Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315382699

Pentingnya Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar

Article · March 2017

CITATIONS READS

0 39,325

1 author:

Ni Made Sri Mulyani


Ganesha University of Education
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ni Made Sri Mulyani on 20 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pentingnya Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar
Oleh
Ni Made Sri Mulyani
1411031066 (04)
Kelas B
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Begitu banyak masalah yang membelit negara ini, mulai dari
masalah ekonomi, sosial, hukum, politik, moral, penyimpangan beragama,
dan yang tidak akan ada habisnya untuk diperbincangkan adalah masalah
pendidikan Indonesia. Padahal pendidikan merupakan komponen
terpenting dalam upaya untuk mencerdaskan anak bangsa dan
memajukan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Kurang seriusnya
pemerintah menangani masalah pendidikan membuat dunia pendidikan
Indonesia semakin tertinggal dari negara-negara maju. Tidak adanya
kerjasama pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat membuat
pendidikan kita semakin terpuruk. Kurangnya kepedulian inilah yang lama
kelamaan menjadikan makna pendidikan semakin terabaikan dan
akhirnya membawa bangsa Indonesia terhanyut dalam arus
keterbelakangan. Terbukti dengan turunnya indeks pembangunan
pendidikan Education Development Indeks (EDI). Dalam pelaksanaan EDI
tahun 2007 yang diikuti oleh 129 negara dari seluruh dunia, Indonesia
berada dalam kategori negara sedang, tetapi peringkat Indonesia turun
dari posisi 58 menjadi 62. Sebenarnya, kurikulum pendidikan Indonesia
tidak kalah dari kurikulum negara-negara maju, tetapi pelaksanaannya
yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya pemerintah mengenai
betapa pentingnya pendidikan, membuat banyak generasi muda tidak
mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi
untuk bekal masa depan mereka.
Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan.
Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi
pula kualitas sumber daya manusia yang dapat memajukan dan
mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara
sumber daya manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang
berbeda hanyalah cara mendidik sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini
tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Tidak hanya itu, kurang
sadarnya masyarakat Indonesia mengenai pentingnya pendidikan
membuat para pendidik kurang dihargai. Padahal peran para pendidik
sangat penting dalam membentuk generasi mendatang yang lebih maju
dan modern. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti bukanlah
masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di
lapangan yang kurang optimal, dan tidak adanya kesadaran pemerintah
dan masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidikan.

Pendidikan merupakan proses membantu anak berkembang secara


optimal sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang diyakininya dan
serasi dengan persyaratan tuntutan masyarakat, dimana pendidikan
adalah proses mengembangkan diri, proses menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pengembangan diri manusia secara optimal. Pendidikan
seorang anak dimulai dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga
kemudian meluas ke sekolah dan masyarakat. Kepribadian mereka
terbentuk dan berkembang melalui interaksi dengan ketiga lingkungan
tersebut. Secara eksistensial mereka berada dalam proses menjadi
(becoming) yaitu mereka secara terus menerus mengembangkan seluruh
potensi yang ada pada diri mereka menuju pencapaian keberadaan diri
(being) sebagai makhluk Tuhan, pribadi, dan sosial. Konsep menjadi dan
berada ini mengandung makna bahwa proses hidup mereka adalah
proses belajar dari waktu ke waktu. Belajar bukan hanya memperoleh
informasi untuk hidup melainkan belajar untuk belajar (lerning to learn)
dan belajar untuk menjadi (leraning to be) agar mereka dapat mengikuti
zaman yang senantiasa mengalami perubahan. Karakteristik yang paling
menonjol dari siswa SD kelas rendah adalah bersifat holistik artinya
mereka cenderung memandang segala sesuatu secara keseluruhan,
menghayati pengalamannya sebagai sesuatu totalitas, dan melihat diri
mereka sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan
yang belum jelas unsur-unsurnya.
Pembelajaran merupakan upaya sadar dari guru yang dengan
sengaja dilakukan dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada diri
siswa. Sebagai suatu upaya dari guru secara sadar, maka pembelajaran
ini dilakukan melalui suatu langkah-langkah dan teknik tertentu dengan
sitematis untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Sebagai kegiatan
dengan langkah-langkah sistematis berarti dapat dikatakan pula bahwa
dalam pembelajaran ada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
atau refleksi perbaikan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam


pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu
siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan
siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi
dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini untuk belajar
menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang


memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menetukan konsep serta prisip keilmuan secara holistik,
bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep
dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa. Dikatakan bermakna, menurut Tim Pengembangan PGSD
(1996) karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkan dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Selain
itu, disebutkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
secara kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran
terpadu akan terjadi bila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema
menjadi pengendali dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang


berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini
berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan
(drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual
anak. Teori pembelajaran ini dimotori oleh para tokoh Psikologi Gestalt,
(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah
bermakna dan menekankan pentingnya program pembelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pendukung utama
pembelajaran terpadu muncul dari kalangan konstruktivisme, seperti
Vygotsky. Kalangan ini menganjurkan dengan kuat bahwa seseorang
belajar secara aktif membangun kebermaknaan dari pem ngalaman
pengalaman yang diperolehnya secara melekat. Kalangan konstruktivis
juga menganjurkan bahwa pembentukan pengetahuan dan keterampilan
seseorang terjadi secara dinams dan tergantung dengan pembuatan
kaitan, merasakan pola pola, keterhubungan keterhubungan dari
pengalaman yang dilaluinya.

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan
tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek
perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami
hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih
bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami
secara langsung. Namun saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah,
misalnya Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan
Matematika 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan
secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang
berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan
perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu
keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak
untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Guru
kurang memperhatikan nasib anak. Dengan kata lain siswa terabaikan
oleh guru. Akibatnya perkembangan po tensi anak mengalami berbagai
hambatan. Anak belum mampu mempelajari hal-hal secara terpisahpisah
yang disajikan secara abstrak, karena hal ini yang tidak dapat sesuai
dengan karakteristik perkembangannya. Untuk itu diperlukan suatu
alternatif pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan
anak. Pembelajaran terpadu memberikan sumbangan bagi penyelenggara
pendidikan yaitu sebagai alternatif pembaruan penyelenggaraan
pembelajaran yang diharapkan mampu memantu anak untuk
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.

Mengapa setiap pendidik harus mengetahui teori Pembelajaran Terpadu?


Setiap pendidik harus mengetahui teori Pembelajaran Terpadu karena
guru harus menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna. Dengan proses belajar yang menyenangkan, siswa akan lebih
bisa menerima materi yang didapatkannya. Proses pembelajaran yang
bermakna juga memungkinkan siswa dapat mengingat hasil pembelajaran
lebih lama dan tidak mudah lupa. Selain itu dengan guru menerapkan
pembelajaran terpadu, siswa akan diberikan pengalaman secara nyata
dalam proses pembelajaran. Kesiapan belajar siswa merupakan salah
satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
sehingga dari awal pembelajaran perlu di perhatikan tahapan-tahapan
untuk menerapkan pendekatan pembelajaran terpadu di SD.
Pembelajaran Terpadu didukung oleh berbagai pihak yang terkatit
dalam proses pembelajaran yaitu guru, siswa dan pihak sekolah. Guru
sebagai pelaksana pembelajaran terpadu, siswa sebagai obyek
pelaksanaan pembelajaran terpadu dan pihak sekolah berperan sebagai
penyedia fasilitas pembelajaran terpadu. Tidak semua sekolah dapat
melaksanakan pembelajaran terpadu seperti sekolah di pedesaan masih
menggunakan pembelajaran konvensional karena kurangnya
pengetahuan guru dan media pembelajaran. Pembelajaran terpadu dapat
dilaksanakan saat guru dan siswa siap untuk melaksanakan pembelajaran
terpadu dan fasilitas yang dimiliki sekolah juga memadai. Setiap guru
belom tentu memiliki kesiapan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu
karena untuk melaksanakannya dibutuhkan perencanaan yang matang
misalnya alat perlengkapan pembelajaran seperti RPP, media
pembaljaran, materi harus lengkap semua.

Pembelajaran Terpadu diperlukan dalam proses pembelajaran


siswa Sekolah Dasar karena akan membentuk pengalaman secara
totalitas dalam pribadi anak. Dengan pembelajaran tematik ini, sekiranya
dapat memberikan keuntungan bagi siswa maupun bagi guru sendiri, yaitu
: (1) siswa lebih memusatkan perhatiannya pada suatu tema tertentu, (2)
siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama, (3)
pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, (5) guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpadu,
sehingga materi dapat dipersiapkan sekaligus dan dapat diberikan dalam
dua atau tiga pertemuan, (6) siswa lebih bergairah belajar atau
termotivasi, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa karena
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata. Dari ke-6 keunggulan model ini
maka dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran tematik dapat mengatasi
kejenuhan pada siswa saat mengikuti kegiatan pealajaran.
Selain memiliki beberapa keuntungan seperti yang dipaparkan di
atas, model pembelajaran tematik ini juga memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya : (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan
dengan tahap perkembangan dan kebutuhan anak sekolah dasar, (2)
kegiatan belajar memberi kesan yang bermakna, sehingga hasil belajar
yang diperoleh siswa meningkat, (3) mengembangkan keterampilan sosial
pada siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, berbudi pekerti dan
dapat menerima masukan dan tanggapan dengan sopan dari orang lain
tanpa minder atau malu, (4) pelaksanaan pembelajaran bertolak dari minat
dan kebutuhan siswa, (5) mengembangkan keterampilan berpikir siswa,
(6) kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada permasalahan yang
sering dijumpai siswa dalam lingkungannya.

Oleh karena itu, dari keunggulan-keunggulan yang disebutkan di


atas, pembelajaran tematik sangat penting untuk diterapkan di Sekolah
Dasar. Mengapa demikian? karena pembelajaran ini memiliki banyak nilai
dan manfaat, yang diantaranya adalah : (1) penggabungan beberapa
kompetensi dasar dan indikator dapat terjadi tumpang tindih materi
sehingga dapat dikurangi dan bahkan dapat dihilangkan, (2) isi/materi
pelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, sehingga siswa dapat
melihat hubungan-hubungan yang lebih bermakna, (3) siswa lebih fokus
dan tidak terpecah-pecah, karena materi yang disajikan lebih terpadu,
sehingga penguasaan materi pelajaran akan semakin baik dan meningkat,
(4) memperkaya transfer belajar (transfer of learning) siswa, karena isi
pelajaran diterapkan dari dunia nyata di sekitar kehidupan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Ni Wayan, I Gede Margunayasa, dkk. 2014. “Pembelajaran


Terpadu Konsep Dan Penerapannya.” In Pembelajaran Terpadu
Konsep Dan Penerapannya, I, 93. Singaraja: Graha Ilmu.
Arini, Ni Wayan, I Gede Astawan. 2014. “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah.” In Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 170. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Dasar, Sekolah. 2012. “Peranan Dongeng Dalam Pembentukan Karakter
Siswa Sekolah Dasar .”
Dewasa, Remaja D A N. n.d. “The Analysis of Character Education
Models for Children, Adolescents and Adults,” 1–18.
Di, Pembelajaran, and Sekolah Dasar. n.d. “Urgensi Pembelajaran
Terpadu Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar.”
Efektif, Yang, and Dalam Pembelajaran. n.d. “KARAKTERISTIK GURU
DAN SEKOLAH YANG EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN Arumi
Savitri Fatimaningrum*.”
Esai, Kumpulan, Mengenai Dunia, and Pendidikan Indonesia. 2008.
“Mengurai Kusutnya Pendidikan Indonesia Mengurai Kusutnya
Pendidikan Indonesia.”
“Etika Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.” 2004, 1–11.
Guru, S- Pendidikan, Sekolah Dasar, and Fakultas Ilmu Pengetahuan.
2016. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VCT UNTUK
PEMBELAJARAN PKN DI SD VCT LEARNING MODEL
APPLICATION INCREASE SOCIAL ATTITUDE PKN STUDIES IN
ELEMENTARY SCHOOL Khoirunnisa Aprilia Nur H 1 , Solihin
Ichas H 2 , Nenden Ineu H 3,” 1–13.
Haris, Fairizah, and Ganes Gunansyah. n.d. “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN VCT ( VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE
),” no. 5.
Hasbullah. 2006. “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.” In Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan, Revisi, 104. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ibrahim, Rustam, Universitas Nahdlatul, Ulama Unu, and Jawa Tengah.
2013. “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL : Pengertian , Prinsip ,
Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam” 7 (1): 129–
54.
Izzaty, Rita Eka. 2012. “Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Usia
Dini : Sudut Pandang Psikologi Perkembangan Anak,” 1–9.
Keguruan, Fakultas, and Ilmu Pendidikan. 2015. “Pengantar Ilmu
Pendidikan.”
Kejuruan, Sekolah Menengah. n.d. “PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN BILINGUAL Margana Dan Sukarno
DEVELOPING THE BILINGUAL TEACHING MODEL,” 79–93.
Konsep, A, and Pengelolaan Pendidikan. 1983. “B . Fungsi Dan Prinsip
Pengelolaan Pendidikan Pendekatan Organisasi Klasik,” 1–8.
Kritis, Kajian, Reorientasi Posisi, Jurusan Pendidikan, Luar Sekolah,
Kajian Kritis, Reorientasi Posisi, Peserta Didik, and Lingkungan
Pendidikan. 2005. “ORIENTASI PENDIDIKAN : ORIENTASI
PENDIDIKAN :”
Kurikulum, Implementasi, Bagi Dosen Fip, Universitas Riau, Mukminan
Dosen, Fakultas Ilmu, and U N Y Email. 2013. “FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN-UNIVERSITAS RIAU,” 18–19.
Lptk, Peran, Dalam Pengembangan, Pendidikan Vokasi, Upaya
Peningkatkan, Kompetensi Dan, and Profesionalisme Guru. 1907.
“Seminar Internasional , ISSN 1907-2066 Seminar Internasional ,
ISSN 1907-2066,” 245–50.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. “Pengertian Pendekatan,” no. 1.
Malang, Universitas Negeri. 2012. “P – 22 MEMBANGUN KARAKTER
SISWA SEKOLAH DASAR ( SD ),” no. November: 978–79.
Metode, Implementasi, Eksperimen Dan, Diskusi Untuk, Pemahaman
Konsep, Mahasiswa Pada, Mata Kuliah, Struktur Hewan, et al.
2011. “Jurnal Pendidikan” 3: 1–78.
Miswanto, Reka. 2015. “Inovasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Dalam Perspektif Kurikulum Humanistik Di Sd Muhammadiyah
Karangbendo Bantul Yogyakarta.”
Muhammad Rifa’i. 2016. “Sejarah Pendidikan Nasional.” In Sejarah
Pendidikan Nasional, edited by Meita Sandra, 304. Yogyakarta:
ARR-RUZZ MEDIA.
Pelajaran, Mata, I P A Kelas, I V Sd, and Negeri Tondo. n.d. “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe,” 26–33..
Pendidikan, Fakultas Ilmu, and Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.
“Pembelajaran Terpadu.”
Pendidikan, Jurnal Inspirasi, Universitas Kanjuruhan Malang, Diana
Wulandari, Mahasiswa Master, Psikologi Pendidikan, and
Universiti Utara. n.d. “Model Pembelajaran Yang Menyenangkan
Berbasis Peminatan,” 851–56.
Pendidikan, Jurnal, and Vol No. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe” 1 (1).
Pendidikan, Kementerian, and D A N Kebudayaan. n.d. “Konsep
Pembelajaran Tematik Terpadu.”
Pengantar, A. n.d. “Membangun Pembelajaran Yang Menyenangkan
Melalui Komputerisasi,” 1–7..
Pgsd, Tim Pengembang, and Otentik Pembelajaran. 2001.
“Pembelajaran Terpadu.”
Rahmawati, Novia Dwi, and Pendidikan Matematika. 2016. “MODEL
PEMBELAJARAN INOVATIF MATEMATIKA” 2 (2): 179–84.
Rusdiana, Hj, and H Samdani. 2014. “Figur Guru Ideal Menurut Persepsi
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Banjarmasin” 2
(4).
Samino, Warsito. n.d. “IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III SD TA ’ MIRUL
ISLAM SURAKARTA,” 141–48.
Santyasa, Wayan. 2005. “MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI *),” 1–
26.
Sari, Inda Puspita. 2015. “Karakteristik Guru Ideal,” 978–79.
Sihes, Ahmad Johari. n.d. “KONSEP PEMBELAJARAN Ahmad Johari
Sihes.”
Studi, Program, Pendidikan Guru, Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu,
Pendidikan Dan, Universitas Sebelas Maret, and Membuat
Magnet Sederhana. 2015. “PEMBELAJARAN TERPADU.”.
Tengah, Palu Sulawesi, and Hasil Belajar. 2011. “Peningkatan Belajar
PKn Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) Percontohan Pada Siswa Kelas I SD Karya Thayyibah
Baiya” 4 (6): 301–11.
Trinova, Zulvia. 2003. “Hakikat Belajar Dan Bermain Menyenangkan Bagi
Peserta Didik,” 209–15.
Wuryandani, Wuri, and Universitas Negeri Yogyakarta. 2009. “PKN Di
SD,” no. November.
Yanuardianto, Elga, and S I Pd. 2015. “( Studi Komparasi Pemikiran
Thomas Lickona Dan Abdullah Nasih Ulwan ) Oleh :”
Yogyakarta, Universitas Negeri, Pendidikan Anak, and Usia Dini. n.d.
“Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini,” 11–20.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai