A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
which fells a need and makes him more oxpable of dealing adequately with
his environment” (W.H. Burton, 1984 dalam Usman dan Setiawati, 2013:4).
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam
aspek keterampilan ialah, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil
menjadi terampil, dalam aspek sikap ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin,
dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa
adanya perubahan tingkah laku, belajar dikatakan tidak berhasil atau gagal.
13
14
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan,
laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis
atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa
atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam
ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut menghambat atau
yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Dengan
demikian, terlihat bahwa para ahli psikologi lebih netral dalam memandang
perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar, tidak peduli apakah
yang terjadi sesuai dengan tujuan positif yang ingin dicapai (Baharuddin &
Wahyuni, 2015:18).
seseorang. Dalam belajar tersebut, yang diperoleh dari belajar yaitu aspek
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku. Untuk itu penting
Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan
dari kegiatan belajar mengajar. Karena belajar adalah suatu proses seseorang
tujuan belajar, maka dapat dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap hasil
belajar.
17
siswa yang dapat diukur dengan alat penilaian yang disebut dengan tes.
belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam
belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil
perilaku yang baru dari peserta didik yang bersifat menetap, fungsional,
diatas.
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa
siswa.
c. Application (menerapkan)
f. Evaluating (menilai).
c. Valuing (nilai)
d. Organization (organisasi)
e. Characterization (karakterisasi)
a. Initiatory
20
b. Pre-routine
c. Rountinized
intelektual.
perilaku secara keseluruhan bukan hanya pada salah satu aspek potensi
nilai Ulangan Harian (tertulis dan lisan), dan Ulangan Tengah Semester
2020/2021.
konteks keluarga, maka “orang tua” adalah orang dewasa (ayah dan ibu)
sehari-hari. Dengan demikian, mulai sejak lahir sampai dewasa, orang tua
Pola asuh berasal dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pola berarti corak, model, sistem, cara kerja,
suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, di mana orang tua yang
pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar
22
anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal,
memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan
pola asuh orang tua merupakan kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu
tua memiliki tugas untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anak agar
keluarga, orang tua yang dimaksud adalah ayah dan atau ibu kandung
asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk
jawab kedua orang tua karena melalui orang tualah anak mendapatkan
pendidikan pertamanya dalam keluarga. Setiap orang tua memiliki cara dan
pola tersendiri dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Cara dan pola
tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang
lainnya. Menurut Slameto (2010:60) cara orang tua dalam mendidik anak
pendapat Rahmawati, dkk (2014), yang menyatakan orang tua yang tidak
anak. Apabila orang tua menerapkan cara mendidik anak yang tepat dan
23
perbuatan orang tua tersebut meliputi cara orang tua memberikan perhatian,
kasih sayang, aturan, tanggung jawab, hadiah maupun hukuman, serta cara
dengan pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mengasuh dan
kebutuhan rohani atau jasmani. Orang tua harus bertanggung jawab dalam
setiap proses perkembangan anak. Apapun yang orang tua terapkan dalam
kehidupan anak dari lahir sampai dewasa akan terus mengalir dan tersimpan
yang sangat baik apabila pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi dari setiap individu anak. Oleh karena itu,
orang tua harus lebih teliti dalam menyikapi perannya kepada anak dan
harus menerapkan pola asuh yang baik dalam mengasuh anaknya karena
seorang anak adalah aset dalam keluarga yang harus dijaga, dibimbing dan
diarahkan agar kelak menjadi anak yang memiliki kepribadian luhur dan
pola asuh orang tua untuk membantu anak mengembangkan disiplin diri.
Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung dari pola asuh
orang tua dalam keluarga. Menurut Djamarah (2014:51) kebiasaan orang tua
mendidik anak dan bimbingan seperti membantu serta melatih anak didalam
antara orang tua dan anak, dimana anak dapat berperilaku, memperoleh ilmu
kembang baik, sehat dan optimal, memiliki tujuan untuk berhasil dan
orang tua adalah interaksi atau kebiasaan orang tua terhadap anaknya yang
anaknya yang bersifat fisik maupun non fisik untuk memberikan dorongan
maupun mengubah tingkah laku anak supaya menjadi individu yang mandiri,
kedewasaan dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai
pola asuh kedalam tiga kelompok yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan
mengatakan bahwa pola asuh dibagi menjadi tiga yaitu pola asuh asuh
Sedangkan dalam jurnal penelitian Dewi Sri Mulyati dan Sri Nur Hayati
terdapat 4 macam pola asuh orang tua dengan menambahkan satu pola asuh
sebuah kebebasan pada diri seorang anak untuk melakukan apa yang
Keterbukaan antara orang tua dan anak, segala bentuk perasaan atau
2010:94):
mengendalikan mereka.
dilakukannya.
orang tua.
pertanyaan.
adalah suatu pola asuh yang memberikan kebebasan pada diri anak untuk
orang tua.
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan orang tua
anak apabila anak tidak patuh dan peraturan tersebut cenderung bersifat
2010:96):
d) Orang tua tidak memaklumi anaknya bila berbuat salah sedikit saja.
e) Komunikasi antara orang tua dan anak bersifat satu arah atau anak
b) Anak harus selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tua,
kesahnya
c) Peraturan diluar dan didalam rumah untuk anak dibuat oleh orang tua.
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter dalam hal ini sangat
kurang dalam hal pemberian kebebasan pada anak, semua tindakan yang
dilakukan anak harus berdasar pada keputusan orang tua. Jika anak
hukuman fisik
Pola asuh ini memberikan segala keputusan ada pada diri anak.
Sehingga pada akhirnya pola asuh ini akan membuat anak menjadi
pribadi yang manja, kurang percaya diri, nakal, rendah diri, egois, dan
dilakukannya salah.
pada diri seorang anak, antara lain (Firdausy, 2017:16 dan Aminudin,
2016:16):
(1) Anak tidak memiliki tekanan dari orang tuanya sebab orang tua
(2) Anak tidak selalu bergantung pada orang tua sehingga memiliki
sikap mandiri.
(3) Rasa takut pada orang tua tidak dimiliki oleh seorang anak karena
(2) Anak menjadi terlalu menuntut mengenai fasilitas pada orang tua.
(3) Anak menjadi malas, manja, dan melakukan tindakan dengan sesuka
hatinya.
keinginan.
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah orang tua yang
menjadi tumbuh dengan sifat kurang mandiri dan lebih sering manja,
padahal anak masih sangat membutuhkan bimbingan dan arahan pada diri
Di dalam jurnal Dewi Sri Mulyati dan Sri Nur Hayati (2020:253-
260) menerangkan bahwa pada pola asuh ini merupakan tipe orang tua pada
umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak –
seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat – hemat untuk anak
mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan
psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
Dari pemaparan diatas dapat dilihat pola asuh ini merupakan sebuah
pola asuh yang betul – betul mengekang hak anak – anak sehingga membuat
beban tersendiri bagi anak dan bisa jadi akan mempengaruhi tumbuh
penting pada diri seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri maka akan
(Widjaja, 2016:51).
tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak,
yang memiliki rasa percaya diri akan selalu berusaha sekeras mungkin
memiliki rasa percaya diri akan menyadari kemampuan yang ada pada
berkesinambungan. Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri
untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab
dengan lingkungannya.
memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Sementara itu Taylor dkk (dalam
35
diri memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Secara logis, kepercayaan
diri tinggi dapat menimbulkan rasa optimis sehingga peserta didik merasa
Bimbingan dan Konseling (2005:87) seperti yang dikutip oleh Tisngati &
Meifiani (2014:9), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep
diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup
diri.
diri dengan lingkungan yang baru, orang yang percaya diri biasanya akan
lebih mudah berbaur dan beradaptasi dibanding dengan yang tidak percaya
diri. Karena orang yang percaya diri memiliki pegangan yang kuat, mampu
36
dengan pendapat Santrock Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri
atau gambaran diri, merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri.
untuk berhasil dalam sebuah tugas, berdasarkan pada apakah mereka dapat
melakukan tugas di masa lalu atau tidak. Yoder & Procter (dalam
atau ungkapan yang penuh semangat dan mengesankan dan dalam diri
sendiri selain itu kepercayaan diri juga merupakan suatu keyakinan dalam
keterampilan yang sebenarnya didasari oleh perasaan positif dan harga diri
37
Sricahyanti, 2015:88).
diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri
berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain,
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan
karakter yang nantinya akan sangat berharga dan dapat digunakan sebagai
diri tinggi, mereka dapat mengutarakan gagasan atau ide yang dimilikinya
agar diterima oleh orang lain. Hal tersebut lebih baik daripada mereka yang
anak, remaja, maupun orang tua. Percaya diri tercermin juga pada
dalam sekejap (Krishna, 2006 dalam Amri, 2018:160). Jadi, sikap percaya
diri tidak hanya berorientasi pada sikap yakin pada kemampuan diri saja.
Dengan adanya sikap percaya diri, akan melatih diri untuk tidak putus asa
apabila individu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka akan timbul
harapan dan aspirasi. Menurut Mastuti dan Aswi (2008) dalam Amri
individu tersebut tidak mendidik diri sendiri dan hanya menunggu orang
sifat yakin dan percaya akan kemampuan diri yang dimiliki, sehingga
diri seutuhnya.
Bandura (dalam Anita, Karyasa, & Tika, 2013 seperti yang dikutip
dalam teori kognitif sosial diartikan sebagai kepercayaan diri yang dimiliki
Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang baik mampu untuk melihat
setiap tugas yang diberikan sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi
yang lebih sulit daripada biasanya (Subaidi, 2016). Hal ini mengakibatkan
yang tidak ingin mencoba lebih banyak soal matematika dan mudah
41
menyerah pada saat mendapati soal matematika yang lebih sulit (Novferma,
2016).
kegagalan, memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan
masa depan.
dengan tenang.
pengaruh
42
bertanggung jawab.
kepercayaan diri, dan hasil belajar yang dinilai memiliki relevansi sebagai
Diri dan Pola Asuh Orang Tua Pada Mata Kuliah Teori Bilangan Terhadap
ex-post facto. Instrumen yang digunakan untuk Pengumpulan data terdiri dari
pola asuh orang tua pada mata kuliah teori bilangan terhadap prestasi belajar
Fitasari, dkk (2019) meneliti tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 149 siswa kelas V SD
teknik non tes. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan
menunjukan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua
pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua kategori demokratis terhadap
pola asuh orang tua kategori permisif terhadap hasil belajar matematika sebesar
11.6%; 4) terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap hasil belajar
orang tua kategori otoriter terhadap hasil belajar matematika melalui efikasi
diri sebesar 26.3%; 6) terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua
sebesar 39.3%; 7) terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua
kategori permisif terhadap hasil belajar matematika melalui efikasi diri sebesar
25.2%.
pola asuh orang tua memberikan pengaruh langsung secara signifikan sebesar
pengaruh langsung sebesar 14% terhadap hasil belajar siswa dan kedisiplinan
Siswa. Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa Pada Matematika, dan Kecemasan
penelitian ex post facto. Populasi dari penelitian ini berjumlah 144 siswa
dengan jumlah sampel sebanyak 100 siswa diambil dengan teknik proportional
hubungan yang positif dan signifikan pola asuh orang tua dengan kompetensi
dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua
Konsep Diri Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Penelitian ini
pengaruh perhatian orang tua, konsep diri siswa terhadap hasil belajar
Cluster Random Sampling, terdapat 120 siswa kelas VI yang dilibatkan dalam
dengan analisis jalur (path analysis). Instrumen pengumpulan data melalui tes
hasil belajar matematika dan kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya,
didapat bahwa: 1) adanya pengaruh langsung positif antara perhatian orang tua
antara konsep diri terhadap hasil belajar matematika siswa; 3) adanya pengaruh
langsung positif antara perhatian orang tua terhadap konsep diri siswa.
Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa aspek perhatian orang tua dan
konsep diri siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
pelaksanaan. Teknik analisis data digunakan dua jenis analisis yaitu analisis
sisanya 5,9% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tua dan Motivasi Intrinsik Dengan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini. Metode
100 orang sampel. Ada tiga instrumen yang mengukur keperayaan diri anak
(rel. 875), keterlibatan orang tua (rel. 962), dan motivasi intrinsik (rel. 82).
Data telah dianalisis oleh ANOVA dua arah. Hasil penelitian mengungkapkan
meskipun sudah dikontrol oleh korelasi orde kedua, masih signifikan di antara
mereka. Karena itu dapat disimpulkan bahwa jika kepercayaan diri anak akan
dipertimbangkan.
adalah 72,22 dan tergolong cukup tinggi, rata-rata hasil belajar matematika
Pearson Product Moment menunjukkan nilai rhitung 0,799 lebih besar dari
belajar terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri Nusa Harapan Permai Kota
t-hitung 7,746 lebih besar dari ttabel 1,691, ini berarti terdapat pengaruh yang
adalah hal yang dapat dilatih. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam melatih
kedisiplinan siswa. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membiasakan
anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan
Asuh Permisif dan Kepercayaan Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa.
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP sebanyak 61 orang.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Alat pengumpul data yang
Analisis data penelitian dengan menggunakan teknik analisis uji-t yaitu regresi
ganda dan korelasi parsial. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
yang diberikan pola asuh permisif dan kepercayaan diri terhadap motivasi
48
motivasi berprestasi.
Orang Tua Demokratis Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
penelitian ini adalah metode kuantitatif dimana yang diteliti adalah ada atau
tidak pengaruh pola asuh orang tua demokratis terhadap hasil belajar siswa.
orang tua demokratis terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
harga r-Tabel untuk taraf signifikansi 5% sebesar 0,151, Harga r-Hitung 0,613.
Jadi r-Hitung lebih besar dari r-Tabel (0,613 > 0,151) dan nilai 0.613
yang berarti tingkat pengaruh pola asuh orang tua demokratis terhadap hasil
digunakan adalah metode quasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah
random sampling, dengan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 31 siswa.
kepercayaan diri awal siswa, karakter kepercayaan diri akhir siswa dan selisih
pada kelas eksperimen masing-masing sebesar 6,67, 8,56 dan 1,89. Setelah
dengan kepercayaan diri siswa awal diperoleh thitung yaitu 17,782 dengan
nilai ttabel untuk α = 0,05 dan df = 31 adalah 1,645. Kriteria nilai t-hitung > t-
tabel maka dapat disimpulkan karakter kepercayaan diri akhir siswa kelas
siswa.
terdapat hubungan positif antara rasa percaya diri dengan hasil belajar
matematika. Rasa percaya diri adalah suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang
Karakteristik sikap percaya diri yang harus dimiliki seseorang yaitu percaya
Asuh Orang Tua Dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. Jenis penelitian ini
Sampel penelitian ini berjumlah 113 orang siswa yang diambil dengan teknik
proporsional random sampling. Data pola asuh orang tua dikumpulkan melalui
pengisian angket, sedangkan data hasil belajar IPA siswa diperoleh melalui
pencatatan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan
hasil belajar IPA siswa kelas V yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi R
sebesar 0,96 yang artinya antara pola asuh orang tua memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan hasil belajar IPA siswa Kelas V. Pola asuh yang positif atau
menerima akan memiliki pengaruh yang baik, sehingga pola asuh ini dapat
Pakiding (2016) meneliti tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan
Belajar Siswa SMK Negeri Kecamatan Samarinda Utara. Jenis penelitian ini
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan teknik
analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pertama pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil
belajar siswa terhadap hasil belajar matematika sebesar 21, 5%, keempat
pengaruh pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar siswa sebesar 24,6%,
30,1%, keenam pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar
sekolah terhadap hasil belajar matematika melalui motivasi sebesar 65% dan
kedelapan pengaruh pola asuh orang tua, lingkungan sekolah dan motivasi
Harianti & Amin (2016) meneliti tentang Pola Asuh Orang Tua dan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Hasil
menunjukkan bahwa pola asuh positif dari segi kontrol orangtua (64%),
kejelasan komunikasi (61%) dan tuntutan orang tua menjadi matang (54%).
Siswa memiliki motivasi internal (68%) dan eksternal positif (55%) dalam
pembelajaran. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pola asuh
terhadap motivasi belajar siswa dengan nilai signifikan 0,000 dengan koefisien
determinasi 69.1%.
penelitian post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah
210 orang yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang ditentukan dengan teknik
tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika ranah kognitif
Anava dua jalan berbantuan SPSS 17.00 for windows. Hasil Penelitian
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi, ada perbedaan hasil
Kempat, pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, ada
pembelajaran konvensional.
Yusuf, dkk (2018) meneliti tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua,
Konsep Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas
penelitian ini berjumlah 270 peserta didik dengan jumlah sampel 135 peserta
didik. Metode penganalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
orang tua, konsep diri, dan motivasi belajar dan hasil belajar dan analisis
pola asuh orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik
(4) Pola asuh orang tua berpengaruh positif melalui motivasi belajar terhadap
Tengah (5) Konsep diri berpengaruh positif melalui motivasi belajar terhadap
Tengah (6) pola asuh orang tua, konsep diri, dan motivasi belajar secara
adalah instrumen pengisian angket yang terdiri dari 14 soal. Dari hasil
5,009 > t-tabel = 1,706 hal ini menunjukkan bahwa regresi X atas Y berpola
taraf 0,05.
55
penelitian ini adalah siswa dan guru. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah studi kasus. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
pembelajaran.
anava satu jalur. Populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta didik Kelas
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tiap-tiap pola asuh orang tua
Siswa dan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran
terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi dalam
sebanyak 1991 orang. Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 333 orang.
Data untuk perhatian orang tua siswa dan kepercayaan diri dikumpulkan
melalui angket. Sedangkan data prestasi belajar TIK didapatkan melalui nilai
rapot TIK siswa di SMA Negeri se-kota Tabanan semester ganjil tahun
bahwa: (1) perhatian orang tua sisiwa memiliki hubungan yang positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar TIK sebesar 0,603 yang dikategorikan kuat
yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar TIK sebesar 0,608 yang
dikategorikan kuat dengan sumbangan sebesar 36,93%, dan (3) perhatian orang
tua siswa dan kepercayaan diri secara bersama-sama memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap prestasi belajar TIK sebesar 0,704 yang
Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Matematika Anak Usia Sekolah Pada
orang tua dan observasi nilai UAS matematika untuk mengukur variabel
siswa yang memiliki pola asuh Positif (Demokratis) yakni sebanyak 49 orang
prestasi belajar cukup, dan 8 siswa memiliki prestasi belajar yang kurang, dan
Rohana, dkk (2020) meneliti tentang Analisis Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Prestasi Siswa Kelas V SD. Jenis Penelitian ini adalah kualitatif.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa, orang tua siswa dan guru kelas V.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian
diterapkan oleh orang tua, menyusul pola asuh permisif dan otoriter. Hasil dari
penelitian ini adalah siswa dengan pola asuh demokratis dan otoriter mempuyai
58
prestasi belajar yang sangat baik dan baik. Sedangkan siswa dengan pola asuh
asuh anak dan kepercayaan diri terhadap hasil belajar siswa secara terpisah.
Penelitian ini menggabungkan kedua variabel tersebut (pola asuh anak dan
C. Kerangka Pikir
penulis menggambarkan alur pikir dari pengaruh pola asuh anak dan
D. Hipotesis Penelitian
59
3. Diduga pola asuh anak dan kepercayaan diri secara simultan memberikan