Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENANGANAN PASCA PANEN

SORTASI DAN GRADING KOMODITAS BERAS

Oleh:
KARINA SALSABILA PUTRI YULIVIA / 361941311082 / 3C
KELOMPOK 2

TEKNISI
AFIKA MILDA RIZKI, S.TP / 2017.36.206

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
 Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat
jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa
ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah
mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan
kotorann-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya
dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan
salah satu sumber mikrobia yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat
mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada
dsarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan untuk memisahkan
benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik.
 Tujuan sortasi
1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun
kebersihan (Widyastuti, (1997).
2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.
3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat
kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan
asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 1997).
 Beberapa metode Sortasi yang Sering Dilakukan di Industri Pangan antara
lain:
1. Sortasi berdasarkan ukuran (size sorting) :
 Bisa menggunakan sistem ayakan dengan lubang ukuran tertentu
(lubang berbentuk bundar atau sesuai dengan bentuk bahan)
 Sistem ayakan dengan ukuran yang beragam/bervariasi:
a. sistem drum berputar dengan ukuran lubang bergradasi
b. sistem ban berjalan
2. Sortasi Berdasarkan bentuk (shape sorting) :
 Bentuk ditentukan dengan menggunakan model
 Bisa menggunakan cakram dengan cetakan tertentu sesuai dengan
bentuk yang diinginkan (misalnya sortasi biji-bijian: rice sorter/grader)
3. Sortasi berdasarkan berat (weight sorting) :
 Menggunakan timbangan (mekanik ataupun elektronik)
 Pemisahan lebih efektif daripada pemisahan berdasarkan pada
bentuk/dimensi
 Biasa digunakan untuk buah, sayuran, telur
4. Sortasi berdasarkan warna (photometric sorting) :
 Menggunakan dasar perbedaan sifat reflektansi
a. visual colour sorting
b. mechanised colour sorting
 Menggunakan dasar perbedaan sifat transmisi
a. memungkinkan pengujian dengan sistem nondestructive
b. Misalnya, sistem candling untuk telut
5. Sortasi berdasarkan daya apung/densitas (buoyancy and/or density sorting) :
 Sistem aspirasi atau klasifikasi pneumatic
 Bisa dikombinasikan sortasi berdasarkan karakteristik aerodinamika
dan bentuk
6. Sortasi berdasarkan mutu permukaan (surface property sorting) :
Sortasi berdasarkan pada karakteristik mutu permukaan, kelengketan,
kekasaran, kehalusan, dan keseragaman permukaan
 Grading
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen
atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan
tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam
pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar
tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan
grading sangat menentukan apakah suatu produk laku dipasar atau tidak.
Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada
kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan,
kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit, adanya
kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada buah budidaya
tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual atau
menggunakan mesin penyortiran. Grading secara manual memerlukan tenaga
yang trampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan
memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
Beberapa Kriteria Mutu yang Digunakan untuk Pengkelasan Mutu antara lain.
 Ukuran dan bentuk
 Tingkat kematangan
 Tekstur
 Flavour dan aroma
 Sifat fungsional
 Tampilan (tingkat penampilan dan kerusakan)
 Warna
 Kebersihan (bebas dari kontaminan)
 Kemurnian (bebas dari bahan lain)
 Kesesuaian dengan standar atau tujuan pengolahan

Suatu proses pemisahan, baik pembersihan, sortasi ataupun pengkelasan mutu)


yang baik seharusnya:
a) Mempunyai tingkat pemisahan yang efisien; artinya tingkat malklasifikasinya
rendah;
b) Segera memisahkan (mengkelaskan) produk yang dikelaskan, dan proses serta
peralatan/permesinan yang digunakan harus bisa menghindari terjadinya
rekontaminasi atau pencampuran kembali produk yang sudah dikelaskan;
c) Tidak menyebabkan bahan menjadi rusak;
d) Tidak memproduksi limbah secara berlebihan (misalnya menekan volumes
dan konsentrasi cairan effluent yang akan dibuang sebagai limbah cair).

B. Tujuan Praktikum

1. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur dan mengamati proses
sortasi dan grading bahan hasil pertanian (BHP).
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji
kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visiabel), kerusakan tidak
tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials), keretakan
(sound grain and crack).
BAB 2
ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Wadah plastik
2. Moisture tester
3. Timbangan
4. Timba
5. Ayakan
6. Kertas warna putih
7. Alat Tulis Menulis
B. Bahan
1. Beras
C. Cara kerja
1. Mengukur kadar air beras menggunakan grain moisture tester.
2. Menenentukan beras kepala dengan cara :
a. Menimbang 100 gr beras ketan
b. Memisahkan beras kepala dan butir patah atau menir dengan ayakan
diameter 2 mm
c. Menimbang beras kepala
d. Mempersentase beras kepala = berat beras kepala/berat beras ketan x 100%
3. Menentukan butir patah dengan cara :
a. Menimbang 100 gr beras ketan
b. Memisahkan beras kepala dan butir patah atau menir dengan ayakan
diameter 2 mm.
c. Menimbang beras patah
d. mempersentase beras kepala = berat beras patah/berat beras ketan x 100%
4. Menentukan butir menir dengan cara :
a. Menimbang 100 gr beras ketan
b. Memisahkan beras kepala dan butir patah atau menir dengan ayakan
diameter 2 mm
c. Mnimbang beras menir
d. Mempersentase beras kepala = berat beras menir/berat beras ketan x 100%
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari kegiatan praktikum sortasi dan grading beras, dapat diketahui hasilnya
sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Sortasi Rice Milling (Satuan X)

Varietas Input Grade 1 Grade Grade Dedak Total Lasser


Beras (gr) II III

Beras 10.000 0,57375 8,14 0,48 34,585 100,58 + 0,58


Ketan

Tabel 2 Tabel Pengamatan

No Komponen Mutu Satuan Mutu %

1 2 3 Rata-Rata
1. Beras Kepala 68,52 60,62 55,02 61,38

2. Beras Patah 35,81 34,07 41,07 36,98

3. Beras Menir 0,99 0,01 0,17 0,39

4. Gabah 0,21 0,04 0,08 0,11

5. Benda Asing - - - -
Tabel 3 Spesifikasi Persyaratan Mutu (source: BSN, SNI 6128 2015)

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel pengamatan komoditas beras tersebut, diperoleh hasil mutu


beras kepala pada wadah 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah sebanyak 68,52%,
60,62%, dan 55,02% dengan total rata-rata sebesar 61,38%. Selanjutnya, mutu
beras patah pada wadah 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah sebanyak 35,81%,
34,07%, dan 41,07% dengan total rata-rata sebesar 36,98%. Sedangkan mutu
beras menir pada wadah 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah sebanyak 0,99%, 0,01%,
dan 0,17% dengan total rata-rata sebanyak 0,39%. Pada pengamatan beras ini
tidak terdapat benda asing, namun masih adanya gabah. Mutu gabah pada wadah
1, 2, dan 3 berturut-turut adalah sebanyak 0,21%, 0,04%, dan 0,08% dengan total
rata-rata sebesar 0,11%.
Berdasarkan hasil penamatan dan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa
beras kepala tergolong mutu medium 3, karena kelas mutu beras kepala medium 3
minimal 60% sedangkan rata-rata beras kepala sebesar 61,38%. Butir patah juga
tergolong mutu medium 3, karena kelas mutu beras patah medium 3 maksimal
35% sedangkan rata-rata beras patah sebesar 36,98%. Sedangkan butir menir
tergolong mutu medium 1, karena kelas mutu butir menir medium 1 maksimal 2%
dan rata-rata butir menir sebanyak 0,39%. Begitu juga dengan gabah yang
tergolong mutu medium 1, karena kelas mutu gabah medium 1 maksimal 1% dan
rata-rata butir menir sebanyak 0,11%. Setelah mengetahui kelas mutu pada
keempat komponen beras tersebut, dapat diketahui nilai mutu yang paling sesuai
dengan standart mutu adalah komponen beras kepala karena memiliki nilai
61,38% sedangkan ketentuan standart mutu beras kepala minimal 60%.
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Suatu proses pemisahan, baik pembersihan, sortasi ataupun pengkelasan mutu)


yang baik seharusnya, mempunyai tingkat pemisahan yang efisien; artinya tingkat
malklasifikasinya rendah, segera memisahkan (mengkelaskan) produk yang
dikelaskan, dan proses serta peralatan/permesinan yang digunakan harus bisa
menghindari terjadinya rekontaminasi atau pencampuran kembali produk yang
sudah dikelaskan, tidak menyebabkan bahan menjadi rusak, tidak memproduksi
limbah secara berlebihan (misalnya menekan volumes dan konsentrasi cairan
effluent yang akan dibuang sebagai limbah cair).

B. Saran

Dari adanya pembahasan hasil sortasi dan grading pada beras tersebut,
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam sortasi dan grading ini.
Untuk pembaca, sebelum melakukan kegiatan sortasi sebaiknya mengetahui
pengertian dan kriteria dari masing-masing komponen mutu beras terlebih dahulu,
sehinggga dapat lebih mudah ketika melakukan sortasi dan grading untuk
menentukan mutu beras.
DAFTAR PUSTAKA

Grandison, A.S. (2006). Postharvest Handling and Preparation of Foods for


Processing in Brennan, J.G (Ed.) Food Processing Handbook. Weinheim:
Wiley VCH Verlag GmbH adn Co.

Sulistyaningtyas, A. R. (2017). Pentingnya Pengolahan Basah (Wet Processing)


Buah Kopi Robusta (Coffea robustaLindl.ex.de.Will) untuk Menurunkan
Resiko Kecacatan Biji Hijau Saat Coffea Grading. 91-94.
DOKUMENTASI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai