoma derajat tinggi, lebih besar dari 5 cm, terdapat beberapa
terapi yang mungkin dilakukan untuk mencapai kontrol lokal yang baik
dan mengurangi risiko metastasis sistemik selanjutnya. Kemoterapi
biasanya diindikasikan sebagai terapi neoajuvan utama pada pengobatan
sarkoma Ewing dan rabdomiosarkoma. Kemoterapi ajuvan
diindikasikan secara spesifik untuk tumor jenis tersebut, bahkan jika
tumor primer telah direseksi karena resiko yang sangat tinggi untuk
metastasis. Untuk sarkoma tipe histologis lain, kemoterapi sistemik
masih kontroversial. Jenis histologis dan lokasi penyakit merupakan
prediktor penting sensitivitas terhadap kemoterapi (WHO, 2006).
G. Patway

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah


kulit

Soft tumor tissue(SST) Post operasi

Jaringan lunak terserang


Adanya luka bekas
oprasi

Pre operasi
terapi Rangsangan BPH

Saraf afferen
pembedahan
Modula spinalis

Jarinan lemak thalamus


Gangguan rasa
nyaman

Timbul benjolan nyeri akut

Kurang pengetahuan

Defisiensi
pengetahuan
BAB III
TINJAUAN KASUS

Beberapa penelitian melaporkan peningkatan insidensi soft tissue


sarcoma setelah paparan herbisida fenoksiasetik, klorofenol, dan dioxin.
Virus herpes memiliki peran kunci dalam perkembangan sarkoma Kaposi.
Virus Epstein-Barr berhubungan dengan tumor otot polos pada pasien
dengan imunodefisiensi (WHO, 2006). Kurang dari 10% sarkoma ganas
tulang dan jaringan lunak ditemukan di kaki dan pergelangan kaki, dan
tumor jinak jaringan lunak pada kaki dan pergelangan kaki memiliki
prevalensi 100 kali lipat daripada massa jaringan lunak ganas kaki dan
pergelangan kaki. Sehingga, disimpulkan bahwa kemungkinan malignansi
tumor jaringan lunak di kaki dan pergelangan kaki adalah kurang dari
0,1% dari semua keganasan (Goldberg, 2015).
Lesi jaringan lunak superfisial yang lebih besar dari 5 cm dan terletak
dalam memiliki angka risiko tinggi (sekitar 10 persen) menjadi sarkoma
dan pasien tersebut idealnya harus dirujuk ke pusat tumor khusus untuk
perawatan yang optimal. Oleh karena itu, deteksi dini dan tatalaksana awal
penting untuk mencegah keganasan dan prognosis yang lebih baik..
Sarkoma jaringan lunak dengan kariotipe kompleks menyumbang
sekitar 50% sarkoma. Kategori sarkoma ini mencakup sebagian besar sel
spindel/ sarkoma pleomorfik (myxofibrosarcoma, liposarcoma
pleomorfik, dan lain-lain).

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Soft tissue tumour adalah tumor atau benjolan pada jaringan lunak.
Sebagian besar tumor jaringan lunak bersifat jinak, dengan tingkat
kesembuhan yang sangat tinggi post eksisi Fronlich membagi kelainan
jantung akibat soft tissue tumour adalah lipoma, sepertiga kasus
fibrohistiocytic dan tumor jaringan fibrosa, 10% merupakan tumor vaskular
dan 5% tumor selubung saraf. Terdapat hubungan antara jenis tumor, gejala,
lokasi dan usia serta jenis kelamin pasien. Lipoma bersifat tidak nyeri, jarang
di tangan, kaki bagian bawah dan pedis serta sangat jarang terjadi pada anak-
anak.
Lesi jaringan lunak superfisial yang lebih besar dari 5 cm dan terletak
dalam memiliki angka risiko tinggi (sekitar 10 persen) menjadi sarkoma dan
pasien tersebut idealnya harus dirujuk ke pusat tumor khusus untuk
perawatan yang optimal. Oleh karena itu, deteksi dini dan tatalaksana awal
penting untuk mencegah keganasan dan prognosis yang lebih baik..

B. saran
meningkatkan penulisan serta teori dengan harapan lebih baik dimasa yang
akan dating.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Basicmedicalkey. 2016. Ankle and Foot. Available at Diakses pada 2 Oktober 2017.
Beaman, F. D., Kransdorf, M. F., Andrews, T. R., Murphey, M. D., Arcara, L. K.,
Keeling, J. H. 2018.Superficial Soft-Tissue Masses: Analysis, Diagnosis, and
Differential Considerations. Radiographics Journal.
Blacksin, M. F., Ha, D., dan Hameed, M. 2006. Superficial Soft Tissue Masses of the
Extremities. Radiographics Journal.
Canadian Cancer Society. 2017. Anatomy and Physiology of Soft Tissue. Available
at
Diakses pada 2 Oktober 2017 pukul 20.00.
Erik, V. H., Vanhoenacker, F., Dyck, P. V., Schepper, A. D., dan Parizel, P. M. 2011.
Pseudotumoral Soft Tissue Lesions of the Foot and Ankle: A Pictorial
Review. Insights Imaging Journal.
Goldberg, A. S. 2015. Primary Soft Tissue Masses of the Foot and Ankle. Continuing
Medical Education: Podiatry Management Magazine.
Husain, N., dan Verma N. 2011. Current Concepts in Pathology of Soft Tissue
Sarcoma. Indian Journal of Surgical Oncology. 2 (4): 302-308.
Paulsen, F., dan Waschke, J. 2010. Paulsen dan waschke Atlas of Human Anatomy:
General Anatomy and Musculoskeletal System. Elsevier: Munich.
Subhawong, T. K., Fishman, E. K., Swart, J. E., Carrino, J. A., Attar, S., dan Fayad,
L. M. 2010. Soft-Tissue Masses and Masslike Conditions: What does CT Add
to Diagnosis and Management?. American Rontgen Ray Society. 194 (6):
1559-1567.

Anda mungkin juga menyukai